Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“KUALITAS AIR”

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Hidrologi Dan Lingkungan
Dosen Pengampu:
Dr. H. Sidharta Adyatama, S.Pd., M.Sc

COVER

Disusun Oleh:
Winanda Nathania
21110115220001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2022

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 1
PEMBAHASAN

A. DEFINISI KUALITAS AIR


Kualitas air adalah mutu air yang memenuhi standar untuk
tujuan tertentu. Pengertian tentang kualitas air (mutu air) sangat
penting, karena merupakan dasar dan pedoman untuk mancapai
tujuan pengelolaan air sesuai dengan peruntukkannya. Studi dan
pembahasan tentang air pada dasarnya menyangkut tentang dua hal,
yaitu kuantitas dan kualitasnya. Hal ini penting untuk menentukan
permasalahan berada di mana, dalam lingkungan apa, kualitas air
yang bagaimana, sehingga dapat dengan tepat menentukan strategi
pengelolaannya. Untuk keperluan tersebut perlu adanya suatu baku
mutu air, yakni keadaan ideal yang ingin dicapai, keadaan maksimum
yang boleh ditoleransi sesuai dengan peruntukannya. Kualitas air
dapat diartikan sebagai kondisi kualitatif yang dicerminkan oleh
kategori, parameter: organik, anorganik, fisik, biologik, radiologik dalam
hubungannyna dengan kehiduan.(Rukandar, 2009)
Syarat yang ditetapkan sebagai standar mutu air berbeda-beda
tergantung tujuan penggunaan air tersebut. Perubahan kualitas air
sungai adalah kondisi kualitas air yang dapat diukur dan diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku, ststus
kualitas air adalah tingkat kondisi kualitas air yang menunjukkan
kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu
tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang
ditetapkan (Daud, 2011). Kualitas air dapat dipecahkan kepada tiga
kategori utama yaitu kualitas atau sifat fisika, kimia dan biologi.
Parameter fisika bagi kualitas air adalah bau dan rasa, kekeruhan,
suhu.
Adapun parameter kimia adalah nutrien bahan organik, bahan
non organik. Organisme yang hidup di dalam air seperti sungai
merupakan parameter biologi sebagai penentu kualitas air sungai
(Wardhana, 2006). Menurut hasil penelitian Damarany et al. (2009)
pada bagian hilir sungai cipinang menunjukkan kisaran pH 7-8,04.
Geomorfologi dan Lingkungan
Winanda Nathania | 2
Lingkungan perairan sungai terdiri dari komponen abiotik dan biotik
yang saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara. Bila
interaksi keduanya terganggu maka akan terjadi perubahan yang
menyebabkan ekosistem perairan itu menjadi tidak seimbang.
Keadaan air sungai dapat secara efektif dianalisis menggunakan
organisme makro invertabrata, karena organisme ini lebih awal terkena
dampak atau tekanan akibat perubahan kualitas air. Keuntungan lain
dari informasi biologi makroinvertabrata tersebut menentukan status
dan kecendrungan dari sumberdaya perairan, mengevaluasi factor-
faktor penyebab kerusakan ekosistim perairan, penilaian terhadap
sebuah program pengendalian dan mitigasi lingkungan hidup, serta
mengukur tingkatan kesuksesan dari suatu upaya pengelolaan daerah
tangkapan air (Barbour et al.1999). Syarat yang ditetapkan sebagai
standar mutu air berbeda –beda tergantung tujuan penggunaan,
sebagai contoh air yang digunakan untuk irigasi memiliki standar matu
yang berbeda dengan air untuk dikonsumsi (Rahayu, dkk, 2009)
Berkembangnya ilmu teknologi, tejadi juga peningkatan
aktivitas manusia, namun tidak begitu jarang, aktivitas manusia itu
sendiri juga yang dapat menyebatkan penurunan kualitas air. Bila
penurunan mutu air ini tidak diminimalkan maka akan terjadi
pencemaran air (Mulia, 2005). Sungai mempunyai kapasitas tertentu
dan ini dapat berubah karena aktivitas alami maupun antropogenik
sebagai contoh pencemaran sungai berasal dari :
1. tingkat kandungan sedimin yang berasal dari erosi, kegiatan
pertanian, penambangan, konstruksi, pembukaan lahan dan
aktivitas lainnya,
2. limba organik dari manusia, hewan dan tanaman,
3. kecepatan pertambahan senyawa kimia yang berasal dari aktivitas
industri yang membuang limbahnya ke perairan. Ketiga hal tersebut
merupakan dampak dari peningkatan populasi manusia,
kemiskinan dan industrialisasi.(KHUSNA, 2017)(高橋英次 米地和夫,
1968).

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 3
B. KARAKTERISTIK KUALITAS AIR
Cara mudah menentukan kualitas air tanah/air sumur di rumah
adalah dengan melihat fisiknya secara langsung dan melakukan
pemeriksaan terhadap unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.
Berikut ciri-ciri air tanah yang sehat dirangkum dari Laman Ilmu
Geografi:
1. Air Harus Jernih
Air yang jernih/bening memang belum tentu bersih, namun
setidaknya bisa dijadikan tanda awal untuk menilai kualitas air tanah.
Sebaliknya untuk air tanah yang keruh dapat dipastikan tidaklah
bersih.
2. Tidak Berwarna
Warna air tanah bergantung pada unsur yang terkandung di
dalamnya. Jadi jika kondisi air tanah berwarna, maka sudah pasti tidak
layak untuk digunakan. Air tanah berwarna kecokelatan, misalnya,
biasanya mengandung lumpur.
3. Rasanya Tawar
Untuk menguji kualitas air tanah harus dilakukan pengujian
secara manual, yakni dengan mencicipi sampel air tanah tersebut. Air
tanah yang baik tidak memiliki rasa apa pun. Tawarnya rasa air tanah
dikarenakan tidak adanya unsur apa pun di dalamnya. Inilah yang
disebut air tanah yang murni.
4. Derajat Keasaman (PH) Netral
Air tanah yang baik haruslah memiliki PH berkisar antara 6.8—
7.2 untuk rentang sempit atau 6.5—7.5 untuk rentang yang lebih lebar.
Air tanah yang terlalu asam berbahaya untuk diminum manusia,
bahkan hewan peliharaan/ternak. Cara mengukur PH air tanah bisa
dengan menggunakan berbagai alat ukur yang tersedia di pasaran.
5. Tidak Mengandung Zat Kimia Berbahaya
Air tanah yang berada di dekat pusat industri biasanya memiliki
kualitas yang lebih buruk, karena hasil buangan limbah pabrik dapat
saja mencemari air tanah, terlebih air tanah dangkal. Zat yang sering

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 4
ditemukan adalah Arsen, Timah, Merkuri, senyawa sulfida, amoniak
dan lainnya.

