SUYATNO
i
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa atas berkat
rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan laporan praktek lapang akuakultur yang
berjudul “Tehnik Pambasaran Udang Vanname (L. vannamei) di tambak supra
intensif Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Kampal, Kabupaten Parigi Moutong.
Selama proses magang yang berlangsung pada bulan Febuari 2021, mahasiswa
mendapatkan bimbingan dan arahan dari pihak Balai Benih Budidaya Ikan Air Pantai
Kampal. Mahasiswa berkesempatan untuk terjun langsung dan menimba ilmu terkait
proses budidaya alami dengan hasil maksimal.Praktek kerja lapangan dilaksanakan
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang budidaya organism akuatik
khususnya budidaya udang vanname (L. vannamei) di tambak supra intensif.
Penulis menyadari tanpa adanya kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak
maka praktek lapang ini tidak dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Erwin Wurniarto, S.Pi., M.Si. selaku pembimbing utama Praktek Kerja
Lapang yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penyusunan
laporan praktek lapang akuakultur.
2. Bapak Abdul Gani, S.Pi., M.P. selaku ketua Program Studi Akuakultur Fakultas
Perikanan.
3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas perikanan UML yang selalu memberikan materi
dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis sehingga bisa di aplikasikan pada
kegiatan Praktek Keja Lapangan.
4. Bapak I Made Jaya Subawa, S.Pi selaku kepala BBIP Kampal sekaligus
pembimbing lapangan dan, kak Mida, kak Halim, kak Ivan selaku kariawan
BBIP Kampal yang telah memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman
selama praktek kerja lapang.
iii
5. Teman-teman Akuakultur Universitas Muhammadiyah Luwuk terkhusunya
teman-teman angkatan 2018 yang telah memberikan dukungan dan masukan
dalam Praktek Kerja Lapang.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam proses penulisan laporan ini.
Sebagai bentuk perbaikan, penulis terbuka pada saran dan masukan dari
pembaca.
Penulis
iv
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................v
DAFTAR TABEL..............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................ix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ...........................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Udang Vanname (L. vannamei)..........................................3
2.2 Morfologi Udang Vanname (L. vannamei)...........................................4
2.3 Habitat dan Siklus Hidup......................................................................6
2.4 Ekologi..................................................................................................8
2.5 Pertumbuhan..........................................................................................9
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................10
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................10
3.2.1 Alat .........................................................................................10
3.2.2 Bahan.......................................................................................11
3.3 Prosedur Kerja.....................................................................................11
3.4 Metode Pengambilan Data..................................................................13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
v
4.1 Keadaan Umum Unit Praktek Lapang Akuakultur.......................................15
4.1.1 Lokasi PrakteK Lapang...........................................................15
4.1.2 Keadaan Umum Lokasi Praktek Lapang Akuakultur..............15
4.1.3 Prasarana dan Sarana Lokasi BBIP Kampal...........................16
4.1.4 Strukur Organisasi BBIP Kampal...........................................16
4.2 Kegiatan Pembesaran Udang Vanname (L. vannamei).......................18
4.2.1 Persiapan Kolam......................................................................18
4.2.2 Penebaran Benur Udang Vanname (L. vannamei) .................22
4.2.3 Manajemen Pakan ..................................................................22
4.2.4 Manajemen Kesehatan ............................................................25
4.2.5 Manajemen Kualitas Air .........................................................26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..........................................................................................29
5.2 Saran....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Teks
vii
DAFTAR TABEL
No Halaman
Teks
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
Teks
ix
I. PENDAHULUAN
1
2
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Sub kelas : Eumalacostraca
Super ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobranchiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
4
5
Karena struktur insang udang mirip bulu ungags serta organ sensor seperti antenna
dan antennulae (Haliman dan Adijaya, 2005). Tubuh udang yang dilihat dari luar
terdiri beberapa bagian, yaitu bagian depan yang disebut cephalothorax, karena
menyatunya bagian kepala dan dada serta bagian belakang (perut) yang disebut
abdomen dan terdapat ekor (uropod) di ujungnya (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Keterangan:
1. Mata majemuk 7. Pleopod
2. Antenula 8. Sepalotoraks
3. Antena 9. Karapaks
4. Rotrum 10. Apdomen
5. Skafoserit 11. Telson
6. Periopod 12. Uropoda
runcing dan bergigi yang disebut rostrum. Kepala udang juga dilengkapi dengan tiga
pasang maxilliped dan lima pasang kaki jalan (periopod). Maxilliped sudah
6
Mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan (Haliman dan
Adijaya, 2005).
