BIOTEKNOLOGI AKUATIK
Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir 75% permukaan bumi ditutupi oleh air, sehingga sudah tidak asing
bagi kita untuk mengetahui bahwa perairan merupakan lingkungan yang kaya
akan sumber aplikasi bioteknologi dan memberikan solusi potensial beberapa
masalah penting. Organisme akuatik dapat hidup pada rentangan kondisi ekstrim,
seperti pada laut kutub yang sangat dingin, tekanan yang sangat tinggi pada dasar
laut dalam, salinitas tinggi, temperatur yang tinggi, dan kondisi minim sinar
matahari. Berdasarkan hal tersebut, organisme akuatik berkembang melalui jalur
metabolisme yang menakjubkan, mekanisme reproduksi dan adaptasi sensori.
Organisme ini memiliki kekayaan informasi genetik unik dan aplikasi yang
potensial.
Terdapat beberapa potensi masa depan dalam kajian bioteknologi akuatik
karena perairan merupakan salah satu area bioprospek kajian global dalam upaya
menemukan spesies akuatik yang belum pernah terungkap sebelumnya yang
mungkin memiliki nilai komersil. Lingkungan perairan seperti lautan dunia
merupakan sumber kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat luar biasa;
untuk dapat bertahan hidup organisme laut harus mampu mengatasi tekanan
ekstrim, suhu yang tinggi, salinitas, dan kondisi lingkungan lainnya. Oleh karena
itu potensi untuk menemukan protein baru dan senyawa bioaktif yang memiliki
potensi komersil pada organisme laut ini sangat tinggi. Sebagai contoh, lebih dari
40 perusahaan melakukan bioprospek di benua Artik, dan berharap dapat
memanfaatkan kekayaan baru organisme Artik dalam es, air dan tanah dibawah
lapisan es. Sektor perikanan secara praktis mengembangkan spesies ikan dengan
modifikasi genetik, akan terus berlanjut untuk mengembangkan area bioteknologi
akuatik untuk memberikan ketersediaan sumber makanan dengan protein tinggi.
Dalam bahasan ini, kita menyadari banyaknya aspek mengagumkan dari
bioteknologi akuatik dengan mengeksplor bagaimana organisme perairan tawar
dan laut dapat digunakan untuk aplikasi bioteknologi. Olehkarena itu dai dalam
makalah ini akan dibahas lebih lanjut hal yang berkaitan dengan pentingnya
bioteknologi akuatik serta aplikasinnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah fokus kajian bioteknologi akuatik?
2. Bagaimanakah peran akuakultur (budidaya perairan) dalam meningkatkan
suplai sumber pangan dunia melalui aplikasi bioteknologi serta nilai
ekonomisnya?
3. Bagaimanakah praktik budidaya perikanan serta inovasi untuk
meningkatkan kualitas akuakultur?
4. Bagaimanakah halangan dan keterbatasan akuakultur?
5. Bagaimanakah perkembangan akuakultur masa kini dan masa depan serta
teknik aplikasinya?
6. Bagaimanakah aplikasi bioteknologi akuatik dalam bidang kesehatan dan
lingkungan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan fokus kajian bioteknologi akuatik
2. Menjelaskan peran akuakultur (budidaya perairan) dalam meningkatkan
suplai sumber pangan dunia melalui aplikasi bioteknologi serta nilai
ekonomisnya
3. Menjelaskan praktik budidaya perikanan serta inovasi untuk meningkatkan
kualitas akuakultur
4. Menjelaskan halangan dan keterbatasan akuakultur
5. Memaparkan perkembangan akuakultur masa kini dan masa depan serta
teknik aplikasinya
6. Menjelaskan aplikasi bioteknologi akuatik dalam bidang kesehatan dan
lingkungan
BAB II
ISI
A. Fokus Kajian Bioteknologi Akuatik
Lautan telah menjadi sumber makanan dan sumber daya alam selama
ribuan tahun. Akan tetapi, pertumbuhan polulasi manusia, penangkapan ikan
secara besar-besaran, dan penurunan kondisi lingkungan telah menyebabkan
jatuhnya industri perikanan, yang turut memberikan tekanan bagi beberapa spesies
dan strain sumber daya laut. Meskipun ilmuwan telah mempelajari banyak hal
tentang biologi kelautan, organisme laut yang sangat luas bahkan sampai
mikroorganisme yang ada didalamya, masih belum banyak yang teridentifikasi.
Diperkirakan sekitar 80% organisme di bumi hidup dalam ekosistem akuatik.
Hal ini jelas menunjukakn bahwa perlu adanya banyak penelitian lebih
lanjut mengenai kekayaan potensi laut yang dikombinasikan dengan keadaan
semakin meningkatnya populasi manusia, kebutuhan medis, dan fokus lingkungan
terhadap bumi membuat sains akuatik menjadi kajian yang menarik untuk diteliti
lebih lanjut. Ekosistem akuatik mungkin memiliki jawaban atas beberapa masalah
global. Kajian bioteknologi akuatik di Amerika serikat memprioritaskan penelitian
untuk mengeksplorasi pemanfaatan organisme akuatik diantaranya untuk:
indusri kimia
Mencari pendekatan baru untuk monitoring dan pengobatan penyakit
Meningkatkan pengetahuan proses biologi dan geokimia lingkungan
perairan.
Populasi manusia saat ini mencapai 6,9 milyar jiwa dan diperkirakan
berpotensi untuk terus bertambah hingga mencapai 9,3 milyar di tahun 2050.
Kehidupan manusia yang terus meningkat menyebabkan semakin meningkatnya
gaya hidup berstandar tinggi untuk memenuhi kebutuhannya sehingga saat ini
muncul banyak kecenderungan untuk mendapatkan makanan bergizi tinggi seperti
daging dan seafood. Permintaan dunia terhadap hasil aquaculture diperkirakan
akan meningkat 70% selama 30 tahun terakhir. Aquaculture (budidaya perairan)
merupakan pengolahan hasil perairan, seperti pengolahan ikan, kerang dan
tumbuhan akuatik untuk tujuan rekreasi atau komersil. Khususnya, marine
aquaculture (budidaya kelautan) disebut mariculture.
Kebutuhan akan hasil laut terus meningkat baik untuk seafood ataupun
hasil lainnya selama 30 tahun terakhir ini dan untuk mencukupinya dibutuhkan
sekitar 50-80 juta ton. Hal tersebut menyebabkan, penagkapan ikan yang
berlebihan, peruskaan habitat dan eksploitasi hasil laut oleh perusahaan perikanan
berdampak pada penurunaan produksi laut dunia dan ketersediaan pangan.
