Anda di halaman 1dari 25

Analitik Kadar Fosfat di dalam kolam budidaya perikanan

dengan menggunakan spektrofotometer.


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tantangan Indonesia diabad ini antara lain adalah pertumbuhan penduduk,
peningkatan permintaan produk pertanian-pangan, dan bertambahnya dampak
ekosistem/lingkungan. Permintaan bahan pangan (produk pertanian-pangan) ini akan terus
meningkat seiring dengan laju pertambahan penduduk itu sendiri, sehingga jika akumulasinya
tak diimbangi dengan ketersediaan pangan, maka akan muncul ancaman rawan pangan.

Mengingat perkembangan jumlah penduduk yang terus meningkat dari waktu ke


waktu, sehingga permintaan akan bahan pangan hewani berprotein juga meningkat maka
sangat beralasan kalau saat ini berkembang isu tentang konsep pembangunan yang
berwawasan kependudukan dan pengembangan manajemen pertanian-pangan secara lebih
komprehensif. Konsep ini terkait dengan program kebijakan kependudukan khususnya pada
proses pengendalian pertumbuhan, dan jaminan ketersediaan alam bagi peningkatan
kesejahteraan umat manusia, termasuk juga pembangunan pertanian-pangan untuk memacu
hasil produksi pangan secara berkelanjutan (Handayani dan Nurdiana, 2003).

Pembangunan pertanian-pangan secara berkelanjutan yang seiring dengan laju


pertambahan penduduk, salah satunya adalah sektor perikanan. Sektor perikanan ini masih
mempunyai prospek yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai penyedia pangan
khususnya pangan berprotein.

Potensi produksi perikanan Indonesia mencapai 65 juta ton per tahun. Dari potensi
tersebut hingga saat ini baru dimanfaatkan sebesar ± 8 juta ton. Potensi tersebut sebagian
besar berada di perikanan budidaya yang mencapai 57,7 juta ton per tahun dan potensi
perikanan tangkap (laut dan perairan umum) hanya sebesar 7,3 juta ton per tahun (DKP,
2007).

Melihat data diatas, pemanfaatan potensi perikanan kita masih terbuka lebar dan
tingkat pemanfaatannya masih minim, khususnya pada sektor budidaya perikanan yang baru
dimanfaatkan sebesar 3.088.800 ton atau sekitar 5,35 % saja. Sedangkan untuk sektor
penangkapan pemanfaatan sudah mencapai 4.940.000 ton atau sekitar 67,67% dan beberapa
daerah dilaporkan sudah over fishing. Sehingga Budidaya ikan di Indonesia diperkirakan
akan tetap mengalami peningkatan yang signifikan di tahun-tahun yang akan datang sesuai
dengan peningkatan permintaan akan bahan pangan hewani berprotein sebagai bentuk
pemenuhan kebutuhan pangan.

Meningkatnya usaha budidaya ikan ini sudah tentu akan memberikan dampak positif
dan negatif bagi kehidupan manusia maupun lingkungan hidup. Dampak positif yang
diberikan dapat berupa ketersediaan bahan pangan berprotein dan terbukanya lapangan
pekerjaan. Sedangkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan adalah pencemaran perairan
akibat limbah organik yang berasal dari limbah lumpur (sludge) dari feces dan sisa pakan
(Aquaculture effluents) maupun penggunaan pestisida khususnya herbisida dan insektisida
dalam proses persiapan kolam/tambak.
1.2 Tujuan
Untuk menganalisa parameter fosfat dari kolam budidaya perikanan dengan
menggunakan spektrofotometer.
BAB II TEORI

2.1 Air

Air merupakan suatu material yang memegang peranan penting, dengan kata lain air
tidak dapat dipisahkan dari setiap kehidupan mahluk hidup. Tidak ada satupun mahluk hidup
di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup misalnya, baik tumbuh-tumbuhan
maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75 % isi sel dari tumbuh-
tumbuhan dan lebih dari 67 % isi sel hewan tersusun oleh air. Setiap mahluk hidup
memanfaatkan air tergantung kepada seberapa besar peranaan tersebut dalam menunjang
kehidupannya. Air dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai aktivitas hidup seperti
keperluan hidup sehari-hari, pertanian, industri dan kebutuhan lainnya. Sejalan dengan
kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, tidak bisa dihindari lagi adanya peningkatan
jumlah kebutuhan air sehingga berbagai cara dan usaha telah dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan air dengan mencari sumber-sumber air baru, mengolah dan menawarkan air laut,
mengolah dan memurnikan kembali air kotor yang ada di sungai yang umumnya tercemar.

Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu larutan yang
hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia
hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-
zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley, 1991).

Hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas air bila kualitas air yang kurang baik akan
mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa parameter yang menentukan
kualitas air, di antaranya:

 Suhu
Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme pertumbuhan serta
mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga
mempengaruhi oksigen terlarut dalam perairan.

 pH
Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman perairan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya
anion dan kation. Nilai pH air bening berkisar antar 6,5-7 dan bila air keruh pHnya
kisaran antara 8-9.

 Amonia
Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik. Sumber
utama amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan
maupun dalam bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan
organik, terutama banyak yang mengandung protein, menghasilkan ammonium (NH4+)
dan (NH3). Bila proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka
dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi ikan.

 Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas
berenang, pertumbuhan, reproduksi dll. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari difusi
oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan
air dan fitoplankton. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam
juga akan memperlambat pertumbuhan ikan

Air merupakan media paling penting dalam kehidupan ikan. Selain jumlahnya
kualitas air juga membutuhkan perhatian yang paling serius agar dapat memenuhi syarat
untuk mencapai kondisi air, yang optimal sekarang salah satu kunci keberhasilan budidaya
ikan.( M. Ghufron H. Kordi K, Andi 2007).

Penggunaan baku mutu air (kualitas air) pada sumber air sesuai dengan keputusan No.Kep-
02/MENKLH/I/1988 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, bahwa air
menurut kegunaannya dapat dibedakan menjadi:

a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebgai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
d. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan
dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik.
a. Klasifikasi Air
Air dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila air tersebut dalam keadaan murni.
Untuk mengetahui air murni dapat dilihat dari sumbernya, diantaranya:

1. Air hujan
Air hujan adalah air yang dihasilkan dari presipitasi di awan dan atmosfir yang
mengandung uap air. Dalam keadaan murni, air ini sangat bersih dan tidak
terkontaminasi oleh debu-debu dan industri.
2. Air permukaan
Air permukaan adalah air yang tergenang atau mengalir seperti sungai, danau, rawa-
rawa dan air laut. Pada umumnya air ini telah terkontaminasi oleh bakteri yang kaya
akan CO2 dan zat-zat kimia lainnya.
3. Air tanah
Air tanah adalah air yang terserap ke dalam tanah dan kualitasnya tergantung dari
lapisan tanah yang dilaluinya. Air tanah sebelum digunakan harus diolah terlebih
dahulu dan persediaan air permukaan tidak tercemar terlalu berat

b. Sifat Fisika Air


Air yang dilambangkan dalam notasi kimia H2O ini memiliki sifat antara lain tidak
memiliki warna, tidak memiliki bau, tidak memiliki rasa dalam kondisi standar. Kondisi
standarnya mengacu pada tekanan 100 kPa serta temperaturnya 273,15 K. Selain dinotasikan
sebagai H2O, air juga memiliki sebutan lain, misalnya dihidrogen monoksida, hidrogen
hidroksida. Seperti halnya senyawa lain, air juga memiliki titik lebur dan titik didih. Air akan
berwujud menjadi es ketika diletakkan pada suhu 0 °C yang setara dengan 273,15 K atau 32°
dalam satuan Fahrenheit. Contohnya adalah air yang berada di kutub utara dan selatan yang
membeku karena suhunya -0 °. Air akan mendidih ketika diletakan pada suhu 100 °C yang
menjadi titik didihnya.

Air memiliki 3 fasa yang berbeda yaitu cair, gas, dan padat pada temperatur normal di bumi.
Air di bumi selalu berinteraksi, berubah, dan bergerak. Air dapat menyerap sejumlah kalor
karena memiliki kalor jenis yang tinggi. Air mempunyai tegangan permukaan yang sangat
tinggi. Tegangan permukan tersebut berguna untuk gaya kapilaritas air. Air mempunyai
massa jenis yang lebih kecil dalam keadaan beku bila dibandingkan dengan keadaan cair,
karena sifat ini maka ini di bagian dalam lautan meskipun suhunya turun tetap berbentuk cair
yang memungkinkan mahluk hidup tetap hidup.
c. Sifat Kimia Air
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.
Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan
temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen
(H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Air adalah pelarut
yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik
dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-
zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai
zat-zat "hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya
zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol)
antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar
molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air.

Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki
sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron yang
(hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (σ+) dekat atom
oksigen. Dalam air hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif
dibandingkan atom hidrogen yang berarti, ia (atom oksigen) memiliki lebih "kekuatan tarik"
pada elektron-elektron yang dimiliki bersama dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih
dekat ke arahnya (juga berarti menarik muatan negatif elektron-elektron tersebut) dan
membuat daerah di sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah di
sekitar kedua atom hidrogen. Air memiliki pula sifat adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat
alami kepolarannya.

Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus
listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan
menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu
pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta
mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk
kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat
dituliskan sebagai berikut:

2H2O (l) → 2H2 (g) + O2 (g)

Berdasarkan reaksi tersebut, dihasilkan gas hidrogen dan gas oksigen. Gas hidrogen
dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektroda.
Gelembung tersebut dapat dikumpulkan. Prinsip tersebut kemudian dimanfaatkan untuk
menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen dan hidrogen peroksida
tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen.

Reaksi-reaksi kimia yang berhubungan dengan air adalah:

 Reaksi antara molekul-molekul air


Reaksi antara moleku-molekul air membentuk ion hidroksil (OH-) dan inon hidronium
(H3O+) dan reaksinya bersifat bolak-balik yaitu sebagai berikut:
H2O → H3O+ + OH-
Peristiwa ini dianggap sebagai molekul air yang menghasilkan ion hidroksil dan ion
hidronium dengan jumlah yang sama banyak.
 Reaksi dengan unsur-unsur logam
Dengan logam aktif (K, Ba, Sr, Ca, Na, Mg) air membentuk gas H2 dan hidroksida.
2K(p) + 2H2O(c) → H2(g) + 2KOH(a2)
Bila logam-logam itu kurang aktif (Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Co, Ni, Sn, Pb). Reaksi baru
terjadi bila air direaksikan dalam bentuk uap panas, yang menghasilkan gas H2 dan
oksida logam.
Zn(p) + H2O(g) → ZnO(p) + H2(g)
2Al(p) + 3H2O(g) → Al2O3 + 3H2(g)
Logam-logam seperti Cu, Hg, Ag, Pt dan Au tidak akan bereaksi dengan air.
 Reaksi dengan unsur-unsur bukan logam.
Reaksi air dengan unsur-unsur bukan logam tidak murni terjadi, yang penting adalah
reaksi dengan gas klor yang membentuk asam klorida dan asam hiploklorit.
Cl2(g) + H2O(c) → HCl(aq) + HClO(aq)
Karena HclO merupakan suatu germisida yang baik, maka gas Cl2 biasa digunakan
dalam permukaan air minum, air buangan ataupun untuk kolam renang.

d. Polaritas Air
Sifat-sifat fisik dan kimia dari air dapat diterangkan dengan sifat molekul air yang
polar. Kepolaran ini mengakibatkan molekul-molekul air dapat terkait satu dengan yang
lainnya melalui suatu ikatan hidrogen. Ikatan ini bukan ikatan kovalen, yang kekuatannya
jauh lebih lemah dari ikatan kovalen. Untuk memecahkan atau memutuskan suatu ikatan
kovalen diperlukan energi sebesar 90 sampai 100 kkal/mol, sedangkan untuk ikatan hidrogen
hanya 5 kkal/mol.

Walaupun ikatan hidrogen tumbuh lemah, tetapi ikatan ini penting dalam menentukan
sifat-sifat air dan struktur-struktur lain yang mempunyai ikatan hidrogen, seperti gen-gen
pembawa sifat keturunan, enzim, protein dan sebagainya.

Kepolaran air mengakibatkan air menjadi suatu pelarut yang dapat mengurangi daya
tarik-menarik antara muatan-muatan yang berlawanan juga mengurangi gaya tolak-menolak
antara muatan-muatan yang sejenis. Ukuran dari daya pengurangan ini adalah konstan
dielektrik yang didefinisikan sebagai berikut:

Konstan dielektrik = Gaya antara dua muatan dalam vakum


Gaya antara dua muatan dalam medium

Gaya tarik-menarik atau tolak-menolak antara dua muatan akan mencapai maksimum
dalam kondisi vakum. Adanya perubahan medium akan mengakibatkan perubaha dari gaya
ini. Konstan dielektrik dapat dicapai dari kedua nilai tersebut. Konstan dielektrik air bagi
senyawa-senyawa ionik dan senyawa-senyawa polar.

e. Indikasi Air Bersih


Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap makhluk hidup dan kebersihan air adalah
syarat utama bagi terjaminnya kesehatan. Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan
untuk kegiatan manusia dan harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari
bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut. Persyaratan kualitas
menggambarkan mutu atau kualitas dari air. Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air, air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Menurut Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/PER/IX/1990, air bersih adalah air yang memenuhi
persyaratan bagi system penyedian air minum. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan
fisik, kimia, biologis dan radiologis. Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah
sebagai berikut:

1) Syarat-syarat Fisik

Secara fisik air bersih harus jernih. Air bersih harus pula tidak berbau dan tidak
bersa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang
lebih 25 °C. Air memiliki perubahan suhu yang lambat. Apabila terjadi perbedaan
antara suhu air dengan suhu udara maka batas yang diperbolehkan adalah 25 °C ± 3
°C. Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain : pH, tatal solid, zat organik,
CO2 reaktif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng
(Zn), chlorida (Cl), nitrit, fluorida (F), serta logam berat. Apabila kandungan zat-zat
tersebut berlebihan di dalam air maka akan menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan maupun makhluk hidup. Air yang memiliki pH < 7 (asam) maka rasa air
tersebut akan menjadi asam dan akan menimbulkan iritasi kulit. Apabila pH tinggi
(> 7) maka air akan terasa pahit dan akan menimbulkan kulit terasa kering apabila air
tersebut digunakan.
Tabel 1. Kriteria Air Aspek fisik

No Parameter Nilai Kisaran Untuk Peralatan


Budidaya Ikan Pengukuran

1 Suhu 20-30 C Termometer


2 Kecerahan 10 cm Sechi Disc
3 Kekeruhan 25-400 JTU Turbiditymetr
4 Salinitas Air Tawar 0-5% Salinometer
Air Payau 6-29%
Air Tawar 30-35%
5 Debit Air Air Deras 50 I/dt Current meter

2) Syarat-syarat Kimia

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain : pH, tatal solid, zat organik,
CO2 reaktif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng
(Zn), chlorida (Cl), nitrit, fluorida (F), serta logam berat. Apabila kandungan zat-zat
tersebut berlebihan di dalam air maka akan menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan maupun makhluk hidup. Air yang memiliki pH < 7 (asam) maka rasa air
tersebut akan menjadi asam dan akan menimbulkan iritasi kulit. Apabila pH tinggi (>
7) maka air akan terasa pahit dan akan menimbulkan kulit terasa kering apabila air
tersebut digunakan.

Tabel 2. Kriteria Air Aspek Kimia

No Parameter Nilai Kisaran Untuk Peralatan Pengukuran


Budidaya Ikan
1 Oksigen terlarut 5-6 ppm DO meter
2 Karbodioksida Max 25 ppm CO meter
3 pH 6,5-8 pH meter
4 Alkalinitas 31,85-104,65 mg/L
5 Kesadahan 3-15 dh dH meter
6 Amonia <1,5 mg/L Spektrofotometer
7 H2 S <0,1 ppm Spektrofotometer
8 Nitrit 0-0,2 ppm Spektrofotometer
9 Nitrat 0-1,5 ppm Spektrofotometer
10 Fosfat <0,002 ppm Spektrofotometer
3) Syarat-syarat Bakteriologis dan Mikrobiologis

Air bersih tidak boleh mengandung bakter patogen yang mengganggu


kesehatan. Air dapat berfungsi sebagai kendaraan untuk penyebaran penyakit. Adanya
organisme yang berbahaya seperti bakteri patogen sebagai bukti terjadinya
pencemaran. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E.
Coli atau Fecal coli dalam air. Air yang mengandung bakteri patogen dapat
membahayakan kesehatan manusia.

f. Pencemaran air
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988 “Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam air atau udara, dan atau berubahnya tatanan
(komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air atau
udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya”. Setiap
hari, kita selalu membutuhkan air. Untuk makan, minum, memasak, mencuci, dan lain-lain.
Karena itu yang kita konsumsi harus mempunyai standard 3B (tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak beracun). Akan tetapi, terkadang atau mungkin sering ditemui air yang keruh,
berbau, dan terkadang pula tercampur dengan bahan-bahan berlogam, plastik, zat kimia,
ataupun organik.

Air murni yang ada di alam sebenarnya adalah kondensasi dari uap air atmosfer yang
dikenal sebagai air hujan. Air hujan ini juga akan membawa debu-debu, gas-gas CO2 dan O2..
sebagian air akan terabsorbir ke tanah dan sebagian tergenang atau dialirkan pada permukaan
bumi melalui aliran-aliran air, antara lain sungai dan sebagainya. Selama dalam daratan tanah
baik sebagai air permukaan atau sebagai air tanah terus-menerus menambah
kecenderungannya untuk menjadi air kotor, terlebih di daerah industri-industri yang banyak
dibuang yaitu air limbah.