Bagian abdomen terdiri dari enam ruas, terdapat lima pasang kaki renang pada ruas
pertama sampai kelima dan sepasang ekor kipas (uropoda) dan ujung ekor (telson)
ada ruas yang keenam. Di bawah pangkal ujung ekor terdapat lubang dubur (anus)
(Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Ciri khusus yang dimiliki oleh udang vanname adalah adanya pigmen karotenoid
yang terdapat pada bagian kulit. Kadar pigmen ini akan berkurang seiring dengan
pertumbuhan udang, karena saat mengalami molting sebagian pigmen yang terdapat
pada kulit akan ikut terbuang. Keberadaan pigmen ini memberikan warna putih
kemerahan pada tubuh udang (Haliman dan Adijaya, 2005).
Udang jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat alat kelamin
luarnya. Alat kelamin luar jantan disebut petasma, yang terletak di dekat kaki renang
pertama, sedangkan lubang saluran kelaminnya terletak di antara pangkal kaki jalan
keempat dan kelima (Adiyodi, 1970).
Kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut daerah estuarine tempat
nurserigroundnya, dan setelah dewasa akan bermigrasi kembali kelaut untuk
melakukan kegiatan pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan.
Perkembangan siklus hidup udang vanname adalah dari pembuahan telur, menjadi,
naupli, Mysis, post larva, juvenile dan terakhir berkembang menjadi udang dewasa.
Udang dewasa memijah secara seksual di air laut dalam. Masuk ke stadia larva dari
stadia naupli sampai pada stadia juvenile berpindah keperairan yang lebih dangkal
dimana terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat pemeliharaan.
Setelah mencapai remaja, mereka kembali kelaut lepas menjadi dewasa dan siklus
hidup berlanjut kembali. Habitat dan siklus hidup udang vanname dapat dilihat pada
Gambar 2 dibawah ini.
Udang vanname (Litopenaeus vannamei) semula digolongkan kedalam hewan
pemakan segala macam bangkai (omnivora) atau pemakan detritus. Usus udang
menunjukkan bahwa udang ini adalah merupakan omnivora, namun cenderung
karnivora yang memakan crustacean kecil dan polychaeta. Adapun sifat yang
dimiliki udang vanname (Litopenaeus vannamei), adalah sebagai berikut :
1.Nocturnalnal
8
Secara alami udang mereupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari
untuk mencari makanan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka
bersembunyi di dalam substrat atau lumpur.
2. Kanibalisme
Udang vanname suka menyerang sesamanya, udang yang sehat akan menyerang
udang yang lemah terutama pada saat moulting atau udang sakit, sifat kanibal
akan muncul terutama bila udang tersebut dalam keadaan kekurangan pakan pada
padat tebar tinggi.
3. Omnivora
Udang vanname termasuk jenis hewan pemakan segala, baik dari jenis tumbuhan
maupun hewan (omnivora) ,sehingga kandungan protein pakan yang di berikan
lebih rendah dibandingkan dengan pakan untuk udang windu yang bersifat
cenderung karnivora, sehingga biaya pakan relatif lebih murah.
2.4 Ekologi
Di alam, populasi udang vanname dapat ditemukan di Pantai Pasifik Barat,
sepanjang Peru bagian Utara, melalui Amerika Tengah dan Selatan sampai Meksiko
bagian utara, yang mempunyai suhu air normal lebihdari 20° C sepanjang tahun.