Menurut organisasi pangan dunia (FAO), diperkirakan sekitar setengah dari
persediaan ikan telah dianggap tereksploitasi penuh dan sekitar 30% dianggap
mengalami overeksploitasi, habis dan mengalami pemulihan. Apabila permintaan
terus berkelanjutan dan terus meningkat maka akan mengakibatkan penurunan
kualitas lingkungan perairan yang dapat berakibat kekurangan ikan dan kerangkerang konsumsi. Melalui akuakultur diharapkan dapat menciptakan kondisi
lingkungan perairan yang tetap terjaga dengan melakukan upaya pengolahan
sumber daya laut yang lebih baik sehingga dapat mengatasi masalah ini.
Nilai ekonomi akuakultur
Akuakultur di Amerika merupakan salah satu industri yang mengalami
pertimbuhan lebih dari $ 1 milyar setiap tahunnya, yang hanya mencukupi 5%
kebutuhan suplai makanan laut dunia. Akuakultur di Amerika mengalami
peningkatan dua kalilipat pada 10 tahun terakhir dan menghasilkan 100 tumbuhan
dan hewan laut yang berbeda. Beberapa negara di dunia juga secara aktif
mengembangkan akuakultur secara praktis. China merupakan negara nomer 1
yang memproduksi hasil laut, diikuti oleh India, Vietnam, Indonesia, Thailnd,
Bangladesh, Norwegia, Chilie, Filipina, Jepang, Mesir, dan Myanmar, perikanan
Yunani memproduksi sea bass lebih dari 100.000 ton setiap tahun. Norwegia
merupakan negara pemroduksi salmon terbesar di dunia. Kanada memproduksi
lebih dari 70.000 ton salmon dari lautan atlantik dan pasifik yang setiap tahunya
menghasilkan keuntungan sekitar $450 milyar.
Industri perikanan memiliki nilai eknonomis lebih tinggi dibandingkan
dengan peternakan, sebagai contoh dalam peternakan sapi membutuhkan 7 pon
batang padi sebagai pakan untuk menghasilkan 1 pon daging, sedangkan di
perikananan hanya membutuhkan 2 pon makanan ikan untuk dapat menghasilkan
1 pon daging ikan. Contoh lainnya dengan melakukan aquakultur, ikan catfish
yang dibudidayakan dapat tumbuh hampir 20% lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan ikan catfish di kondisi alaminya. Meskipun demikain ada juga
beberapa ikan yang tidak bisa dibudidayakan tetapi lebih baik tumbuh di alam
seperti ikan tuna dan ikan todak yang hidup berkelompok di lautan bebas.
Berdasarkan paparan statistik tentang perkembangan industri perikanan dunia saat
ini, menunjukkan bahwa akuakultur merupakan industri yang penting dan
potensial di masa mendatang.
C. Praktik Budidaya Perikanan
Tujuan utama akuakultur adalah untuk membudidayakan ikan-ikan
konsumsi manusia. Suatu organisme parairan ditumbuhkan untuk banyak tujuan,
misalnya ikan-ikan kecil dibudidayakan untuk dijual sebagai umpan ikan atau
tujuan rekreasi (sebagai ikan hias). Ikan kecil seperti ikan haring dan sarden
dipanen dalam jumlah besar dimanfaatkan untuk makanan ikan, minyaknya
digunakan untuk makanan ternak, seperti ternak sapi, babi dan ikan lainnya.
Untuk membuat mutiara, maka dibudidayakan kerang laut yang diisolasi dengan
agen tertentu agar terbentuk sekret dan menghasilkan mutiara, persilangan ikan
jenis tertentu untuk menghasilkan bibit unggul, penyebaran stok ikan semua
contoh tersebut merupakan aplikasi dari akuakultur.
Gambar
2. Budidaya
kerang
Peternakan
salmon
merupakan contoh yang sangat bagus untuk proses perbesaran.
Telur dan sperma dari indukan unggul dibiakkan untuk pertumbuhan yang cepat
selam fertilisasi, dan menghasilkan embrio yang kemudian dipelihara selama 12
sampai 18 bulan di dalam tanki sampai mencapai ukurang sebesar jari manusia.
Selanjutnya ikan dengan ukuran tersebut dipindahkan kesuatu tempat berjading
yang terletak di laut atau teluk dekan garis pantai. Selama proses ini, pakan
salmon biasanya berupa pelet yang terbuat dari campuran ikan haring, minyak
ikan dan produk ternak (seperti tulang, sisa daging, dan sejenisnya). Pakan yang
diberikan juga mengandung antibiotik, dan pewarna tambahan sehingga dapat
membuat salmon tanpak kemerahan, kemudian ikan juga diletakkan di bak yang
mengandung pestisida untuk menghilangkan kutu dan parasit laut. Dalam
pembudidayaan ikan juga dapat dilakukan modifikasi pakan misalnya pakan yang
terbuat dari sayuran yang kemudian dapat dibandingkan kefektifannya dalam
produksi ikan.
Inovasi dalam budidaya perikanan
Banyak pendekatan inovatif yang dapat digunakan untuk pertumbuhan
ikan sampai sekarang masih terus dikembangkan. Sebagai contoh di Virginia
barat, biologiwan memanfaatkan sisa sumber tambang batubara yang melimpah
dari gunung setempat. Air yang dingin dari pegunungan tersebut dan air tawar
selama musim semi dilewatkan jalur tertentu untuk mengisi beberapa sisa sumber
batubara, sehingga menyediakan lingkungan yang bagus untuk pertumbuhan ikan
forel pelangi (rainbow trout). Pendekatan ini juga penting untuk pengolahan
mendeteksi bakteri, virus, dan parasit yang menginfeksi kerang atau ikan
konsumsi. Peyelidikan gen telah dikembangkan untuk mendeteksi penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus pada udang serta menggunakan penyeidikan gen
untuk mengetahui dampak stres lingkungan terhadap pertumbuhan ikan. Peralatan
tes antibodi juga telah dikembangkan untuk mendeteksi adanya Vibrio cholerae
pada tiram. Tes ini menggunakan antibodi untuk mendeteksi protein dari V.
cholerae, yang merupakan bakteri penyebab kolera dan biasanya banyak
menjangkiti negara berkembang dengan suplai air yang telah terkontaminasi
karena fasilitas pengolahan kotoran yang kurang baik.
