Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TANAH BASA

ILMU TANAH AKUAKULTUR

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Sri Andayani, MS.

KELOMPOK 2

Yurike Mai Dwi Lestari 205080500113017


Gayatri Waisa Rani 205080500113015
Fina Febriyani 205080500113019
Agustina 205080500113021
Riyan Budi Santoso 205080500113013

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PSDKU KEDIRI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tanah basa
dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan dari makalah ini untuk memenuhi
tugas Ilmu Tanah Akuakultur dari dosen pengampu Prof. Dr. Ir. Sri Andayani,
MS. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai tanah
basa bagi pembaca dan bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Ir. Sri Andayani, MS selaku dosen dari mata kuliah Ilmu Tanah
Akuakultur yang telah memberikan tugas ini sehingga mampu menambah
wawasan bagi kami penulis sesuai dengan bidang studi yang kami ambil. Kami
menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kediri, 1 September 2021

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5

1.3 Tujuan........................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................6

2.1 Pengertian Tanah Basa..............................................................................6

2.2 Jenis dan Ciri Tanah Basa.........................................................................6

2.3 pH Tanah Basa..........................................................................................7

2.4 Sifat Kimia Tanah Basa.............................................................................7

2.5 Sifat Fisika Tanah Basa...........................................................................11

2.6 Penyebab dan Upaya Mengatasi Tanah Basa..........................................11

PENUTUP..............................................................................................................13

3.1 Kesimpulan..............................................................................................13

3.2 Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

BAB 1

PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang

Pembentukan tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, waktu,


organisme, bahan induk, iklim dan topografi atau relief. Perbedaan pengaruh dari
macam - macam faktor pembentuk tanah tersebut akan menghasilkan ciri – ciri
tanah baik sifat fisik, kimia maupun biologi yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap kesuburan tanah tersebut. Salah satu variabel kualitas tanah adalah sifat
kimia tanah, yang terdiri dari bahan organik, kemasaman tanah (pH), kapasitas
tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB). Sifat kimia tanah saling
berhubungan dan erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara esensial yang
berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pH, C-organik, KTK
dan KB yang berdampak signifikan terhadap kesuburan tanah. Hubungannya
dengan C-organik dan pH apabila tanah menjadi masam maka tidak hanya
mengganggu proses dekomposisi tetapi juga dapat mencegah beberapa nutrisi
tidak dapat diserap, KTK yang tinggi menunjukkan bahwa kondisi tanah dapat
menyediakan unsur hara.

Sifat kimia tanah menunjukkan ciri - ciri bahan kimia beserta faktor - faktor
yang terdapat di dalam tanah dan diperlukan untuk memperkirakan fungsi tanah
dari aspek kelarutan dan ketersediaan komponen dalam tanah. Sifat kimia tanah
dipengaruhi dengan sifat dasar tanah yang mempunyai kandungan organik,
mineral, larutan pada tanah serta proses yang berlangsung pada tanah. Tekstur
tanah secara non-teknis adalah halus atau kasarnya tanah apabila dirasakan.
Sementara secara teknis adalah perbandingan jumlah (massa) partikel pasir, debu
dan liat dalam suatu tanah. Tingkat kelekatan tanah dipengaruhi oleh kandungan
partikel liat, sementara tingkat kekasaran tanah ditentukan oleh kandungan
partikel pasir. Semakin tinggi tingkat kelekatan tanah berarti kandungan liat
semakin banyak, sedangkan semakin banyak kandungan pasir maka tanah
semakin terasa kasar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian tanah basa?

4
2. Apa jenis dan ciri-ciri tanah basa?
3. Bagaimana pH tanah basa?
4. Bagaimana sifat kimia pada tanah basa?
5. Bagaimana sifat fisika pada tanah basa?
6. Apa saja penyebab dan upaya untuk mengatasi tanah basa?