Udang vanname hidup di habitat laut tropis. Udang dewasa hidup dan memijah di laut
lepas dan larva akan bermigrasi dan menghabiskan masa larva sampai post larva di
pantai, atau daerah mangrove.
Udang vanname sangat toleran dan dapat bertahan hidup pada suhu yang
rendah (di bawah 15° C), walaupun pertumbuhannya akan sedikit terganggu. Sifat ini
memungkinkan budidaya udang ini di musim dingin. Namun, pertumbuhan terbaik
dicapai pada suhu berkisar antara 23-30° C, dengan pertumbuhan optimal pada suhu
30° C untuk udang muda (dengan berat rata-rata satu gram) dan suhu 27° C untuk
udang yang lebih besar (12-18 gram). Udang vanname juga mempunyai kisaran
toleransi yang tinggi terhadap salinitas. Udang ini mampu hidup pada salinitas yang
berkisar antara 0,5-45 ppt (Brown, 1991).
11
2.5 Pertumbuhan
Pertumbuhan udang vanname dipengaruhi oleh padat penebaran. Kepadatan
yang tinggi dapat meningkatkan kompetisi dalam tempat hidup, makan, dan oksigen,
pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai ukuran panjang atau berat. Seperti halnya
arthropoda lainnya, pertumbuhan udang vaname tergantung dua factor yaitu frekuensi
molting (waktu antara molting) dan pertumbuhan (berapa pertumbuhan pada setiap
molting baru). Tubuh udang mempunyai carapace yang keras, sehingga pada setiap
kali molting carapace terlepas, terjadi pembagian cuticle antara carapace dan
intercalary sclerite, dimana cephalothorax dan appendic anterior akan terbentuk.
Carapace baru pada awalnya lunak, tetapi jika ukuran udang sudah proporsional akan
mengeras kembali, biasanya antara satu sampai dua hari (Andriyanto dkk. 2013).
Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino
(protein) berasal dari makanan. Seperti kita ketahui bahan berasal dari makanan akan
digunakan oleh tubuh untuk metabolism dasar, pergerakan, produksi organ seksual,
perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang sudah tidak terpakai.
Bahan-bahan tidak berguna akan dikeluarkan dari tubuh. Apa bila terdapat bahan
berlebih dari keperluan tersebut akan dibuat sel baru sebagai penambahan unit atau
pengganti sel dari bagian tubuh (Wahyuni dan Barus, 2006).
11
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk pengelolaan pakan selama pemeliharaan udang
vaname dapat dilihat pada Tabel 2. :
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada kegiatan Manajemen pakan
Prosedur Kerja
1. Persiapan Wadah
a. Pembersihan Tambak
Proses pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan air kolam hingga
100% kemudian melakukan pembersihan kotoran dari sisa pemeliharaan
sebelumnya kemudian melakukan penjemuran selama 7 hari. Setelah itu
dilakukan pembilasan dengan cara memasukan air kolam sebanyak 50 %
selama 1 hari kemudian membuangnya dan dilakukan penjemuran selama 3
hari.
b. Pemasangan dan perbaikan instalasi
Pemasangan instalasi yang dilakukan dalam kegiatan ini mencakup
pemasangan waring pada central drain matahari, pemasangan tali pengikat
pipa root blower, pemasangan pintu pengeluaran air, pemasangan kincir dan
pemasangan anco. Pemasangan waring pada pipa central drain matahari,
dilakukan sebanyak 2 lapis waring berwarna hitam dan hijau dengan ukuran
12
yang berbeda, dengan tujuan saat pembuangan limbah kolam, benur tidak
ikut terbuang dan waring hijau akan dibuka pada saat udang berumur 30 hari
c. Pengisian air
Pengisisan air dilakukan dengan cara memompa air dari laut secara
langsung dengan menggunakan pompa berkapasitas 22 HP yang terhubung
dengan pipa berukuran 8 inci dan ukuran pipa 6 inci di bagian pengeluaran
air kolam.