Selama dalam tanah, air ini lebih dikotorkan dengan berbagai polutan sebagai berikut:

 Gas-gas yang larut dalam air seperti gas CO2, H2S, metan, O2 dan nitrogen.
 “Dissolved Mineral” seperti Ca, Mg, Na, Fe, Mn, karbonat-karbonatnya, sulfat,
fluorida, nitrit, silikat, maupun mineral-mineral lain atau persenyawaan bahan-bahan
yang dibebaskan oleh industri-industri (Waste Product). Dan di dalam perkembangan
teknologi modern di mana lebih banyak bahan-bahan radioaktif yang digunakan oleh
industri-industri, tidak mustahil juga waste product atau air limbah mengandung
unsur-unsur radioaktif yang lolos dari pemurniannya juga ikut dibebaskan ke dalam
lingkungan.
Dan pada akhirnya muara air selalu berakhir ke sungai. Selain itu air hujan mengalirkan
limbah dari daratan seperti limbah rumah tangga, pertanian, industri dan lain-lain ke sungai,
danau atau laut. Dan inilah yang membuat air tercemar. Air dinyatakan tercemar apabila
terdapat ganguan terhadap kualitas air sehingga air tersebut tidak dapat di gunakan untuk
tujuan penggunaannya. Ciri-ciri air yang mengalami polusi atau tercemar sangat bervariasi
karena tergantung dengan jenis air dan polutan yang terkandung di dalamnya. Karena itu,
dibutuhkan suatu pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah
terjadi penyimpangan dari batasan polusi air. Untuk mengetahui terpolusinya air dapat
diamati dengan terjadinya perubahan-perubahan antara lain:

2.2 Parameter Fosfat

a. Definisi Fosfat
Fosfat berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang memiliki cahaya (nama kuno
untuk planet Venus ketika tampak sebelum matahari terbit). Seorang ilmuwan asal Jerman,
Brand menemukan fosfor di tahun 1669 secara tidak sengaja dalam percobaan menggali
bebatuan. Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor ditemukan sebagai fosfat dalam
beberapa mineral.

Dalam kimia, sebuah fosfat adalah sebuah iom poliatomik atau radikal terdiri dari satu
atom fosforus dan empat oksigen. Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau
sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfat dinyatakan sebagai
bone phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan
P2O5. Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam
mineral apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Kadang
kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit
kompleks dan sineit.

Fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom fosforus dan
empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa 3 muatan formal, dan dinotasikan PO43.
Fosfat merupakan satu-satunya bahan galian (diluar air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor
di alam diserap oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk hidup yang telah
mati terurai, kemudian terakumulasi dan terendapkan di lautan. Fosfat terdapat dalam tiga
bentuk yaitu H2PO4-, HPO42-, dan PO43-. Berdasarkan ikatan kimia, senyawa fosfat dibedakan
sebagai berikut:

1. Ortofosfat,
2. Polifosfat,
3. Dan Fosfat organis.
Fosfat umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer H2PO4- atau
ortofosfat sekunder HPO42- sedangkan PO43- lebih sulit diserap oleh tanaman.
Kehadiran fosfat dalam air menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air, air
merupakan media paling penting dalam kehidupan ikan. Selain jumlahnya kualitas air juga
membutuhkan perhatian yang paling serius agar dapat memenuhi syarat untuk mencapai
kondisi air, yang optimal sekarang salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.( M. Ghufron
H. Kordi K, Andi 2007)

2.3 Tinjauan Khusus Tentang Instrumen

a. Spektofotometer

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang
didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam
spektrofotometri disebut spektrofotometer. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa
yang disebut kuvet.. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan elektronika
serta sifat-sifat kimia fisiknya. Detektor dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan
secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsi. Kelebihan spektrofotometer dari fotometer
adalah kemampuan alat terssebut untuk lebih menyeleksi panjang gelombang yang
diinginkan dengan adanya alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis.
Spektrofometer terbagi menjadi :

1. Spektofotometer UV-VIS

Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat yang terdiri menjadi dua komponen utama
yaitu spektrofotometer fotometer. Spektrofotometer menghasilkan spectra dengan panjang
gelombang tertentu, sedangkan fotometer merupakan alat pengukur intensitas cahaya yang di
transmisikan, di refleksikan, atau di emisiskan sebagai fungsi dari panjang gelombang
prisma, grating, atau celah optis. Spektorofotometer UV-VIS adalah suatu metode analisis
yang di dasarkan pada pengukuran energi cahaya tampak (visible) atau cahaya ultraviolet
(UV) oleh suatu senyawa sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer UV-VIS
merupakan gabungan antara prinsip spektrofotometri UV dan VIS. Alat ini menggunakan dua
buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible.