Peralatan lain yang dikembangakan para ahli bioteknologi akuatik adalah
dengan membuat vaksin untk banyak patogen yang menyerang ikan dan kerang
budidaya. Sebagai contoh di California, Idaho, Oregon dan Washington telah
mengembangkan vaksin untuk virus yang menyebabkan infeksi homopoietik
nekrosis (IHN), yang banyak menyebabkan kematian pada budidaya ikan salmon
per tahunnya. Vaksin ini dikembangkan dari protein IHN yang diekspresikan pada
bakteri. Vaksin ini berfungsi melindungi ikan dari serangan infeksi IHN, vaksin
ini disuntikkan pada ikan untuk menstimulasi produsi antibodi yang menyerang
virus IHN.
D. Halangan dan keterbatasan Akuakultur
pada sumber-sumber makanan yang berbeda yang membutuhkan tepung ikan liar
sedikit atau tidak ada dan minyak. kemajuan dalam budidaya ikan kemungkinan
akan meminimalkan pembuangan limbah dari fasilitas budidaya perairan dan
mengurangi penggunaan antibiotik, pestisida, dan bahan kimia lain yang
digunakan untuk mengobati spesies pertanian. Hal ini juga kemungkinan bahwa
pendekatan polikultur akan menjadi lebih populer sebagai budidaya perikanan
berusaha untuk memaksimalkan sumber daya air. Seperti yang kita bahas di
bagian berikutnya, molekul pendekatan genetik akan memiliki dampak yang kuat
pada budidaya perikanan di masa depan. Menggunakan banyak strategi yang
disajikan dalam bab ini, bersama dengan rekombinan teknologi DNA,
bioteknologi air akan bekerja untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas
spesies meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan komposisi genetik dari
spesies makanan penting. biologi molekular akan memiliki dampak yang kuat
pada budidaya perikanan, dari mengidentifikasi gen yang mengontrol reproduksi
dan tempat bertelur ikan dan kerang untuk penciptaan spesies secara genetik
dimodifikasi dengan karakteristik yang diinginkan.
Bekerja pada pemahaman kondisi yang mempengaruhi kematian
organisme laut selama masa kritis dalam memimpin pengembangan awal untuk
praktek pemeliharaan baru yang dapat meningkatkan produktivitas spesies ternak.
Banyak negara secara aktif terlibat dalam penelitian yang berkaitan dengan
pertanian spesies lain yang sulit untuk dinaikkan oleh budidaya. Misalnya. dengan
Departemen Sumber Daya Alam Carolina Selatan yang bereksperimen dengan
teknik budidaya untuk meningkatkan tongkol, ikan yang sangat populer memiliki
nilai komersial tinggi. tongkol berkeliaran dalam air terbuka wilayah laut,
membuat mereka sulit untuk meningkatkan keterbatasan kondisi.
Sejauh ini kita telah mengambil potret untuk melihat industri budidaya
perikanan-salah satu aplikasi tertua dari bioteknologi perairan. Pada bagian ini,
kita telah melihat bahwa budidaya perikanan tidak berbeda dengan banyak
industri: itu manfaat bagi masyarakat tetapi juga menimbulkan beberapa masalah.
Pada bagian berikutnya, kami menjelajahi daerah yang dalam masa pertumbuhan:
genetika molekuler organisme perairan.
primer, PCR dapat dijalankan pada DNA diisolasi dari potongan untuk
menentukan apakah potongan tersebut dari blackfish atau tidak.
Kloning gen untuk hormon pertumbuhan (GH) adalah contoh yang sangat
baik bagaimana proses penemuan gen dapat mengarah pada kemajuan di bidang
bioteknologi kelautan. Kita telah membahas bagaimana kloning manusia GH
menyebabkan pengobatan untuk kekerdilan (Bab 3). Ingatlah bahwa GH adalah
hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari yang distimulasi oleh pertumbuhan
tulang dan sel-sel otot selama masa remaja. Kloning gen salmon GH telah
menyebabkan perkembangan spesies transgenik salmon yang menunjukkan
tingkat pertumbuhan sangat dipercepat dibandingkan dengan strain asli. Kami
menganggap contoh GH secara lebih rinci dalam bagian berikutnya. Sebagai
contoh lain, Universitas Alabama-Birmingham peneliti telah melakukan kloning
gen untuk molt-inhibiting hormon (MIH) dari kepiting biru. Molting (shedding)
dipicu oleh penurunan MIH, menyebabkan produksi kepiting soka yang dapat
dimakan utuh. saat penelitian sedang berjalan untuk memblokir pelepasan MIH
sebagai cara untuk menghasilkan kepiting lunak pada permintaan untuk industri
makanan laut.
Protein Antibeku
Salah satu contoh paling sukses dari identifikasi gen baru dengan aplikasi
menjanjikan melibatkan gen untuk protein antibeku (AFPs). Sebuah Protein A/ F,
dari Massachusetts Inc,, adalah pemimpin dalam produksi protein antibeku.
Banyak AFPs pertama diisolasi dari yang spesies ikan tinggal di bawah seperti
cod utara, yang hidup di lepas pantai timur Kanada, dan ikan Antartika disebut
teleosts, yang tinggal di air sarat es yang dingin-beberapa lingkungan yang paling
parah pada bumi. Selanjutnya, AFPs telah diisolasi dari sejumlah spesies air
dingin lainnya, termasuk winter flounder (Pleuronectes americanus), sculpin
(Myoxocephalus Scorpius), ocean pout (Marcrozoarces americanus), smelt
(Osmerus mordax), dan ikan haring (Clupea harengus). Menariknya, protein
serupa telah ditemukan pada serangga, bakteri. dan organisme lain yang dapat
bertahan hidup pada suhu dingin.
GAMBAR 10.5 AFP Promotor Merangsang Ekspresi Gen pada ikan transgenik
Sebuah DNA rekombinan plasmid membangun mengandung protein antibeku promotor
gen dari ocean pout melekat pada cDNA untuk hormon pertumbuhan salmon dapat
digunakan untuk memproduksi ikan cepat berkembang untuk budidaya. Transkripsi dari
promotor AFP distimulasi oleh kondisi dingin, sehingga ikan transgenik yang
mengandung konstruksi ini mensintesis sejumlah besar hormon pertumbuhan ketika
mereka dibesarkan di air dingin. Peningkatan produksi hormon pertumbuhan
menyebabkan ikan transgenik tumbuh lebih cepat dari strain nontransgenic asli.
