Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN

PERCOBAAN IV
ANALISIS KADAR CO2 DALAM SAMPEL AIR

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIAN MAHARANI R. PASAU


NIM : G 301 22 019
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : INDA AYU SAFITRI

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


PROGRAM STUDI S1 KIMIA JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

DESEMBER, 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, makhluk hidup
yang lain juga sangat membutuhkan air. Kekurangan air pada tubuh manusia
biasa menyebabkan dehidrasi karena ketahanan tubuh manusia sangat
bergantung pada berbagai fungsi air, sedangkan tubuh manusia belum
mengembangkan suatu sistem penyimpanan air sebagai sistem
penyimpanan lemak. Ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas
mutlak diperlukan. Air di Indonesia sangat melimpah karena Indonesia
merupakan Negara kepulauan. Akan tetapi, hal ini tidak dimanfaatkan dengan
baik oleh masyarakat Indonesia. Sebaliknya, masyarakat kebanyakan
menyalahgunakan kelebihan ini dengan mencemarinya (Alerts, 2012).

Pencemaran air yaitu masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen
lain ke dalam air, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Air tersebut juga mempunyai standar 3B (tidak berwarna, berbau, dan
beracun). Air merupakan suatu zat pelarut yang sangat berguna bagi
semua mahluk hidup. Dalam air terkandung berbagai macam unsur-unsur
yang membentuk suatu unit yang saling berkaitan dan sangat berpengaruh
terhadap sifat dan kualitas air itu sendiri. Air merupakan bahan yang
amat penting (essensial) bagi kehidupan organism (Mahyudin, 2015).

Salah satu parameter kimia yang ada di dalam perairan yaitu gas
karbondioksida (CO2) yang dipengaruhi kualitas air. Ketersediaan gas ini
dalam perairan jumlahnya lebih sehingga akan mempengaruhi organisme-
organisme yang melakukan proses respirasi sedangkan kekurangan gas ini
akan mempengaruhi organisme dalam proses fotosintesis. Karbondioksida
(CO2) tidak bertambah banyak pada kedalaman yang lebih besar kecuali
di lapisan dekat dengan dasar, demikian pula dengan pH. Karena
Kalsium karbonat yang diendapkan di daerah trophogenic jatuh perlahan-
lahan ke dasar dan bertemu dengan karbondioksida (CO 2) agresif didaerah
tropholytic, serta menambah kosentrasinya di lapisan bawah Karbondioksida
merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang dibutuhkan oleh
fitoplankton dan tumbuhan air. Keberadaan karbondioksida diperairan
sangat dibutukan oleh tumbuhan baik yang besar maupun yang kecil
untuk proses fotosintesis (Rahmaningsih, 2018). CO2 juga terbentuk dalam
air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh mikroorganisme.
Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar. Karbondioksida
pula diperairan berasal dari difusi atmosfer, air hujan, air yang melewati
tanah organik, dan respirasi tumbuhan dan hewan, serta bakteri aerob dan
anaerob (Effendi, 2014).

Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi


kehidupan organisme air. Senyawa tersebut dapat membantu dalam proses
dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri. Namun jika
dalam keadaan yang berlebihan dapat mengganggu bahkan menjadi racun
bagi beberapa jenis ikan (Barus, 2017). Kandungan CO2 diperairan
digunakan untuk melarutkan kapur, yaitu untuk mengubah senyawa
menjadi kalsium bikarbonat Ca(HCO3-). Agar supaya bikarbonat menjadi
mantap sejumlah karbondioksida (CO 2) tertentu harus tetap berada dalam
larutan yang dapat memperbaiki dan mempertahankan kalsium. Kadar
karbondioksida (CO2) yang baik bagi organisme perairan yaitu kurang
lebih 15 mg/l. Jika lebih dari itu sangat membahayakan karena
menghambat pengikatan oksigen (O2). Lebih lanjut dikatakan kadar
karbondioksida yang berlebih dapat diatasi dengan melakukan
penggantian air secara rutin, mengurangi pertumbuhan ganggang yang
terlalu lebat dan peningkatan peranan kincir air (Octasari,2018).

