Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

ANALISIS PENCEMARAN LINGKUNGAN

Disusun oleh :
Kelompok 10
Naurah Thifal Safitri (21034010054)
Aditya Reyhan Prasetyo (21034010076)
Rizkyka Dinda Prasetya (21034010095)
Raisya Octavia Putri Prianto (21034010098)

DOSEN PENGAMPU
Ir. Tuhu Agung R., MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada
kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka
bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang
relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk
keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain
sebagainya (PENGAMBILAN_SAMPEL_AIR, n.d.).
Standar Mutu Lingkungan atau Baku Mutu Lingkungan adalah tingkat bahan
pencemaran yang diperkenankan di udara, air, makanan, dan sumber daya tanah. Kegunaan
dari Baku Mutu Lingkungan yaitu sebagai alat evaluasi bagi badan-badan yang berwenang atas
mutu lingkungan suatu daerah atau kompartemen tertentu, sebagai alat penataan hukum
administratif bagi pihak-pihak yang berkaitan denganpengolalaan lingkungan hidup, berguna
bagi pelaksanaan amdal, sebagai alat control, berguna sebagai penentu apakah terjadi
pelanggaran hukum pidana.
Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan di berbagai bidang dan adanya
pertambahan penduduk dari tahun ke tahun, maka kebutuhan air sesuai dengan penggunaannya
pun juga semakin meningkat. Pembangunan yang semakin meningkat diikuti dengan
peningkatan pencemaran lingkungan yang berasal dari buangan limbah industri, rumah tangga
dan kegiatan pertanian, yang mengandung bahan-bahan/zat yang dapat membahayakan
kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan. Pencemaran lingkungan
khususnya pencemaran air pada saat ini sudah sangat besar dan peningkatannya relatif tinggi.
Peningkatan pencemaran air dari sumber buangan limbah, menyebabkan sumber daya air
sungai yang penting untuk irigasi cenderung menurun, baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengamati dan mengetahui perubahan pada
sampel air sungai yang telah diberi perlakuan yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Analisis Pencemaran Lingkungan
Pencemaran sungai merupakan salah satu bentuk dari pencemaran air yang membuat
sungai menjadi terkontaminasi dan kehilangan fungsinya. Pencemaran bisa terjadi karena
kurangnya rasa tanggung jawab dari manusia dengan membuang berbagai bentuk limbah ke
dalam sungai dan mengakibatkan kondisi sungai terus mengalami penurunan. Sungai yang
tercemar bisa memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan, salah satunya adalah bisa
terjadi banjir.
Air merupakan sumber daya alam yang penting bagi makhluk hidup. Tanpa adanya air
yang bersih, makhluk hidup tidak dapat hidup secara normal. Jumlah air yang ada di muka
bumi tidak mengalami perubahan, akan tetapi air tersebut mengalami perputaran yang bisa
disebut juga sebagai sebuah siklus air (Leonard Boy, 2021).

2.2 Pengertian Sampel


Sampling adalah mengumpulkan sejumlah volume air, sedimen dll yang akan diteliti,
dengan jumlah sekecil mungkin, tapi masih representatif, masih mempunyai sifat2 yang sama
dengan yang sebenarnya (Kumidu: PPT Teknik Sampling Air, n.d.).

2.3 Sungai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Sungai, dijelaskan bahwa sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa
jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi
kanan dan kiri oleh garis sempadan. Sedangkan daerah aliran sungai merupakan suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara
alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

2.3.1 Pencemaran Air Sungai


Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010
pencemaran air didefinisikan sebagai masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
air limbah yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pencemaran air dapat didefinisikan melalui
berbagai cara, antara lain melalui pengamatan langsung melalui indra seperti bau, rasa, dan
kekeruhan serta pengamatan tidak langsung berupa keluhan masyarakat pemakai air tentang
air yang mereka pergunakan.