GAMBAR 10.6 AFPs sebagai krioprotektan dari Jaringan Manusia oosit Bovine
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 4oC dalam tidak adanya (kontrol) atau adanya
berbagai jenis AFPs atau glikoprotein antibeku (AFGP), jenis karbohidrat yang kaya AFP,
dan kemudian dibuahi dengan sperma sapi. Perhatikan bagaimana oosit AFT-dan AFGPdiobati menunjukkan tingkat pemupukan mirip dengan oosit segar, sehingga
menunjukkan bahwa AFPs dapat memberikan perlindungan dingin oosit yang akan
mempertahankan kemampuan mereka untuk dibuahi.
Aequorea victoria. A. victoria dapat berpendar dan bersinar dalam gelap karena
gen yang mengkode protein yang disebut protein fluorescent hijau (GFP). GFP
menghasilkan cahaya hijau terang saat terkena sinar ultraviolet. telah diperkirakan
bahwa hampir tiga perempat dari semua organisme laut memiliki kemampuan
bioluminescent. Bioluminescence sering digunakan sebagai cara untuk ikan dan
organisme lain untuk menemukan satu sama lain dalam lingkungan laut yang
gelap selama kegiatan kawin. Gen untuk merah, oranye, dan protein fluorescent
kuning telah dikloning dari anemon laut, memperluas palet warna protein yang
tersedia bagi para peneliti. Sebelumnya, kami menyebutkan bahwa fluoresensi
dari beberapa spesies laut yang dibuat oleh bakteri bercahaya seperti Vibrio
harveyi dan Vibrio fischeri (Chapter 5). Osama Shimomura, Martin Chalfie, dan
Rogei Tsien berbagi hadiah Nobel tahun 2008 dalam Kimia untuk penemuan dan
pengembangan GFP.
Para ilmuwan telah mengambil keuntungan dari sifat neon GFP dan
protein lain yang serupa untuk membuat konstruksi reporter gen yang unik. Gen
Reporter memungkinkan peneliti untuk mendeteksi kepentingan ekspresi gen
dalam tabung reaksi, sel, atau bahkan seluruh organ. Reporter gen plasmid
diciptakan oleh ligating gen GFP ke gen yang diinginkan dan kemudian
memperkenalkan reporter plasmid ke dalam jenis sel pilihan. Setelah di dalam sel,
plasmid ini ditranskripsi dan diterjemahkan untuk menghasilkan protein fusi yang
berfluoresensi kemudian terkena sinar ultraviolet. Hanya sel yang memproduksi
protein fusi GFP yang berpendar. Dengan cara ini, para plasmid berfungsi untuk
mendeteksi atau "laporan,di mana gen diungkapkan.
Pendekatan ini telah banyak digunakan untuk mempelajari proses dasar
ekspresi gen dan regulasi. Ahli biologi telah menggunakan menggunakan GFP-sel
induk embrionik untuk melacak diferensiasi mereka menjadi jenis sel yang
berbeda selama pengembangan embrio. Para ilmuwan juga telah menggunakan
konstruksi reporter gen GFP dengan cara inovatif yang menjanjikan untuk
memajukan diagnose awal medis dan pengobatan (Gambar 10.7b). Misalnya, gen
GFP telah digunakan untuk menentukan pembentukan tumor pada tikus, untuk
mengikuti perkembangan infeksi bakteri dalam usus, untuk memantau kematian
GAMBAR 10.7 Gen GFP Adalah Gen Reporter yang berharga (a) konstruksi reporter
gen GFP dapat dibuat dalam plasmid dengan ligating gen GFP ke gen yang diinginkan.
Dalam contoh ini, gen manusia pengkode protein yang dihasilkan oleh neuron melekat
pada gen GFP dan plasmid diperkenalkan ke dalam sel di cutture. Ini Celtic kemudian
akan mengekspresikan molekul mRNA, yang akan diterjemahkan untuk menghasilkan
protein fusi di mana GFP melekat ke protein manusia hasil kloning. Sel ini memproduksi
protein fusi akan berpendar bila terkena sinar ultraviolet, "melaporkan" Location dari
protein diekspresikan. (b) Sebuah gen reporter GFP digunakan untuk mendeteksi Protein
dalam neuron manusia yang mungkin bertanggung jawab atas kondisi neurodegenerative
disebut penyakit Huntington. (c) plasmid reporter GFP juga telah digunakan untuk
mendeteksi bakteri penyebab penyakit dalam saluran pencernaan manusia, seperti spesies
Campylobocter jejuni ditampilkan di sini menginfeksi sel-sel usus manusia. C. jejuni
adalah contarninant umum ayam, menyebabkan kurang lebih 2,4 juta kasus keracunan
makanan di Amerika Serikat setiap Tahun.
dimungkinkan untuk membuat spesies tiram transgenik dengan gen yang akan
memberikan perlawanan terhadap kerusakan oleh parasit ini dan lainnya.
GAMBAR 10.8 PCR Bisa Digunakan untuk Mendeteksi DNA dari Patogen tiram
Dermo, SSO, dan MSX merupakan penyebab signifikan kematian pada tiram. PCR dapat
digunakan untuk mendeteksi DNA dari patogen dalam jaringan tiram, membantu para
ilmuwan menentukan kapan parasit ini hadir dalam upaya untuk mengendalikan infeksi
tiram yang dapat memusnahkan populasi besar kerang tersebut. Dalam contoh ini,
perhatikan bahwa DNA sampel dari saluran pencernaan dan insang tiram menunjukkan
adanya DNA untuk Dermo (ditunjukkan oleh panah). M, DNA penanda ukuran.
Oleh karena itu kami berharap bahwa landak akan terus menjadi organisme model
yang sangat berharga dalam bereksperimen untuk mempelajari biologi molekuler
genom baik perairan dan genom manusia.
Manipulasi Genetik dari ikan bersirip dan kerang-kerangan
Para ahli biologi di seluruh dunia menggunakan teknik genetika untuk
menciptakan keturunan ikan bersirip dan kerang-kerangan dengan karakteristik
yang diinginkan seperti meningkatkan tingkat pertumbuhan dan resistansi
penyakit.Table 10.2 menunjukkan contoh dari spesies yang berbeda yang telah
direkayasa secara genetis untuk berbagai keperluan.
