Anda di halaman 1dari 29

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

(Laporan Praktikum Teknologi Pengelolaan Limbah Industri)

OLEH :
FERDY RAHMATULLAH
2010516210017

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN...................................................................................................1

LATAR BELAKANG..........................................................................................1

Tujuan...................................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3

METODELOGI.....................................................................................................7

Waktu dan Tempat...............................................................................................7

Alat dan Bahan.....................................................................................................7

Prosedur Kerja......................................................................................................7

Analisis.................................................................................................................9

HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................11

Hasil....................................................................................................................11

Pembahasan........................................................................................................11

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................11

Kesimpulan.........................................................................................................11

Saran...................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

LAMPIRAN..........................................................................................................18
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting
bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar
dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting, air akan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Air dibutuhkan
oleh organ tubuh manusia untuk melangsungkan metabolisme, sistem asimilasi,
menjaga keseimbangan cairan tubuh, memperlancar proses pencernaan,
melarutkan dan membuang racun dari ginjal. Air yang cukup dan layak masuk ke
dalam tubuh akan membantu berlangsungnya fungsi tersebut dengan sempurna.
Suatu sungai dikatakan tercemar jika kualitas airnya sudah tidak sesuai
dengan peruntukkannya. Kualitas air ini didasarkan pada baku mutu kualitas air
sesuai kelas sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dan pada pasal 17 ayat 2 dijelaskan
bahwa apabila daya dukung dan daya tampung lingkungan telah terlampaui maka
kebijakan, rencana dan program yang memberikan tekanan terhadap lingkungan
harus diperbaiki. Dengan demikian, jika beban limbah yang masuk ke sungai telah
melampaui daya tampung sungai, maka pencegahan penurunan kualitas sungai
harus dilakukan dengan strategi pengelolaan yang baik. Penilaian terhadap
kualitas badan air untuk suatu peruntukan didasarkan kepada Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman penentuan
status mutu air.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, dengan
karakteristik yang berbeda-beda, namun ternyata mempunyai akibat yang sama,
yaitu rusaknya ekosistem perairan. Salah satu bagian dari pengelolaan kualitas air
DAS adalah pemantauan parameter kualitas air. Secara umum parameter kualitas
2

air yang dipantau adalah parameter fisikokimia dan biologi, meskipun parameter
fisikokimia seperti suhu air, warna, bau, rasa, kebutuhan oksigen biokimia (BOD),
senyawa nitrogen, padatan tersuspensi, dan padatan terlarut sering digunakan
dalam praktik zat dan lainnya.
Parameter kualitas air yang terpenting adalah BOD (Biochemical Oxygen
Demand) dan DO (Dissolved Oxygen). BOD merupakan salah satu variabel kunci
yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas air waduk, sedangkan DO adalah
salah satu parameter yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas suatu
perairan yang menunjukkan tingkat kesegaran air sebagai akibat dari pencemaran
air oleh parameter organik. Parameter organik (sebagai BOD) adalah parameter
umum yang sering dipakai untuk menunjukkan tingkat pencemaran organik dari
sumber pencemar seperti industri, domestik, pertanian dan perikanan. Beban BOD
yang berlebihan mengganggu kualitas air sungai karena menyebabkan konsentrasi
DO rendah sehingga sungai tidak layak untuk kehidupan flora dan
fauna.
Adanya kandungan BOD yang tinggi dalam suatu perairan biasanya
ditunjukkan dengan tingginya kandungan mikroorganisme dalam perairan
tersebut. Mikroorganisme yang biasanya terdapat pada limbah domestik
dalam jumlah banyak yaitu bakteri kelompok Coliform, Escherichia coli
dan Streptococcus faecalis yang jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam
jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan.
Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung tingkat status mutu air
dengan metode storet dan indeks pencemaran, menentukan status mutu air, dan
menentukan solusi yang tepat sebagai pemecahan masalah terkait status mutu air.
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kusnaedi (2010) derajat kesehatan masyarakat di suatu desa


dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial budaya masyarakat. Permasalahan
yang sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat pedesaan adalah air.
Kebutuhan air masyarakat pedesaan umumnya masih tergantung pada sumber air
alami. Di lain pihak, karena ada perubahan ekosistem di hulu sumber air maka
terjadi perubahan kualitas sumber air. Sering juga terjadi secara alami kondisi
sumber air setempat tidak layak untuk keperluan rumah tangga, khususnya
minum. Air gambut di daerah pasang surut, misalnya, tidak memenuhi syarat
kesehatan secara fisik maupun kimia.
Makanan dan air minum yang terkontaminasi bakteri Escherichia coli (E.
coli) dapat menjadi indikasi bahwa makanan dan minuman tersebut
terkontaminasi oleh tinja. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan tempat
penyimpanan. Kesalahan penyimpanan pada suhu yang kurang tepat pada
makanan juga dapat meningkatkan resiko penyakit. Sampai 25% infeksi pada bayi
dan anak kecil di negara berkembang disebabkan oleh E. coli yang ditemukan
pada 10-20% dan 1-5% kasus pada pusat-pusat pengobatan. Bakteri tersebut juga
merupakan penyebab utama diare yang diderita wisatawan di negara berkembang
(Amaliyah N., 2017).
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan
tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk
memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau
pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air mencakup
tiga karakteristik, yaitu fisika, kimia dan biologi (Suripin, 2001). Kualitas air
dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut.
Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji
kenampakan (bau dan warna). Kualitas air menggambarkan kesesuaian atau
kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan,
pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah
mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam
penggunaannya.
4

Kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam air berpengaruh


terhadap kesesuaian penggunaan air. Secara umum karakteristik kimiawi air
meliputi pH, alkalinitas, kation dan anion terlarut dan kesadahan (Suripin, 2001).
pH, menyatakan intensitas kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan
mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. pH merupakan parameter penting dalam
analisis kualitas air karena pengaruhnya terhadap proses-proses biologis dan kimia
di dalamnya. Air yang diperuntukkan sebagai air minum sebaiknya memiliki pH
netral (+7) karena nilai pH berhubungan dengan efektifitas klorinasi. pH pada
prinsipnya dapat mengontrol keseimbangan proporsi kandungan antara karbon
dioksida, karbonat dan bikarbonat (Chapman, 2000).
Derajat keasaman (pH) air yang lebih kecil dari 6,5 atau pH asam
meningkatkan korosifitas pada bendabenda logam, menimbulkan rasa tidak enak
dan dapat menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi racun yang mengganggu
kesehatan (Sutrisno, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitti Munfiah,
dkk (2013) menunjukkan derajat pH 6,05-6,81. Derajat pH sumur bor 6,69-7,13.
Baku mutu pH air bersih adalah 6,5-9,0 dan air minum adalah 6,5 - 8,5. Sebanyak
12 sumur gali (60%) dengan nilai pH yang tidak memenuhi syarat sebagai sumber
air bersih dan air minum yaitu pada kondisi asam. Sedangkan pada sumur bor
semuanya memiliki nilai pH yang yang memenuhi syarat air bersih dan air
minum. Hasil observasi di lapangan menunjukkan pada beberapa peralatan
perpipaan terjadi korosi dan timbul rasa yang tidak enak pada air tersebut.
Menurut Kusnaedi (2010), persyaratan fisik air antara lain: tidak berwarna,
termperatur normal, rasanya tawar, tidak berbau, jernih atau tidak keruh serta
tidak mengandung zat padatan. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air
bersih, umumnya masyarakat banyak menggunakan sumur galian maupun sumur
bor. Berdasarkan observasi yang dilakukan dimasyarakat, diketahui bahwa
kualitas fisik air sumur galian maupun sumur bor banya yang berwarna kuning
kecoklatan sehingga dapat meninggalkan noda coklat pada pakaian. Untuk
mengetahui tingkat kejernihan air dapat dilakukan pengujian terhadap tingkat
kekeruhan. Semakin keruh air sumur yang kita gunakan maka semakin banyak
zat-zat terlarut yang terdapat pada air tersebut. Salah satu zat yang dapat
menyebabkan kekeruhan pada air adalah adanya kandungan besi (Fe) pada air.
5