Gambar Spektrofotometer UV-VIS


2. Spektrofotometer Infra Merah (IR)

Spektrofotometer IR merupakan salah satu teknik analisis yang handal untuk


identifikasi senyawa-senyawa organik maupun anorganik berdasarkan absorpsi gugus
fungsional terhadap sinar IR. Peralatan spektrofotometer IR dibedakan berdasarkan proses
cahaya yaitu jenis dispersif, karena menggunakan prisma atau grating dan yang lain adalah
dispersif karena menggunakan filter. Teknik spektrofotometer IR meliputi pembentukan
spektrum, peralatan, preparasi contoh, interpretasi spektrum, FT-IR dan aplikasinya serta
perawatan kalibrasinya.

Gambar Spektrofotometer Infra Merah (IR)

Spektrofotometer UV-VIS dan Spektrofotometer IR mengacu pada hukum


Lambert-Beer. Apabila cahaya monokromatis melalui suatu media (larutan) maka sebagian
cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.
Besarnya penyerapan sebanding dengan kepekatan dan ketebalan media dari zat yang akan
diuji. Tiap zat akan menyerap cahaya yanag berbeda.

Di mana: 1 = Io = Intensitas cahaya mula-mula.

2 = Ia = Intensitas cahaya yang diserap.

3 = It = Intensitas cahaya dipancarkan.

4 = Ir = Intensitas cahaya yang dipantulkan.

Keuntungan dari spektrofotometer adalah:

1) Penggunaannya luas, dapat digunakan untuk senyawa anorganik, organik dan biokimia
yang diabsorpsi di daerah ultraviolet atau daerah tampak.
2) Selektivitasnya sedang sampai tinggi, jika panjang gelombang terdapat pada daerah
panjang gelombang dimana analit dapat mengabsorpsi sendiri, persiapan pemisahan
menjadi tidak perlu.
3) Ketelitiannya baik, kesalahan relatif pada konsentrasi yang ditemui dengan tipe
spektrofotometer UV-Vis ada pada jarak dari 1 % sampai 5 %. Kesalahan tersebut dapat
diperkecil hingga beberapa puluh persen dengan perlakuan yang khusus.
4) Mudah, spektrofotometer mengukur dengan mudah dan kinerjanya cepat dengan
instrumen modern, daerah pembacaannya otomatis.

2.4 Instrumentasi Spektrofotometer


Suatu peralatan spektrofotometer terdiri dari komponen-komponen :

1. Sumber Sinar

Sumber cahaya polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan


berbagai macam rentang panjang gelombang. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-
VIS ada dua macam :

a. Lampu Tungsten (Wolfram), lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah
tampak. Bentuk lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang
gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasia berupa garis lengkung. Umumnya
memiliki waktu 1000 jam pemakaian.
b. Lampu Deuterium, lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum
energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada
daerah UV. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

2. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk mengisolasi suatu berkas sempit dari panjang
gelombang-panjang gelombang dari spektrum luas yang disiarkan oleh sumber. Ada dua
macam monokromator yang dapat digunakan untuk memilih sinar yang dipakai:

a. Prisma
Prisma terbuat dari gelas, kuarsa atau sillika. Bila radiasi elektromagnetik melalui
prisma maka radiasi tersebut akan dibiaskan karena bahan prisma berbeda dengan udara.
Indeks bias (indeks refraksi) tergantung pada panjang gelombang. Hasil pembiasan
adalah terpecahnya radiasi menjadi beberapa radiasi dengan panjang gelombang tertentu
yang semuanya tercakup radiasi awal. Prisma bekerja dengan baik pada daerah
ultraviolet dan sinar tampak. Untuk daerah ultraviolet harus digunakan prisma dari
kuarsa ataupun silika leburan, biasa juga digunakn untuk sinar tampak. Gabungan prisma
dengan slit disebut monokromator.

b. Kisi difraksi atau grating


Grating pendifraksi dapat mendifraksikan berbagai sinar pada sudut difraksi yang
berbeda. Kisi difraksi mengandung banyak galur (lekukan sejajar) pada permukaan yang
sangat licin dan dilapisi resin misalnya alumunium. Jumlah galur perinci ialah 15.000-
30.000 untuk daerah ultraviolet dan sinar tampak. Galur tersebut berfungsi sebagai pusat
pemencar (scattering center) bagi sinar yang mengenai kisi tersebut.

Monokromator juga berfungsi untuk memperoleh sinar monokromatis (sinar dengan


daerah panjang gelombang). Bagian-bagian monokromator :

1. Celah masuk, berfungsi mempersempit radiasi yang akan masuk dari sumber radiasi
sejajar
2. Lensa Kolimator, berfungsi untuk mengubah sinar menjadi berkas sejajar
3. Media Pendispersi dan celah keluar yang akan mengisolasi sinar yang diinginkan.