Seperti terlihat pada Tabel 10.3, banyak spesies telah dimodifikasi secara
genetik untuk aplikasi potensial dalam industri budidaya perikanan. Gen asing
telah dimasukkan ke ikan bersirip dan kerang-kerangan untuk mempercepat
pertumbuhan, meningkatkan toleransi dingin dan ketahanan terhadap penyakit,
dan mengubah kualitas daging untuk meningkatkan kualitas. Meskipun transgenik
strain jagung, kedelai, dan tomat telah digunakan di Amerika Serikat selama
bertahun-tahun, tidak ada ikan transgenik telah disetujui oleh FDA untuk
konsumsi manusia. Sebuah Protein A/F, Inc, telah meminta persetujuan dari badan
ke pasar ikan transgenik yang mengandung gen AFP. Banyak perusahaan lain juga
mencari persetujuan FDA untuk penjualan ikan transgenik. Kuba adalah negara
yang paling progresif di dunia ketika datang ke penggunaan makanan yang
dimodifikasi secara genetik, khususnya seafood. Nila hasil rekayasa genetika
sudah dijual untuk konsumsi manusia di Kuba. Demikian pula, perusahaan
Norwegia telah mengembangkan rekayasa genetika peternakan-mengangkat ikan
nila yang tumbuh hampir dua kali lebih cepat dari nila liar.
Teknologi Bounty Aqua di Massachusetts telah menghasilkan transgenik
salmon Atlantik yang mengandung gen GH dan urutan gen dari salmon Chinook
(Oncorhynchus
tshawytscha)-spesies
yang
menunjukkan
kemampuan
pertumbuhan yang lebih cepat dan lebih besar ukurannya daripada kebanyakan
salmon Atlantik, serta peraturan urutan dari organisme mirip belut yang disebut
ocean pout. Salmon Atlantik biasanya berhenti tumbuh di musim dingin, tidak
begitu dengan transgenik yang tumbuh hampir 400% sampai 600% lebih cepat
dari salmon nontransgenic (Gambar 10.9). Ikan tersebut mencapai ukuran pasar
dalam 18 bulan bukan 30 bulan pada umunya. Bounty Aqua telah berusaha selama
lebih dari 30 tahun untuk mendapatkan persetujuan FDA untuk salmon ini
meskipun data menunjukkan tidak ada perbedaan dalam nilai gizi, penampilan,
atau rasa ikan ini dibandingkan dengan salmon liar. Pada tahun 2009, FDA
mengklasifikasikan perubahan rekayasa genetika pada hewan dan obat-obatan
hewan. Pada awal tahun 2011, FDA masih mempertimbangkan persetujuan
mengenai salmon transgenik. Kekhawatiran risiko utama terus menjadi dampak
ekologi dari salmon tersebut. Bounty Aqua mengatakan bahwa semua salmon
transgenik adalah betina dan sekitar 99,8% dari mereka adalah triploids steril
(lihat pembahasan dari triploids dimulai pada halaman berikutnya).
Pada tahun 2004, Yorktown Industries dari Austin, Texas, menjadi berita
utama berita populer ketika mereka mengumumkan mereka telah menciptakan
GloFish, strain transgenik yang mengandung gen protein merah fluolescent ikan
zebra dari anemon laut. Ketika sinar ultraviolet menerangi GloFish, mereka
berpendar merah muda cerah, mereka diperkenalkan sebagai hewan peliharaan
rekayasa genetika pertama kali dijual di Amerika Serikat. Sejumlah kelompok
antibiotechnology menyuarakan protes mereka tentang penggunaan baru dari
rekayasa genetika.
Meskipun spesies transgenik adalah jenis yang paling umum dari spesies
laut rekayasa genetika, sejumlah spesies polyploid telah diciptakan. Polyploids
adalah organisme dengan peningkatan jumlah menyelesaikan set kromosom.
Seperti yang telah kita bahas, kebanyakan hewan dan tanaman spesies diploid
(disingkat 2n, dimana n = jumlah kromosom), yang berarti bahwa mereka
memiliki dua set kromosom X dalam sel somatic mereka dan satu nomor, atau
haploid (n), kromosom dalam gamet mereka. Pada manusia, jumlah haploid
kromosom adalah 23, sehingga jumlah diploid kromosom dalam sel somatik
manusia adalah 46 (2n = 46). Gambar 10.10 adalah representasi sederhana dari
perbedaan antara haploid, diploid, dan spesies polyploid.
Sebagian besar spesies laut polyploid diciptakan sampai saat ini adalah
spesies triploid. Organisme triploid mengandung tiga set kromosom (3n).
Sejumlah teknik yang berbeda dapat digunakan untuk membuat triploids.
Triploids yang biasanya diturunkan dengan menundukkan telur ikan terhadap
perubahan suhu atau perawatan kimia untuk mengganggu pembelahan sel telur.
Telur diperlakukan dengan cara ini matang dengan set ekstra kromosom.
Misalnya, merawat telur dengan colchicine, bahan kimia yang berasal dari
crocus flower (Colchicum autumnale), merupakan salah satu pendekatan umum
untuk menciptakan polypioids (Gambar 10.11a). blok Colchicine pembelahan sel
dengan mengganggu pembentukan mikrotubulus yang diperlukan untuk
pembelahan sel. Akibatnya, para chromosomes bereplikasi dalam sel telur diobati,
tetapi sel-sel ini tidak mampu membagi. Oleh karena itu telur ini memiliki jumlah
kromosom diploid, kromosom dua kali lebih banyak seperti biasa. Pemupukan
seperti sel telur oleh sperma hasil normal sel haploid dalam organisme triploid.
Pendekatan lain untuk memproduksi triploids melibatkan pemupukan telur
haploid normal dengan dua spermatozoa (Gambar 10.11b) Embrio yang
dihasilkan adalah mengandung triploid satu set kromosom dari sel telur dan satu
set dari masing-masing dua sperma yang berbeda.
Poliploidi biasanya mempengaruhi sifat pertumbuhan suatu orginisme.
Misalnya, tipe triploids berkembang lebih pesat, di sebagian besar spesies 10%
sampai 50% lebih cepat dan lebih besar dari sesama diploid normal. Tapi triploids
lebih steril karena mereka menghasilkan gamets dengan jumlah kromosom
abnormal, dalam beberapa kasus triploids mungkin tidak menghasilkan gamet.