Noda coklat yang muncul dipakaian salah satu penyebabnya karena adanya
kandungan zat kimia didalam air seperti besi (Fe).
Bakteri coliform dalam air minum diklasifikasikan menjadi tiga jenis,
yaitu coliform total, fecal coliform, dan E. coli. Coliform total termasuk bakteri
yang ditemukan dalam tanah, air yang telah dipengaruhi oleh permukaan air, dan
limbah manusia maupun hewan. Fecal coliform merupakan kelompok dari
coliform total tetapi lebih spesifik hanya untuk bakteri yang juga dapat hidup
dalam saluran pencernaan atau kotoran manusia ataupun hewan berdarah panas.
Oleh karena asal usul dari fecal coliform lebih spesifik, maka fecal coliform
dianggap sebagai indikator yang lebih akurat untuk menentukan kontaminasi air
oleh kotoran manusia atau hewan berdarah panas dibandingkan dengan total
coliform. Jenis yang ketiga ialah Escherichia coli (E. coli), merupakan spesies
yang utama dalam kelompok fecal coliform, dari lima kelompok umum bakteri
coliform, hanya E. coli yang umumnya tidak bereproduksi dan tumbuh di
lingkungan, sehingga E. coli dianggap sebagai spesies bakteri coliform untuk
indikator terbaik dari pencemaran tinja dan kemungkinan disertai adanya bakteri
yang patogen (New York State Department of Health, 2011).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.907/MENKES/SSK/V11/2002 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum, syarat fisik air yang dapat dijadikan sumber air minum (air kelas 1)
ialah harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, temperature normal
dan tidak mengandung zat padatan (dinyatakan dengan TSS dan TDS). Pada PP
No.82/2001 disebutkan bahwa nilai TDS dan TSS yang memenuhi syarat sebagai
air minum ialah 100 mg/L untuk TDS dan 50 mg/L untuk TSS. TDS dapat
digunakan untuk memperkirakan kualitas air minum karena mewakili banyaknya
ion di dalam air. TDS tinggi dan TSS dapat meningkatkan suhu air karena bahan
padat menyerap panas dari sinar matahari (Martinez dan Galera, 2011).
Curah hujan dapat mengurangi nilai TSS karena dapat membantu
pengenceran, akan tetapi dapat pula meningkatkan konsetrasi TSS bergantung
pada kondisi DAS (Amneera et al., 2013). Biochemical Oxigen Demand (BOD)
merupakan jumlah oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme untuk
6

mendekomposisi materi organik dalam air pada kurun waktu lima hari (APHA,
2005).
Index pencemaran/pollution index digunakan dalam mengetahui besar
tingkatan pencemaran relatif yang dihasilkan dari suatu buangan terhadap
parameter yang diiginkan (Yusrizal, H., 2015). Index pencemaran (IP) dapat
menentukan besar tingkatan pencemaran pada seluruh bagian badan air maupun
hanya sebagian sungai (Romdania, Y., et.al, 2018). Cakupan index pencemaran
yakni parameter yang bermakna dan independen. Status mutu air menggunakan
metode indeks pencemaran hasil perhitungan dibandingkan dengan status mutu
air. Index pencemaran menggunakan data tunggal yang menandakan hasil saat itu
saja (Yusrizal, H., 2015).
Index pencemaran terdiri dari 2 index yakni index rata-rata (IR) yang
menandakan pencemaran rata-rata dari semua parameter yang diteliti dalam satu
kali pengamatan dan index maksimum (IM) yang menandakan parameter tercemar
yang paling dominan (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115
Tahun 2003) Metode Indeks Pencemaran metode semakin tinggi nilai IP
menandakan semakin menurunnya kualitas air (Yuda Romdania , et.al, 2018).
7
METODELOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 11 Oktober 2022 pukul


09.40-11.20 di Laboratorium Kimia dan Lingkungan Industri, Fakultas Pertanian,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah DO meter, pH


meter, TDS meter, Termometer, Sarung tangan, Erlenmeyer.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Aquades,
Sumber air sumur 500ml.
Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah:

Prosedur Kerja 1: Perhitungan pH, DO.