6. Tingkat Kesadahan Rendah


Kesadahan adalah ada atau tidaknya kandungan logam berat
tertentu dalam air. Untuk mengetahuinya mudah. Yakni saat deterjen
untuk cuci baju dimasukkan ke dalam air, namun air itu sukar berbusa.
Ini bisa menjadi tanda air tanah tersebut mengandung Kalsium (Ca)
dan Magnesium (Mg). Untuk air tanah yang berbau anyir/kurang sedap
mungkin mengandung unsur Mangan (Mn) dan Besi (Fe). Air dengan
kesadahan tinggi, terutama dengan kandungan Besi tinggi, dapat
menyebabkan timbulnya noda kecokelatan pada pakaian sehabis
dicuci.
7. Tidak Mengandung Bakteri Berbahaya
Air tanah yang mengandung banyak bakteri dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti diare dan penyakit
berat seperti typus, hepatitis, dan kolera.
Sebagai bagian dari kepedulian tentang keadaan lingkungan
hidup, kualitas air menjadi bagian yang penting dalam isu pengem
bangan sumberdaya air. Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan
fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air
untuk kehidupan manusia, pertanian, industri, rekreasi dan pemanfaat
an air lainnya. Status kualitas air berkaitan dengan kuantitas air seperti
telah dibicarakan pada bagian-bagian terdahulu. Karakteristik fisik
terpenting yang dapat mempengaruhi kualitas air, dan dengan demi
kian, berpengaruh pada ketersediaan air untuk berbagai pemanfaatan
seperti tersebut di atas adalah konsentrasi sedimen dan suhu air.
Tinjauan kualitas air dalam buku ini, oleh karenanya, akan menem
patkan faktor sedimen dan suhu air sebagai unsur-unsur pencemar.
Namun demikian, perlu disadari bahwa kajian tentang kualitas air serta
bagaimana cara perhitungannya dan pengendaliannya terlalu luas
untuk diulas dalam buku semacam ini. Oleh karenanya, tinjauan kua

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 5
litas air dalam buku ini lebih ditekankan pada keterkaitan kualitas air
terhadap usaha-usaha pengelolaan DAS
Sebagaimana telah diketahui bahwa pencemaran lingkungan perairan
telah berlangsung selama bertahun-tahun. Pada awalnya, hal tersebut
belum menjadi persoalan yang serius karena kebutuhan air bersih
masih belum begitu mendesak. Disamping itu, ketersediaan air,
terutama penyebaran kuantitas air tahunan relatif masih merata.
Dengan kata lain, perbandingan debit harian pada musim kemarau dan
musim hujan tidaklah terlalu mencolok. Akhir-akhir ini keadaan
sumberdaya air, terutama tingkat kualitas air, telah mengalami banyak
perubahan. Degradasi lingkungan, terutama yang berkaitan dengan
berkurangnya areal hutan secara meluas yang dibarengi dengan

C. KARAKTERISTIK FISIK PERAIRAN


Di antara karakteristik fisik perairan (alamiah) yang dianggap
penting adalah konsentrasi larutan sedimen, suhu air, dan tingkat
oksigen terlarut dalam suatu sistem aliran air. Larutan sedimen yang
sehagian besar terdiri atas larutan lumpur dan beberapa hentuk koloi
da-koloida dari berbagai material inilah yang seringkali mempenga ruhi
kualitas air dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya air
untuk kehidupan manusia dan bagi kehidupan organisme akuatik
lainnya. Meningkatnya suhu perairan yang dapat diklasifikasi sebagai
pencemar perairan dapat mempengaruhi kehidupan organisme akuatik
secara langsung atau tidak langsung. Sementara itu, oksigen terlarut
dalam perairan dapat dimanfaatkan untuk indikator atau sebagai
indeks sanitasi kualitas air. Berikut ini adalah beberapa karakteristik
atau indikator kualitas air yang disarankan untuk dikaji dalam analisis
pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai keperluan, terutama
untuk penelitian-penelitian kualitas air atau studi masalah ekologi
akuatis:
1. Muatan sedimen
Kualitas fisik perairan sebagian besar ditentukan oleh jumlah
konsentrasi sedimen yang terdapat di perairan tersebut. Muatan
sedimen total yang terdapat dalam aliran air terdiri atas sedimen

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 6
merayap (bedload) dan sedimen melayang (suspended sediment)
Untuk suatu sistem daerah aliran air, terutama yang terletak di hulu,
jumlah muatan sedimen yang terlarut dalam aliran air mempunyai
pengaruh yang menentukan terhadap kualitas air di tempat tersebut.
Pengaruh tersebut diwujudkan dalam bentuk pengaruh muatan
sedimen pada besar-kecilnya dan kedalaman cahaya matahari yang
masuk ke dalam aliran air. Muatan sedimen dalam suatu sistem
perairan diukur melalui tingkat kekeruhan yang terjadi di aliran air
tersebut. Pada tingkat kekeruhan tertentu, cahaya matahari yang
masuk ke dalam badan air berkurang sehing ga menghambat proses
fotosintesis jenis vegetasi yang tumbuh di dalam perairan. Cahaya
matahari yang dapat masuk ke dalam badan air juga berguna untuk
kehidupan organisme akuatis, teruta ma dalam hal mempertahankan
suhu perairan tersebut pada tingkat yang memungkinkan untuk
menunjang kehidupan organisme tersebut.
2. Tingkat kekeruhan
Kekeruhan biasanya menunjukkan tingkat kejernihan aliran air
atau kekeruhan aliran air yang diakibatkan oleh unsur-unsur muatan
sedimen, baik yang bersifat mineral atau organik. Kekeruhan air dapat
dianggap sebagai indikator kemam puan air dalam meloloskan cahaya
yang jatuh di atas badan air. apakah cahaya tersebut kemudian
disebarkan atau diserap oleh air tersebut. Semakin kecil atau rendah
tingkat kekeruhan suatu perair an, semakin dalam cahaya dapat
masuk ke dalam badan air dan. dengan demikian, semakin besar
kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan proses
fotosintesis. Dengan semakin meningkat nya proses fotosintesis, maka
semakin besar persediaan oksigen yang ada dalam air. Tingkat
kekeruhan suatu aliran air ditentukan dengan cara mengukur transmisi
cahaya melalui sampel air dalam satuan miligram per liter (mg/l) atau
untuk jumlah yang lebih kecil adalah dalam satuan parts per million
(ppm). Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan air
disebut turbidimeter. Perlu dikemukakan bahwa pada periode aliran air
besar atau debit banjir. pengukuran tingkat kekeruhan suatu aliran air
sulit dilakukan dan umumnya hasil yang diperoleh kurang memadai.