1.3 Tujuan

2. Untuk mengetahui pengertian dari tanah basa.


3. Untuk mengetahui jenis dan ciri-ciri tanah basa.
4. Untuk mengetahui pH tanah basa.
5. Untuk memahami sifat kimia tanah basa.
6. Untuk memahami sifat fisika tanah basa.
7. Untuk mengetahui penyebab dan upaya mengatasi tanah basa.

BAB 2

5
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tanah Basa

Tanah merupakan media berpori yang terbentuk di permukaan bumi oleh


proses pelapukan yang disebabkan oleh interaksi aktivitas biologis, geologis,
hidrologis, dan iklim. Tanah dapat diklasifikasikan sebagai sumber daya karena
tanah merupakan salah satu faktor keuangan yang berguna sebagai modal
komersial dalam proses produktif atau dalam kegiatan ekonomi. Tanah terbentuk
dari bebatuan beku yang berasal dari magma yang keluar dari gunung vulkanik
lalu membeku, kemudian terkena cuaca, terutama panas dan hujan, selanjutnya
bebatuan tersebut hancur dan membentuk tanah. Tanah dibagi menjadi dua jenis:
tanah asam dan tanah basa. Tanah masam terdiri dari senyawa yang terdiri dari
ion hidrogen dan ion negatif. Tanah alkali memiliki sifat mengikat hidrogen atau
asam. Tanah dengan pH basa mengandung lebih banyak kapur dan umumnya
ditemukan di daerah pesisir. Selain itu, tanah alkalin juga mengandung ion
magnesium, kalsium, kalium dan natrium yang tinggi (Nwachukwu et al., 2021).

2.2 Jenis dan Ciri-Ciri Tanah Basa

Menurut Santos et al., (2017), tanah merupakan bahan dasar yang sangat
penting dalam kegiatan perikanan, karena di atas lahan tersebut terdapat
konstruksi bangunan. Namun, tidak semua tanah cocok untuk digunakan dalam
konstruksi tambak, karena beberapa macam tanah yang dapat menimbulkan
masalah baik dalam daya dukung tanah maupun dalam penurunan tanah
(deformasi). Kandungan pasir 5% sampai 10% dianggap baik untuk budidaya
pada tambak. Tekstur tanah yang baik untuk tambak adalah liat, lempung berliat,
lempung liat berdebu, lempung berdebu, lempung dan lempung liat berpasir. Sifat
tanah yang sangat basa tidak baik. Secara umum sifat tanah basa dapat dicirikan
sebagai yaitu dengan kondisi tanah dikatakan basa jika skala pH di atas 7 dan
asam jika skala pH di bawah 7. Sedangkan tanah netral memiliki pH 7. Semakin
tinggi pH tanah (basa), semakin sulit unsur hara dalam tanah diserap. Tanah alkali
umumnya mengandung sangat sedikit unsur hara dan mikroorganisme.

2.3 pH Tanah Basa

6
pH tanah berawal dari 0 sampai 14. Pada tanah basa tingkat keasamannya
antara 7 sampai 14. Kondisi tanah netral apabila tingkat keasaman antara 6 sampai
8 dan kondisi ideal antara 6,5 sampai 7,5. Semakin tinggi nilai pH tanah basa
maka unsur hara yang terdapat dalam tanah akan sangat sukar untuk diserap.
Tanah basa umumnya terdapat unsur hara dan mikroorganisme yang sangat
sedikit. Unsur hara dan mineral dapat mudah diserap apabila pada kondisi netral.

Pelarut air (pHw) dan pelarut kalsium klorida (pHCa) digunakan untuk
mengukur pH tanah dengan baik. Metode pelarut yang digunakan sangat
bergantung pada hasil pengukuran pH yang bervariasi. Unsur Na (Natrium) dan
Mo (Molibdenum) banyak ditemukan pada tanah basa. Perkembangan
mikroorganisme dalam tanah ditentukan oleh kondisi pH pada tanah. Jamur dan
bakteri pengurai bahan organik dapat tumbuh dengan baik ketika pH dalam tanah
5,5 – 7.