2.4 Kualitas Air


Pengelolaan kualitas air diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Air adalah
semua air yang terdapat pada di atas maupun di bawah permukaan tanah termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang dimanfaat di darat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Kualitas Air, definisi kualitas Mutu Air adalah tingkat kondisi
kualitas air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam
waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, mutu air
atau kualitas air diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan
tersebut.
2. Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan lain yang
persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman pertanian dan/atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.4.1 Parameter Kualitas Air


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 429 Tahun 2010, mutu air ditetapkan
melalui pengujian parameter fisika, parameter kimia, dan parameter mikrobiologi.
a. Parameter Fisika
Parameter fisika meliputi kekeruhan, temperature, warna, bau, dan rasa.
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organic dan anorganik yang
terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan.
Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan
pencemaran oleh air buangan (Widiyanti dan Ristiati,2004).
b. Parameter Kimia
Parameter kimia berhuungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang
membahayakan. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa,
dan warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH
air (Widiyanti dan Ristiati,2004).
c. Parameter Mikrobiologi
Kualitas mikrobiologi adalah tingkat standar keberadaan jumlah suatu
organisme hidup yang berukuran mikroskopis yang tidak bisa dilihat dengan mata
telanjang. Biasanya mikroorganisme tertentu dapat dijadikan indikator kualitas air yang
kehadirannya merupakan bukti bahwa air tersebut tercemar, seperti bakteri coliform
(Widiyanti dan Ristiati,2004).
BAB III
METODE PENGAMATAN
3.1 Waktu dan Lokasi Pengambilan Sampel
Sampel diambil pada musim kemarau di hari Minggu, 05 Maret 2023 pada pukul 11.00
AM. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di daerah sekitar Kali Kebonsari yang merupakan
Daerah Aliran Sungai (Brantas). Lokasi spesifik pengambilannya di atas Jembatan
Karangpilang, Jl. Raya Ngelom, Ngelom, Kec. Karangpilang, Kabupaten Sidoarjo, Jawa
Timur. Titik pengambilan sampel air sungai dengan debit antara 5-150 m3/detik diambil pada
jarak 1/3 dari kedalaman sungai.

3.2 Waktu dan Lokasi Pengawetan Sampel


Lama waktu pengawetan sampel adalah 48 jam dengan lokasi pengawetan sebagai berikut:
1. Di lakukan pendinginan (diletakkan pada kulkas)
2. Di tempatkan pada tempat gelap (bawah kasur)
3. Di biarkan terpapar matahari

3.3 Alat dan Bahan


1. Botol steril
2. Tali
3. Pemberat (batu)
4. Sampel air Sungai
5. Meteran

3.4 Langkah Kerja


Pengambilan sampel air sungai ini melalui jembatan sehingga masuk kategori
pengambilan sampel secara tidak langsung. Tahapan pengambilan ini sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan pengambilan sampel, ukur kedalaman air sungai menggunakan
tali dan menandainya, kemudian ukur tali tersebut menggunakan meteran.
2. Tentukan 1/3 kedalam air sungai dari permukaan air
3. Siapkan botol steril yang terbungkus kresek hitam
4. Ikat botol dengan tali dan pasang pemberat di bagian dasar botol
5. Buka pembungkus kresek hitam di bagian mulut botol dan turunkan botol perlahan-
lahan ke dalam permukaan air hingga mencapai batas 1/3 dari kedalaman permukaan
air sungai tersebut
6. Ambil air tersebut hingga botol terisi penuh
7. Tarik tali sambil digulung
8. Kemudian botol ditutup kembali.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Hasil Pengawetan Sampel