Salah satu strain pertama triploid banyak digunakan ikan adalah grass carp triploid
(Ctenopharyngodon idella). Grass carp memiliki nafsu rakus untuk berbagai jenis
vegetasi air. Pada awal 1960-an, ikan U.S dan Layanan kehidupan liar Grass carp
diploid yang asli diimpor ke Malaysia. Pada awal 1980-an, ikan mas triploid
dikembangkan dengan telur suhu ekstrim untuk membuat telur diploid dan
pemupukan telur ini dengan sperma hapioid normal. Triploids tumbuh dengan
cepat dan dapat melebihi 25 pon. Karena kemampuan mereka untuk
mengkonsumsi sejumlah besar vegetasi, ikan mas menjadi sangat populer untuk
mengendalikan pertumbuhan gulma air di kolam air tawar dan danau di seluruh
Amerika Serikat. Grass carp triploid menjadi favorit di kalangan manajer kolam
dan danau, yang bisa persediaan ikan-ikan di danau sebagai cara "alami untuk
mengendalikan
pertumbuhan
gulma,
meminimalkan
kebutuhan
untuk
GAMBAR 10.10 Spesies Polyptoid Apakah Variasi Set Comptete sel somatik
Kromosom dari banyak hewan dan sel tumbuhan memiliki jumlah kromosom diploid,
sedangkan gamet memiliki satu set, atau jumlah haploid, kromosom. Polyploids
mengandung tiga atau lebih set kromosom. Kromosom dari suatu organisme dengan
jumlah diploid (2n) dari delapan kromosom yang ditampilkan. Meskipun tetraptoid (4n)
dan pentaptoid (5n) organisme dapat dibuat, sebagian besar spesies laut yang polyploid
triploids (3n).
GAMBAR 10.11 menghasilkan triploid (a) sel telur dapat diolah secara kimia untuk
memblokir gerakan kromosom selama pembelahan sel untuk menghasilkan telur diploid.
(b) ketika sel telur dibuahi oleh sel sperma haproid normaI, keturunan triploid diproduksi.
Triptoid A juga dapat dibuat dengan pembuahan telur haploid normal dengan dua sperma
haploid normal.
F. Aplikasi Bioteknologi Akuatik
GAMBAR 10.12 Mussels menghasilkan perekat unik yang disebut dengan serat
basal.
Salah satu katagori obat dari laut yang ada untuk menyediakan aplikasi
medis menjanjikan pada bioteknologi peraitan adalah identifikasi antiinflamasi,
senyawa analgesic (penghilang rasa sakit), dan anti kanker yang digunakan untuk
pengobatan manusia. Lebih dari selusin senyawa anti kanker yang berbeda telah
diisolasi dari invertebrate laut, terutama spons laut, tunicates, dan moluska.
Banyak dari senyawa ini dari berbagai tahap uji klinis idealnya akan digunakan
sebagai obat baru dan efektif di pasaran. Beberapa kelompok peneliti sedang
mempelajari makhuk laut berbisa dengan harapan mengidentifikasi zat yang dapat
digunakan untuk mengobati gangguan system saraf.
Siput kerucut laut, spesies yang berpotensi memetikan menghasilkan
konotksin, molekul yang dapat menargetkan reseptor nurotransmiter tertentu
dalam system saraf. Pada tahun 2004, aplikasi FDA obat Prialt (Ziconotide), suatu
peptide conotoxin dimurnikan dari Conus magus siput kerucut laut oleh Elan
Corporatiaon Irlandia. Conotoksin seperti Prialt merupakan sumber baru yang
menjanjikan neurotoksin dengan kemampuan sebagi obat penghilang rasa sakit
yang kuat dengan memblokir jalur saraf yang menyampaikan pesan rsa sakit ke
otak. Prialt telah berhasil digunakan untuk mengobati penyakit kronis seperti sakit
punggung.
Yondelis (trabectedin atau ectinascidin), sebuah obat anti tumor diisolasi
dari gurita laut Ectenascidia turbinate, telah diberikan status obat orphan
(tunggal) oleh Komisi Eropa dan FDA untuk pengobatan sarcoma jaringan lunak
dan kanker ovarium. Yondelis juga dalam percobaan fase II untuk pengobatan
prstat dan kanker payudara. Yondelis mengikat dalam alur kecil DNA dan
menghambat pembelahan sel dengan memblokir protein transkripsi DNA.
Penelitia juga meniliti senyawa antiinflamasi yang ditemukan dalam
ekstrak karang. Senyawa tersebut dapat menyebabkan strategi pengobatan batu
untuk iritasi kulit dan penyakit inflamasi seperti asma dan radang sendi. Table
10.4 contoh daftar senyawa medis yang diisolasi dari organism akuatik.
Organism
Produk Medis
Magainins
(Xenopus laevis)
Kegunaan
Peptida antimikroba pertama kali ditemukan
pada kulit katak. Digunakan untuk mengobati
infeksi bakteri.
Coho salmon
Calcitonin
(Oncorhynchus kisutch)
Neovastat
osteoporosis.
Hammerhead shark
(Sphyrna lewini)
Hirudin
Leech
(Hirudo medicinalis)
Prialt (ziconotide)
Yondelis
(trabectedin)
Sea squirt
(Ecteinascidia turbinate)
antitumor
dikembangkan
untuk
bagaimana
TTX
mempengaruhi
chanel
natrium
telah
menyebabkan pengembangan obat baru yang sedang diuji tidak hanya sebagai
anestesi untuk mengobati pasien dengan berbagai jenis sakit kronis tetapi juga
sebagai agen antikanker pada manusia. Para peneliti juga bekarja dengan
sekuensing genom ikan buntal, yang berisi gen dengan jumlah yang sama dengan
manusia tetapi jauh lebih kecil. Fugu juga mengandung DNA noncoding jauh
lebih sedikit (intron) dari pada genom manusia, sehingga juga dianggap sebagai
organism model yang ideal untuk mempelajari pentingnya intron.
Sebuah Squalamine disebut steroid, pertama kali diidentifikasi pada
Dogfish (Squalus acanthias), tampaknya menjadi agen antijamur ampuh yang
dapat digunakan untuk mengobati infeksi jamur yang mematikan seperti pada
kasus paseien yang terkena AIDS dan kanker. Hui jarang dikembangkan untuk
obat kanker (meskipun mitos bahwa hiu tidak terkena kanker), dan tulang rawan
ikan hiu memiliki senyawa antigiogenic, dan ekstrak tulang rawan ini berada
dalam tahap uji klinis. Angiogeneisi, atau pembentukan pembuluh darah, adalah
proses yang sering diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan berbagai
jenis tumor. Dengan menghalangi pembentukan pembuluh darah, senyawa
antigiogenetik berasal dari spesies laut ini menjanjikan untuk menghambat
pertumbuhan tumor tertentu.