d. Penebaran
Sebelum penebaran benur udang vanname (L. vannamei) diaklimasi
dan aklimatisasi. Aklimasi dilakukan selama kurang lebih 15 menit atau
ditandai dengan adanya tampilan embun pada bagian atas kantong plastic
benur. Setelah itu, dilakukan aklimatisasi dengan cara membuka kantong
plastic benur, air kolam dimasukan secara perlahan kemudian benur
dikeluarkan dari wadah plastik.
e. Pemberian Pakan
Proses pemberian pakan di awali dengan ditimbang pakan sesuai
program yang akan diberikan. Masukan pakan kedalam ember saat di
timbang untuk memudahkan pengangkutan. Masukkan pakan kedalam
wadah untuk menebar pakan. Tebar pakan secara merata kedalam kolam.
Penebaran pakan yang meratakan berdampak bagus pada pertumbuhan
udang secara merata.
f. Sampling
Sampling dilakukan dengan diambil sampel pada titik pertama
menggunakan jala lalu timbang sample udang menggunakan timbangan.
Hitung jumlah udang yang diambil sambil masukan kembali udang kedalam
kolam. Hitung ABW (Average Body Weight) udang untuk mengetahui berat
rata udang (ABW). Lihat apakah pertumbuhan udang sesuai dengan
perhitungan atau tidak.
13
g. Panen
Panen di lakukan pada Balai Benih Ikan Pantai Kampal ada 2 tahap
yaitu panen parsial dan panen total. Panen persial menggunakan jala tampa
mengeluarkan air tambak sedangkan panen total dengan cara mengeringkan
air tambak dengan membuka pintu pembuangan kemudian udang di serok.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, standar-standar SNI, arsip-arsip
dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi yang terkait dengan judul praktek.
Data sekunder yang akan diambil selama praktek integrasi adalah keadaan umum
lokasi praktek, susunan struktur organisasi perusahaan dan data kegiatan pembesaran
budidaya sebelumnya. Selain itu data sekunder yang akan dikumpulkan meliputi data
informasi tentang hasil pemeliharaan yang biasa dilakukan. Berdasarkan data dan
informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengkajian dengan cara
membandingkan kondisi lapangan dengan literatur yang ada. Hasil kajian dari
perbandingan dibahas dan diambil kesimpulan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
15
16
Kepala BBIP/MPM
I Made Jaya, S.Pi
Nip. 197408014 199803 1 003
Anggota
permukaan air kolam. Anco dibuat berbentuk persegi empat dan dipasang
waring berwarna hijau untuk melihat perkembangan udang.
kincir dan root blower merupakan factor produksi yang berperan sebagai
suplai oksigen terlaru tdalam air tambak. Semakin besar bobot udang maka
semakin banyak kebutuhan oksigen terlaru tdalam air tambak. Jumlah kincir
yang digunakan pada tambak BBIP Kampal sebanyak 4 buah per petak untuk
menunjang kebutuhan oksigen terlarut optimal untuk udang vanname (L.
vannamei) adalah 4 ppm dengan batas toleransi > 0,8 ppm. Jumlah kincir yang
banyak dapat menyebabkan arus/goncangan yang kuat dalam tambak dapat
mengakibatkan udang mengalami stres (Tampangallo dkk, 2014).
Root blower/aerasi juga menghasilkan arus air dan proses pengadukan
masa air tambak sehingga dapat mempertahankan bakteri dan mikroorganisme
lainnya dalam keadaan suspensi. Root blower/aerasi sangat dibutuhkan pada
malam sampai pagi hari karena tidak ada proses fotoesis untuk menghasilkan
oksigen terlarut agar tidak menurun dibawah 3 - 4 mg / l (Makmur dkk, 2018).
21
Tabel 5. Spesifikasi bentuk pakan berupa crumbel dan pelet dengan sifat
tenggelam .
