Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SALINITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA


DI TAMBAK AIR PAYAU

YUSRIL MAHENDRA
19061006

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK
2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi budidaya perikanan Indonesia diperkirakan mencapai 15,59

juta ha yang meliputi potensi air tawar sebesar 2,23 juta ha; air payau 1,22

juta ha; dan air laut 12,12 juta ha. Namun pemanfaatannya hingga saat ini

masih sagat rendah yaitu 10,1% untuk budidaya air tawar; 40% untuk air

payau; dan 0,01% untuk air laut (At-thar et al., 2010).

Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan

hidup ikan selain pakan adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat

mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan

reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan

mempengaruhi selera makan ikan (Kelabora, 2010).

Survei awal ditambak air tawar didapatkan adalah pertubuhan ikan nila

ditambak tersebut pertumbuhannya bermasalah. Hal ini disebabkan karena

dipengaruhi suhu yang cukup tinggi sehingga ikan nila tidak dapat beradaptasi

dan daya tahan didalam air tidak kuat, tidak berproduksi, susah makan dan

terjadi kematian.

Salah satu masalah juga didapatkan adalah curah hujan yang cukup

tinggi sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan nila. Curah hujan


yang cukup tinggi dapat menyebabkan tingkat keasaman (salinitas) tinggi

sehingga daya tahan didalam air tidak kuat, tidak berproduksi, susah makan

dan terjadi kematian.

Dalam rangka meningkatkan kelangsungan hidup dan mempercepat

proses pertumbuhan serta kelangsungan hidup ikan Nila, Sehingga peneliti

tertarik melakukan penelitian mengenai Pengaruh Salinitas Air Terhadap

Pertumbuhan Ikan Nila di Tambak Air Payau.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah adalah

Bagaimana Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila di Tambak

Air Payau?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Salinitas Air

Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila di Tambak Air Payau

D. Hipotesis

Hipotesis dalam karya tulis ilmiah ini adalah diduga suhu dan curah

hujan (salinitas) air yang tinggi sehingga mempengaruhi pertumbuhan ikan

nila.
E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan ilmiah tentang salinitas air pertumbuhan ikan

nila.

2. Sebagai referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan salinitas air terhadap pertumbuhan ikan nila di

tambak air payau.


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Ikan Nila

. Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan

dengan kadar Dissolved Oxygen (DO) antara 2,0 - 2,5 mg/l. Secara umum Nilai pH

air pada budidaya ikan Nila antara 5 - 10 tetapi Nilai pH optimum adalah berkisar 6 -

9. Ikan Nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk, rawa,

sawah dan saluran irigasi, memiliki toleransi terhadap salinitas sehingga ikan Nila

dapat hidup dan berkembang biak di perairan payau dengan salinitas 20 - 25‰

(Setyo, 2006).

a. Klasifikasi dan morfologi ikan nila

Filum : Chordata

Sub-filum : Vertebrata

Kelas : Osteichthyes

Sub-kelas : Acanthoptherig

Sub-ordo : Percoidea

Family : Cichlidae

Genus : Oreochromi

s Spesies : Oreochromis niloticu


Ikan Nila secara morfologi memiliki bentuk tubuh pipih, sisik besar dan

kasar, kepala relatif kecil, mata tampak menonjol dan besar, tepi mata berwarna

putih dan garis linea lateralis terputus dan terbagi dua. Ikan Nila memiliki lima

buah sirip yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut

(venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Ikan Nila dikenal

sebagai ikan yang memiliki toleransi sangat tinggi, baik toleransi terhadap

salinitas, suhu, pH, dan bahkan kadar oksigen

b. Habitat dan kebiasaan hidup ikan Nila Ikan

Nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar,

terkadang ikan Nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau).

Ikan Nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran

salinitas yang lebar). Ikan Nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk

saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan Nila dapat menjadi

masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya

pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan Nila untuk bertahan

hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21° C (Harrysu,

2012).

Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan, konsentrasi

karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tanaman air. Nilai CO2

ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam perairan yang

bertambah akan menekan aktivitas pernapasan ikan dan menghambat pengikatan


oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat membuat ikan menjadi stress.

Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran Nila sebaiknya kurang

dari 15 mg/liter (Sucipto dan Prihartono, 2005). Ikan Nila mempunyai

kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38°C dengan suhu

optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25-30°C. Pada suhu

14°C atau pada suhu tinggi 38°C pertumbuhan ikan Nila akan terganggu. Pada

suhu 6° C atau 42° C ikan Nila akan mengalami kematian. Kandungan oksigen

yang baik bagi pertumbuhan ikan Nila minimal 4mg/l, kandungan karbondioksida

kurang dari 5mg/l dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5-9 (Amri, 2003).

Menurut Setyo (2006), Secara umum Nilai pH air pada budidaya ikan Nila antara

5 sampai 10 tetapi Nilai pH optimum adalah berkisar 6 sampai 9.

B. Tinjauan Tentang Salinitas

Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut

dalam air yang dinyatakan dalam satuan permil (o /oo) atau ppt (part per

thousand) atau gram / liter. Salinitas disusun atas tujuh ion utama, yaitu sodium,

potasium, kalium, magnesium, chlorida, sulfat, bikarbonat (Ambardhy, 2004).

Zat zat lain di dalam air tidak terlalu berpengaruh terhadap salinitas, tetapi zat

zat tersebut juga penting untuk keperluan ekologis yang lain (Boyd, 1991, dalam

Apriyanto, 2012). Nilai salinitas air untuk perairan tawar berkisar antara 0–5 ppt,

perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt, dan perairan laut berkisar

antara 30–40 ppt (Fardiansyah, 2011). Berdasarkan toleransinya terhadap


salinitas, maka udang vannamei termasuk ke dalam golongan euryhaline laut,

yaitu hewan laut yang mampu hidup pada kisaran salinitas yang tinggi yaitu

antara 2 – 40 ppt (Wyban et.al, 1991). Di beberapa tempat, udang vannamei

ditemukan masih mampu hidup pada salinitas 40 permil, namun terbukti

mengalami pertumbuhan yang lambat. Jika nilai salinitas terlalu tinggi, konversi

rasio pakan akan semakin tinggi sehingga sirkulasi air secara kontinyu sangat

diperlukan (Poernomo, 1994, dalam Apriyanto, 2012). Salinitas pada perairan

mempengaruhi keseimbangan osmoregulasi tubuh dengan proses energetik yang

selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan (Ahmad, 1991). Kemudian (Budiardi

1998 dalam Apriyanto 2012), menyatakan bahwa organisme perairan harus

mengeluarkan energi yang besar untuk menyesuaikan diri dengan salinitas yang

jauh dibawah atau diatas normal bagi hidupnya. 6 Menurut penelitian yang

dilakukan oleh (Hana, 2007), pertumbuhan udang vannamei pada salinitas 2 ppt

dan 20 ppt adalah tidak berbeda nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa udang

vannamei dapat tumbuh optimal pada salinitas yang berkisar antara 2 – 20 ppt.

C. Tinjauan Tentang Curah Hujan

Curah Hujan Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa

partikel-partikel air dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Hujan juga dapat

didefinisikan dengan uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam

rangkaian proses hidrologi. Menurut Tjasjono (1992) hujan merupakan salah satu

bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer.
Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Curah hujan merupakan ketinggian

air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap,

dan tidak mengalir. Curah hujan juga didefinisikan sebagai tinggi air (mm) yang

diterima permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan

peresapan ke dalam tanah (Handoko 1993). Satuan curah hujan adalah millimeter

(mm). Curah hujan 1 mm artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat

yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak

satu liter. Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan adalah ombrometer.

Di stasiun Klimatologi Darmaga Bogor, alat yang digunakan untuk mengukur

curah hujan adalah penakar hujan tipe observasi. Kelembaban Udara Kelembaban

udara adalah jumlah uap air di udara (atmosfer) pada saat dan tempat tertentu

(Tjasjono 1992). Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut psychrometer

atau hygrometer. Kelembaban udara dinyatakan dalam satuan persen (%).

Temperatur Udara Temperatur udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara

(Tjasjono 1992). Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut

thermometer. Suhu memiliki satuan pengukuran derajat celcius ( 0 C).


DAFTAR PUSTAKA

Laimeheriwa B, M., Wahyudi F., Mosse J, W., Loupatty J, W., Tuhumury S, F.,
Soumokil A, W. 2019. Evaluasi Kinerja Morfometrik Ikan Bubara,
Caranx Iqnobilis pada Keramba Jaring Apung di Perairan Teluk
Ambon dalam. Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan 2019
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti. Ambon.

Anda mungkin juga menyukai