Diukur sampel air dari beberapa sumber air sebanyak 250 ml
menggunakan gelas ukur

Dituang sampel pada beaker gelas 500 mL

Diukur pH, Suhu menggunakan alat yang tersedia

Ditentukan status mutu air

Hasil
8

Prosedur Kerja 2: Perhitungan DO, dan BDO5.


Diukur sampel air dari beberapa sumber air sebanyak 250 ml
menggunakan gelas ukur

Dituang sampel pada beaker gelas 500 mL

Diukur DO menggunakan DO meter

Hasil

Prosedur Kerja 3: Perhitungan BDO5.


Diukur sisa sampel air sebanyak 250 mL menggunakan gelas ukur

Dituang sampel pada botol kaca dan bungkus dengan menggunakan


alumunium foil

Disimpan sampel di tempat gelap pada suhu ruang selama 5 hari


atau letakkan pada incubator pada suhu 20oC selama lima hari

Dihitung nilai DO pada hari ke 5


9

Ditentukan nilai BOD5

Hasil

Analisis

Pada praktikum ini analisis observasi yang digunakan adalah:


Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode IP dilakukan
berdasarkanKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jika Lij menyatakan
konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Mutu Suatu
Peruntukan Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi
parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisis cuplikan air pada suatu
lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur sungai, maka PIj adalah Indeks
Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij. Harga Pij ini
dapat ditentukan dengan cara :
1. Pilih parameter-parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas
air akan membaik.
2. Pilih konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang.
3. Hitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan
cuplikan.
4. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat
pencemaran meningkat, misal DO. Tentukan nilai teoritik atau nilai
10

maksimum Cim (misal untuk DA, maka Cim merupakan nilai DO jenuh).
Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij
hasil perhitungan ,yaitu:

( LijCi ) baru= Cim−Ci (hasil pengukuran)


Cim−Lij
Jika nilai baku Lij memiliki rentang
untuk Ci ≤ Lij rata-rata

( LijCi ) baru= LijCi−Lij


min−Lij
untuk Ci > Lij rata-rata

( LijCi ) baru= LijCi−Lij


max−Lij
Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1.0
misal C1/Lij = 0.9 dan C2/L2j = 1.1 atau perbedaan yang sangat besar,
misal C3/L3j = 5.0 dan C4/L4j = 10.0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan
badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah
(1) Penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran Kalau nilai lebih kecil dari
1.0.
(2) Penggunaan nilai (Ci/Lij) baru Jika nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran lebih
besar dari 1.0

( LijCi ) baru=1+ P . log ( Cij


Lij
)

P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan


dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki
untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5).
5. Tentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij
((Ci/Lij) dan (Ci/Lij)M
6. Tentukan harga PIj dan tentukan status mutu air berdasarkan scoring indeks
pencemaran

√ ( LijCi ) maks +( LijCi ) rata


2 2

PI j=
2
11
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pada praktikum kali ini adalah:

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kualitas Mutu Air Sumur Martapura


Nilai
No Parameter Satuan Baku Mutu
Pengukuran
1 pH - 6,0-9,0 2,54
2 Suhu Co
26-32 27
3 DO mg/L 6 4,36
4 BOD5 mg/L 2 21,6

Tabel 2. Hasil Penentuan Standar Baku Mutu Air Sumur Martapura Metode
Indeks Pencemaran

Ci/Lij
No Parameter Ci Li Ci/Lij
(baru)
1 pH 2,54 6,0-9,0 3,3 3,3
2 Suhu 27 26-32 0,67 0,67
3 DO 4,36 6 0,43 0,43
4 BOD5 21,6 2 10,8 6,17
Rata-rata 2,64