Protein Lemak Serat kasar Abu Kadar Air
Min. 31 Min. 5 % Max. 4 % Max. 15 % Max. 12 %
%
Tabel 6. Cara penggunaan pakan sesuai berat dan umur udang vanname (L.
vannamei)
DO MBW (gr) Size (pcs/Kg) Nomor Frekuensi Pemberian
C Pakan (Kali/hari)
1– <0,02 - 0,30 - B0+1 2
10
24
Pakan merupakan satu di antara faktor yang perlu di perhatikan dalam system
budidaya udang di tambak, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan,
sintasan, dan efisiensi biaya produksi (Tahe dan Suwono, 2011). Kelebihan
menggunakan pakan akan mengakibatkan banyaknya bahan rganik yang
mengendap di dasar kolam yang mengakibatkan penurunan kualitas air, begitu
juga sebaliknya jikap akan yang diberikan terlalu sedikit akan mengakibatkan
pertumbuhan udang tidak maksimal yang dapat menyebabkan kanibal, daya
tahan tubuh menuru dan daya tahan terhadap penyakit menurun (Fahmi, 2015).
25
Starter pakan yang diberikan yaitu 1 kg/100.000 ekor benur udang selama
40 hari pertama pemeliharaan udang dengan presentase 20-10% dari bobot
biomasa/hari. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 8 kali dalam 1
hari pada pukul 06.00, 09.00, 12.00, 15.00, 18.00, 21.00, dan 24.00. Pemberian
pakan dilakukan dengan cara menimbang berat pakan terlebih dahulu sesuai
dengan jumlah yang sudah ditentukan, kemudian membuang pakan di pinggir-
pinggiran kolam dengan rata.
Jumlah pemberian pakan pada udang berumur 30 hari berikutnya hingga
panten diberikan sebanyak 9-1%. Pengurangan atau penambahan jumlah pakan
harian berdasarkan hasil pemantauan pada anco. Jika pakan yang di berikan
tidak habis hingga jam pakan berikutnya maka perlu dilakukan pengurangan
jumlah pakan dan begitu pula sebaliknya. Sedangkan hasil penambahan pakan
mingguan pakan disesuaikan dengan hasil sampling pertambahan bobot dari
udang. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nababan dkk, (2015) pada
tahap awal penebaran membutuhkan presentase pakan yang lebih tinggi yaitu
20-50% dari bobot biomassa/hari sampai dengan 3% menjelang panen.
a. Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang sangat berperan
dalam mengendalikan ekosistem perairan. Suhu berpengaruh terhadap
densitas air (Sahrijanna dan Septiningsih, 2017). Hasil pengukuran yang saya
lakukan suhu air kolam BBIP Kampal berkisar antara 30oC merupakan suhu
yang baik untuk udang sesuai dengan pernyataan Bahri (2013) Kisaran suhu
yang baik pada budidaya ikan dan udang yaitu 28-32 oC.
yang ada pada kolam BBIP Kampal berkisar 4,3 mg/l merupakan kisaran
oksigen terlarut yang baik untuk proses budidaya (Faudy, dkk 2013).
c. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
budidaya udang karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
sintasan udang yang di budidayakan (Tahe dan Nawang, 2012). Berdasarkan
hasil pengukuran salinitas pada tambak BBIP Kampal berkisar 35 ppt karena
sepenuhnya menggunakan air laut. Udang vanname (Litopenaeus vannamei)
bersifat euryhaline atau dapat hidup pada kisaran salinitas yang luas (0,5-40
ppt) (Febriani, dkk. 2018).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan praktek lapang akuakultur yang di laksanakan
selama 1 bulan pada tambak udang vanname (L. vannamei) di BBIP Kampal, kab.
Parigi moutong. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses budidaya pembesaran udang vanname (L. vannamei) yang pertama
dilakukan adalah persiapan kolam, kemudian penebaran benur dan
pemeliharaan.
2. Jumlah benur yang di tebar yaitu 200.000 per kolam. Sebelum melakukan
proses penebaran, benur udang vanname (Litopenaeus vannamei) di
aklimatisasi terlebih dahulu selama kurang lebih 15 menit agar benur tidak
mengalami stres karena perbedaan suhu.