2.4 Sifat Kimia Tanah Basa

Secara umum, distribusi spasial konten SOC berbeda secara signifikan


antara dua tahun referensi. Namun, distribusi spasial pH hanya berubah sedikit
selama tiga dekade. Untuk peningkatan kandungan SOC di area tertentu tidak
dapat dikaitkan dengan perluasan lahan hutan. Peningkatan rata-rata kandungan
SOC di seluruh provinsi dikaitkan dengan akumulasi di tanah hutan
mengkompensasi kerugian yang berlebihan dari tanah pertanian. Konsentrasi SOC
di tanah atas pertanian terkait dengan banyak faktor; salah satunya adalah
kedalaman bajak hasil mekanisasi pertanian. Meskipun pembajakan dalam
mungkin menyebabkan "pengenceran" lapisan tanah atas yang kaya SOC oleh
bahan lapisan tanah bawah yang miskin SOC, tingkat SOC tanah lapisan atas
sedikit terpengaruh oleh fenomena.

Curah hujan rendah dan tanah soda salinealkaline adalah fitur alami dari
wilayah. Dengan demikian, irigasi memiliki pengaruh besar pada alkalinisasi
tanah lapisan atas. Irigasi tidak hanya memenuhi kebutuhan air tanaman, tetapi
juga sangat meningkatkan kualitas tanah; pencucian garam ke cakrawala tanah
yang dalam. Namun selama bertahun-tahun, pembangunan beberapa bendungan di

7
hulu jaringan sungai peningkatan kondisi kekeringan telah mengurangi
ketersediaan air irigasi. Kondisi ini telah mengkonsentrasikan garam di
permukaan tanah, meningkatkan pH tanah. Meskipun sebagian besar peningkatan
area pengasaman terletak di wilayah berhutan, perluasan wilayah terakhir
bukanlah faktor dampak utama. Penyebab rendahnya pH tanah di wilayah ini
yaitu masukan asam organik dari sistem perakaran pohon jenis konifera, jenis
pohon yang dominan di wilayah berhutan dan penggantian lapisan serasah yang
terakumulasi dengan lapisan humus besar, yang mengandung asam humat dan
fulvat, yang menurunkan pH tanah.

SOC berkorelasi positif dan signifikan dengan curah hujan, sedangkan pH


berkorelasi negatif dengan curah hujan. Suhu dan persentase erosi tanah memiliki
pengaruh yang kecil terhadap sifat fisika kimia tanah. Efek negatif kerapatan parit
pada kualitas tanah sangat luar biasa, SOC dan pH berkorelasi negatif.
Dibandingkan dengan faktor manusia lainnya, hutan memiliki pengaruh yang
lebih besar terhadap kualitas tanah, yaitu SOC dan pH masing-masing berkorelasi
positif dan negatif dengan tutupan lahan ini. Hanya SOC yang memiliki korelasi
negatif signifikan dengan produksi gabah. SOC dan pH tidak berhubungan secara
signifikan dengan pemupukan, meskipun pertanian dan pupuk sama-sama
dipertimbangkan. Banyak hasil penelitian telah melaporkan bahwa iklim, yang
dicirikan oleh curah hujan dan suhu, merupakan penentu utama sifat fisika kimia
tanah. Faktor alam menyumbang 34% dari varian pH; dua kali lebih banyak
varian menjelaskan variasi SOC. Kovariasi antara faktor antropogenik dan alami
untuk pH sedikit lebih besar daripada SOC, terhitung 48% dari varian.

Kapasitas tukar kation (KTK) adalah ukuran kemampuan tanah untuk


menahan dan menukar kation. Penentuan kualitas tanah memerlukan identifikasi
sifat-sifat tanah yang penting dalam kemampuan tanah untuk menjalankan
berbagai fungsinya serta responsif terhadap perubahan penggunaan lahan dan
pengelolaan lahan. KTK tanah ditentukan dengan menggunakan metode natrium
asetat (NaOAc). OC ditentukan dengan menggunakan metode pembakaran basah.
pH tanah ditentukan dengan menggunakan pH meter (model WTW 7110) dan
suspensi air/tanah 1:1. Tanah juga diperkaya kalsium karbonat karena bahan induk