Karbon dioksida dari udara selalu bertukar dengan karbon dioksida di dalam
air. Pada air tenang pertukaran ini sangat minim, proses yang terjadi adalah
difusi. Sehingga kadar yang dibutuhkan untuk pertukaran berubah lebih cepat
dan air di permukaan berputar menuju dasar perairan (Harahap, 2013).
Kandungan CO2 bebas dalam air dapat didefinisikan sebagai jumlah CO 2 yang
terlarut dalam air. Kandungan CO2 maksimum di perairan adalah 20 mg/l.
Apabila kandungan CO2 bebas di perairan melebihi 20 mg/l maka akan
membahayakan biota laut bahkan meracuni organisme perairan. Apabila
kandungan CO2 suatu perairan lebih tinggi dari 12 mg/l maka dapat
membahayakan kehidupan organisme perairan. Dapat diasumsikan bahwa jika
kadar CO2 dalam suatu perairan berlebihan, maka dapat menimbulkan dampak
kritis terhadap hewan akuatik (Pitayati, 2017).

Berdasarkan uraian diatas hal tersebutlah yang melatarbelakangi dilakukannya


praktikum kimia lingkungan percobaan analisis kadar CO2 dalam sampel air.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana cara menguji
kadar CO2 dan kadar CO2 bebas pada sampel air?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana menguji
kadar CO2 dan kadar CO2 bebas pada sampel air.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan komponen yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup


dimuka bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Namun
demikian, air dapat menjadi malapetaka bila mana tidak tersedia alam kondisi
yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dalam jaringan hidup, air
merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi. Air kita
perlukan untuk proses hidup dalam tubuh kita, tumbuhan dan hewan. Sebagian
besar tubuh kita, tumbuhan dan hewan terdiri atas air. Air juga kita perlukan
untuk berbagai keperluan rumah tangga, pengairan pertanian kita, industri,
rekreasi, dan lain-lainnya. Oleh karena itu air kita perlukan dalam kualitas
yang memadai dan dalam waktu yang tepat. Air merupakan elemen yang
sangat penting dalam kehidupan manusia (Syukur, 2012).

Air memiliki berbagai macam fungsi bagi makhluk hidup, terutama dalam
proses metabolisme tubuh. Semua makhluk hidup memiliki ketergantungan
terhadap air. Air merupakan zat pelarut yang penting untuk makhluk hidup
sekaligus bagian penting dalam proses metabolisme. Tubuh manusia terdiri
dari 55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan. Agar dapat berfungsi
dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter air
setiap hari untuk menghindari dehidrasi jumlah pastinya bergantung pada
tingkat aktivitas,suhu,kelembaban, dan beberapa faktor lainnya.Dalam air
sumur, terdapat beberapa kandungan bahan kimia (Syukur, 2012).

2.2 Air Sungai

Air sungai adalah alur atau wadah air alami atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air didalamnya mulai dari hulu hingga maura, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan (Peraturan Pemerintah No. 38
Tahun 2011). Sungai merupakan salah satu bentuk ekosistem lotik (air
mengalir) yang berfungsi sebagai media atau tempat hidup organisme mikro
maupun makro. Sungai memberikan gambaran mengenai keadaan dari suatu
lingkungan, kualitas dan kuantitas air dan hubungan ekologi yang terjadi
akibat aktivitas manusia (Sulistyo,2014).

Pada umumnya air sungai mengandung zat organik maupun anorganik, yang
terkandung dalam air sungai tergantung kadar pencemaran pada air sungai
tersebut danjenis tanah yang dilalui oleh air sungai tersebut. Sungai pada
umumnya akan membawa zat-zat padat yang berasal dari erosi, penghancuran
zata-zat organik, garam-garam mineral sesuai dengan jenis tanah yang dilalui.
Dan pada sungai-sungai yang melalui daerah-daerah pemukiman yang padat
akan mengalami pencemaran akibat buangan rumah tangga yang dapat
mengakibatkan perubahan warna, peningkatan kekeruhan, rasa, bau dan Iain-
lain (Sulistyo, 2014).

2.3 Air Sumur

Air merupakan sumber daya alam yang digunakan untuk proses kehidupan,
proses indutri, produksi pertanian dan penggunaan domestik. Air diperoleh
dari 2 sumber yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan meliputi
sungai, danau. Sedangkan air tanah meliputi air sumur. Air tanah merupakan
air yang berada didalam rongga tanah. Air yang banyak digunakan oleh warga
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya adalah air sumur gali. Sumur gali
mudah terkena kontaminasi melalui rembesan, sehingga berpotensi mengalami
penurunan kualitas air. Faktor yang dapat mempengaruhi pencemaran sumur
gali antara lain kondisi geografis, hidrogeologi, topografi tanah, musim dan
kondisi fisik sumur (Appolonia dan Juliet, 2013).

