DISUSUN OLEH :
1
MONITORING PEMANTAUAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN DI UNIT
BUDIDAYA IKAN LELE KAWASAN WISATA OCARINA-BATAM CENTRE
Abstrak
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Pendahuluan
Oleh sebab itu, salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan melakukan perbaikan terhadap sistem budidaya perikanan yang
diterapkan selama ini, yaitu melalui penerapan rekayasa genetika atau melalui
aplikasi bioteknologi. kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
kolam/tambak/lahan budidaya, sehingga kebutuhan domestik maupun dunia
terhadap komoditi ikan dapat terpenuhi dengan baik.
3
kelestarian akuakultur juga mempersyaratkan pengelolaan lingkungan secara tepat
dan proporsional (Rokhmin Dahuri, 2003).
Oleh karena itu agar laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan dapat
berperan sebagai pemberi Early warning system bagi ikan yang dibudidayakan,
maka Laboratorium Penguji Kesehatan Ikan dan Lingkungan BBL Batam telah
melakukan kegiatan monitoring dan surveillance secara rutin dan terjadwal.
walaupun fokus teknologi BBL Batam diarahkan kepada produksi ikan laut, namun
usaha budidaya ikan darat yang dikelola oleh masyarakat juga ikut diperhatikan.
salah satu lokasi budidaya ikan darat yang dikunjung pada kegiatan monitoring saat
ini adalah unit usaha budidaya ikan lele mega wisata Ocarina.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Potensi Perikanan Kota Batam
Kawasan Pulau Rempang, Galang dan Galang Baru merupakan salah satu
kawasan unit budidaya ikan laut di Pulau Batam yang sangat potensial untuk
pengembangan berbagai komoditas ikan budidaya. Di daerah ini terdapat beberapa
komoditas ikan laut ekonomi penting yang dibudidayakan seperti Kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus), Kakap putih (Lates calcarifer, bloch), Bawal bintang
(Trachinotus blochii¸Lacepede), Kakap merah (Lutjanus spp), dan ikan ekonomis
penting lainnya. Umumnya kegiatan budidaya yang dilakukan berupa pembesaran
baik dengan metode tancap maupun keramba jaring apung. Sementara untuk
pengembangan budidaya ikan air tawar telah dikembangkan di kawasan barelang,
nongsa, batam centre, bengkong dan tanjung riau. Umumnya dilakukan secara
sederhana dan komoditas utama yang dikembangkan adalah ikan lele, gurame dan
ikan mas. (Romi N, 2008)
6
Penyakit Ikan Sebagai hambatan Produksi
Penyakit ikan merupakan kendala penting dan umum dialami dalam budidaya
ikan. Penyakit ikan menyerang baik di perbenihan maupun di pembesaran. Semakin
luas dan semakin intensif usaha budidaya ikan semakin meningkat intensitas
serangan apalagi menggunakan pakan ikan rucah segar. Untuk ikan kerapu
(Cromileptes sp), terutama di perbenihan ada beberapa jenis penyakit yang sering
menyerang. Penyebab penyakit dapat dibagi dua golongan yaitu non hayati yang
bersifat non infeksius dan hayati yang bersifat infeksius. Penyebab penyakit non
hayati terutama kualitas air yang rendah, pakan yang kurang tepat dan kelainan
genetik. Penyebab penyakit hayati ditinjau dari tingkat intensitas serangan dan
kerugian dan kesulitan pengendalian adalah : virus, bakteri, protozoa, jamur dan
parasit (Kamiso, H.N, 2010).
Beberapa kasus penyakit ikan sering muncul secara temporer (musiman) sebagai
akibat dari perubahan iklim makro, musim pemijahan, atau penyebab lainnya.
Apabila program monitoring telah dilakukan dengan baik, akan diperoleh informasi
yang akurat terkait dengan kasus penyakit, hasil diagnosa, tindakan yang dilakukan
serta hasil yang dicapai; sehingga akan memudahkan untuk menyusun strategi
pengelolaan kesehatan ikan secara lebih dini dan antisipatif, efisien dan efektif agar
peluang keberhasilannya lebih tinggi. (Taukhid, 2010)
7
BAB III
METODA PENGAMATAN
Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
A. Bahan:
Kuisioner monitoring
Ethanol (p.a)
NaCl fisiologis
PCA agar
TSA agar
Ammonia salycilate
Ammonia cyanurate
NitriVer
NitraVer
Ammonium visicolor test kit
Nitrit visicolor test kit
HCl
Indikator phenolphtalein
H2SO4
Buffer pH 4,01
Buffer pH 7,0
Buffer pH 10,0
Larutan elektrolit
B. Peralatan
Global Positioning System
Hand Refraktometer
DO meter
pH meter
HACH DR 890 Kolorimeter
HANNA C203 Ion Specific meter
Inkubator
Kamera digital
Buret
Glassware
Dissecting set
Horizontal Water Sampler
8
III.3 Metode Pengamatan
Pola pengamatan yang dilakukan pada saat monitoring unit produksi ikan lele
di kawasan wisata Ocarina Batam Centre ini dilakukan dengan beberapa
tahapan, yakni :
1. Metoda Survey, pada tahapan ini metoda survey yang dilakukan adalah
metoda Report generation. Dimana responden langsung menjawab
pertanyaan yang diberikan. Jenis pertanyaan yang diajukan mencakup
tentang : manajemen budidaya ikan, manajemen kesehatan ikan dan
lingkungan.