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 7
Oleh karenanya, pada keadaan demikian, tingkat kekeruhan tidak atau
kurang memadai untuk digunakan sebagai indikator kualitas air.
3. Gar terurai
Kandungan gas oksigen terurai dalam air mempunyai peranan
menentukan untuk kelangsungan hidup organisme akuatis dan untuk
berlangsungnya proses reaksi kimia yang terjadi di dalam badan
perairan. Gas terurai dalam aliran air yang perlu mendapat perhatian
adalah oksigen (O), karbon dioksida (CO).
kualitas air yang umum dievaluasi adalah coliform, benthos, da
plankton.
4. Suhu air
Telah dikemukakan bahwa suhu di dalam air da menjadi faktor
penentu atau pengendali kehidupan flors dan fast akuatis, terutama
suhu di dalam air yang telah melampaui ang batas (terlalu hangat atau
terlalu dingin) bagi kehidupan flora dan fauna akuatis tersebut di atas.
Jenis, jumlah dan keberadaan for dan fauna akuatis seringkali berubah
dengan adanya perubatan suhu air, terutama oleh adanya kenaikan
suhu di dalam air Securs umum, kenaikan suhu perairan akan
mengakibatkan kenalcat aktivitas biologi dan, pada gilirannya,
memerlukan lebih banyak oksigen di dalam perairan tersebut.
Hubungan antara suhu air dan oksigen biasanya berkorelasi negatif,
yaitu kenaikan suhu di dalam air akan menurunkan tingkat solubilitas
oksigen dan, dengan demikian, menurunkan kemampuan organisme
akustis dalam memanfaatkan oksigen yang tersedia untuk
berlangsungnya proses proses biologi di dalam air. Kenaikan suhu
suatu perairan alamiah umumnya disebabkan oleh aktivitas
penebangan vegetasi di sepanjang tebing aliran air tersebut. Dengan
adanya penebangan atau pembukaan vegetasi di sepanjang tebing
aliran tersebut mengakibatkan lebih banyak cahaya matahari yang
dapat menembus ke permukaan aliran air tersebut dan, pada
gilirannya. akan meningkatkan suhu di dalam air.
5. pH air
pH air biasanya dimanfaatkan untuk menentukan indeks
pencemaran dengan melihat tingkat keasaman atau kebasan air yang

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 8
dikaji, terutama oksidasi sulfur dan nitrogen pada proses pengasaman
dan oksidasi kalsium dan magnesium pada proses pembasaan. Angka
indeks yang umum digunakan mempunyai kisaran antara 0 hingga 14
dan merupakan angka logaritmik negatif dari konsentrasi ion hidrogen
di dalam air. Angka pH 7 adalah netral, sedangkan angka pH lebih
besar dari 7 menunjukkan bahwa air bersifat basa dan terjadi ketika
ion-ion karbon dominan Sedangkan angka pH lebih kecil dari 7
menunjukkan bahwa air ditempat tersebut bersifat asam Pada aliran
air (sungai) alamiah, pembentukan pH dalam aliran air tersebut sangat
ditentukan oleh reaksi karbon dioksida. Besarnya angka pH dalam
suatu perairan dapat dijadikan indikator adanya keseimbangan unsur-
unsur kim dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia
dan unsur-unsur hara yang amat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi
akuatik pH air juga mempunyai peranan penting bagi kehidupan ikan
dan fauna lain yang hidup di perairan tersebut Umumnya, perairan
dengan tingkat pll lebih kecil dari 4.8 dan lebih besar dari 9.2 sodah
dapat dianggap tercemar (Brook et al, 1989) Bagi banyakan ikan yang
hidup di perairan tawar, angka pH yang dianggap sesuai untuk
kehidupan ikan-ikan tersebut adalah berkisar antara 6.5 hingga 8,4.
Sementara itu, untuk kebanyakan jenis ganggang tidak dapat hidup di
perairan dengan pH lebih besar dan 8,5 Kejadian alam yang berkaitan
dengan pH yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan, terutama di
belahan bumi yang beriklim sedang adalah hujan asam (acid rain)
Untuk menentukan apakah hujan yang turun di suatu tempat dianggap
sebagai hujan asam atau tidak dapat ditentukan dengan menggunakan
indikator besarnya pl yang terkandung dalam air hujan tersebut
Besarnya angka indikator pH tersebut adalah 5,6 (Hewlett, 1982)
Artinya, hujan yang turun di suatu tempat dapat dikatakan sebagai
hujan asam apabila angka pH yang terdapat pada air hujan tersebut
lebih kecil dari 5,6.Hujan asam yang turun di Amerika bagian timur
mempunyai kisaran angka pH antara 4 dan 5. Penyebab terjadinya
pengasaman air hujan di tempat tersebut umumnya berkaitan dengan
pengasaman oleh CO, yang terdapat di atmosfer. Pada kebanyakan
kasus sumber gas "pencerar tersebut berasal dari kegiatan industri

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 9
yang menghasilkan gas buang CO. Faktor penyebab lainnya adalah
gas buang sulfur oksida (SO) dan nitrogen oksida (NO) yang berasal
dan pembakaran batubara dan minyak bumi.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AIR


Kualitas air tanah maupun air permukaan, dipengaruhi oleh
faktor-faktor alami maupun non alami (aktivitas manusia). Faktor alami
yang berpengaruh terhadap kualitas air adalah kondisi geologi, iklim
dan vegetasi, sementara beberapa faktor non alami yang berpengaruh
antara lain adalah pupuk dan limbah pertanian, insektisida, limbah
domestik dan limbah industri. Kualitas air akan bervariasi menurut
ruang dan waktu, antara lain karena faktor-faktor tersebut diatas
(Arundhati, 2005). Kondisi kualitas air di suatu tempat berbeda dengan
kondisi kualitas air di tempat lain. Menurut Suyono (2004), faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas air tanah secara umum dapat
dikelompokan menjadi faktor alami dan non alami (manusia), secara
rinci dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Iklim Curah hujan dan kualitasnya yang jatuh ke permukaan bumi
dan merupakan bagian dari siklus hidrologi sangat berpengaruh
terhadap kualitas air di suatu wilayah. Sebagai contoh, kualitas air
hujan yang jatuh di sekitar daerah pantai akan berbeda dengan
kualitas air hujan yang berada pada daerah pegunungan.
2. Batuan/geologi Komposisi kimia air, terutama air tanah merupakan
kombinasi dari air hujan yang jatuh ke dalam tanah dan terjadinya
reaksi-reaksi kimia antara air dan mineral batuan penyusun akuifer
tempat air berbeda. Beberapa proses kimia antara air sebagai
media pelarut dan mineral batuan dapat membuat komposisi kimia
air berubah dari satu tempat ke tempat lain. Misalkan daerah karst
memiliki unsur yang berbeda dibanding dengan airtanah yang
berada di daerah pegunungan/vulkan.

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 10
3. Waktu Komposisi kimia air juga tergantung dari waktu tinggal air di
dalam media untuk bereaksi dengan mineral batuan. Semakin
lama air berada dalam tanah, maka semakin lama air akan
bereaksi dengan mineral batuan. Sehingga mengakibatkan jumlah
unsur yang terlarut dalam air akan semakin banyak dan
mempengaruhi komposisi kimia air. Waktu diakbatkan oleh
kecepatan aliran air baik di atas permukaan ataupun di bawah
permukaan dan kecepatan di atas permukaan lebih cepat
dibanding kecepatan aliran air tanah
4. Vegetasi Tumbuhan mempunyai pengaruh yang baik terhadap
kualitas air tanah di suatu wilayah.
5. Manusia Faktor non alami ini pengaruhnya sangat besar terhadap
kualitas air tanah, terutama dalam hal pembuangan limbah.