3. Manajemen pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan, sintasan dan efesiensi
biaya pakan. Pemberian pakan awal/starter yang diberikanyaitu 1kg/100.000
ekor dilakukan sebanyak 8 kali sehari dengan presentase 40 hari pertama
pemeliharaan yaitu 20-10% dari bobot biomasa/hari, untuk 30 hari berikutnya
9-3% dari bobot biomasa/hari dan untuk 30 hari terakhir 3-1% dari bobot
biomassa/hari.
4. Pemberian probiotik untuk menumbuhkan plankton dan menjaga keseimbangan
lingkungan budidaya dilakukan setiap satu mingggu.
5. Kualitas air merupakan salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan
budidaya udang vanname (Litopenaeus vannamei). Penurunan kualitas air dapat
disebabkan oleh pemberian pakan tidak terkontrol, pengelolahan air yang tidak
memadai dapat mengakibatkan berkembangnya penyakit.
6. Kincir dan root blower digunakan untuk suplai oksigen dalam air kolam agar
kebutuhan oksigen terlarut organisme budidaya tercukupi. dan Pembuangan
limbah organik yang ada di kolam bertujuan untuk menjaga keseimbangan
29
30
4.2 Saran
Saran untuk Balai benih ikan pantai (BBIP) Kampal sebaiknya dapat
menambah fasilitas seperti alat ukur kualitas air agar dapat menunjang mahasiswa
dalam melakukan praktek kerja lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyanto. F., Efani. A., Riniwati. H. 2013. Analisis faktor-faktor produksi usaha
pembesaran udang vaname (Litopenaus vannamei) di kecamatan paciran
kabupaten lamongan jawa timur ;pendekatan fungsi cobb-douglass. Jurnal
ecsofim. 1(1).
Arsad. S., Afandy. A., Purwadhi. A., Maya. B., Saputra. D., Buwono. N. R. 2017.
Studi kegiatan budidaya pembesaran udang vaname (Litopenaus vannamei)
dengan penerapan system pemeliharaan berbeda. Jurnal ilmiah perikanan dan
kelautan.
Adiyodi. 1970. Pengaruh jumlah titik aerasi pada budidaya udang vaname
(Litopenaus vannamei). Jurnal ilmu dan teknologi kelautan tropis. 10(3) : 727-
738.
Bahri. S., Indra., Muyassir. 2013. Kualitas lahan tambak dan social ekonomi pada
budidaya udang dan ikan di kecamatan seunuddon kabupaten aceh utara.
Brown, T.A., 1991 Pengantar Kloning Gena. Yokyakarta. Yayasan Essensia Edica.
31
Burhanuddin., Wahyu. F., Suratman. 2016. Aplikasi probiotik dengan konsentrasi
yang berbeda terhadap pertumbuhan udang vaname (Litopenau svannamei).
5(1).
Citria. I., Abidin. Z., Astriana. B. H. 2017. Pengaruh penggunaan probiotik yang di
fermentasi dengan sumber karbon yang berbeda terhadap pertumbuhan udang
vaname (litopenaus vannamei)
Faudy. M., Suoardjo. M. N., Haeruddin. 2013. Pengaruh pengelolaan kualitas air
terhadap tingkat siklus kehidupan udang vaname (Litopenaus vannamei) di pt.
indokorbangundesa, Yogyakarta. Diponegoro journal of maquares. 1(2) : 155-
162.
Febriani. D., Marlina. E., Oktaviana. A. 2018. Total hemosit udang vaname
(Litopenaus vannamei) yang dipelihara pada salinitas 10 ppt dengan padat tebar
yang berbeda. Journal of aquaculture science 3(1) : 100-107.
31
Gunarto., Mansyur. A., Muliani. 2009. Aplikasi dosis fermentasi probiotik berbeda
pada budidaya udang vaname (Litopenaus vannamei) pola intensif.