2. Analisa di lapangan, pada tahapan analisa ini dilakukan untuk pengamatan
parameter –parameter yang mengharuskan analisa dilakukan secara
langsung. Pada tahapan ini mencakup kepada parameter : Visual (Warna,
bau dan rasa), pH (derajat keasaman), oksigen terlarut, Temperatur, dan
isolasi organ target untuk analisa bakteri dengan menggunakan media agar
PCA dan TSA.
3. Analisa di Laboratorium, pada tahapan ini analisa mencakup parameter-
parameter yang telah di preparasi sebelumnya. Diantaranya adalah : unsur
Nitrogen : Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), Ammonium (NH4), Ammonia (NH3),
Posfat (PO4), alkalinitas, dan uji lanjutan bakteri
Didalam melakukan sampling, baik air atau ikan, patokan yang digunakan oleh
Tim Monitoring Pemantauan Kesehatan Ikan dan Lingkungan adalah SNI dan
juknis yang direkomendasikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
1.1 Untuk penentuan tentang titik sampling, didasarkan pada prinsip tempat
pengambilan sampel dapat mewakili kualitas badan perairan.
1.2 Membuat persyaratan wadah contoh, diantaranya :
a) Menggunakan bahan gelas atau plastik Poli Etilen (PE) atau Poli
Propilen (PP) atau Teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE);
b) dapat ditutup dengan kuat dan rapat; tidak mudah pecah
c) bersih dan bebas kontaminan;
d) contoh/sampel tidak berinteraksi dengan wadah yang digunakan.
1.3 Persiapan Wadah Sampel
a) untuk menghindari kontaminasi contoh di lapangan, seluruh wadah
contoh harus benar-benar dibersihkan di laboratorium sebelum
dilakukan pengambilan contoh.
b) wadah yang disiapkan jumlahnya harus selalu dilebihkan dari yang
dibutuhkan, untuk jaminan mutu, pengendalian mutu dan cadangan.
c) Jenis wadah contoh dan tingkat pembersihan yang diperlukan
tergantung dari jenis contoh yang akan diambil.
9
1.4 Cara pengambilan contoh dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Disiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber
airnya;
b) Dibilas alat pengambil contoh dengan air yang akan diambil, sebanyak 3
(tiga) kali;
c) Diambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan
dalam penampung sementara, kemudian homogenkan;
d) Dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;
e) Dilakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya
hantar listrik, pH dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat
dan tidak dapat diawetkan;
f) Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus;
g) Pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium
dilakukan pengawetan
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
11
bahwa unsur organik di perairan tinggi.
Sementara pada ikan ditemukan bintik putih
pada tubuh ikan, gelembung renang
membengkak, bercak merah pada kulit, luka
dipermukaan kulit.
Perubahan Iklim Dikarenakan posisi berada di pinggir laut,
ketika angin kencang suhu kolam turun
drastid dan merusak sebagian sarana
budidaya.
Upaya pencegahan yang 1. Vaksinasi benih dengan iHydroVac
dilakukan 2. Pemberian probiotik baik pada pakan
maupun di lingkungan perairan.
3. Pemberian feed suplement seperti Vitamin
dan Probiotik.
4. Pemberian obat anti mikrobial/bakterial
5. Pembersihan kolam
6. Penaburan pupuk dan desinfektan
terhadap kolam yang akan digunakan.
Gambar 1. Sarana dan Prasarana budidaya di Unit produksi lele Mega wisata
Ocarina.
12
B. Data Analisa Laboratorium
Oksigen
mg/L 5,82 6,14 Elektrometri
Terlarut (DO)*
IV.2 Pembahasan
13
A. Gambaran Umum Lokasi Monitoring
Gambar 3. Lokasi
monitoring Ocarina
14
Manajemen Perbenihan
1. Persiapan Kolam.
Diawali dengan persiapan kolam pemijahan, yang berfungsi sebagai Tempat
perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini pemiliki menyediakan
sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat
hubungan induk jantan dan betina. Setelah 3-4 hari, benih ikan lele dimasukkan
ke dalam kolam pendederan untuk membesarkan benih hingga ukuran tertentu.