E. KUALITAS AIR ALAMIAH

Sungai dan danau yang dijumpai di hampir semua tempat pada


mulanya, sebelum mendapat gangguan manusia, mempunyai kualitas
air yang bersifat alamiah. Debu, mineral-mineral atmosfer dan
berbagai macam gas banyak yang terlarut dalam air hujan yang pada
gilirannya akan menentukan status kualitas air alamiah badan air atau
sungai tersebut. Mineral dan gas yang umum ditemukan terlarut dalam
air hujan adalah karbon, sulfur, sodium, kalsium, oksigen, nitrogen dan
silikon. Selama berlangsungnya proses intersepsi air hujan, air lolos
(throughfall) dan air aliran batang (stemflow) akan membawa serta
lebih banyak bahan mineral dan unsur-unsur organik dari tubuh
vegetasi (daun dan batang/cabang). Seiring dengan perjalanan air
yang telah bercampur dengan mineral tersebut ke permukaan tanah.
terjadilah percampuran dan pertukaran mineral dan unsur-unsur hara
yang berasal dari komponen-komponen fauna dan flora di dalam tanah
Ketika pada akhirnya air tersebut muncul sebagai aliran air sungai.
maka unsur-unsur organik dan non-organik yang terlarut dalam aliran
sungai tersebut merupakan perwakilan dari unsur-unsur mineral yang
ada dalam DAS atau sub-DAS yang menjadi kajian. Komponen-
komponen pembentuk status kualitas air akan mengalami perubahan
Geomorfologi dan Lingkungan
Winanda Nathania | 11
lebih lanjut karena air tersebut akan berinteraksi dengan berbagai jenis
vegetasi yang tumbuh di pinggir-pinggir sungai (riparian vegetation).
Proses abrasi dan erosi tebing sungai akan menambah larutan unsur-
unsur non-organik ke dalam aliran sungai. Sedimen terlarut dalam
sungai umumnya bervariasi tergantung pada laju debit aliran:

1 Sedimen melayang (suspended material) dalam perairan/sungas


alamiah dibedakan menjadi dua tipe:

a. Sedimen non-organik, terutama terdiri atas pasir, debu dan


koloida-koloida yang berasal dari permukaan tanah daerah
tangkapan air dan dari dasar saluran-saluran air di tempat
tersebut.
b. Sedimen organik, terdiri atas unsur-unsur tanaman dan hewan
baik yang hidup atau mati yang terlarut dalam aliran air sungai
Sedimen-sedimen organik dapat juga teruraikan (decomposed)
oleh biota yang hidup dalam perairan tersebut, antara lain.
serangga dan vegetasi perairan lainnya, bakteri, jamur dan
ganggang menjadi bentuk lain dari unsur organik Seperti telah
dikemukakan dalam sub Bab debut aliran, semakin cepat aliran
suatu perairan, jumlah sedimen yang terlarut dalam aliran
sungai tersebut menjadi semakin besar. Secara umum, hutan
berdaun lebar akan menghasilkan lebih banyak unsur organik
dibandingkan aliran air yang berasal dari hutan berdaun jarum
(Hewlett, 1982).

2. Sedimen terlarut (dissolved material) dalam perairan/sungai alamiah


juga dapat dibedakan menjadi dua tipe:

a. Larutan non-organik, termasuk unsur-unsur mineral dan gas.


Meskipun unsur-unsur mineral mendominasi larutan non
organik, ternyata beberapa jenis gas, terutama O₂ dan CO
memegang peranan yang lebih penting untuk keterlanjutan
kehidupan flora dan fauna akuatis serta menentukan status
kualitas air. Unsur CO, bersama-sama dengan H₂O
memberikan masukan yang penting bagi pembentukan sel-sel

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 12
protoplasma. Sedangkan gas O; dan CO, menentukan proses
metabolisme kehidupan flora dan fauna akuatis. Pada dasarnya
hampir seluruh unsur-unsur yang terbentuk secara alamiah di
permukaan bumi ini, termasuk unsur radio aktif, dapat
ditemukan di dalam aliran air permukaan. Untuk memahami
bagaimana status kualitas air untuk pemanfaatan tertentu
dipengaruhi oleh mineral-mineral terlarut, dapat ditunjukkan
bahwa kalsium dalam jumlah yang kecil dapat memberikan rasa
yang enak pada air minum. Sedangkan apabila unsur
magnesium dalam jumlah yang sama ditemukan dalam air
minum, maka ia akan memberikan rasa yang tidak enak bagi
kebanyakan orang.
b. Larutan organik, meliputi bermacam-macam unsur organik yang
bersifat kompleks sebagai hasil proses-proses fotosintesis.
metabolisme dan dekomposisi jaringan-jaringan tanaman dan
hewan yang hidup di perairan. Beberapa unsur-unsur organik
tersebut ditemukan dalam keadaan tidak stabil, sebagian
lainnya diserap oleh organisme akuatis untuk menghasilkan
sedimen organik lain, dan banyak di antara komponen-
komponen organik tersebut yang berfungsi sebagai unsur hara
makanan dan bentuk sumber energi lainnya bagi flora dan
fauna yang hidup di perairan bagian hilir. Dalam aliran air,
kecuali unsur CO, dan beberapa ion seperti HCO,, Cl, dan SO.
yang kemungkinan merupakan bagian dari daur 2 atmosfer,
sebagian besar unsur-unsur mineral terlarut yang dijumpai
F. KUALITAS AIR PERMUKAAN
Meskipun akan tergantung pada lingkungan sekitarnya, kualitas
air permukaan yang ada di permukaan bumi ini diharapkan mampu
mendukung kehidupan satwa perairan dan mempunyai nilai estetis.
Demikian pula, apabila dikehendaki, air permukaan tersebut
seharusnya dapat di "treatment" dengan menggunakan prosedur
standar untuk konsumsi manusia. Kebanyakan air permukaan
biasanya diklasifikasi sesuai dengan keperluan pemakaian air
permukaan tersebut. Apabila tujuan pemanfaatan air permukaan telah

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 13
ditentukan. maka klasifikasi yang didasarkan pada karakteristik fisik,
biologi dan kimia air permukaan perlu disesuaikan dengan standar
baku mutu air untuk peruntukan tertentu tersebut. menunjukkan
klasifikasi yang lazim digunakan untuk menentukan kualitas air
permukaan yang meliputi kriteria-kriteria untuk oksigen terlarut,
partikel-partikel terlarut dan coliform Parameter-parameter terlarut
lainnya yang biasanya dimanfaatkan untuk menentukan status kualitas
air untuk pemanfaatan tertentu adalah pH, toksisitas, bau dan rasa,
suhu, warna, dan unsur-unsur yang bersifat radiasi.

G. DAMPAK PEMANFAATAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR


Aktivitas pemanfaatan lahan, antara lain, dalam bentuk
pembalakan hutan, perubahan tataguna lahan, pembuatan bangunan
bangunan konservasi tanah dan air, pengembangan tanaman
pertanian dan aktivitas lain yang bersifat mengubah kondisi permukaan
tanah, biasanya dikonsentrasikan di daerah hulu dan tengah suatu
DAS. Pemanfaatan lahan tersebut dapat meningkatkan jumlah mineral.
mineral dan komponen-komponen (organik dan non-organik) lain yang
terangkut masuk ke dalam sungai dan, pada gilirannya, dapat
menimbulkan dampak yang signifikan terhadap keseimbangan ion-ion
yang ada dalam suatu DAS.
Pembalakan Hutan Hasil penelitian yang telah dilakukan di
banyak tempat di dunia menunjukkan suatu kecenderungan umum
baliwa besarnya kehilangan unsur hara (terutama Aation dan Ni)
meningkat setelah kegiatan pembalakan hutan. Meningkatnya
"kehilangan" atau lepasnya unsur unsur hara tersebut dari lokasi
pembalakan hutan serta meningkatnya air larian akibat kegiatan yang
sama cenderung akan meningkatkan jumlah konsentrasi unsur hara
yang masuk ke sungai dan danau/waduk. Faktor-faktor yang akan
menentukan waktu terjadinya dan besarnya "kehilangan unsur hara
meliputi proporsi unsur hara yang terkandung dalam vegetasi yang
akan ditebang, luas pembalakan hutan, perlakuan terhadap sisa-sisa
tegakan yang tidak laku diperdagangkan (daun, cabang dan bagian
lain yang tidak dimanfaatkan tersebut apakah akan dibakar, dibiarkan

