OLEH :
FERDY RAHMATULLAH
2010516210017
LATAR BELAKANG..........................................................................................1
Tujuan...................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
METODELOGI.....................................................................................................7
Prosedur Kerja......................................................................................................7
Analisis.................................................................................................................9
Hasil....................................................................................................................11
Pembahasan........................................................................................................11
Kesimpulan.........................................................................................................11
Saran...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
LAMPIRAN..........................................................................................................18
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting
bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar
dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting, air akan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Air dibutuhkan
oleh organ tubuh manusia untuk melangsungkan metabolisme, sistem asimilasi,
menjaga keseimbangan cairan tubuh, memperlancar proses pencernaan,
melarutkan dan membuang racun dari ginjal. Air yang cukup dan layak masuk ke
dalam tubuh akan membantu berlangsungnya fungsi tersebut dengan sempurna.
Suatu sungai dikatakan tercemar jika kualitas airnya sudah tidak sesuai
dengan peruntukkannya. Kualitas air ini didasarkan pada baku mutu kualitas air
sesuai kelas sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dan pada pasal 17 ayat 2 dijelaskan
bahwa apabila daya dukung dan daya tampung lingkungan telah terlampaui maka
kebijakan, rencana dan program yang memberikan tekanan terhadap lingkungan
harus diperbaiki. Dengan demikian, jika beban limbah yang masuk ke sungai telah
melampaui daya tampung sungai, maka pencegahan penurunan kualitas sungai
harus dilakukan dengan strategi pengelolaan yang baik. Penilaian terhadap
kualitas badan air untuk suatu peruntukan didasarkan kepada Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman penentuan
status mutu air.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, dengan
karakteristik yang berbeda-beda, namun ternyata mempunyai akibat yang sama,
yaitu rusaknya ekosistem perairan. Salah satu bagian dari pengelolaan kualitas air
DAS adalah pemantauan parameter kualitas air. Secara umum parameter kualitas
2
air yang dipantau adalah parameter fisikokimia dan biologi, meskipun parameter
fisikokimia seperti suhu air, warna, bau, rasa, kebutuhan oksigen biokimia (BOD),
senyawa nitrogen, padatan tersuspensi, dan padatan terlarut sering digunakan
dalam praktik zat dan lainnya.
Parameter kualitas air yang terpenting adalah BOD (Biochemical Oxygen
Demand) dan DO (Dissolved Oxygen). BOD merupakan salah satu variabel kunci
yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas air waduk, sedangkan DO adalah
salah satu parameter yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas suatu
perairan yang menunjukkan tingkat kesegaran air sebagai akibat dari pencemaran
air oleh parameter organik. Parameter organik (sebagai BOD) adalah parameter
umum yang sering dipakai untuk menunjukkan tingkat pencemaran organik dari
sumber pencemar seperti industri, domestik, pertanian dan perikanan. Beban BOD
yang berlebihan mengganggu kualitas air sungai karena menyebabkan konsentrasi
DO rendah sehingga sungai tidak layak untuk kehidupan flora dan
fauna.
Adanya kandungan BOD yang tinggi dalam suatu perairan biasanya
ditunjukkan dengan tingginya kandungan mikroorganisme dalam perairan
tersebut. Mikroorganisme yang biasanya terdapat pada limbah domestik
dalam jumlah banyak yaitu bakteri kelompok Coliform, Escherichia coli
dan Streptococcus faecalis yang jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam
jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung tingkat status mutu air
dengan metode storet dan indeks pencemaran, menentukan status mutu air, dan
menentukan solusi yang tepat sebagai pemecahan masalah terkait status mutu air.
TINJAUAN PUSTAKA
Noda coklat yang muncul dipakaian salah satu penyebabnya karena adanya
kandungan zat kimia didalam air seperti besi (Fe).
Bakteri coliform dalam air minum diklasifikasikan menjadi tiga jenis,
yaitu coliform total, fecal coliform, dan E. coli. Coliform total termasuk bakteri
yang ditemukan dalam tanah, air yang telah dipengaruhi oleh permukaan air, dan
limbah manusia maupun hewan. Fecal coliform merupakan kelompok dari
coliform total tetapi lebih spesifik hanya untuk bakteri yang juga dapat hidup
dalam saluran pencernaan atau kotoran manusia ataupun hewan berdarah panas.