Sumur telah lama digunakan sebagai sumber air bagi berbagai kebutuhan
rumah tangga dan industri kecil, menengah dan besar. Penggunaan sumur
merupakan suatu alternatif bagi daerah yang tidak mendapat pelayanan atau
tidak terjangkau pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Keterbatasan teknologi, dana dan modal membuat distribusi air bersih dan
sehat menjadi tidak merata. Seiring dengan perkembangan zaman dan
pertumbuhan populasi manusia, kebutuhan air bersih semakin meningkat.
Pertambahan populasi serta perkembangan industri menyebabkan kualitas air
tanah semakin terancam oleh limbah dosmetik dan limbah industri (Sari,
2013).

2.4 Air Galon

Air memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia, seperti garam-
garam, asam, beberapa jenis gas, dan banyak molekul organic sehingga air
disebut pelarut universal. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase
cair dan padat dibawah tekanan dan temperatur standar. Air minum isi ulang
kerap dijadikan sebagai salah satu slusi untuk menghadapi lonjakan harga
pangan yang makin tinggi. Ini karena air minum isi ulang terbukti praktis dan
harganya relative lebih murah. Namun dibalik itu, terdapat berbagai potensi
masalah air ulang, mulai dari rasa yang berbeda dari air Pada umumnya
hingga kualitas air yang belum tentu terjamin mutunya (Hanifah, 2020).

Depot air minum (Air galon) adalah usaha industri yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada
konsumen. Proses pengolahan air pada depot air minum pada prinsipnya
adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain
untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan campuran yang
berbentuk koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan
desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak
tersaring pada proses sebelumnya (Indarto, 2010).

2.5 Air Kemasan

Air adalah sebuah zat yang ada di alam yang dalam kondisi normal diatas
permukaan bumi berbentuk cair, akan membeku pada suhu dibawah 0℃ dan
mendidih pada suhu 100℃. Ahli kimia mendefinisikannya terdiri dari dua
unsur yaitu oksigen dengan dua ‘lengan’ menggandeng hydrogen membentuk
satu kesatuan disebut molekul. Air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan ataupun tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung di minum (Pitoyo Amrih, 2007).

Secara umum bagi tubuh manusia uair bermanfaat sebagai zat yang
membersihkan tubuh pada saat mandi. Sedangkan secara khusus di dalam
tubuh manusia adalah antara lain sebagai media pembawa dengan cara
melarutnya nutrisi-nutrisi yang bersama darah akan diedarkan ke seluruh
organ tubuh yang membutuhkan, termasuk juga melarutnya sampah dan racun
dari sel-sel tubuh untuk dibawa keluar tubuh antara lain melalui keringat,
urine, ingus dan lain-lain (Sutomo, 2011).

2.6 Karbon Dioksida (CO2)

Karbondioksida, atau CO2, adalah gas yang terdiri dari satu atom karbon dan
dua atom oksigen. Gas ini merupakan salah satu komponen utama dalam
siklus karbon di Bumi dan memainkan peran penting dalam regulasi suhu
global. CO2 secara alami dilepaskan ke atmosfer melalui berbagai proses,
termasuk respirasi tumbuhan dan hewan, pembakaran bahan bakar fosil, serta
aktivitas vulkanik. Meskipun CO2 memiliki peran esensial dalam mendukung
kehidupan tanaman melalui fotosintesis, peningkatan konsentrasi CO 2 dalam
atmosfer yang disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan
bakar fosil, menjadi penyebab keprihatinan utama dalam konteks perubahan
iklim global. Peningkatan konsentrasi CO2 dapat menyebabkan pemanasan
global dan perubahan iklim yang signifikan, mengancam keseimbangan
ekosistem dan kehidupan manusia (Sutrisno, 2015).

Upaya global untuk mengurangi emisi CO 2 telah menjadi fokus utama dalam
upaya untuk memitigasi dampak perubahan iklim. Negara-negara dan
perusahaan di seluruh dunia sedang berupaya mengurangi jejak karbon
mereka dengan beralih ke sumber energi terbarukan, meningkatkan efisiensi
energi, dan menerapkan teknologi penangkapan karbon. Selain itu, kesadaran
masyarakat tentang pentingnya mengurangi emisi CO2 telah meningkat,
mendorong tindakan individu dan kolektif untuk mendukung langkah-langkah
berkelanjutan dalam menjaga keseimbangan atmosfer dan mengurangi
dampak perubahan iklim bagi generasi mendatang (Sutrisno, 2015).

