Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nurul Hasanah

NIM : 150102071
Mata Kuliah : Pencemaran Air dan Tanah
Peminatan : Kesehatan Lingkungan

UAS PENCEMARAN AIR DAN TANAH

A. Masalah – Masalah Pencemaran Air di Indonesia


Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat
aktivitas manusia. Air tercemar apabila air tersebut telah menyimpang dari
keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor
penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air. Indikator
bahwa air telah tercemar yaitu :
 Adanya perubahan suhu air
 Adanya perubahan Ph atau konsentrasi ion hidrogen
 Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut
 Adanya mikroorganisme
 Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.
(Wisnu Arya Wardhana, 2004)
Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami
pencemaran terhadap kondisi perairannya. Adapun masalah – masalah
pencemaran air di Indonesia yaitu :
1. Pencemaran sungai yang terjadi di daerah jakarta yaitu sering disebut kali
item. Pencemaran yang terjadi pada sungai di jakarta disebabkan oleh
lebih dari 90% air limbah domestik saat ini dibuang ke sungai dan laut
atau bawah tanah melalui septic tank tanpa diolah. riset dari Universitas
Indonesia pada tahun 2013 menunjukkan Tanah Tinggi daerah Jakarta
Pusat sebagai kawasan kumuh di jakarata masih memiliki sanitasi yang
buruk. Hal ini dibuktikan dengan terbatasnya akses air bersih dan akses
mandi cuci kakus (MCK). Pada tahun 2013, wilayah bantaran rel kereta
Tanah Tinggi-Kramat dengan estimasi penduduk 1.000 jiwa hanya

1
memiliki sembilan MCK umum yang dua di antaranya merupakan milik
pemerintah. Beberapa MCK bahkan tidak memiliki septic tank, dan
pembuangan dialirkan langsung ke saluran air. Masalah sanitasi Jakarta
sangat berkaitan erat dengan ketersediaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) baik IPAL sistem sederhana maupun IPAL sistem pipa
terpusat. Perlu diketahui bahwa saat ini wilayah yang sudah terlayani
sistem perpipaan di Jakarta baru meliputi kawasan bisnis di pusat Jakarta.
Wilayah cakupan yang dikelola PD PAL Jaya ini hanya seluas 1.370
hektar atau setara dengan 2,07% dari luas total wilayah DKI Jakarta.
Selebihnya, pembuangan limbah masih dilakukan tanpa IPAL terpusat
yaitu di sungai salah satunya sungai kali item. (Beritagar.id. 2018)
2. Pencemaran Danau Toba

Danau toba merupakan salah satu danau terbesar di Indonesia, danau


kebanggan provinsi sumatera utara, dan merupakan salah satu objek wisata
dunia. Namun baru – baru ini air danau toba mengalami pencemaran
dengan kondisi air danau toba berubah warna menjadi hitam,
menimbulkan bau yang tidak sedap, dan ikan – ikan yang berada air danau
toba mati. Berdasarkan situs berita lingkungan online mongabay
menyatakan bahwa jutaan ekor ikan yang berada di keramba jaring apung
(KJA) di Danau Toba, Sumatera Utara, mati mendadak. Pernyataan
tersebut dinyatakan benar dengan hasil wawancara dan survei langsung
kondisi Danau Toba.

Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) melihat, kawasan danau


sudah tercemar akibat limbah kotoran dari KJA. Lebih luas lagi, ada bisnis
skala besar yang dikelola perusahaan asing. faktor ini menyebabkan air di
danau terkontaminasi, sebagai dugaan awal. Ketua Tim Litigasi Yayasan
Pecinta Danau Toba (YPDT), Robert Paruhum Siahaan, memberikan
penjelasan bahwa dilakukan pengambilan sampel data air Danau Toba
telah dilakukan di 11 titik, pada enam daerah berbeda di Danau Toba.
Lima dari enam daerah tersebut, pengambilan sampel dilakukan pada

2
kedalaman 0 m (permukaan) dan 20 m. Satu daerah diukur pada
permukaan tengah danau. YPDT melampirkan bukti Laporan Analisis
Sucofindo, pencemaran air Danau Toba sangat jelas dan nyata.

Hasil uji menunjukkan, nilai BOD di atas 2 dengan rata-rata BOD


2,63mg/L pada permukaan dan 2,76 mg/L pada kedalaman 20 meter. Nilai
BOD pada permukaan terendah mencapai 2,1 mg/L dan tertinggi 3,2
mg/L. Sedangkan BOD pada kedalaman 20 meter, BOD terendah
mencapai 2,1 mg/L dan tertinggi 3,7 mg/L. Nilai BOD tersebut tidak
memenuhi syarat/standar baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah
RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Di dalamnya, memuat baku mutu air tawar
kelas satu yaitu 2 mg/L. Sedangkan nilai COD, hasil uji menunjukkan
bahwa rata-rata COD 21,675 mg/L pada permukaan dan 24,292 mg/L pada
kedalaman 20 meter. COD pada permukaan terendah 13,85 mg/L dan
tertinggi 25,61mg/L.Sedangkan COD pada kedalaman 20 meter terendah
14,44 mg/L dan tertinggi 40,24 mg/L. Hasil uji COD menunjukkan tidak
memenuhi syarat/standar baku mutu air. Tingginya Fecal Coliform pada
permukaan diduga karena ada penumpukan polutan organik dan anorganik
yang meningkatkan jumlah bakteri Coliform. Dari hasil uji analisis, terlihat
jelas dan nyata air Danau Toba tercemar. Mutu air Danau Toba bukan lagi
kelas 1 yang dapat dikonsumsi. Pencemaran air Danau Toba tidak hanya
berdampak pada kualitas air minu tapi juga pada kehidupan ikan-ikan yang
ada dan mempengaruhi tingkat peremkonomian. (Mongabay. 2018).