Oleh karena asal usul dari fecal coliform lebih spesifik, maka fecal coliform
dianggap sebagai indikator yang lebih akurat untuk menentukan kontaminasi air
oleh kotoran manusia atau hewan berdarah panas dibandingkan dengan total
coliform. Jenis yang ketiga ialah Escherichia coli (E. coli), merupakan spesies
yang utama dalam kelompok fecal coliform, dari lima kelompok umum bakteri
coliform, hanya E. coli yang umumnya tidak bereproduksi dan tumbuh di
lingkungan, sehingga E. coli dianggap sebagai spesies bakteri coliform untuk
indikator terbaik dari pencemaran tinja dan kemungkinan disertai adanya bakteri
yang patogen (New York State Department of Health, 2011).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.907/MENKES/SSK/V11/2002 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum, syarat fisik air yang dapat dijadikan sumber air minum (air kelas 1)
ialah harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, temperature normal
dan tidak mengandung zat padatan (dinyatakan dengan TSS dan TDS). Pada PP
No.82/2001 disebutkan bahwa nilai TDS dan TSS yang memenuhi syarat sebagai
air minum ialah 100 mg/L untuk TDS dan 50 mg/L untuk TSS. TDS dapat
digunakan untuk memperkirakan kualitas air minum karena mewakili banyaknya
ion di dalam air. TDS tinggi dan TSS dapat meningkatkan suhu air karena bahan
padat menyerap panas dari sinar matahari (Martinez dan Galera, 2011).
Curah hujan dapat mengurangi nilai TSS karena dapat membantu
pengenceran, akan tetapi dapat pula meningkatkan konsetrasi TSS bergantung
pada kondisi DAS (Amneera et al., 2013). Biochemical Oxigen Demand (BOD)
merupakan jumlah oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme untuk
6
mendekomposisi materi organik dalam air pada kurun waktu lima hari (APHA,
2005).
Index pencemaran/pollution index digunakan dalam mengetahui besar
tingkatan pencemaran relatif yang dihasilkan dari suatu buangan terhadap
parameter yang diiginkan (Yusrizal, H., 2015). Index pencemaran (IP) dapat
menentukan besar tingkatan pencemaran pada seluruh bagian badan air maupun
hanya sebagian sungai (Romdania, Y., et.al, 2018). Cakupan index pencemaran
yakni parameter yang bermakna dan independen. Status mutu air menggunakan
metode indeks pencemaran hasil perhitungan dibandingkan dengan status mutu
air. Index pencemaran menggunakan data tunggal yang menandakan hasil saat itu
saja (Yusrizal, H., 2015).
Index pencemaran terdiri dari 2 index yakni index rata-rata (IR) yang
menandakan pencemaran rata-rata dari semua parameter yang diteliti dalam satu
kali pengamatan dan index maksimum (IM) yang menandakan parameter tercemar
yang paling dominan (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115
Tahun 2003) Metode Indeks Pencemaran metode semakin tinggi nilai IP
menandakan semakin menurunnya kualitas air (Yuda Romdania , et.al, 2018).
7
METODELOGI
Hasil
8
Hasil
Hasil
Analisis
maksimum Cim (misal untuk DA, maka Cim merupakan nilai DO jenuh).
Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij
hasil perhitungan ,yaitu:
PI j=
2
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 2. Hasil Penentuan Standar Baku Mutu Air Sumur Martapura Metode
Indeks Pencemaran
Ci/Lij
No Parameter Ci Li Ci/Lij
(baru)
1 pH 2,54 6,0-9,0 3,3 3,3
2 Suhu 27 26-32 0,67 0,67
3 DO 4,36 6 0,43 0,43
4 BOD5 21,6 2 10,8 6,17
Rata-rata 2,64
Pembahasan
Sumur gali adalah salah satu sarana air bersih yang dimanfaatkan oleh
manusia untuk keperluan setiap hari seperti minum, memasak, mandi,
mencuci, kakus, industri, pertanian dan lain-lain. Dari beberapa kegunaan air
tersebut, yang paling penting ialah keperluan untuk minum, sehingga air perlu
diperhatikan kualitasnya agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan pada tubuh
manusia.