Pembahasan
Sumur gali adalah salah satu sarana air bersih yang dimanfaatkan oleh
manusia untuk keperluan setiap hari seperti minum, memasak, mandi,
mencuci, kakus, industri, pertanian dan lain-lain. Dari beberapa kegunaan air
tersebut, yang paling penting ialah keperluan untuk minum, sehingga air perlu
diperhatikan kualitasnya agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan pada tubuh
manusia.
Pada pengukuran kualitas mutu air sumur pada parameter pH baku
mutunya dari 6-9 tetapi pada nilai pengukuran itu 2,54 yang berarti untuk pH baku
mutunya tidak tercukupi. Pada suhu baku mutunya yaitu 26-32 oC dan nilai
pengukurannya 27 oC yang berarti baku mutu pada suhu tercukupi. Untuk DO
baku mutunya yaitu 6mg/L sedangkan pada nilai pengukurannya adalah 4,36 yang
12

berarti nilai baku mutu pada DO tidak tercukupi. Pada BOD 5 baku mutunya adalah
2 mg/L dan untuk nilai pengukurannya 21,6 yang berarti untuk baku mutu BOD 5
tercukupi.
Indeks pencemaran merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan status mutu air. Status mutu air menunjukkan tingkat kondisi mutu
air sumber dengan membandingkan baku mutu yang telah ditetapkan. Sebagai
metode berbasis indeks, metode IP disusun berdasarkan dua indeks kualitas.
Indeks pertama adalah indeks ratarata (IR). Indeks ini menunjukkan tingkat
pencemaran rata-rata dari seluruh parameter dalam satu kali pengamatan. Indeks
kedua adalak indeks maksimum (IM). Indeks ini menunjukkan satu jenis
parameter yang paling signifikan dalam penurunan kualitas air pada satu kali
pengamatan (Marganingrum, 2013).
Pada metode indeks pencemaran dikategorikan tercemar ringan
dikarenakan rata-rata yang didapatkan dari hasil pH,Suhu,DO, BOD5 yaitu 2,64.
Pada scoring metode indeks pencemaran IP yang terletak pada 1 < IP < 5
termasuk status mutu tercemar ringan.
Beberapa karakteristik atau indikator kualitas air yang disarankan untuk
dianalisis sehubungan pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai keperluan,
antara lain parameter fisika dan kimia (Effendi, 2003). Parameter fisik yaitu suhu
dan TSS sedangkan parameter kimia yaitu COD, BOD, DO, pH, Nitrogen (N) dan
Phospat (P). Parameter kualitas air selanjutnya akan dianalisis menggunakan alat
yang sesuai untuk pengujian pada masing-masing parameter.
Parameter air bersih yang dipengaruhi oleh limbah rumah tangga dan
kegiatan pertanian meliputi parameter fisik yaitu total padatan terlarut, dan
parameter kimia yaitu nitrat, amonia, fosfat, dan parameter bakteriologis yaitu
Escherichia coli. Saat ini, masalah pertama pada setiap air sumur adalah kualitas
air tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang terus
meningkat. Kegiatan pertanian, domestik, industri dan lainnya dapat berdampak
negatif terhadap sumber daya air, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas
air. Kondisi ini dapat menyebabkan efek buruk pada kesehatan manusia seperti
gatal-gatal, diare, methemoglobinemia atau sindrom bayi biru.
13