Selain itu, karena banyak organism akuatik yang hidup dilingkungan yang
keras, para ilmuan optimis bahwa kita bias belajar dari adaptasi organism yang
telah dikembangkan. Sebagai contoh, para peneliti sedang mempelajari organism
laut yang menunjukkan teleransi terhadap sinar ultraviolet, ini mungkin terbukti
menjadi sumber tabir surya alami. Sebagai contoh lain, luka buaya yang sangat
resisten terhadap infeksi, meskipun buaya berenang di perairan yang dipenuhi
mikroba. Para ilmuwan menemukan bahwa buaya menghasilkan peptide
antimikroba yang mampu membunuh mikroba seperti MRSA (metichilin resistant
Straphylococus aureus, yang bertanggung jawab sekitar 70% dai infeksi
mematikan di rumah sakit) yang telah menjadi kebal terhadap antibiotic modern.
Cangkang kepiting bahkan dibuang dari industry crabbing komersial
berperan dalam aplikasi medis bioteknologi akuatik. Kerangka luar atau
eksokseleton dari anggota filum arthropoda yang meliputi kepiting, lobster, udang,
serangga, dan laba-laba merupakan sumber yang kaya kitin dan kitosan. ini
merupakan karbohidrat kompleks yang secara structural mirip dengan selulosa
yang membentuk lapisan luar yang keras dari dinding sel pada tumbuhan.
Selulosa secara luas dikenal sebagai sumber serat pada makanan. Demikian pula,
kitin dan kitosan juga merupakan sumber serat. Makan sayur dan buah-buahan
untuk mendapatkan serat jauh lebih mudah dari pada makan cangkang kepiting.
Meskipun demikian, ekstrak cangkang kepiting dapat dibeli sebagai bedak ditokotoko. Banyak krim kulit dan lensa kontak juga mengandung kitin dan kitin telah
digunakan untuk membuat nonallergic benang jahit bedah sehingga tidak perlu
dibongkar dan mempercepat peyembuhan pada manusia.
Sampai saat ini, beberapa obat dari laut memiliki penggunaan luas di pasar
media, namun dalam teknologi DNA rekombinan masa depan akan menyebabkan
peningkatan kemampuan untuk menghasilkan jumlah besar dari senyawa bioaktif
biasanya ditemukan dalam konsentrasi yang sangat rendah pada organism akuatik.
Produk Non Medis
Untuk lebih menghargai potensi perairan dunia kita, kita sekarang melihat
pada sejumlah produk akuatik, dari reagen penelitian untuk suplemen makanan,
yang telah berdampak pada industry bioteknologi.
Produk-produk yang telah berhasil
Keta telah membahas pentingya Tag polymerase, diisolasi dari Thermus
aquaticus archaebakteria yang ditemukan dari sumber air panas yang
memungkinkan untuk pengembangan PCR sebagai alat yang ampuh dalam
biologi molekuler (bab 3). Laut juga telah terbukti sebagai sumber enzim dan
produk lain yang telah memainkan peran penting dalam penelitian dasar dan
terapan. Misalnya, bakteri yang tinggal di dekat hidrotermal (air panas geyser di
dasar laut) telah menghasilkan generasi kedua enzim stabil yang digunakan dalam
PCR dan Modifikasi enzim DNA, termasuk ligase dan enzim restriksi.
Enzim lain dihasilkan oleh bakteri laut memiliki barbagai sifat menarik
yang dapat menyebabkan aplikasi penting di masa depan. Beberapa enzim tahan
terhadap garam, yang membuat mereka ideal untuk industry dengan prosedur
yang melibatkan kadar garam tinggi. Kami telah membahas peran bakteri Vibrio
Harvey bioluminescent dalam mendeteksi pencemaran lingkungan (bab 5).
Spesies laut Vibrio menghasilkan sejumlah protease, termasuk protease yang unik
yang beberapa resisten deterjen yang digunakan dalam banyak proses manufaktur.
Akibatnya banyak deterjen resisten terhadap protease mungkin memiliki aplikasi
potensial untuk menurunkan protein dalam proses pembersihan, termasuk
penggunaanya dalam deterjen untuk menghilangkan noda protein dalam pakaian.
Vibrio juga merupakan sumber kolagenase yang baik, protease yang digunakan
dalam kultur jaringan. Ketika para ilmuwan mencari untuk pertumbuhan sel-sel,
seperti pertumbuhan sel hati dalam kultur, mereka dapat menggunakan kolagenase
untuk mencerna jaringan ikat yang memegang sel-sel menjadi satu sehingga selsel tunggal dapat tersebar ke piring kultur sel.
Produk lain yang berasal dari laut adalah kargenan, bahan pengawet
makan, pasta gigi, dan kosmetik. Ini merupakan polisakarida yang kayak an
sulfat, di ekstrak dari rumput laut merah, telah telah banyak digunakan pada
banyak produk lebih dari 50 tahun. Ada keluarga besar polisakarida karegan.
Mereka memiliki kemampuan untuk membentuk gel dari berbagai kepadatan pada
temperature yang berbeda. Akibatnya karagenan telah digunakan sebagai agen
pengenyal pada saat kita memakannya. Beberapa aplikasi yang paling umum dari
kargenan termasuk kegunaan mereka sebagai penstabil dan bulking agen dalam
permenkaret, susu coklat, bird an anggur, salad dressing, sirup, saus, daging
olahan, perekat, tekstil, pemoles, dan ratusan produk lainnya. Filipina merupakan
produsen terbesar di dunia dari rumput laut merah (rhodophyta), dari mana
karagenan banyak berasal. Ganging merah juga berharga untuk digunakan dalam
rokok, produk rumput laut tipis yang digunakan untuk pembungkus sushi.
Perbaikan dalam pertanian rumput laut memungkinkan untuk peningkatan polimer
alga lainnya, termasuk agar-agar dan asam algina, yang merupakan bahan
penelitian penting yang digunakan untuk membuat medium bakteri dan gel agrosa
untuk elktroforesis DNA.