8
batu kapur dan kadar OC tidak tinggi. Oleh karena itu, KTK sebagian besar
dijelaskan oleh pH. Kehabisan karbon tanah. Perbedaan perilaku tanah mungkin
disebabkan oleh perubahan sifat tanah yang dipicu oleh pertanian intensif jangka
panjang, yang mengubah sifat tanah karena pembajakan dan penggunaan
pestisida. KTK tanah sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah (misalnya tekstur
tanah), kimia (misalnya pH, mineralogi), dan biologi (misalnya, OC) akibatnya,
ada hubungan yang kuat dan signifikan antara KTK dan sifat-sifat tanah yang
biasanya dianalisis. Ditemukan bahwa pasir dan lanau tidak berpengaruh
signifikan dalam memprediksi KTK. Disimpulkan lumpur memiliki dampak yang
lebih kecil terhadap estimasi KTK tanah dibandingkan dengan tanah liat dan pasir.
Jumlah OC yang tinggi dapat mempengaruhi pH  dan tanah. Selain itu, SOM,
yang berkorelasi kuat dengan OC, memiliki KTK per unit volume yang tinggi.
Secara umum, KTK tanah belum diselidiki dengan baik menggunakan pendekatan
statistik baru dan lanjutan oleh karena itu, pekerjaan lebih lanjut di bidang ini
sangat penting. 

Metode lapangan lembab paling umum digunakan untuk menentukan total


C dan N fraksi agregat tanah, tetapi karena menggunakan tanah kering, kolam
mikroba dalam kelas ukuran yang berbeda tidak dapat diukur. Menunjukkan
bahwa pengeringan tanah sebelum analisis memiliki efek yang nyata pada
pengukuran biomassa mikroba. Karena P biomassa mikroba penting dalam
dinamika P tanah, tetapi dengan tanah yang lembab di lapangan sebagai gantinya
untuk mengukur fraksi P mikroba dalam setiap kelas ukuran agregat. Metode
field-moist (F) asli. Waktu slaking dan prosedur pengayakan basah identik yang
menghasilkan kelas ukuran agregat yang sama. Tingkat pemulihan untuk metode
ini berkisar antara 95,6 hingga 103,1%, dengan pemulihan rata-rata 100,6%. P
total ekstrak diukur setelah autoclave destruksi dengan H2SO4 dan amonium
persulfat, netralisasi dan kolorimetri. P organik dihitung sebagai perbedaan antara
P total dan P anorganik dari ekstrak NaOH-EDTA. Untuk memperkirakan partikel
tanah dalam fraksi ukuran agregat yang berbeda secara lebih akurat, proporsi
partikel pasir dan beton besi berukuran agregat, yang disebut sebagai partikel
kasar dalam setiap kelas ukuran agregat.

9
Kandungan rata-rata kalium yang tersedia lebih rendah dari kontrol hanya
di 0,2-0,4 m kedalaman tanah dengan 150% dari rekomendasi nutrisi yang
dipasok oleh air limbah sanitasi yang diolah. Tidak ada perbedaan yang diamati
pada lapisan tanah lainnya. Dengan demikian, aplikasi air limbah sanitasi yang
diolah untuk memasok hingga 200% rekomendasi kalium tidak meningkatkan
nutrisi ini di dalam tanah. Penurunan kalium tanah yang tersedia terutama diamati
pada pengolahan air limbah, dibandingkan dengan kondisi awal. Rendahnya
ketersediaan kalium mungkin terkait dengan perbaikan sistem perakaran tanaman.
Kesuburan tanah yang tinggi yang dihasilkan dari air limbah yang kaya nutrisi
meningkatkan ketersediaan dan penyerapan nutrisi oleh tanaman. Namun,
peningkatan natrium tertukar dalam profil tanah dapat mengurangi kalium tertukar
dengan menggantinya dalam kompleks penukar kation dan kehilangan melalui
pencucian ke lapisan yang lebih dalam. Dalam hal ini konsentrasi natrium yang
tinggi meningkatkan fitotoksisitas dan penekanan penyerapan kalium. Tidak ada
perbedaan yang diamati antara lapisan tanah dengan nilai kemasaman potensial,
jumlah basa, kapasitas tukar kation potensial dan kejenuhan basa. Hingga pada
lapisan permukaan, Ca dan Mg yang dapat ditukar mempengaruhi jumlah basa,
CEC7, dan saturasi basa. Rendahnya kadar Ca dan Mg mungkin karena adanya air
lunak dan rendahnya konsentrasi garam Ca dan Mg dalam air.

Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah-tanah


dengan pH rendah umumnya mempunyai kejenuhan basa rendah, sedangkan
tanah-tanah dengan pH tinggi mempunyai kejenuhan basa yang tinggi pula. Meski
demikian hubungan pH dengan KB pada pH 5,5 – 6,5 hampir merupakan suatu
garis lurus. Tanah-tanah dengan kejenuhan basa rendah, berarti kompleks lebih
banyak diisi oleh kation-kation asam yaitu Al+++ dan H+. PH tanah adalah 5,2,
yang menunjukkan keasaman karena drainase asam tambang. PH tanah yang
rendah adalah bukti dari drainase asam tambang. Semua kation yang terdeteksi
dalam air dan tanah berada di bawah batas standar. Keasaman air dapat
mempengaruhi korosi dan spesiasi dari beberapa konstituennya. Suhu dan pH
mempengaruhi kelarutan, mobilitas, dan dispersi logam berat. Suhu di atas 15 0C
meningkatkan pertumbuhan organisme patogen dan dapat meningkatkan masalah
yang berkaitan dengan rasa, bau, warna, dan korosi. PH air tidak lebih tinggi dari

10
nilai yang direkomendasikan yaitu 7,0-8,5 untuk air minum dan, oleh karena itu,
diperkirakan tidak akan berdampak buruk pada sumber air. Pertukaran pada
permukaan koloid dan larutan tanah didominasi oleh kation asam terutama kation
H sehingga pH tanah tergolong rendah meskipun hampir mendekati cukup netral
Ini menunjukkan bahwa ion h+ lebih tinggi dari pada ion AL. Nilai ph
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidup hidrogen (H+) di dalam tanah,
semakin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah semakin masam tanah tersebut.

2.5 Sifat Fisika Tanah Basa

Tanah yang lembab atau basa memiliki struktur dan stabilitas yang buruk.
Tanah ini bukanlah tanah yang sangat subur. Pada umumnya tanah alkalin adalah
tanah yang banyak mengandung kapur. Lahan basah banyak ditemukan di daerah
pesisir. Selain itu, tanah alkali memiliki kandungan liat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan tanah lainnya. Pada musim hujan tanah basa menjadi
tergenang air, sedangkan pada musim kemarau tanah retak-retak. Tekstur tanah
menunjukkan kasar halusnya tanah dari tanah halus. Karena tanah liat lebih halus,
setiap satuan berat memiliki luas yang lebih besar, oleh karena itu kemampuannya
menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi, tanah halus memiliki reaksi
kimia yang lebih kuat daripada tanah bertekstur kasar.

2.6 Penyebab dan Cara Mengatasi Tanah Basa

Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tanah basa. Karena pada saat
erosi tanah terjadi, unsur hara dalam tanah akan hanyut oleh aliran air. Sehingga
unsur hara yang mengalami penurunan dapat mengakibatkan tanah yang terlalu
basa. Peningkatan tanah yang terlalu basa juga disebabkan oleh tanah yang
terendam air.