B. Pencemaran Tanah karena Detergen

3
Deterjen merupakan salah satu produk industri yang biasa
digunakan di dalam kehidupan manusia. Salah satu manfaat dari deterjen
adalah untuk melindungi kebersihan dan kesehatan manusia. Deterjen
biasanya digunakan dalam industri maupun rumah tangga sebagai bahan
pencuci atau pembersih. Dalam rumah tangga khususnya digunakan untuk
mencuci pakaian. Deterjen dalam arti luas menurut Srikandi Fardiaz
(1992:66) adalah bahan yang digunakan sebagai pembersih, termasuk
sabun pencuci piring alkali dan cairan pembersih. Definisi yang lebih
spesifik dari deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa
petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya. Deterjen merupakan bahan yang
mengandung senyawa petrokimia karena terbuat dari bahan-bahan turunan
minyak bumi.
Detergen merupakan salah satu sumber pencemar yang berasal dari
limbah domesitk yaitu aktivitas manusia. Detergen bersifat cationik,
anionik, maupun nonionik. Kesemuanya membuat zat yang lipofilik
menjadi lebih halus, sehingga mempertinggi toxisitas racun. Detergen juga
mempermudah absorpsi racun sehingga sangat berbahaya. Detergen dapat
menjadi pencemar pada air dan juga tanah. (Juli Soemiratslamet, 2009)
Pada tanah yang tercemar detergen terjadi melalui pembuangan
hasil cucian yang menggunakan detergen dibuang sembarangan ke daerah
daratan seperti tanah halaman rumah. Kandungan detergen dapat merusak
kondisi tanah terkhusus pada kesuburan tanah yang mengakibatkan
tanamana serta hidupan tanah termasuk cacing mati. Hal tersebut terjadi
karena detergen mengandung zat berbahaya jika tergenang lama di
lingkungan tanah. Selain pada kesuburan tanah, detergen juga dapat
mempengaruhi kondisi air tanah. Jika detergen dibuang sembarangan ke
tanah maka air cucian yang mengandung detergen akan menyerap ke
dalam tanah dan akan menyatu dengan air tanah.

4
Air sungai yang tercemar limbah deterjen berakibat buruk bagi
flora dan fauna yang hidup di sungai. Ikan dan tumbuhan yang ada di
sungai dapat mati karena ekosistem tempat hidup mereka tercemar. Zat
yang terdapat dalam limbah deterjen dapat memacu pertumbuhan eceng
gondok dan gulma air sehingga dapat mengakibatkan ledakan jumlah
tanaman tersebut. Ledakan jumlah tanaman tersebut akan mengakibatkan
pendangkalan dan menyumbat aliran air sungai. Tanaman yang menutupi
permukaan air akan menghambat masuknya sinar matahari dan oksigen ke
air. Hal ini akan berdampak pada kualitas air dan ikan-ikan menjadi sulit
untuk bertahan hidup. Penelitian juga menunjukkan bahwa deterjen
mempunyai pengaruh terhadap flora dan fauna yang hidup di sungai.
Deterjen anionik bersifat lebih toksik terhadap udang air (Gammarus
polex) dibandingkan dengan deterjen kationik atau nonionik. Sedangkan
ikan lebih sensitif terhadap pengaruh deterjen nonionik atau deterjen
kationik dibandingkan dengan deterjen anionik (Damin Sumardjo, 2008:
631)
Deterjen dapat membentuk banyak busa dalam air dan banyak jenis
deterjen sukar sekali diuraikan oleh enzim-enzim bakteri pengurai
sehingga akan tetap utuh dan berbusa. Limbah deterjen yang tidak dapat
diurai dalam waktu yang singkat ini menyebabkan polusi udara karena
baunya yang tidak sedap. Menurut Petra Widmer dan Heinz Frick (2007:
42), deterjen terurai dalam hitungan minggu hingga bulanan sedangkan
persyaratan ekolabel memberikan jangka waktu peruraian limbah deterjen
di lingkungan alam hanya dua hari. Selain itu deterjen dalam air buangan
dapat meresap ke air tanah atau sumur-sumur di masyarakat. Air yang
tercemar limbah deterjen tidak baik bagi kesehatan karena dapat
menyebabkan kanker. Kanker ini diakibatkan oleh menumpuknya
surfaktan di dalam tubuh manusia.

5
DAFTAR PUSTAKA

Soemiratslamet, Juli. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta

Damin Sumardjo. (2008). Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran. Jakarta: EGC.

Widmer, Petra & Frick, Heinz. (2007). Hak Konsumen dan Ekolabel. Yogyakarta:
Kanisius.

http://kristinagustina.blogspot.com/2012/08/bahaya-limbah-deterjen-terhadap.html

https://theconversation.com/pencemaran-sungai-jakarta-dan-solusinya-bukan-sekadar-
waring-100783

https://beritagar.id/artikel/berita/upaya-pupr-dan-pemprov-dki-atasi-pencemaran-kali-
sentiong

http://www.mongabay.co.id/2018/08/24/terjadi-lagi-jutaan-ekor-ikan-mati-di-danau-toba/

Anda mungkin juga menyukai