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 14
membusuk atau dibuang ke luar hutan), dan proses pengasaman
tanah melalui dekomposisi sisa-sisa tebangan. Dengan banyaknya
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap "kehilangan" unsur hara (K,
N. Ca, dan Mg) akibat pembalakan hutan, maka besarnya angka
"kehilangan" unsur hara tahunan sangat bervariasi antara kurang dari
10 % hingga lebih besar dari 50% (Anderson dan Spencer, 1991).
Dampak yang ditimbulkan oleh adanya pembalakan hutan
adalah meningkatnya sedimentasi di sungai yang mengalirkan air dari
daerah tangkapan air yang bersangkutan sebesar dua hingga tiga kali
daripada keadaan normal. Muatan sedimen meningkat dari 180 ppm
sebelum pembalakan menjadi 320 ppm selama tahun pertama setelah
pembalakan hutan dan meningkat menjadi 520 ppm pada dua tahun
setelah pembalakan (Hamilton dan King, 1983). Perbedaan besarnya
sedimentasi pada waktu yang berbeda tersebut di atas disebabkan
oleh
Kebakaran Hutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan/atau
pembakaran sisa-sisa pembalakan hasil hutan seperti tersebut dapat
meningkatkan transpor ion-ion yang berasal dari seresah hutan dan
dari mineral tanah tempat berlangsungnya pembakaran sisa-sisa kayu
hasil pembalakan. Kenaikan ini bahkan lebih besar daripada transpor
ion-ion yang diakibatkan oleh aktivitas pembalakan hutan.
Meningkatnya pelepasan ion-ion mineral tanah dan seresah hutan
terschut terjadi karena lepasnya ikatan-ikatan bahan organik menjadi
bentuk lain yang mudah larut dalam aliran air. Seringkali, keadaan
tersebut di atas akan meningkatkan konsentrasi unsur hara total di
dalam aliran sungai. Namun demikian, kenaikan konsentrasi unsur
hara yang berasal dari kebakaran hutan tersebut umumnya
berlangsung sementara dan akan kembali ke tingkat konsentrasi
seperti pada keadaan sebelum terjadinya kebakaran hutan.
Dilaporkan bahwa kebakaran hutan Pinus yang tidak terlalu
besar untuk skala DAS di daerah Amerika Utara tidak menunjukkan
kenaikan yang mencolok terhadap konsentrasi unsur-unsur Ca++, Mg+
+, Na+, dan HCO, di dalam aliran sungai (Anderson dan Spencer,

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 15
1991). Hal ini terjadi karena tanah tempat berlangsungnya kebakaran
tersebut bersifat asam sehingga kation-kation yang mudah terlarut
terserap oleh tanah, dan dengan demikian, tidak secara langsung
masuk ke dalam sungai. Demikian pula ketika terjadi hujan besar pada
tempat-tempat yang baru saja mengalami kebakaran hutan, sejumlah
besar komponen-komponen abu (ash) hasil pembakaran akan tercuci
dan masuk ke dalam sungai. Tapi, sejalan dengan pertumbuhan
vegetasi atau regenerasi di tempat tersebut, maka konsentrasi unsur-
unsur kimia yang terlarut dalam air tersebut akan kembali ke tingkat
semula seperti sebelum terjadi kebakaran hutan. Kecepatan
pertumbuhan kembali vegetasi bekas kebakaran hutan berkaitan erat
dengan besarnya erosi, sedimentasi, transpor unsur hara, dan
ketersediaan air di tempat tersebut. Dengan demikian, di daerah humid
dimana pertumbuhan kembali vegetasi bekas kebakaran berlangsung
relatif cepat, dampak kebakaran hutan umumnya kurang signifikan.
Sedangkan di daerah yang lebih kering, misalnya di Indonesia bagian
timur (NTT dan NTB), pertumbuhan vegetasi umumnya lebih lambat
dan, oleh karenanya, dampak yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan
menjadi lebih lama dan lebih serius. Dampak kebakaran hutan pada air
tanah belum banyak diketahui. demikian pula dampaknya terhadap
sumber-sumber air dan sumar. pembalakan hutan merupakan fungsi
dari karakteristik-karakteristik biotik dan abiotik yang akan menentukan
corak ekosistem alamiah. Sebagai contoh, besarnya laju pelindian
(leaching rate) unsur-unsur hara tanah dipengaruhi oleh karakteristik
presipitasi seperti bentuk, jumlah dan intensitas curah hujan.
Sedangkan karakteristik karakteristik vegetasi, terutama komposisi dan
kerapatan vegetasi, akan mempengaruhi besarnya
penyerapan/pengambilan unsur-unsur hara tanah. Sementara,
karakteristik-karakteristik tanah seperti porositas dan tekstur tanah
akan menentukan arah aliran larutan unsur unsur hara di permukaan
dan dalam tanah Tebang dan Bakar (slash and burn practices)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besaran dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan perladangan berpindah dalam bentuk
"hilangnya unsur hara hutan, dan dengan demikian, juga kualitas air

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 16
termasuk penting sehingga perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
pengelolaan sumberdaya hutan. Berikut ini adalah beberapa dampak
yang timbul akibat perladangan berpindah dengan menggunkan teknik
tebang dan bakar.
1. Pembakaran biomassa hutan dapat mengakibatkan lepasnya unsur
unsur N dan S ke atmosfer sementara unsur-unsur hara yang berasal
dari tubuh vegetasi lainnya ditransfer ke tanah dalam bentuk abu
pembakaran (ash). Dalam hal ini, lama waktu dan intensitas
pembakaran sangat menentukan besarnya transfer unsur hara ke
permukaan tanah dan ke atmosfer. Ewel et al. (1981) dalam Anderson
dan Spencer (1991) melaporkan bahwa pada kasus tebang dan bakar
yang dilakukan di hutan hujan tropis dataran rendah terjadi transfer
unsur-unsur C (30 %), N (22 %). dan S (49 %). Besamya unsur hara
yang terlepas dari vegetasi sebagai hasil pembakaran dengan abu
yang berwarna putih dapat dilihat dari tingginya konsentrasi P yang
terkandung dalam abu tersebut, yaitu mencapai 50 kali lebih tinggi
daripada bahan (vegetasi) yang tidak dibakar. Hasil pembakaran
biomassa vegetasi dalam bentuk abu (terutama unsur-unsur P dan K)
yang tinggal di permukaan tanah akan dengan mudah terlindi
bersama-sama aliran air permukaan. Dampak yang ditimbulkan di
tempat berlangsungnya pembakaran adalah kesuburan tanah menjadi
menurun sedangkan konsentrasi unsur-unsur yang terlindi tersebut di
dalam perairan meningkat. Akumulasi unsur P yang semakin besar di
suatu badan perairan (sungai atau waduk/danau) akan menimbulkan
penyuburan (eutrophication) perairan sehingga merangsang tumbuh
dan berkembangnya gulma air (aquatic weeds). Apabila hal ini
berlangsung di waduk dengan fungsi pembangkit listrik (tenaga air),
maka pada tingkat tertentu dapat mempengaruhi operasi pembangkit
listrik tenaga air tersebut.
2. Kandungan unsur-unsur hara dalam abu hasil pembakaran vegetasi
hutan akan menurunkan keasaman tanah dan meningkatkan
ketersediaan unsur-unsur P. Ca, Mg, dan K. Dampak yang sebaliknya
akan terjadi sejalan dengan perjalanan waktu. Pengasaman tanah
hutan sebagai hasil proses dekomposisi sisa-sisa vegetasi hutan juga