Pada pengukuran kualitas mutu air sumur pada parameter pH baku
mutunya dari 6-9 tetapi pada nilai pengukuran itu 2,54 yang berarti untuk pH baku
mutunya tidak tercukupi. Pada suhu baku mutunya yaitu 26-32 oC dan nilai
pengukurannya 27 oC yang berarti baku mutu pada suhu tercukupi. Untuk DO
baku mutunya yaitu 6mg/L sedangkan pada nilai pengukurannya adalah 4,36 yang
12
berarti nilai baku mutu pada DO tidak tercukupi. Pada BOD 5 baku mutunya adalah
2 mg/L dan untuk nilai pengukurannya 21,6 yang berarti untuk baku mutu BOD 5
tercukupi.
Indeks pencemaran merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan status mutu air. Status mutu air menunjukkan tingkat kondisi mutu
air sumber dengan membandingkan baku mutu yang telah ditetapkan. Sebagai
metode berbasis indeks, metode IP disusun berdasarkan dua indeks kualitas.
Indeks pertama adalah indeks ratarata (IR). Indeks ini menunjukkan tingkat
pencemaran rata-rata dari seluruh parameter dalam satu kali pengamatan. Indeks
kedua adalak indeks maksimum (IM). Indeks ini menunjukkan satu jenis
parameter yang paling signifikan dalam penurunan kualitas air pada satu kali
pengamatan (Marganingrum, 2013).
Pada metode indeks pencemaran dikategorikan tercemar ringan
dikarenakan rata-rata yang didapatkan dari hasil pH,Suhu,DO, BOD5 yaitu 2,64.
Pada scoring metode indeks pencemaran IP yang terletak pada 1 < IP < 5
termasuk status mutu tercemar ringan.
Beberapa karakteristik atau indikator kualitas air yang disarankan untuk
dianalisis sehubungan pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai keperluan,
antara lain parameter fisika dan kimia (Effendi, 2003). Parameter fisik yaitu suhu
dan TSS sedangkan parameter kimia yaitu COD, BOD, DO, pH, Nitrogen (N) dan
Phospat (P). Parameter kualitas air selanjutnya akan dianalisis menggunakan alat
yang sesuai untuk pengujian pada masing-masing parameter.
Parameter air bersih yang dipengaruhi oleh limbah rumah tangga dan
kegiatan pertanian meliputi parameter fisik yaitu total padatan terlarut, dan
parameter kimia yaitu nitrat, amonia, fosfat, dan parameter bakteriologis yaitu
Escherichia coli. Saat ini, masalah pertama pada setiap air sumur adalah kualitas
air tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang terus
meningkat. Kegiatan pertanian, domestik, industri dan lainnya dapat berdampak
negatif terhadap sumber daya air, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas
air. Kondisi ini dapat menyebabkan efek buruk pada kesehatan manusia seperti
gatal-gatal, diare, methemoglobinemia atau sindrom bayi biru.
13
BOD suatu perairan tinggi menunjukkan bahwa perairan tersebut sudah tercemar
(Agustira, 2013).
Oksigen terlarut dalam air berasal dari proses fotosintesa, difusi udara dan
turbulensi. Oksigen yang terlarut dalam air diperlukan organisme perairan untuk
respirasi dan metabolisme sehingga oksigen terlarut menjadi sangat penting bagi
kelangsungan hidup organisme perairan. Oksigen terlarut juga dibutuhkan oleh
bakteri dalam proses penguraian untuk mendegradasi beban masukan yang berupa
bahan organik. Dimana semakin tinggi kandungan bahan organik dalam perairan
maka kebutuhan oksigen terlarut dalam proses dekomposisi oleh bakteri juga
semakin meningkat sehingga akan menurunkan kandungan oksigen terlarut dalam
perairan (Gazali dkk., 2013)
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion
hydrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar
tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7
adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7
dikatakan kondisi perairan bersifat basa. Adanya karbonat, bikarbonat dan
hidroksida akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral
bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu perairan.
Dalam upaya pengendalian pencemaran lingkungan khususnya
pencemaran terhadap air sungai sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
pada bagian ketiga (klasifikasi dan kriteria mutu air), Pasal 8 disebutkan bahwa
klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas.