2.7 Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida adalah bahan dasar popular yang digunakan di industri.


Sekitar 56% natrium hidroksida yang dihasilkan oleh indutri, 25% di
antaranya digunakan oleh industri kertas. Natrium hidroksida juga digunakan
dalam pembuatan garam natrium dan detergen, regulasi pH, dan sintesis
organic. Ini digunakan dalam proses produksi aluminium bayer, secara massal
natrium hidroksida paling sering ditangani sebagai larutan berair. Karena lebih
mudah dan mudah ditangani (Kurt dan Bittner, 2005).

Natrium hidroksida digunakan dalam banyak scenario dimana diinginkan


untuk meningkatkan alkalinitas campuran, atau untuk menetralisir asam,
misalnya dalam industri perminyakan, natrium hidroksida digunakan sebagai
aditif dalam lumpur pengeboran untuk meningkatkan alkalinitas dalam sistem
lumpur bentonite, untuk meningkatkan viskositas lumpur dan untuk
menetralisir setiap gas asam yang mungkin ditemui dalam formasi geologi
saat pengeboran berlangsung natrium hidroksida, juga dikenal sebagai lindi
dan soda kaustik atau soda api, adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus
kimia NaOH. Senyawa ini merupakan senyawa ionik berbentuk padatan
putihyang tersusun dari kation natrium Na+ dan anion hidroksida OH- (Bahri,
2018).

2.8 Natrium Karbonat (Na2CO)


Natrium karbonat merupakan agaram sodium dari asam karbonat. Sodium
karbonat sering digunakan untuk pembuatan kaca, juga digunakan sebagai
bahan dasar yang relative kuat dalam berbagai keperluan. Sebagai contoh,
natrium karbonat digunakan sebagai pengantur pH basa untuk
mempertahankan kondisi yang stabil. Natrium karbonat adalah aditif umum
untuk menetralkan efek asam dari klorin dan meningkatkan pH
(Lashari,2018).
Natrium karbonat juga digunakan sebagai pengganti sodium hidroksida,
sebagai stabilizer, sebagai pembersih kerak, sebagai konduktor yang sangat
baik dalam proses elektrolisis. Selain itu, tidak seperti on klorida yang
membenetuk gas klor, ion karbonat tidak korosif ke anoda. Hal ini juga
digunakan sebagai standar utama titrasi asam basa karena padat dan udara
stabil, sehingga mudah untuk menimbang secara akurat. Natrium karbonat
mempunyai sifat larut dalam air, tetapi dapat juga terjadi secara alami di
daerah kering, terutama di deposit mineral terbentuk ketika danau musiman
menguap (Lashari,2018).

2.9 Indikator Fenolftalein (PP)

Fenolftalein adalah pewarna organik, yang pada gilirannya merupakan asam


diprotik lemah, digunakan dalam banyak penetuan volume trik sebagai
indicator asam basa. Jika asam diprotik, dalam larutan bisa kehilangan 2 ion
H+ dan untuk menjadi indikator itu harus memiliki sifat yang berwarna warni
dengan kisaran pH yang sedang dinilai titik dalam medium dasar (pH > 8)
fenolftalein berwarna merah muda yang dapat di intensifkan menjadi meraah
keunguan. Untuk digunakan sebagai indikator asam basa lemah ia tidak boleh
bereaksi lebih cepat dengan OH- dari media yang dianalisis untuk
melakukannya (Anatasia, 2015).

Indikator fenolftalein merupakan suatu senyawa komplek yang dapat bereaksi


dengan asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan
konsentrasi ion hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada
titrasi basa kuat asam kuat biasanya berupa indikator sintesis, misalnya
indicator fenolftalein (PP). Indikator ini merupakan indicator sintesis yang
dijual di pasaran dengan harga yang relative mahal, dapat menyebabkan polusi
kimia, ketersediaan yang terbatas dan biaya produksi tinggi (Nurhayati ,
2010).

2.10 Titrasi
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi
yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Prosedur analitis yang
melibatkan titrasi dengan larutan – larutan yang konsentrasinya diketahui
disebut analisis volumetric. Dalam analisis larutan asam basa, titrasi
melibatkan pengukuran yang seksama, volume – volume suatu asam dan
suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 2009).