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 17
dapat menurunkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya abu hasil
pembakaran.
3. Proses nitrifikasi seringkali meningkat setelah aktivitas penebangan
hutan untuk kemudian menurun sejalan dengan pertumbuhan kembali
vegetasi di tempat tersebut (biasanya memerlukan waktu antara 6
bulan hingga 1 tahun apabila pertumbuhan kembali vegetasi tersebut
tidak dihambat). Proses nitrifikasi dan pelindian unsur nitrat meningkat
secara mencolok segera setelah kegiatan pembakaran hutan. Tetapi,
besarnya "kehilangan unsur tersebut hanya sekitar 15 % (tergantung
pada tipe tanah) dari keseluruhan unsur tersebut di dalam ekosistem
(Gordon et al., 1992).
4. Besarnya "kehilangan" unsur hara yang terdapat di dalam vegetasi
hutan adalah kecil apabila hasil penebangan vegetasi hutan tersebut
dibiarkan terdekomposisi secara alamiah dibandingkan apabila hasil
penebangan tersebut dibakar. Tetapi, kegiatan pembakaran sulit untuk
dihindari mengingat pembakaran adalah bagian yang penting dalam
sistem perladangan berpindah, terutama dalam tahap persiapan lahan.
Ia juga berfungsi sebagai sarana transpor unsur hara mengingat
kesuburan tanah hutan hanya ada pada lapisan tanah bagian atas.
Fungsi lain dari pembakaran adalah untuk mengendalikan hama dan
penyakit (tanaman) serta mengendalikan tumbuh dan berkembangnya
gulma. Tampak, bahwa aktivitas tebang dan bakar dapat menimbulkan
dampak yang penting pada kesuburan tanah dan, pada gilirannya,
pada kualitas air melalui proses crusi dan sedimentasi.
5. Penggembalaan Ternak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepanjang
penggembalaan ternak tidak dilakukan secara berlebihan
(overgrazing), maka dampaknya pada perubahan konsentrasi unsur-
unsur kimia terlarut di perairan tidak terlalu signifikan. Tetapi, ketika
ternak tersebut. terutama ternak sapi digembala dalam jumlah besar di
tempat-tempat di sekitar perairan (padang penggembalaan yang
berada di pinggir sungai), maka transpor unsur hara melalui sistem
perairan dari tempat tempat penggembalaan tersebut meningkat tajam.

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 18
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara jumlah bakteri coliform yang ditemukan dalam
perairan dengan taktor-faktor lingkungan tempat hakteri tersebut hidup
seperti suhu udara dan beberapa karakteristik perairan menunjukkan
bahwa ada kaitan yang dekat antara besar-kecilnya jumlah bakteri di
dalam perairan dengan aktivitas penggembalaan yang dilakukan di
sekitar perairan yang menjadi kajian. Sedangkan hubungan antara
jumlah bakteri koliform yang ada di perairan dan aktivitas pembalakan
hutan yang dilakukan di Amerika Utara tidak menunjukkan hubungan
sebab-akibat yang nyata, meskipun tingkat kekeruhan sungai
meningkat akibat pembalakan tersebut (Douglass dan Swank, 1975).
Oleh karenanya, untuk menurunkan beban pencemaran perairan yang
diakibatkan oleh aktivitas penggembalaan ternak pada skala DAS.
penggembalaan yang bersifat intensif, terutama pada tempat-tempat
yang dianggap rentan untuk terjadinya erosi, perlu dihindari atau
dikurangi. Perlu juga diperhatikan bahwa konsentrasi jumlah bakteri
koliform di dalam perairan biasanya meningkat pada saat terjadi debit
aliran tinggi sehingga pada periode waktu tersebut upaya pencegahan
meningkatnya pencemaran perairan perlu dilakukan Tindakan
pencegahan dapat dilakukan dengan mengusahakan agar kotoran
ternak tidak langsung masuk ke badan badan perairan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara pembuatan sekat sekat penyangga (buffer
zones) dalam bentuk jajaran-jajaran vegetasi antara lokasi
penggembalaan dan badan-badan perairan di sekitarnya.
Sebagaimana telah disebutkan di muka bahwa sumber utama fluktuasi
jumlah bakteri di dalam perairan, terutama bakteri fecal coliform, pada
kebanyakan kasus berasal dari aktivitas penggembalaan ternak besar
(sapi) dan ternak kecil (unggas) dalam jumlah yang cukup besar. Oleh
karenanya, apabila jumlah bakteri yang berasal dari tempat-tempat
penggembalaan tersebut akan dipertahankan pada tingkat yang
minimal (di bawah ambang batas pencemaran), maka pengaturan
yang lebih ketat tentang lokasi padang penggembalaan atau lokasi
konsentrasi peternakan unggas perlu dilaksanakan. Lokasi yang
memadai untuk penggembalaan ternak yang tidak atau kurang

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 19
menimbulkan dampak terhadap meningkatnya jumlah bakteri di dalam
perairan adalah tempat-tempat yang tidak berdekatan dengan sungai
atau saluran-saluran air lainnya yang akan mengalirkan air dari tempat
penggembalaan tersebut. Alternatif lain yang dapat diupayakan adalah
dengan membuat zona-zona penyangga/penyaring agar kotoran
ternak tidak langsung masuk ke dalam badan perairan. Konsep
pembuatan jalur-jalur vegetasi di sepanjang sungai atau saluran-
saluran air lainnya dapat membantu memecahkan persoalan
meningkatnya transpor kotoran temak dan sekaligus sebagai upaya
mencegah atau menurunkan tingkat sedimentasi di daerah itu.