Ghufron. M., Lamid. M., Sari. P. D. W., Suprapto. H. 2014. Teknik pembesaran
udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada tambak pendampingan pt central
proteina prima tbk di desa randutatah, kecamatan paiton, probolinggo, jawa
timur. Journal of aquaculture and fish health. 7(2).
Haliman., Adijaya, dan Dian A. 2005. Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang
Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadya. Jakarta.
Makmur., Suwono. H. S., Fahrur. M., Syah. R. 2018. Pengaruh jumlah titik aerasi
pada budidaya udang vaname (Litopenaus vannamei). Jurnal ilmu dan
teknologi kelautan tropis. 10(3) : 727-738.
Nababan. E., Putra. I., Ruslladi. 2015. Pemeliharaan udang vaname (Litopenaus
vannamei) dengan presentase pemberian pakan yang berbeda.
32
Sahrijanna. A dan Septiningsih. E. 2017. Variasi waktu kualitas air pada tambak
budidaya dengan teknologi integrated multitrophic aquaculture (imta) di
Mamuju Sulawesi Barat. Jurnal ilmu alam dan lingkungan. 8(16) : 52-57.
Syah. R., Makmur., Fahrur. M. 2017. Budidaya udang vaname dengan padat
penebaran tinggi. Media akuakultur. 12(1) : 19-26.
Suyanto dan Mujiman. 2011. Pertumbuhan dan sintasan udang vaname (Litopenaus
vannamei) dengan kombinasi pakan berbeda dalam wadah terkontrol.
Sutikno. Tahe. S dan Nawang. ,dalam Marta. (2002). Udang Vaname (Litopenaus
vannamei) pada tingkat salinitas yang berbeda.
32
Tampangallo, B. R., Suwoyo, H. S., dan Septinigsih, E, (2014). Pengaruh
penggunaan kincir sebagai sumber arus pada budidaya udang vaname
(Litopaneus vanammei) sistem super intensif. Prosiding FITA 2014 (Inpress).
Wahyuni dan barus 2006. Kualitas lingkungan tambak intensif Litopenaus vannamei
dalam kaitannya dengan prevalensi penyakit white spot syndrome virus.
Research journal of life science. 2(1).
32
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Lapang
32
Proses panen persial Proses pengapuran
32
32
Lampiran 2. Hasil Panen dan Rumus manajemen Pakan di BBIP Kampal
a. Hasil Panen
1. Feed Convertion Ratio (FCR)
Berdasarkan SOP PT. Central Proteina Prima (2016), FCR dapat di
hitung dengan rumus:
pakan yang digunakan
FCR=
Biomassa udang yang di hasilkan
Dik : Pakan yang digunakan : 14.000 kg
: Bimassa : 8.500 kg
Dit : FCR ?
Penyelesaian
14.000
FCR=
8.500
= 1,64
Jadi hasil budidaya Udang vannamae di BBIP Kampal menghasilkan
FCR yaitu 1,64.
2. Survival Rate (SR)
Menurut Halimane dan Adijaya (2005), tingkat kelangsungan hidup
dapat di hitung dengan rumus:
jumlah udang yang hidup(ekor )
SR= x 100 %
jumlah tebar (ekor )
Dik:
Jumlah tebar awal : 400.000 ekor
Jumlah akhir : 348.500 ekor
32
Dit : SR ?
Penyelesaian
348.500
FCR= 100 %
400.000
= 87 %
Jadi SR di Balai Benih Ikan Pantai Kampal yaitu 85 % atau 0,87
b. Rumus Manajemen Pakan di BBIP Kampal
1. Rumus menentukan Size Udang saat sampling
¿ jumlah udang yang di sampling
jumlah timbangan
2. Rumus mencari ABW
1.000(gram)
FCR=
Hasildari ¿ ¿ x jumlah udang ¿
32
Lampiran 3. Format Kegiatan Harian Kerja Lapangan
Nama : SUYATNO
Npm : 18061001
Lokai : Balai Benih Ikan Perikan (BBIP) Kampal
32
23.30 – 23.50 Pemberian pakan
32
32