Setelah ukuran layak untuk pembesaran, pemiliki menempatkan benih tersebut
ke dalam Keramba jaring Apung yang telah disediakan pemilik sebanyak 10
lubang dengan masing-masing berukuran 12 x 8 meter
3. Untuk pengelolaan pakan, pakan yang digunakan pada unit produksi ikan lele
Ocarina adalah pakan yang dibuat sendiri dengan
komposisi : tepung ikan, tepung ayam, tepung roti
dan eceng gondok. Jumlah pemberian pakan
dilakukan sebanyak 3 kali sehari secara ad
libitum. Berdasarkan hasil analisa uji pakan yang
telah diterima dapat disimpulkan bahwa komposisi
pakan yang digunakan masih belum mencukupi
Gambar 4.Pakan yang
dibuat dan digunakan asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk pembesaran
ikan lele. Saat ini sedang dilakukan perbaikan
dalam komposisi pakan untuk meningkatkan asupan gizi yang dibutuhkan.
15
Hasil Analisa Lingkungan
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan di dua titik sampling, yakni kolam
pembesaran dan kolam perbenihan, diketahui bahwa secara umum kondisi kualitas
air di kolam perbenihan lebih baik bila dibandingkan dengan kualitas air di kolam
perbesaran. Beberapa parameter yang mengalami fluktuasi diantaranya adalah
Ammonia (NH3) dan Nitrit (NO2). Jika konsentrasi NH3 di kolam perbenihan 0,02
mg/l, untuk kolam pembesaran 0,04 mg/l. Sementara NO2 di kolam perbenihan
0,005 mg/l, untuk kolam perbesaran memiliki konsentrasi 0,007 mg/l.
16
Aeromonas hydrophila pada ikan lele
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh unit produksi lele di Ocarina selain
infeksi penyakit ikan dan lingkungan adalah tumbuhnya lumut secara berlebihan di
dalam media pemeliharaan. Jika hal ini dibiarkan maka akan sangat mengganggu
ketersediaan oksigen dan fluktuasi suhu di media pemeliharaan.
(1) (2)
Gambar 5. (1) Blooming lumut pada media pemeliharaan, (2) bentuk lumut ketika
diangkat dari kolam pemeliharaan.
17
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengantisipas adanya blooming alga ini
dapat dilakukan pada dua aspek media, yang pertama adalah media air, air yang
digunakan sebaiknya disterilisasi terlebih dahulu sebelum pemeliharaan, dan yang
ke dua, adalah pada media lingkungan, dapat dilakukan dengan pemasangan
waring/paranet/jaring pelindung diatas bak pemeliharaan untuk mereduksi intensitas
sinar matahari yang masuk. Tahapan kedua ini juga disertai dengan sistem
frekuensi pergantian air yang lebih terjadwal agar ketika lumut sudah mulai tumbuh
berlebihan dapat dibersihkan.
Dengan dukungan yang cukup tinggi dari pemilik unit produksi budidaya
Ocarina, maka obat-obatan yang disediakan juga cukup beragam. Berikut adalah
jenis obat ikan yang diaplikasikan di unit usaha budidaya Ocarina.
Gambar 6. Jenis Obat-obatan yang digunakan, (1) Vaksin HydroVac, (2) Amazing
Bio Growth, (3) Vitamin (4) Pupuk, (5) Probiotik Monodon, (6) Probiotik
PSBIO, (7) Obat lele C-6 dan (8) Multivitamin Lele
Dari hasil pantauan, penggunaan obat ikan diatas dilakukan sesuai dengan etiket
label yang ada pada obat, dan penggunaan obat dibawah kendali Sdr. Ihsan
sebagai penaggung jawab kegiatan yang memiliki dasar pendidikan perikanan di
Bogor. Namun yang perlu dicatat bahwa seluruh obat ikan yang digunakan
merupakan jenis obat yang belum terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan.
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Unit produksi Ikan lele di Ocarina merupakan unit produksi terintegrasi yang
meliputi perbenihan, pembesaran, pengelolaan induk dan penyediaan pakan.
2. Unit produksi lele Ocarina dibangun atas dasar keinginan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap ikan lele yang berkualitas dengan harga
terjangkau.
3. Dengan fasilitas yang tersedia, jumlah produksi ikan lele Ocarina belum
optimal.