H. PEMANTAUAN KUALITAS AIR


Dalam melaksanakan pengambilan sampel att dan pemantas
kualitas air. informasi yang biasanya diperlukan adalah ukuran dan
penyebaran partikel partikel non-organik di dalam perairan yang akan
dianalisis. Partikel-partikel tersebut dapat dirinci karakteristik fisiknya
menurut bentuk, ukuran, warna, jenis mineralnya, besarnya korasi di
dalam air. Demikian juga, pengambilan parameter parameter dir dalam
air disesuaikan dengan keperluan pengambilan sampel. Apabila
pengambilan sampel air diperlukan t pemantauan stabilitas tebing
sungai maka parameter yang perlu diambil sampelnya adalah material
dalam air yang berkaitan dengan faktor-faktor pembentuk stabilitas
tebing sungai seperti kandungan kelembaban tanah tebing sungai),
material-material yang dapa menentukan tekstur tanah, persentase
akar vegetasi tebing sungai, dan bahan balian organik lainnya yang
berkaitan dengan pembentukan stabilitas tebing sungai. Dengan cara
yang sama, pengambilan sampel material material yang berada di
dasar sungai dapat dimanfaatkan untuk menentukan kekasaran
permukaan dasar sungai dan tipe habitat bentos
Dalam melaksanakan program pemantauan kualitas air hal
pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan tujuan dan
sasaran-sasaran yang ingin dicapai secara spesifik serta mengenal
permasalahan atau kendala yang akan dihadapi dalam melaksanakan.
program pemantauan kualitas air. Sasaran-sasaran yang akan dicapai

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 20
harus didefinisikan secara jelas sehingga parameter-parameter
kualitas a yang akan diambil untuk kemudian dianalisis telah jelas
benar Kntena jenis dan besarnya parameter yang diperlukan juga perlu
dibuat untuk menentukan tercapainya sasaran sasaran program
pemantauan yang lebih terinci Kemudian, perlu dibsist jadual kerja
pemantauan yang memuat hal-hal seperti lokasi pemantauan, waktu
pemantauan, dan lama pemantauan secara umum, program
pemantauan kualitas air untuk perairan alamiah dalam kaitannya
dengan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam untuk akala DAS
dapat diklasifikasikan sebagai satu atau kombinasi dari beberapa butir-
butir di bawah ini (Ponce, 1980 dalam Brooks et al. 1989):

1. Pemantauan untuk hubungan rebah dan akibat Dalam hal ini


program pemantauan kualitas air dilakukan untuk menentukan dampak
suatu kegiatan pengelolaan DAS tertentu pada kualitas air Sebagai
contoh, pemantauan kualitas air dapat dilakukan untuk melihat dampak
yang ditimbulkan oleh pembalakan hutan pada konsentrasi muatan
sedimen atau lebih umum pada parameter parameter kualitas air.

2. Pemantauan untuk pengumpulan data dasar Dalam hal ini program


pemantauan kualitas air dimaksudkan untuk membantu para pengelola
sumberdaya alam pada skala DAS dalam merencanakan program-
program pengelolaan DAS untuk pemasokan air di daerah tengah dan
hilir DAS. Dengan cara: pemantauan kualitas air seperti ini
kecenderungan perubahan kualitas air seiring dengan perjalanan
waktu dapat diketahui dan, dengan demikian, dapat diketahui apakah
persyaratan air minum untuk lokasi tertentu di daerah hilir dapat
terpenuhi

3. Pemantauan untuk inventarisasi. Dalam hal ini program pemantauan


kualitas air dirancang untuk menunjukkan keadaan kualitas air pada
saat dilakukannya pemantauan. Sebagai contoh. para pengelola DAS
sedang merencanakan pengembangan tempat tempat rekreasi yang
menggunakan sumberdaya air sebagai komponen utamanya

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 21
(termasuk kolam renang, ski ait, dan permainan di dalam air lainnya).
Dengan demikian, pemilihan lokasi harus disesuaikan dengan
persyaratan kualitas air yang diperlukan untuk rekreasi-rekreasi seperti
tersebut di atas lokasi. waktu, dan frekuensi pemantauan ditentukan
berdasarkan tipe pemantauan mana yang akan dilakukan. Setelah tipe
pemantauan ditentukan, selanjutnya diikuti dengan prosedur statistika
untuk pengambilan sampel di lapangan. Hal yang perlu
dipertimbangkan, antara lain, variabilitas sampel, jumlah sampel yang
diperlukan, dan akurasi yang diinginkan. Sekali lagi, parameter
parameter kualitas air yang diperlukan harus disebutkan dengan jelas
dan mempunyai kaitan langsung dengan tujuan dilakukannya
pemantauan kualitas air.
Rancangan program pemantauan yang akan dilakukan perlu
mencantumkan lokasi stasiun-stasiun pengambilan sampel air yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pemantauan dan sesuai dengan
tipe pemantauan yang akan dilaksanakan. Sebagai contoh, tipe
pemantauan kualitas air untuk mempelajari hubungan yang bersifat
sebab-akibat dapat memanfaatkan pendekatan pemantauan dua DAS
berpasangan (paired watershed approach) atau melalui pendekatan
"atas" dan "bawah suatu DAS (nested watershed approach) seperti
ditunjukkan oleh Brooks et al. (1989) pada Gambar 9.4. Pada cara
pendekatan yang pertama, pengukuran sampel kualitas air dilakukan
di kedua ujung bawah (outlet) DAS yang menjadi kajian (DAS kontrol
dan DAS yang diberi "perlakuan"). Sebelum "perlakuan" diterapkan
pada salah satu DAS, maka kedua DAS yang menjadi kajian tersebut
perlu diukur/ditentukan kondisi kualitas airnya untuk lama (periode)
waktu tertentu. Kegiatan ini disebut periode kalibrasi. Setelah masa
kalibrasi dianggap cukup (umumnya berkisar satu hingga tiga tahun).
"perlakuan", misalnya aktivitas tebang habis, diterapkan pada salah
satu DAS tersebut. Sementara, kegiatan pemantauan kualitas air terus
dilakukan pada kedua DAS yang bersangkutan. Dengan membuat
hubungan persamaan regresi dari data kualitas air antara kedua DAS
yang menjadi kajian tersebut dapat diketahui besarnya dampak tebang
habis pada kualitas air.

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 22
Pada pendekatan pemantauan yang kedua (Gambar 9.4),
pengambilan sampel dilakukan di stasiun A (di atas wilayah DAS yang
mendapat "perlakuan") dan di stasiun B (di bawah wilayah DAS yang
mendapat "perlakuan"). Pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya
"perlakuan" dapat diketahui dari analisis statistika yang
membandingkan antara dua nilai rata-rata kualitas air dari kedua DAS
yang menjadi kajian. Cara lain yang dapat dimanfaatkan adalah
dengan membandingkan persamaan regresi dari masing-masing DAS.
Tipe pemantauan yang digunakan untuk memperoleh data dasar dan
untuk keperluan inventarisasi mempersyaratkan bahwa kedudukan
stasiun-stasiun ditempatkan sedemikian rupa sehingga karakteristik
dari aliran air alamiah (sungai) dapat ditentukan. Apabila sungai yang
dikaji lebih dari satu, maka pemantauan dapat dilakukan secara
serentak dan berulang. Karakteristik kualitas air dari masing-masing
sungai kemudian dapat dibandingkan untuk melihat variabilitas kualitas
air pada masing-masing sungai dan untuk mengetahui kecenderungan
kondisi kualitas air pada masing-masing sungai

I. Alat Ukur Air Berdasarkan 3 Parameter

Air memegang peranan yang sangat penting untuk


kelangsungan hidup makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan
tumbuhan. Bahkan, sekitar 80% tubuh manusia terdiri atas cairan.
Oleh karena itu, kualitas air yang digunakan untuk kelangsungan hidup
makhluk hidup harus benar-benar diperhatikan. Untuk mengetahui
tingkat kualitas air, kita dapat mengukurnya dengan beberapa alat ukur
air berdasarkan parameter Biologi, berdasarkan parameter Fisika, dan
berdasarkan parameter Kimia.