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan
15
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Indeks pencemaran merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk menentukan status kualitas air dengan membandingkan baku
mutu yang telah ditetapkan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status mutu air adalah pH, Suhu,
DO, BOD, COD, TDS.
3. Air sumur martapura yang digunakan termasuk dalam status mutu
tercemar ringan dengan rata-rata 2,64.
Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah mahasiswa/I lebih diajak berdiskusi
dengan assisten praktikum agar mahasiswa/i punya komunikasi yang baik
antarsesama.
DAFTAR PUSTAKA
[APHA] American Public Health Association. 2005. Standard methods for the
examination of water and wastewater. 21st ed. American Public
Health Association (APHA) and American Water Works
Association, Water Environment Federation. Washington DC (US):
USA Port City Press.
Agustiningsih, Dyah. 2012. Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal
Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. Tesis.
Semarang : Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca
Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang.
Agustira R, Lubis KS, Jamilah (2013). Kajian Karakteristik Kimia Air, Fisika Air
Dan Debit Sungai Pada Kawasan Das Padang Akibat Pembuangan
Limbah Tapioka. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3
Amneera WA, Najib NWAZ, Yusof SRM, Ragunathan S. 2013. Water quality
index of Perlis River, Malaysia. International Journal on Civil and
Environmental Engineering. 13(2): 1-6.
Chapman, D. 2000. Water Quality Assesment. E & FN Spon. London. Clark, J.R.
1977. Coastal Ecosystem Management. John Wiley and Sons. New
York.
Jha, A., 2017, Ground Water Quality Assessment near Municipal Solid Waste
Dump Site- a Case Study, Journal of Chemical , Biological and
Physical Sciences, 7(1), 14-18.
Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta: Swadaya.
Marganingrum, D., Roosmin, D., Sabar, A., 2013. Diferesiasi Sumber Pencemar
Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemar (IP)
(Studi Kasus : Hulu DAS Citarum). Pusat Penelitian Geoteknolog
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Ris.Geo.Tam Vol. 23, No.1,
Juni 2013 (37-48).
Martinez F, Galera BIC. 2011. Monitoring and evaluation of the water quality of
Taal Lake, Talisay, Batangas, Philippines. Academic Research
International. 1(1): 229-236.
Romdania, Y., et.al, 2018, Kajian Penggunaan Metode IP, STORET, dan CCME
WQI dalam menentukan status kualitas air.
Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Sutrisno, C.T, dan Suciastuti, Eni. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih.
Jakarta. PT. Rineka Cipta. Cetakan Keenam.
- Fosfat
Baku mutu (Li) = 0,2 mg/L
Konsentrasi (Ci) = 0 mg/L
Ci/Li = 0/0,2 = 0
Ci/Lij
No Parameter Ci Li Ci/Lij
(baru)
1 Nitrat 14 10 1,4 1,73
2 Amonia 0,3 0,5 0,6 0,6
Rata-rata 1,17
Plj =
√ (1,17)2+(1,73)2
2
=1,476 1,5 (Tercemar ringan)
- Nitrat
Baku mutu (Li) = 10 mg/L
Konsentrasi (Ci) = 10,72 mg/L
Ci/Li = 10,72/10 = 1,07
Ci/Li Baru = 1 + P. Log (Ci/Li)
= 1 + 5 . Log 1,07 = 1,15
- Amonia
Baku mutu (Li) = 0,5 mg/L
Konsentrasi (Ci) = 0,11 mg/L
Ci/Li = 0,11/0,5 = 0,22
- Fosfat
Baku mutu (Li) = 0,2 mg/L
Konsentrasi (Ci) = 0 mg/L
Ci/Li = 0/0,2 = 0
Ci/Lij
No Parameter Ci Li Ci/Lij
(baru)
1 Nitrat 14 10 1,07 1,15
2 Amonia 0,3 0,5 0,2 0,2
Rata-rata 0,68
Plj
mutu)
=
√ (0,68)2+(1,15)2
2
=0,944 0,9 (Memenuhi baku
Pij =
√ ( 6,17 )2+(2,64)2
2
= 4,75 (Cemar ringan)
Lampiran 3. Pengukuran Suhu Air Sumur Martapura