Cara mengatasi tanah yang basa dengan melakukan pemberian pupuk yang
mengandung sulfur ataupun belerang dengan waktu yang cukup lama agar tanah
basa menjadi netral, misalnya seng sulfat, kalium sulfat, tembaga sulfat dan
amonium sulfat. Menetralkan pH tanah juga bisa dilakukan dengan pemberian
pupuk bahan organik, misalnya pupuk kandang ataupun pupuk kompos. Pupuk
organik juga dapat menambah oksigen, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah,

11
meningkatkan daya tampung pertukaran ion, menyusutkan pengerasan,
mengurangi pengikisan, mengurangi bahaya kekeringan, peningkatan unsur hara
serta mempermudah penyerapan. Untuk menurunkan tanah yang basa dapat
memberikan ampas dari teh dan kopi. Agar hasilnya efektif harus melakukan
pemberian secara teratur. Tetapi kebanyakan lahan yang luas tidak dapat
dilakukan dengan pemberian ampas kopi dan teh. Magnesium, potasium, nitrogen
dan fosfor terkandung dalam ampas kopi dan teh.

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Tanah merupakan media berpori yang terbentuk di permukaan bumi oleh


proses pelapukan yang disebabkan oleh interaksi aktivitas biologis,
geologis, hidrologis, dan iklim.

2. Tanah dibagi menjadi dua jenis yaitu tanah asam dan tanah basa.

3. Tanah alkali memiliki sifat mengikat hidrogen atau asam.

4. Semakin tinggi pH tanah (basa), semakin sulit unsur hara dalam tanah
diserap. Tanah alkali umumnya mengandung sangat sedikit unsur hara dan
mikroorganisme.

5. Pada tanah basa tingkat keasamannya antara 7 sampai 14.

6. Kapasitas tukar kation (KTK) adalah ukuran kemampuan tanah untuk


menahan dan menukar kation

7. KTK tanah sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, kimia dan biologi.

8. Tanah yang lembab atau basa memiliki struktur dan stabilitas yang buruk

9. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tanah basa

10. Cara mengatasi tanah yang basa dengan melakukan pemberian pupuk yang
mengandung sulfur ataupun belerang dengan waktu yang cukup lama agar
tanah basa menjadi netral.

3.2 Saran

Makalah mengenai tanah basa atau tanah alkalin ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga diharapkan kritik dan saran agar pembuatan makalah
berikutnya menjadi lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Garland, Gina, Else K. Bünemann, and Johan Six. "New methodology for soil
aggregate fractionation to investigate phosphorus transformations in iron
oxide‐rich tropical agricultural soil." European Journal of Soil
Science 68.1 (2017): 115-125.
Khaledian, Yones, et al. "Modeling soil cation exchange capacity in multiple
countries." Catena 158 (2017): 194-200.
Lesmana, R. (2019). Karakteristik Sifat Kimia Tanah dan Status Kesuburan Tanah
Lahan Usaha Tani di Desa Gunung Putih. Jurnal Surya Agritama. 8(2):
123-134.
Nwachukwu, N. A., et al. (2021). Physical and Chemical Properties of Soil, Water
and Air around Ukawu Pb-Zn Mine, Southeastern Nigeria. Makara
Journal of Science. 25(2): 116-126.
Ou, Yang, et al. "Spatio-temporal patterns of soil organic carbon and pH in
relation to environmental factors—A case study of the Black Soil Region
of Northeastern China." Agriculture, Ecosystems & Environment 245
(2017): 22-31.
Rofik, A., Sudarto, S., & Djajadi, D. (2019). Analisis Dan Evaluasi Sifat Kimia
Tanah Pada Lahan Tembakau Varietas Kemloko di Sentra Tembakau
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan. 6(2): 1427-1440.
Santos, S. R., et al. (2017). Changes in Soil Chemical Properties by Fertigation
with Treated Sanitary Wastewater. Journal of the Brazillian Association of
Agricultural Engineering. 37(2): 343-352.
Zema, DA; Bombino, G.; Andiloro, S.; Zimbone, SM. (2012). Irigasi tanaman
energi dengan air limbah perkotaan: Efek pada hasil biomassa, tanah dan
nilai pemanasan. Pengelolaan Air Pertanian, Amsterdam. 115(1): 55–65.
doi: 10.1016/j.agwat.2012.08.009.
Zhang, Y. Y., Wu, W., & Liu, H. (2019). Factors affecting variations of soil pH in
different horizons in hilly regions. PLoS One. 14(6): e0218563.

14

Anda mungkin juga menyukai