Total Dissolved Solid merupakan salah satu parameter fisik yang


dimanfaatkan untuk menggambarkan senyawa-senyawa organik dan
anorganik yang terlarut dalam air.
Fosfat merupakan salah satu ion poliatomik atau radikal terdiri dari
satu atom fosforus dan empat oksigen. Penentuan kadar PO4--Ppada air
sumur gali menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
880 nm secara Biru Molibdat.
Amonia adalah senyawa anorganik yang diperlukan sebagai sumber
energi dalam proses Nitrifikasi bakteri aerobik. Penentuan kadar NH3--N
pada air sumur gali di uji menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis pada
425 nm dengan metode Nessler.
Nitrat (NO3--N) adalah nitrogen yang banyak ditemukan pada
perairan alami yang bersumber dalam pupuk urea. Penentuan kadar NO3--
Npada air sumur gali di uji dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-
Vis pada 420 nm secara Brusin Sulfat.
COD dapat menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik bahan organik yang dapat
didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi secara biologis. Nilai
COD selalu lebih besar dari BOD, COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada. Nilai COD air disungai dapat menunujukkan banyaknya
pencemar organik yang ada dalam air sungai (Agustiningsih, dkk., 2012).
Suhu memegang peranan penting dalam siklus materi yang akan
mempengaruhi sifat fisik kimia dan biologi perairan. Suhu berpengaruh terhadap
kelarutan oksigen dalam air, proses metabolisme dan reaksi-reaksi kimia dalam
perairan. Kenaikan suhu dalam perairan dapat meningkatkan metabolisme tubuh
organisme termasuk bakteri pengurai, sehingga proses dekomposisi bahan organik
juga meningkat. Proses ini menyebabkan kebutuhan akan oksigen terlarut menjadi
tinggi yang selanjutnya kandungan oksigen terlarut di dalam air menjadi menurun
(Gazali, 2013).
Kandungan BOD dalam air ditentukan berdasarkan selisih oksigen terlarut
sebelum dan sesudah pengeraman selama 5x24 jam pada suhu 20oC. BOD
digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran dalam suatu perairan. Nilai
14

BOD suatu perairan tinggi menunjukkan bahwa perairan tersebut sudah tercemar
(Agustira, 2013).
Oksigen terlarut dalam air berasal dari proses fotosintesa, difusi udara dan
turbulensi. Oksigen yang terlarut dalam air diperlukan organisme perairan untuk
respirasi dan metabolisme sehingga oksigen terlarut menjadi sangat penting bagi
kelangsungan hidup organisme perairan. Oksigen terlarut juga dibutuhkan oleh
bakteri dalam proses penguraian untuk mendegradasi beban masukan yang berupa
bahan organik. Dimana semakin tinggi kandungan bahan organik dalam perairan
maka kebutuhan oksigen terlarut dalam proses dekomposisi oleh bakteri juga
semakin meningkat sehingga akan menurunkan kandungan oksigen terlarut dalam
perairan (Gazali dkk., 2013)
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion
hydrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar
tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7
adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7
dikatakan kondisi perairan bersifat basa. Adanya karbonat, bikarbonat dan
hidroksida akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral
bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu perairan.
Dalam upaya pengendalian pencemaran lingkungan khususnya
pencemaran terhadap air sungai sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
pada bagian ketiga (klasifikasi dan kriteria mutu air), Pasal 8 disebutkan bahwa
klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas.
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan
15

atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Indeks pencemaran merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk menentukan status kualitas air dengan membandingkan baku
mutu yang telah ditetapkan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status mutu air adalah pH, Suhu,
DO, BOD, COD, TDS.
3. Air sumur martapura yang digunakan termasuk dalam status mutu
tercemar ringan dengan rata-rata 2,64.
Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah mahasiswa/I lebih diajak berdiskusi
dengan assisten praktikum agar mahasiswa/i punya komunikasi yang baik
antarsesama.
DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Association. 2005. Standard methods for the
examination of water and wastewater. 21st ed. American Public
Health Association (APHA) and American Water Works
Association, Water Environment Federation. Washington DC (US):
USA Port City Press.

Agustiningsih, Dyah. 2012. Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal
Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. Tesis.
Semarang : Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca
Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang.

Agustira R, Lubis KS, Jamilah (2013). Kajian Karakteristik Kimia Air, Fisika Air
Dan Debit Sungai Pada Kawasan Das Padang Akibat Pembuangan
Limbah Tapioka. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3

Amaliyah, N. (2017). Penyehatan Makanan dan Minuman. Yogyakarta :


Deepublish.

Amneera WA, Najib NWAZ, Yusof SRM, Ragunathan S. 2013. Water quality
index of Perlis River, Malaysia. International Journal on Civil and
Environmental Engineering. 13(2): 1-6.