Titrasi asam basa merupakan cara yang tepat -dan mudah untuk menentukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam
dan basa organic dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa
itu terutama senyawa organic tidak larut dalam air. Namun demikian
umumnya senyawa organic itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa
dalam pelarut inert. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan
perubahan indicator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan
seperti potensiometri, spektrofotometer, kondumeter (Rivai H., 2003).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 30 Desember 2023 pada pukul
15:30 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Kimia Analitik,
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tadulako, Palu.

3.2 Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sampel air galon,
air sumur dan air sungai, sampel air kemasan, indikator pp 1%, NaOH 0,1 N
dan Na2CO3 0,01 N

Adapaun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu gelas ukur 250 ml,
pipet tetes, Erlenmeyer 250 ml, seperangkat alat titrasi, corong.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Penetapan Kadar CO2

Diambil 100 ml sampel air sungai, sampel air sumur, sampel air galon
dan sampel air kemasan dengan pipet volume dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer kemudian ditambahkan 3 tetes indikator pp 1% lalu dititrasi
dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna, kemudian
dititrasi secara duplo.

1000× mL NaOH × N NaOH × 4 , 4 mg/L


mL Sampel
3.3.2 Penetapan Kadar CO2 Bebas

Diambil 100 ml sampel air sungai, sampel air sumur, sampel air galon
dan sampel air kemasan dengan pipet volume dan dipindahkan kedalam
labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 10 tetes indikator pp 1%,
kemudian dititrasi dengan larutan Na2CO3 sampai dengan larutan
berwarna merah muda, kemudian dititrasi secara duplo.

P × q × 22 ml/L
BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.4.1 Penetapan Kadar CO2

No. Perlakuan Hasil

1. 100 ml air sungai + 3  Berubah menjadi warna


tetes indikator pp 1% + pink
titrasi NaOH  V1 = 1,8 ml
 V2 = 1,3 ml

2. 100 ml air sumur + 3  Berubah menjadi warna


tetes indikator pp 1% + pink
titrasi NaOH  V1 = 1,9 ml
 V2 = 1,2 ml

3. 100 ml air galon + 3 tetes  Berubah menjadi warna


indikator pp 1% + titrasi pink
dengan NaOH  V1 = 0,8 ml
 V2 = 0,4 ml

4. 100 ml air kemasan + 3  Berubah menjadi warna


tetes indikator pp 1% + pink
titrasi dengan NaOH  V1 = 1,1 ml
 V2 = 1,1 ml
4.4.2 Kadar CO2 Bebas

No Perlakuan Hasil

1. 100 ml air sungai + 3 tetes  Berubah warna menjadi


indikator pp 1% + titrasi pink
dnengan Na2CO3  V1 = 7 ml
 V2 = 7,1 ml

2. 100 ml air sumur + 3 tetes  Berubah warna menjadi


indikator pp 1% + titrasi pink
dengan Na2CO3  V1 = 5 ml
 V2 = 5 ml

3. 100 ml air galon + 3 tetes  Berubah menjadi warna


indikator pp 1% + titrasi pink
dengan Na2CO3  V1 = 1,2 ml
 V2 = 1,5 ml

4. 100 ml air kemasan + 3  Berubah menjadi warna


tetes indikator pp 1% + pink
titrasi dengan Na2CO3  V1 = 4,5 ml
 V2 = 5 ml
4.2 Pembahasan