Biomassa dan Bioprosesing
Salah satu wilayah yang baru muncul dari bioteknologi kealutan
melibatkan eksplorasi biomassa laut. Kelompok ganggang di perairan merupakan
biomassa, seperti halnya kelompok ikan. Kita telah mengetahui bahwa tanaman
adalah yang memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Tumbuhan laut
(termasuk rumput laut dan plankton) megubah energy matahari menjadi energy
kimia. Dapatkah energy kimia dari biomassa tersebut dipanen?
Para ilmuwan sedang mneliti cara dimana ganggang dan tanaman dapat digunakan
untuk memproduksi bahan bakar alternative. Sebagai contoh, menggunkan
kemampuan reproduksi ganggang yang cepat untuk menghasilkan hidrokarbon
dan lipid dalam jumlah yang luar biasa untuk memberikan alternative sumber
bahan bakar yang mungkin seperti etanol.
Ilmuwan kelautan mengeksplorasi cara-cara Bioprocesing yang mungkin
melibatkan produk kelautan untuk menghasilkan produk biologi seperti protein
rekombinan.
Alga
mungkin
berpotensi
untuk
mengekspresikan
protein
agen antifouling menggunakan bahan kimia beracun seperti cat, tembaga dan
merkuri untuk meminimalkan pertumbuhan organisme fouling. Namun hal ini
justru akan memberikan pencemran lingkungan yang lebih. Untuk mengatasi hal
tersebut para peneliti saat ini sedang menyelidiki mekanisme alami yang
digunakan banyak organisme untuk mencegah biofouling.
Para ilmuan menggunakan teknik molekuler untuk menmukan jawaban
dari permasalahan ini. Beberapa organisme diperkirakan menghasilkan zat yang
dapat menghambatadhesi organisme biofilming (gambar 10.15). Seperti rumput
laut Zostra marina dan ganggang menghasilkan senyawa yang mencegah
pertumbuhan bakteri dan jamur. Dalam waktu dekat, senyawa ini dapat digunakan
untuk memproduksi lapisan pelindung untuk menutupi lambung kapal, peralatan
budidaya dan peralatan laiinnya yang rentan terhadap biofilming.
GAMBAR 10.14 Invaders Diinginkan Buat Biofilm Itu Memiliki Dampak Ekonomi
Serius (a) pertumbuhan yang tidak terkendali dari spesies yang tidak diinginkan, seperti
yang dari zebra kerang, menyajikan banyak masalah. (B) kerang, teritip, dan organisme
lain dapat membuat biofilm keras ditampilkan di sini meliputi pipa.
biosensor
Para ilmuan sedang bekerja untuk mengekplorasi penggunaan organisme
air sebagai biosensor untuk mendeteksi polutan dengan konsentrasi rendah dan
senyaw beracun pada saluran air. Strain bakteri bercahaya (biolumiscan) dapat
digunakan sebagai biosensor (bab 5). Beberpa spesies menggunkan biolonescan
untuk nemerangi lingkungan mereka, dan beberapa laiinya digunakan untuk
memulihkan
atau
membersihkan
laingkungan
dari
berbagai
zat
Salah satu teknik yang paling awal digunakan dalam remidiasi kelautan
adalah dengan melibatkan peningkatan kuantitas kerang di daerah tercemar. Para
ilmuan menempatkan rak-rak berisi kerang pada perairan yang tercemar seperti
kerang, tiram, remis. Organisme ini akan menyaring air, merke bertindak seperti
filter untuk menghilangkan limbah seperi senyawa nitrogen dan bahan kimia
organic. Bahan kimia ini, akan diserap dalam jaringan kerang. Setelah periode
waktu yang ditentukan kerang dpat dipanen, sehingga menghilangkan bahan
limbah padda perairan.
Kontaminasi logam berat dari perairan laut merupakan hasil dari banyak
proses industri manufaktur. Sebagai solusi dalam masalah ini para ilmuan telah
mengisolasi bakteri yang mengoksidari logam seperti besi, mangan, nikel dan
kobalt. Beberapa bakteri ini juga dapat digunakan untuk mengektrak logam
penting dari kelas bijih rendah. Selain itu beberpa bakteri laut dan ganging bersel
tunggal mengekspresikan mellothionein, keluarga potein pengikat logam. Spesies
ini berkembang dalam air yang terkontaminasi dengan cadmium dal logam berat
lainnya, diman mereka benar-benar menghilangkan cadmium dari lingkungan
sekitarnya dan kemudian mendegradasi logam beracun ini menjadi produk yang
tidak berbahaya. Para ilmuan mencari cara menggunkan organisme ini untuk
mengekstrak, memulihkan, dan mendaur ulang logam penting dan mahal seperti
emas dan perak dari proses manufaktur.
Banyak organisme laut menghasilkan zat yang berguna hasil dari
pengolahan berbagai bahan limbah. Dengan menggunkan organisme akuatik atau
produk mereka, adalah hal yang mungkin untuk merangsang degradasi limbah
dalam lingkungan alam atau bioreactor. Misalnya, ahli mikrobiologi di USDA
telah bereksperimen dengan metabolism nitrogen pada pertumbuhan koloni
ganggang yang disebut dengan scrubber, sehingga mereka dapat digunakan
sebagai filter alami. Scruber ini bekerja seperti arang di akuarium dalam kerja
mereka mengikat limbah nitrogen. Air yang terkontaminasi dengan kotoran hewan
ternak yang melewati scrubber dan ganging menyerap limbah dengan
metabilismenya. Limbah ini memberikan nutrisi bagi ganging, yang tumbuh
menjadi lapisan yang tebal. Ganggang secara periodic dipanen dengan memotong
dan dibiarkan tumbuh kembali. Air yang dibersihkan dengan cara ini telah
digunakan untuk irigasi dan beberpa ganggang yang dipanen bahkan telah
digunakan sebagai pakan ternak. Percobaan serupa telah dilakukan di florida
menggunakan enceng gondok untuk membersihkan air yang kaya akan fospor,
nitrogen, dan nutrisi lainnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Fokus kajian dalam bioteknologi akuatik anatra lain; meningkatan suplai
sumber pangan dunia, pemugaran dan perlindungan ekosistem laut,
mengidentifikasi senyawa baru yang berguna untuk kesehatan manusia dan
perawatan medis, meningkatkan keamanan dan kualitas makanan laut,
menemukan dan mengembangkan produk baru dan aplikasinya dalam
indusri kimia, mencari pendekatan baru untuk monitoring dan pengobatan
penyakit, sert meningkatkan pengetahuan proses biologi dan geokimia
lingkungan perairan.