3. Cuvet (Wadah Sampel)


Sinar monokromatis keluar dari monokromator memasuki sel. Sel (kuvet) adalah
tempat disimpannya larutan contoh yang akan diukur serapannya. Sel atau kuvet berfungsi
untuk tempat larutan diletakan pada jalan cahaya dari monokromator. Kuvet untuk analis
secara kolorimetri harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

 Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.


 Permukaannya secara optimis harus benar-benar sejajar.
 Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan-bahan kimia.
 Tidak boleh rapuh.
 Mempunyai bentuk yang sederhana.
Kuvet terbuat dari bahan yang tidak menyerap cahaya yang digunakan. Untuk
pengukuran serapan sinar tampak, kuvet dapat terbuat dari gelas silikat biasa (bahan kaca
korex). Ukuran kuvet bervariasi, tetapi umumnya memiliki diameter 1 cm dengan volume
kira-kira 5 ml.

4. Detektor
Detektor berfungsi mengubah energi cahaya yang ditransmisikan yang jatuh
mengenainya menjadi suatu besaran yang terukur. Tetapi pada dasarnya detektor yang ideal
harus memiliki kepekaan yang tinggi, perbandingan sinyal-noise yang tinggi, dan responnya
stabil pada daerah panjang gelomabang. Detektor pada umumnya mengubah energi cahaya
menjadi energi listrik (arus listrik).
Jenis - jenis detektor :

1. Termokopel : pada prinsipnya, detektor ini terdiri dari dua plat logam yang
berbeda dihubungkan oleh jembatan kawat halus terbuat dari platina, perak
antimon atau bismut.
2. Bolometer : detektor yang terdiri dari pelat logam platina atau nikel atau
semikonduktor.
3. Piroeletrik : detektor yang menggunakan bahan kristal litium tentalat, barium
titanat dan triglysin sulfat yang mempunyai momendipol sensitif terhadap panas.
4. Golay : detektor yang menggunakan bahan gas xenon yang disimpan dalam
tabung silinder kecil.

5. Read Out (Penampilan data )


Penampilan data berfungsi mengeluarkan atau merekam hasil pengukuran. Hasil
analisis yang dikeluarkan dapat melalui printer, digital recorder, atau komputer yang
dilengkapi layar monitor. Data yang dimunculkan merupakan hasil pembacaan konsentrasi
sampel yang dianalisis.

Alat pencatat dengan menggunakan kertas grafik ukuran tertentu. Hasil diperoleh
dicatat sebagai pita dengan puncak-puncak % transmitansi yang berfungsi angka gelombang (
cm-1).
Sumber Cahaya Monokromator Cuvet

Read Out Detektor

Gambar. Komponen - komponen pokok spektrofotometer

Keuntungan analisis menggunakan spektrofotometer diantarnya:

1. Bidang pemakaiannya luas, dapat digunakan untuk analisis zat organik dan anorganik.
2. Cara pengoperasian alatnya cukup mudah.
3. Sensitivitasnya tinggi.
4. Ketelitiannya cukup tinggi.
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:

1) Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2) Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi,
sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui
pengenceran atau pemekatan).
BAB III METODELOGI
3.1 Bahan

 Kalium antimoniltartat.
 Ammonium Molibdat
 Asam Askorbat
 Kalium Dihidrogen Fosfat Anhidrat
 Air suling

3.2 Alat

 Spektrofotometer
 Neraca Analitik
 Erlemeyer 125 ml
 Labu Ukur 100 ml, 250 ml
 Gelas Ukur 25 ml dan 50 ml
 Pipet Volumetri 2 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml, 25 ml
 Pipet Ukur 10 ml
 Pipet Tetes
 Gelas Piala 100 ml

3.3 Metode dan Cara Kerja


a. Persiapan Pembuatan Pereaksi
a) Larutan Kalium Antimoniltartat
Timbang 0,27 gram kalium antimonil oxidatartat masukan ke dalam labu ukur
100 ml kemudian tambahkan air suling sampai tanda batas dan homogenkan.

b) Larutan Ammonium Molibdat


Timbang 2,5 gram ammonium hepta molibdat masukan ke dalam labu ukur
100 ml ditambahkan air suling 30 ml dan asam sulfat pekat 28 ml kemudian
ditambahkan air suling kembali sampai tanda batas dan homogenkan.

c) Larutan Asam Askorbat


Timbang 1,76 gram asam askorbat masukan ke dalam labu ukur 100 ml
kemudian tambahkan air suling sampai tanda batas.

d) Larutan Campuran
Campurankan secara berturut-turut 5 ml larutan kalium antimoniltartat, 15 ml
larutan ammonium molibdat, 30 ml asam askorbat perbandingan (1 : 3 : 6).

b. Persiapan Pengujian
1. Pembuatan larutan induk Fospat 500 mg P/L
Timbang 2,195 gram kalium dihidrogen fosfat anhidrat masukan ke dalam
labu ukur 100 ml ditambahkan aquades sampai tanda batas dan homogenkan.

2. Larutan Baku Fospat 10 mg P/L


Pipet 2 ml larutan induk fosfat 500 mg P/L dan masukan ke dalam labu ukur
100 ml ditambahkan aquades sampai tanda batas dan homogenkan.

c. Pembuatan Larutan Kerja Fosfat


Pipet 0 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml, 25 ml larutan baku fosfat 10 mg N/L dan masukan
masing-masing ke dalam labu ukur 250 ml kemudian tambahkan air suling sampai
tanda batas sehingga diperoleh kadar fosfat 0,0 mg P/L ; 0,4 mg P/L ; 0,8 mg P/L ; 1,0
mg P/L.

d. Pembuatan Kurva Kalibrasi


1. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian
kadar phospat.
2. Pipet 50 ml larutan kerja dan masing-masing ke dalam erlemeyer.
3. Tambahkan 8 ml larutan campuran dan di homogenkan.
4. Masukan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer baca dan catat serapannya
pada panjang gelombang 880 nm.
5. Buat kurva kalibrasi dari data diatas dan atau tentukan persamaan garis lurusnya.

3.4 Cara kerja

1. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar
fosfat.
2. Pipet 50 ml larutan kerja dan masing-masing ke dalam erlemeyer.
3. Tambahkan 8 ml larutan campuran dan dihomogenkan.
4. Masukan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer baca dan catat serapannya pada
panjang gelombang 880 nm.
5. Lakukan analisis duplo untuk control ketelitian analisis.
Jika perbedaan relatif hasil pengukuran lebih besar atau sama dengan 5% maka dilakukan
pengukuran ketiga.
BAB IV HASIL
4.1 Hasil

Data Analisis Fosfat ditampilkan pada tabel 1 s/d 3 berikut:

Tabel 1 Data Analisis Fosfat (08-Agustus-2014)

No Kode mg/L Absorbance


sampel
1 196 0,083 0,063
2 197 0,110 0,081
3 198 0,124 0,090
4 199 0,060 0,048
5 200 0,055 0,045

Tabel 2 Data Analisi Fosfat (26-Agustus-2014)

No Kode mg/L Absorbance


sampel
1 210 0,591 0,370
2 211 0,631 0,396
3 212 0,498 0,313
4 213 0,486 0,305
5 214 0,508 0,319
6 215 0,501 0,314
7 216 0,514 0,323
8 217 0,633 0,397
9 218 0,268 0,170
10 219 0,412 0,259
11 220 0,423 0,266
12 221 0,405 0,255
13 222 0,602 0,378
14 223 0,670 0,419
Tabel 4 Data analisa Fosfat (01-September-2014)

No Kode mg/L Absorbance


1 228 0,015 0,017
2 229 0,007 0,012
3 230 0,044 0,037
4 231 0,015 0,018
5 232 0,006 0,011
6 233 0,014 0,017
7 234 0,003 0,010
8 235 0,004 0,011
9 236 0,047 0,039
10 237 0,159 0,114
BAB V ANALISIS DISKUSI
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui mutu dan hasil analisa,
kemudian hasil yang diperoleh di bandingkan dengan data log book analis peneliti. Ortofosfat
atau sering disebut gugus fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu
atom fosforus dan empat oksigen.
Dari hasil pengujian analisa fosfat dengan cara spektrofotometer contoh air ikan
budidaya air tawar diperoleh hasil dengan kisaran 0,055 – 0,670 mg/L. Di butuhkan
ketelitian, keterampilan dan kejujuran pada saat menyampaikan hasil analisa sehingga dapat
mempertanggung jawabkan hasil analisa yang telah di kerjakan.
DAFTAR PUSTAKA

Atini Wahyu Utami. 2012 . Sifat fisika dan kimia air

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Department of Fisheries and Allied
Aquacultures. Auburn University, Alabama, USA

http://pelnisbrpbat.blogspot.com/2008_06_29_archive.html.

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfat

M. Ghufron H. Kordi K, Andi. 2007. Penyelidikan Masalah Air. Dep. PU: Jakarta.

Putri, R.M. 2010. Analisis Kadar Fosfat (PO4-) Dalam Contoh Air Boiler Dengan Metode
Spektrofotometer UV-VIS. SMK Analis Kimia YKPI. Bogor.

Putra kalimas. 2011 . tentang definisi fosfat

SNI 06-6989.31-2005 . Air dan Limbah

Anda mungkin juga menyukai