Chapman, D. 2000. Water Quality Assesment. E & FN Spon. London. Clark, J.R.
1977. Coastal Ecosystem Management. John Wiley and Sons. New
York.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius.

Gazali,I., Widiatmono, R.B., dan Wirosoedarmo,R. 2013. Evaluasi Dampak


Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas Terhadap Kualitas Air
Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk. Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem, 1(2), hal.1-8.
18

Jha, A., 2017, Ground Water Quality Assessment near Municipal Solid Waste
Dump Site- a Case Study, Journal of Chemical , Biological and
Physical Sciences, 7(1), 14-18.

Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta: Swadaya.

Marganingrum, D., Roosmin, D., Sabar, A., 2013. Diferesiasi Sumber Pencemar
Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemar (IP)
(Studi Kasus : Hulu DAS Citarum). Pusat Penelitian Geoteknolog
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Ris.Geo.Tam Vol. 23, No.1,
Juni 2013 (37-48).

Martinez F, Galera BIC. 2011. Monitoring and evaluation of the water quality of
Taal Lake, Talisay, Batangas, Philippines. Academic Research
International. 1(1): 229-236.

New York State Department of Health. 2011. Coliform Bacteria in Drinking


Water Supplies.

Romdania, Y., et.al, 2018, Kajian Penggunaan Metode IP, STORET, dan CCME
WQI dalam menentukan status kualitas air.

Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Sutrisno, C.T, dan Suciastuti, Eni. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih.
Jakarta. PT. Rineka Cipta. Cetakan Keenam.

Yusrizal, H, 2015, Efektivitas Metode Perhitungan STORET, IP dan CCME WQI


dalam menentukan status kualitas air Way Sekampung Provinsi
Lampung, 2(1) pp 11-23.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Kerja Jawaban Soal Diskusi
1. Mengapa perlu dilakukan perhitunngan status mutu air?
2. Apabila hasil pengukuran bengawan solo pada bulan November dan
desember tahun 2022 diperoleh beberapa data pengukuran sebagai berikut:

Parameter Baku Mutu Satuan November Desember


Nitrat 10 mg/L 14 10.72
Amonia 0.5 mg/L 0.3 0.11
Fosfat 0.2 mg/L
maka, tentukan status mutu air menggunakan metode storet dan indeks
pencemaran!
Jawab:
1. Status mutu air menunjukan tingkat pencemaran suatu sumber air dalam
waktu tertentu, dibandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan. Air
tanah atau air sumur galian dikatakan tercemar apabila tidak dapat digunakan
sesuai dengan peruntukaannya secara normal. Analisis status mutu air
dilakukan berdasarkan pada pedoman penentuan status mutu air yang
ditetapkan oleh Kementerian lingkungan hidup nomor 115 tahun 2003 dengan
mengunakan STORET dan Indek Pencemaran (IP). Mutu air tanah dijabarkan
menurut sifat fisik, kimia, maupun bakteriologi. Persyaratan mutu air tanah
telah diberlakukan berdasarkan jenis penggunaannya, seperti air minum,
irigasi, maupun suplai industri. Sifat fisika dan kimia air tanah yang
menentukan mutu air tanah secara alami dipengaruhi oleh jenis-jenis litologi
penyusun akuifer, jenis tanah/batuan yang dilalui oleh air tanah, serta jenis air
tanah berasal. Mutu air tanah dapat berubah jika terjadi intervensi manusia
pada air tanah, seperti pengambilan dan pemanfaatan air tanah yang tidak
sesuai kapasitasnya, serta pembuangan limbah secara langsung ke lingkungan
(Sutandi., 2012).
2. Metode Storet
Parameter Baku Max Min Rata-rata Skor
mutu
Nitrat 10 14 10,72 12,36 -10
Amonia 0,5 0,3 0,11 0,41 0
Total -10
Dari hasil perhitungan, maka dapat diketahui berdasarkan skor yang diperoleh
yaitu -10 termasuk dalam kelas B atau cemar ringan.