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 23
 Alat Ukur Air Berdasarkan Parameter Biologi

Untuk mengukur kualitas air berdasarkan parameter Biologi, kita dapat


menggunakan beberapa alat ukur air seperti berikut ini.

1. Bogorov Tray

Bogorov Tray adalah mikroskop binokuler dengan 40 kali pembesaran


yang digunakan untuk mengamati zoop lankton dalam air.

2. Haemocytometer

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 24
Haemocytometer adalah mikroskop dengan 100 kali
pembesaran yang digunakan untuk mengamati plankton mikroskopik
atau phytoplankton dalam air.

3. Plankton Net

Plankton Net adalah sebuah jaring yang digunakan untuk


menyaring plankton dalam air dan biasanya terbuat dari nilon
berbentuk kerucut dengan panjang 4 hingga 5 kali diameter
mulutjaring. Plankton yang ada di dalam air jumlah dan ukurannya
sangat banyak. Untuk mendapatkan plankton dengan ukuran yang
diinginkan, kita harus menggunakan plankton net dengan mesh size
yang sesuai.
4. Sedgwick Rafter Cell

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 25
Sedgwick Rafter Cell adalah mikroskop binokuler dengan 100
kali pembesaran yang digunakan untuk mengamati phytoplankton dan
mikrozooplanton dalam air.

 Alat Ukur Air Berdasarkan Parameter Fisika

Untuk mengukur kualitas air berdasarkan parameter Fisika, kita dapat


menggunakan beberapa alat ukur air seperti berikut ini.

1. Current Meter

Current meter digunakan untuk mengukur kecepatan arus dan debit air


yang dapat dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan metode yang
digunakan untuk mengukur kecepatan arus dan debit airnya. Pertama,
current meter dengan pengukuran otomatik adalah current meter yang
dapat merekam data tentang kecepatan arus dan debit air tanpa harus
langsung dilakukan oleh orang yang menggunakannya.
Kedua, current meter dengan pengukuran non-otomatik adalah current
meter yang dapat merekam data tentang kecepatan arus dan debit air
yang harus dilakukan langsung oleh orang yang menggunakannya.

2. Salinometer

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 26
Salinometer digunakan untuk mengukur salinitas air. Salinitas
air sendiri memiliki pengertian tingkat keasinan yang terlarut atau
tingkat kadar garam dalam air. Air tawar memiliki salinitas kurang dari
0,05 part-per-thousand (ppt), air payau atau saline memiliki salinitas
antara 3-5 ppt, dan brine memiliki salinitas lebih dari 5 ppt.

3. Termometer Air

Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu air berdasarkan sifat


termometrik, yaitu sifat yang terjadi karena adanya perubahan suhu
air. Selain untuk mengukur suhu air, termometer juga dapat mengukur
suhu tubuh, suhu ruang, hingga suhu alat pemanggang dengan nama
yang berbeda-beda.

4. Turbidity meter

Turbidity meter digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan air.


Kekeruhan pada air terjadi karena adanya kandungan zatorganik yang
berasal dari hewan dan tanaman yang mengalami pelapukan atau zat
anorganik yang berasal dari logam dan batu-batuan yang mengalami
pelapukan.

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 27
 Alat Ukur Air Berdasarkan Parameter Kimia

Untuk mengukur tingkat kualitas air berdasarkan parameter Kimia, kita


dapat menggunakan beberapa alat ukur air seperti berikut ini.

1. DO Meter
DO (Dissolve Oxygen) Meter digunakan untuk mengukur kadar
oksigen di dalam air atau di dalam suatu larutan dengan sistem digital.
Kadar oksigen dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kandungan berbagai macam zat organik dan suhu udara. Kualitas air
dapat dikatakan baik jika memiliki Dissolve Oxygen yang tinggi dan
dapat dikatakan buruk jika memiliki Dissolve Oxygen yang rendah.

2. CO2 Meter
Selain harus mengetahui kadar oksigen dengan mengukurnya
menggunakan DO Meter, kita juga harus mengetahui kadar
karbondioksida untuk mengetahui tingkat kualitas air. Kadar
karbondioksida dalam air ini dapat kita ukur dengan menggunakan
CO2 Meter. Jika kadar karbondioksidanya tinggi, kualitas air dapat
dikatakan buruk dan jika kadar karbondioksidanya rendah, kualitas air
dapat dikatakan baik.

3. Spektrofotometer
Alat ukur air yang satu ini terdiri atas 2 alat ukur, yaitu spektrometer
dan fotometer. Sebagai alat ukur air, spektrofotometer digunakan
untuk mengukur kadar amonia, fosfat, nitrat, dan nitrit. Dalam dunia
perikanan, spektrofotometer digunakan untuk pembenihan udang jenis
vannamei atau vaname (udang dariAmerika Selatan yang di
budidayakan di Indonesia sebagai pengganti udang windu).

4. pH Meter
pH Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar pH (kadar
basa atau kadar keasaman) pada air. pH Meter memiliki sebuah probe
atau elektroda pengukur berbentuk batang berstruktur yang biasanya
Geomorfologi dan Lingkungan
Winanda Nathania | 28
terbuat dari kaca dan ini menjadi bagian yang sangat penting pada pH
Meter. Air dapat dikatakan memiliki kadar asam yang tinggi jika
elektron yang terdeteksi oleh pH meter jumlahnya banyak dan air
dapat dikatakan memiliki kadar basa yang tinggi jika electron yang
terdeteksi oleh pH Meter jumlahnya banyak.

5. Kertas pH Indikator
Pada dasarnya, kegunaan kertas pH Indikator, pH Strips Paper, atau
Indikator Universal sama seperti pH Meter. Meskipun sama-sama
digunakan untuk mengukur kadar pH pada air, pH Meter dan kertas pH
Indikator memiliki bentuk yang berbeda. pH Meter berbentuk ala tukur
digital, sedangkan kertas pH Indikator berbentuk kertas dengan 4 garis
warna, yaitu kuning, hijau, jingga, dan jingga kecokelatan.

6. Titrasi
Titrasi adalah alat untuk mengukur kadar konsentrasi alkalinitas pada
air dengan mencampurkan beberapa volume larutan dan beberapa
volume larutan lain yang sudah diketahui kadar konsentrasi
alkalinitasnya atau larutan baku. Ada 2 jenis titrasi yang dapat kita
gunakan untuk mengetahui kadar pH air, yaitu alkalimetri (menentukan
konsentrasi larutan asam menggunakan larutan baku basa) dan
asidimetri (menentukan konsentrasi larutan basa menggunakan larutan
baku asam).

DAFTAR PUSTAKA

KHUSNA, A. (2017). Studi Kualitas Air Sungai Sudimoro Di Mojokerto


Berdasarkan Indeks Keaneragamaan Makrozoobentos Sebagai
Sumber Belajar Biolog. 11–37.

Rukandar, D. (2009). Kualitas Air (Dampak Pembangunan terhadap


Sumber Daya Air). Dinas Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Provinsi
Banten. https://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/24/dampak-
pembangunan/
Geomorfologi dan Lingkungan
Winanda Nathania | 29
高橋英次 米地和夫. (1968). No Title 本邦児童生徒における近視帯患率
の地理的分布と環境条件. 34(2), 78–86.

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 30

Anda mungkin juga menyukai