Lokasi 24 jam 48 jam
Pengawetan
Pendinginan

Tempat Gelap

Terpapar
Matahari

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan sampel yang kami lakukan selama 48 jam di 3 lokasi
pengawetan yang berbeda yaitu pada tempat pendinginan (di kulkas), tempat gelap (bawah
kasur), dan terpapar matahari. Hasil pengawetan air sungai yang disimpan pada ketiga tempat
tersebut mengalami reaksi pengendapan. Suatu reaksi dapat dikatakan reaksi pengendapan
apabila reaksi tersebut menghasilkan endapan. Endapan merupakan zat padat yang tidak larut
dalam cairan tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengendapan yaitu pH larutan,
temperatur, konsentrasi pengendap, waktu pengendapan, dan kecepatan pengadukan. Waktu
pengendapan selama 48 jam pada sampel air sungai sudah cukup dapat mengendapkan
sedimentasi yang ada. Endapan paling banyak dihasilkan pada tempat penyimpanan
pendinginan (kulkas) dikarenakan kelarutan semakin menurun dengan turunnya suhu, jadi
dengan menurunnya suhu maka pembentukan endapan akan semakin banyak disebabkan
banyak endapan yang sudah tidak berada pada larutannya.
Selanjutnya, lokasi pengawetan yang berada pada kulkas menyebabkan suhu turun dan
kecepatan metabolisme juga turun. Suhu rendah ini menyebabkan aktivitas mikroorganisme
juga melambat. Pada tempat gelap suhu ruang, sampel air sungai sama sekali tidak terpapar
sinar matahari. Hal ini menyebabkan tidak terjadinya proses fotosintesis sehingga persebaran
oksigen yang terlarut akan berkurang. Dengan suhu ruang juga menyebabkan, mikroorganisme
tidak berkembang pesat seperti pada suhu tinggi. Lokasi pengawetan yang terkena sinar
matahari menyebabkan endapan yang ada tidak terlalu banyak, hal ini dikarenakan kealrutan
semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan naiknya suhu maka pembentukan
endapan semakin berkurang disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya. Selain
itu, sampel air yang terpapar sinar matahari dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri
berbahaya karena mikroorganisme berkembang pesat pada suhu yang tinggi. Pada pengawetan
ini juga endapan sedikit berwarna hijau karena adanya proses fotosintesis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan kami, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sampel diambil pada musim kemarau di hari Minggu, 05 Maret 2023 pada pukul 11.00
AM. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di daerah sekitar Kali Kebonsari yang
merupakan Daerah Aliran Sungai (Brantas).
2. Pengawetan pada tempat pendinginan dihasilkan endapan yang banyak dikarenakan
larutan semakin menurun seiring turunnya suhu dan menurunnya metabolisme karena
suhu rendah.
3. Pengawetan pada tempat gelap dihasilkan endapan yang tidak terlalu banyak,
metabolisme tidak secepat pada tempat yang terpapar matahari dan proses
metabolisme yang ada tidak secepat saat terpapar sinar matahari.
4. Pengawetan pada tempat yang terpapar sinar matahari dihasilkan endapan yang sedikit
dikarenakan larutan semakin banyak seiring naiknya suhu, naiknya metabolisme
karena suhu tinggi sehingga menyebabkan meningkatnya pertumbuhan bakteri.
Endapan yang ada pun sedikit berwarna hijau dikarenakan adanya proses fotosintesis.

5.2 Saran
Pada proses pengambilan sampel hendaknya dilakukan persiapan yang matang pada
media yang digunakan untuk mengambil sampel. Keamanan pada saat mengambil sampel air
juga perlu diperhatikan, pengambilan di jembatan meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan
kerja. Proses pengawetan sampel juga perlu diperhatikan, penempatan sampel air harus benar
sehingga data yang didapat valid.
DAFTAR PUSTAKA

Kumidu: PPT Teknik sampling Air. (n.d.). Retrieved March 13, 2023, from
https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=128898&forceview=1

Leonard Boy. (2021). Waspada Pencemaran Sungai, Kenali Penyebab dan Akibatnya.
https://www.rumah.com/panduan-properti/pencemaran-sungai-57576

PENGAMBILAN_SAMPEL_AIR. (n.d.). Retrieved March 13, 2023, from


https://www.slideshare.net/khadaribob/makalh-pengambilan-sampel-air

Widiyanti, N. L. P, M. dan N. P. Ristiati. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo
Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan. 3 (1) : 64-73.

Anda mungkin juga menyukai