Metode Indeks Pencemaran


Pada bulan November
- Nitrat
Baku mutu (Li) = 10 mg/L
Konsentrasi (Ci) = 14 mg/L
Ci/Li = 14/10 =1,4
Ci/Li Baru = 1 + P. Log (Ci/Li)
= 1 + 5 . Log 1,4 = 1,73
- Amonia
Baku mutu (Li) = 0,5 mg/L
Konsentrasi (Ci) = 0,3 mg/L
Ci/Li = 0,3/0,5 = 0,6

- Fosfat
Baku mutu (Li) = 0,2 mg/L
Konsentrasi (Ci) = 0 mg/L
Ci/Li = 0/0,2 = 0
Ci/Lij
No Parameter Ci Li Ci/Lij
(baru)
1 Nitrat 14 10 1,4 1,73
2 Amonia 0,3 0,5 0,6 0,6
Rata-rata 1,17

Ci/Li rata-rata = 1,17

Ci/Li maks = 1,73

Plj =
√ (1,17)2+(1,73)2
2
=1,476  1,5 (Tercemar ringan)

Pada Bulan Desember

- Nitrat
Baku mutu (Li) = 10 mg/L
Konsentrasi (Ci) = 10,72 mg/L
Ci/Li = 10,72/10 = 1,07
Ci/Li Baru = 1 + P. Log (Ci/Li)
= 1 + 5 . Log 1,07 = 1,15
- Amonia
Baku mutu (Li) = 0,5 mg/L
Konsentrasi (Ci) = 0,11 mg/L
Ci/Li = 0,11/0,5 = 0,22

- Fosfat
Baku mutu (Li) = 0,2 mg/L
Konsentrasi (Ci) = 0 mg/L
Ci/Li = 0/0,2 = 0

Ci/Lij
No Parameter Ci Li Ci/Lij
(baru)
1 Nitrat 14 10 1,07 1,15
2 Amonia 0,3 0,5 0,2 0,2
Rata-rata 0,68

Ci/Li rata-rata = 0,68

Ci/Li maks = 1,15

Plj

mutu)
=
√ (0,68)2+(1,15)2
2
=0,944  0,9 (Memenuhi baku

Lampiran 2. Lembar Kerja Hasil Perhitungan Metode Indeks Pencemaran


a. Suhu

- Baku mutu (Li) = 26 – 32°C


- Suhu (Ci) = 27°C
(26+ 32)
- Lij (Rata-rata) = =29
2
Ci−Lij( Rata−rata)
- (Ci/Lij) baru =
Lij ( min )−Lij( Rata−rata)
27−29
=
26−29
= 0,67
b. pH
- BMpH (Li) = 6-9
- pH (Ci) = 2,54
6+9
- Lij (Rata-rata) = = 7,5
2
Ci−Lij( Rata−rata)
- (Ci/Lij) baru =
Lij ( min )−Lij( Rata−rata)
2,54−7,5
=
6−7,5
= 3,3
c. DO

- BMDO (Li) = 6 mg/L


- DO (Ci) = 4,36 mg/L
7−4,36
- Ci baru = =2,64
7−6
2,6
- Ci/Lij = = 0,43
6
d. BOD

- BM BOD (Li) = 2 mg/L


- BOD (Ci) = 21,6 mg/L
- Ci/Lij = 10,8 mg/L
Karena nilai Ci/Li > 1 maka
Ci/Lij (baru) = 1 + P.Log (Ci/Li)
= 1 + 5.Log (10,8)
= 6,17
Nilai Indeks Pencemaran
Ci/Lij Rata-rata = 2,64
Ci/Lij Max = 6,17

Pij =
√ ( 6,17 )2+(2,64)2
2
= 4,75 (Cemar ringan)
Lampiran 3. Pengukuran Suhu Air Sumur Martapura

Lampiran 4. Pengukuran pH Air Sumur Martapura


Lampiran 5. Pengukuran DO Air Sumur Martapura

Lampiran 6. Penyimpanan Sampel Air Sumur Martapura

Anda mungkin juga menyukai