4. Kondisi media air pembesaran memiliki kandungan unsur N lebih tinggi
dibandingkan di bak perbenihan. Dimana NH3 dikolam perbesaran 0,04 mg/l
sementara di bak perbenihan 0,02 mg/l. Sedangakn NO2 di bak perbesaran
0,007 mg/l sedangkan di bak perbenihan 0,005 mg/l.
5. Benih ikan yang diproduksi pada bulan Maret 2011 positif terinfeksi
Aeromonas hydrophila.
6. Obat ikan yang digunakan oleh unti produksi Ocarina seluruhnya adalah obat
ikan yang belum terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan.
7. Lumut menjadi hambatan tersendiri pada produksi ikan lele di Ocarina
8. Dengan lokasi di pinggir laut, maka untuk menjaga kestabilan salinitas agar
tetap 0 ppt, dilakukan dengan menggunakan eceng gondok dan ikan nila
9. Komposisi gizi pakan yang dibuat di Ocarina belum memenuhi persyaratan
asupan gizi untuk optimalisasi pertumbuhan ikan lele.
V.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Pedoman Umum Monitoring dan Surveilance Hama dan Penyakit Ikan.
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Direktorat Kesehatan Ikan Dan Lingkungan
Cameron, A. 2002. Survey Toolbox for Aquatic Animal Diseases. A Practical Manual and
Software Package. ACIAR Monograph, No. 94, 375p.
Crosa, J.H., M.A. Walter, and S.A. Potter, 1983. The genetic of plasmid-mediated virulence
in the marine fish pathogen Vibrio anguillarum. Bacterial and viral diseases of fish.
Molecular studies. A Washington Sea Grant Pub. Univ. of Washington, Seattle.
Dahuri, rokhmin, 2003, Keanekaragaman hayati Laut, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Effendi, Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Evelyn, T.P.T., 1984. Immunization against pathogenic Vibrio. Symposium on fish
Vaccination. OIE, Paris 20-22 February 1984.
FAO, 2000, The Status of World Fisheries and Aquaculture, FAO Fisheries Department,
Rome, Italy.
Ghufran, M. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Glamuzina, B., N. Glavic, B. Skaramuca, V. Kozul and P. Turtman, 2001. Early development
of the hybrid Epinephelus costal (male) x E. marginatus (female). Aquaculture 198
(1-2) 55-61
Irianto, agus, 2010, Sampling Untuk Monitoring dan Surveillance Penyakit Ikan, makalah
disampaikan pada pertemuan monitoring dan surveillance Hotel Salak Bogor, Jawa
Barat.
Johnny, F. dan D. Roza. 2002. Kejadian Penyakit pada Budidaya Ikan Kerapu dan Upaya
Pengendaliannya. Laporan Hasil Penelitian Balai Besar Riset Perikanan Budidaya
Laut Gondol, Bali. 14 hal.
Johnny, F., dan Prisdiminggo. 2002. Studi Kasus Penyakit Fin Rot Pada Ikan Kerapu
Macan, Epinephelus Fuscoguttatus Di Karamba Jaring Apung Teluk Ekas, Desa
Batunampar, Lombok Timur, NTB. Laporan Hasil Penelitian Balai Besar Riset
Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali. 9 hal.
Kraxberger-Beatty, T., D.J. Mc. Garey, H.J. Grier and D.V. Lim. 1990. Vibrio harveyi an
Opportunistic Pathogen of Common Snook, Centropomus undecimalis (Bloch), Held
in Captivity. Journal Fish Diseases. 13:557-560.
Koesharyani, I. and Zafran. 1997. Studi Tentang Penyakit Bacterial Pada Ikan Kerapu.
Jur. Pen. Perikanan Indonesia. III(4):35-39.
Koesharyani, I., D. Roza, K. Mahardika, F. Johnny, Zafran and K. Yuasa. 2001. Marine Fish
and Crustaceans Diseases in Indonesia In Manual for Fish Diseases Diagnosis II (Ed.
by K. Sugama, K. Hatai and T. Nakai). 49 p. Gondol Research Station for Coastal
Fisheries, CRIFI and Japan International Cooperation Agency.
Muroga, K., Gilda Lio-Po, C. Pitogo and R. Imada. 1984. Vibrio sp. isolated from Milkfish
(Chanos chanos) With Opaque Eyes. Fish Pathology. 19(2):81-87.
Post, G. 1987. Texbook of Fish Health. T.F.H. Publications Inc. USA. 288 pp.
Taukhid, 2010, Dukungan Monitoring dan Pemetaan Sebaran Jasad Patogen Bagi Upaya
Pengendalian Penyakit Ikan, Makalah, Disampaikan di Hotel Salak pada pertemuan :
Penyusunan Pedoman Umum Monitoring dan Surveillance, Bogor.
20