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti perannya
bagi makhluk hidup. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan
makhluk hidup kedepannya, khususnya manusia. Pencemaran air memiliki
pengertian bahwa adanya penyimpangan sifat – sifat air dari keadaan normal,
bukan dari kemurnian air tersebut. Air yang tersebar di bumi ini tidak pernah
terdapat dalam bentuk murni. Namun bukan berarti bahwa semua sudah
tercemar. Sebagai contoh, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang
terpencil dengan udara yang bebas dan bersih dari pencemaran, air hujan yang
turun diatasnya selalu mengandung bahan – bahan terlarut, seperti CO2, O2,
dan N2, serta bahan – bahan tersuspensi seperti debu dan partikel – partikel
lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfer. Biasanya air tersebut
mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia anorganik
maupun zat-zat kimia organik. Apabila kandungan zat-zat kimia tersebut
terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi sumber
bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk
sekitarnya. (Barus, 2017). CO2, atau karbondioksida, adalah gas yang
terbentuk oleh satu atom karbon yang terikat dengan dua atom oksigen. Gas
ini memiliki peran krusial dalam proses fotosintesis, di mana tanaman
menggunakan sinar matahari untuk mengubah CO 2 dan air menjadi glukosa
sebagai sumber energi. Meskipun CO2 adalah komponen alami atmosfer,
peningkatan konsentrasi CO2 akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran
bahan bakar fosil, telah menjadi penyebab utama perubahan iklim global.
Konsentrasi CO2 yang meningkat dapat mengakibatkan efek rumah kaca,
mempercepat pemanasan global, dan memiliki dampak serius terhadap
ekosistem, cuaca, serta keseimbangan iklim global. Oleh karena itu, upaya
untuk mengurangi emisi CO2 dan mengembangkan solusi berkelanjutan
menjadi krusial dalam menjaga stabilitas lingkungan dan mengatasi tantangan
perubahan iklim (Wahyudi, 2017). Adapun tujuan percobaan ini yaitu untuk
mengetahui penetapan kadar CO2 dan kadar CO2 bebas pada sampel air.
Pada perlakuan pertama yaitu penetapan kadar CO 2 pada sampel air sungai, air
sumur, air galon dan air kemasan tersebut ditambahkan 3 tetes indikator pp
1%, adapun fungsi dari penambahan indikator pp adalah sebagai indikator
untuk menentukan titik ekuivalen (Ahmad, 2015). Selanjutnya sampel dititrasi
menggunakan NaOH, penambahan NaOH digunakan untuk menentukan kadar
asam pada sampel (Ahmad, 2015). Hasil yang kami dapat pada perlakuan
penetapan kadar CO2 adalah berturut- turut 6,82 mg/L, 6,82 mg/L, 2,64 mg/L,
4,84 mg/L. Hasil tersebut masih belum dapat dikatakan tercemar. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas aman CO 2 dalam air
adalah sebesar 10 mg/L dan tidak boleh melebihi 10 mg/L.

Pada perlakuan kedua yaitu penetapan kadar CO 2 bebas pada sampel air
sungai, air sumur, air galon dan air kemasan tersebut ditambahkan 3 tetes
indikator pp 1%, adapun fungsi dari penambahan indikator pp adalah sebagai
indikator untuk menentukan titik ekuivalen (Ahmad, 2015). Selanjutnya
sampel dititrasi menggunakan NaOH, penambahan NaOH digunakan untuk
menentukan kadar asam pada sampel (Ahmad, 2015). Hasil yang kami dapat
pada perlakuan CO2 bebas adalah 15,51 mg/L, 11 mg/L, 2,97 mg/L, 10,45
mg/L. Hasil yang kami dapatkan untuk air sungai yaitu 15,51 ml/L sudah
dikatakan tercemar karena sudah melebihi ambang batas, menurut Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jendral Sumber Daya Air
Balai Wilayah Sungai Wilayah Sulawesi IV kandungan CO 2 tidak boleh
melebihi 12 mg/L.
ANALISIS DATA

1. Penetapan Kadar CO2


a. Air sungai
Diketahui : mL NaOH 1 =1,8 ml
mL NaOH 2 = 1,3 ml
N NaOH = 0,1 N
mL sampel = 100 ml
Ditanya : Kadar CO2…..?
mL NaOH = ½ (mL NaOH 1 + mL NaOH 2)
= ½ (1,8 mL + 1,3 mL)
= 1,55 mL
1000× mL NaOH × N NaOH × 4 , 4 mg/L
Kadar CO2 =
mL Sampel
1000× 1 ,55 mL × 0 , 1 N × 4 , 4 mg/L
=
100 mL
= 6,82 mg/L

b. Air Sumur
Diketahui : mL NaOH 1 =1,9 ml
mL NaOH 2 = 1,2 ml
N NaOH = 0,1 N
mL sampel = 100 ml
Ditanya : Kadar CO2…..?
mL NaOH = ½ (mL NaOH 1 + mL NaOH 2)
= ½ (1,9 mL + 1,2 mL)
= 1,55 mL
1000× mL NaOH × N NaOH × 4 , 4 mg/L
Kadar CO2 =
mL Sampel
1000× 1 ,55 mL × 0 , 1 N × 4 , 4 mg/L
=
100 mL
= 6,82 mg/L
c. Air Galon
Diketahui : mL NaOH 1 =0,8 ml
mL NaOH 2 = 0,4 ml
N NaOH = 0,1 N
mL sampel = 100 ml
Ditanya : Kadar CO2…..?
mL NaOH = ½ (mL NaOH 1 + mL NaOH 2)
= ½ (0,8 mL + 0,4 mL)
= 0,6 mL
1000× mL NaOH × N NaOH × 4 , 4 mg/L
Kadar CO2 =
mL Sampel
1000× 0 , 6 mL × 0 ,1 N × 4 , 4 mg/ L
=
100 mL
= 2,64 mg/L

d. Air Kemasan
Diketahui : mL NaOH 1 =1,1 ml
mL NaOH 2 = 1,1 ml
N NaOH = 0,1 N
mL sampel = 100 ml
Ditanya : Kadar CO2…..?
mL NaOH = ½ (mL NaOH 1 + mL NaOH 2)
= ½ (1,1 mL + 1,1 mL)
= 1,1 mL
1000× mL NaOH × N NaOH × 4 , 4 mg/L
Kadar CO2 =
mL Sampel
1000× 1 ,1 mL × 0 ,1 N × 4 , 4 mg /L
=
100 mL
= 4,84 mg/L
2. Kadar CO2 Bebas
a. Air Sungai
Diketahui : P1 =7 ml
P2 = 7,1 ml
q = 0,1 N

Ditanya : Kadar CO2 bebas…..?


P = ½ (P1+ P2)
= ½ (7 mL + 7,1 mL)
= 7,05 mL
Kadar CO2 bebas = P × q × 22 ml/L
= 7,05 mL × 0,1N × 22 ml/L
= 15,51 mg/L
b. Air Sumur
Diketahui : P1 = 5ml
P2 = 5 ml
q = 0,1 N

Ditanya : Kadar CO2 bebas…..?


P = ½ (P1 + P2)
= ½ (5 mL + 5 mL)
= 5 mL
Kadar CO2 bebas = P × q × 22 ml/L
= 5ml × 0,1 N × 22 ml/L
= 11 mg/L
c. Air Galon
Diketahui : P1 = 1,2 ml
P2 = 1,5ml
q = 0,1 N

Ditanya : Kadar CO2 bebas…..?


P = ½ (P1 + P2)
= ½ (1,2 mL + 1,5 mL)
= 1,35 mL
Kadar CO2 bebas = P × q × 22ml/L
= 1,32 ml × 0,1 N × 22 ml/L
= 2,97 mg/L
d. Air Kemasan
Diketahui : P1 = 4,5 ml
P2 = 5 ml
q = 0,1 N

Ditanya : Kadar CO2 bebas…..?


P = ½ (P1 + P2)
= ½ (4,5 mL + 5 mL)
= 4,75 mL
Kadar CO2 bebas = P × q × 22 ml/L
= 4,75ml × 0,1 N × 22 ml/L
= 10,45 mg/L
DAFTAR PUSTAKA

Alerts. 2012. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional

Ahmad. 2015. Climate Change and Global Warming Discourses and CDisclosures
in the Corporate Annual Reports: A Study on the Malaysian Companies. Procedia
Sosial and Behavioral Sciences. 172. 246-253.

Anatasia. 2015. Pemilihan Metode Perhitungan Pengurangan Emisi Karbon


Dioksida di Sektor Transportasi. Jurnal Tranportasi. Vol. 10. No. 3. Hal. 245-252

Appolonia dan Juliet. 2013. Kesehatan Lingkungan. Penerbit EGC. Jakarta

Bahri. 2018. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi ke-Enam. Jakarta: Airlangga.

Barus. 2017. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.


Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Effendi. 2014. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit: Kanisius. Yogyakarta.
Hanifah. 2020. Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air
Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal Presipitasi Media Komunikasi dan
Pengembangan Teknik Lingkungan.

Harahap. 2013. Analisis Kualitas Air Sungai Akibat Pencemaran Tempat


Pembuangan Akhir Sampah Batu Bola dan Karakteristik Serta Keluhan Kesehatan
Penggunaan Air Sungai Batang Ayumi di Kota Padang Sidimpuan. Lingkungan
dan Keselamatan Kerja.

Indarto. 2010. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungan Dengan


Toksikologi Senyawa Logam Universitas Indonesia Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai