PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencemaran ekosistem diartikan sebagai masuknya zat, energi atau mahluk
hidup ke dalam lingkungan secara sengaja atau alamiah yang dapat menyebabkan
dapat terjadi karena masuknya zat komponen lain ke dalam air sehingga kualitas
dari air tersebut turun hingga batas tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
ekosistem perairan seperti konsentrasi BOD, COD, suhu, dan total padatan
tersuspensi (TSS) dan oksigen terlarut (DO) (Yulis, dkk., 2018: 2).
yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan miligram per liter.
relatif kecil. Adanya oksigen di dalam perairan sangat penting bagi organisme
bahan pencemar organik yang tinggi. Oleh karena itu, penentuan kadar oksigen
terlarut (DO) dalam air sangat penting karena dijadikan sebagai tolak ukur dalam
musiman dan berfluktuasi dari waktu ke waktu. Konsentrasi oksigen terlarut pada
perairan sungai semakin ke hilir akan semakin turun hingga tidak memenuhi baku
alirannya semakin lambat dan percikan airnya kecil sehingga oksigen lebih
1
2
tersebut telah tercemar. Konsentrasi oksigen terlarut yang rendah pada stasiun 3
organik secara terus menerus dengan kandungan oksigen terlarut yang semakin
176).
Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Dissolved Oxygen (DO) pada sampel air
Demand (BOD) dan Dissolved Oxygen (DO) pada sampel air danau Mawang dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencemaran Air
Sumber daya perairan dapat dimanfaatkan sehingga menimbulkan
dimaksud pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air
mengalami penurunan sampai tingkat tertentu yang mengakibatkan air tidak bisa
terbesar didunia, untuk mengelola sumber daya alam tersebut diperlukan bantuan
dari berbagai industri seperti tekstil, kertas, pupuk, perkebunan dan lain-lain.
limbah utama yang dihasilkan oleh industri adalah air. Air limbah merupakan air
buangan yang dihasilkan dari pemakaian air dari proses produksi dan berbagai
aktivitas lain yang ditampung dalam danau buatan. Air limbah yang dihasilkan
berat yang konsentrasinya melebihi baku mutu yang diperbolehkan untuk masuk
4
kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia dalam jangka waktu yang panjang
untuk mengetahui apakah limbah tersebut berbahaya atau tidak sehingga dapat
dilakukan upaya untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh air limbah
pada organisme akuatik, serta mengakibatkan iritasi, keracunan, mutasi gen, dan
dengan melakukan analisis BOD, COD dan DO (Andika, dkk., 2020: 14).
dibutuhkan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya dari proses
terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah diinkubasi selama 5 hari pada
kondisi gelap agar tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen dan
pada suhu tetap yaitu 20 ℃ atau disebut dengan DO5 (Fadzry, dkk., 2020: 82).
bahan organik dalam kondisi aerobik. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah
5
bahan organik yang sebenarnya, melainkan hanya mengukur jumlah oksigen yang
yang sering disebut dengan Chemical Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik yang ada di dalam air secara
Tujuan analisis BOD dan COD dalam pengolahan limbah yaitu BOD
penting untuk mengetahui perkiraan jumlah oksigen yang akan diperlukan untuk
menstabilkan bahan organik yang ada secara biologi, mengetahui ukuran fasilitas
diperbolehkan bagi pembuangan air limbah Kadar BOD dan COD pada suatu air
limbah harus memenuhi baku mutu yang telah ditentukan. Baku mutu adalah
batas atau kadar makhluk hidup, zat atau energi atau komponen lain yang ada atau
harus ada dan atau unsur pencemaran yang ditenggang adanya sesuai dengan
adalah oksigen terlarut mengacu pada tingkat oksigen bebas dan non senyawa
yang ada dalam air atau cairan lainnya. Kosentrasi oksigen terlarut merupakan
orgenisme yang hidup di dalam tubuh. Oksigen terlarut merupakan faktor penting
kedua hanya untuk air itu sendiri. Tingkat oksigen terlarut yang terlalu tinggi atau
terlalu
(Prasetya dan Yudianti, 2017: 43). Kekurangan kadar oksigen dapat menyebabkan
6
oksigen dapat menurun akibat pernafasan organisme dalam air dan perombakan
fitoplankton atau tumbuhan hijau dan proses difusi dari udara, serta hasil proses
diukur dalam jumlah oksigen terlarut yaitu jumlah milligram gas oksigen (O 2)
yang terlarut dalam satu liter air. Pada ekosistem perairan, keberadaan oksigen
(O2) sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain distribusi temperatur,
perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar
organisme air. DO mengancam hewan laut ketika konsentrasi lebih rendah dari
sebesar 14,16 mg/L. konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan meningkatnya
suhu air. Peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi O 2 akan menurun dan
dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas
fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Ikan dapat hidup di dalam air dan
Kebutuhan DO minimum untuk ikan air tawar tropis ± 5 mg/l (80% saturasi),
7
sedangkan untuk ikan laut tropis ± 5 mg/l (75% saturasi). Ikan-ikan yang gesit
umumnya lebih banyak membutuhkan oksigen, sementara ikan lele dan gurame
termasuk jenis ikan yang mampu hidup di perairan dengan kandungan DO sedikit,
mengambil oksigen dari udara di luar air (Sugiyanti dan Astuti, 2018: 203).
bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobic. Sumber utama oksigen
dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil
oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu,
salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang
surut.
perairan. Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya
suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan,
kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan
udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Semakin ke dalam laut maka terjadi
dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi
musiman dan berfluktuasi dari waktu ke waktu. Konsentrasi oksigen terlarut pada
8
perairan sungai semakin ke hilir akan semakin turun hingga tidak memenuhi baku
alirannya semakin lambat dan percikan airnya kecil sehingga oksigen lebih
2021: 176)
sebesar 2 mg/l karena masih cukup menunjang secara normal komunitas akuatik
di perairan. Sebagian besar spesies ikan akan menoleransi penurunan nilai oksigen
di bawah nilai minimum untuk waktu singkat, namun dalam periode waktu yang
lama penurunan oksigen akan menyebabkan ikan menjadi stres. Kondisi DO yang
rendah juga bisa berakibat pada kematian dan pertumbuhan dari ikan, kisaran DO
0,3-1,0 mg/l akan menyebabkan kematian pada ikan apabila berlangsung lama,
merespon dalam dua cara. Pertama, aliran darah dapat ditingkatkan dengan
efektif atau konsentrasi sel darah merah dapat ditingkatkan dengan membawa
oksigen dari darah per satuan volume. Kedua, dapat dicapai dengan mengurangi
volume
plasma darah (misalnya dengan meningkatkan laju aliran urin) dalam jangka
9
pendek, dengan melepaskan sel darah ekstra dari limpa dalam jangka panjang
dengan metode titrasi dan metode elektrokimia. Metode titrasi yaitu dengan cara
oksigen terlarut dengan alat DO meter (Mardhiya, dkk., 2017: 134). Metode DO
meter yaitu dengan menekan power untuk menghidupkan alat lalu memasukkan
batang probe ke badan air. Setelah itu, menunggu sampai stabil dan mencatat nilai
Prinsip penentuan nilai DO dan BOD dengan metode titrasi winkler adalah
titrasi iodometri (modifikasi azida). Pada metode ini, volume yang akan
ditentukan adalah volume larutan natrium thiosulfat (Na 2S2O3) yang digunakan
untuk titrasi iodium (I2) yang dibebaskan. Persamaan dalam menentukan nilai DO
Keterangan:
Be O2 = 32 g/L
P = pengenceran
10
11
BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Alat
Alat - alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu hotplate, buret 50 mL,
botol winkler, Erlenmeyer 250 mL dan Erlenmeyer 100 mL, gelas kimia 100 mL,
statif dan klem, pipet skala 25 mL dan 10 mL, pipet tetes dan batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan - bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air danau
KI), asam sulfat (H2SO4), larutan mangan sulfat (MnSO4) 40%, larutan natrium
C. Prosedur Kerja
1. Penentuan DO0
pastikan tidak ada gelembung udara yang masuk serta ditutup rapat. Kemudian
menambahkan larutan MnSO4 40% dan mendiamkan beberapa menit. Setelah itu,
hingga berubah warna menjadi bening dan mencatat volume natrium tiosulfat
2. Penentuan DO5
tidak ada gelembung udara yang masuk serta ditutup rapat. Kemudian
menginkubasi pada ruang yang gelap selama 5 hari. Setelah itu, menambahkan
sebanyak
sebanyak 5 tetes hingga berwarna biru. Setelah itu, menitrasi kembali hingga
berubah warna menjadi bening dan mencatat volume natrium tiosulfat yang
digunakan. Penentukan dilakukan secara duplo.
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Tabel 4.1 Penentuan DO0
Setelah Penambahan Bahan
Sebelum
Na2S2
Penambahan MnSO4 H2SO4 Na2S2O3 Amilum
NaOH.KI O3
Bahan 40% 4M Pertama 1%
Kedua
Endapan Kuning Biru
Keruh Keruh Bening Bening
Coklat Muda Pekat
2. Reaksi
a. Penentuan DO
Mn2+ + O2 → MnO2
b. Penentuan BOD
Mn2+ + O2 → MnO2
16
13
C6H10O6 + I2 → C6H10O6I2
3. Analisis Data
a. Simplo
Dik :
V Na2S2O3 = 1 mL
V sampel = 50 mL
N Na2S2O3 = 0,025 N
Be O2 = 32 g/L
Dit : DO……….?
Penyelesaian :
V( Na 2 S2 O3 ) x N ( Na 2 S2 O3 ) x Be O2 x 1000
DO =
Volume Sampel
1 mLx 0,025 N x 32 g/L x 1000
= 50 mL
= 16 ppm
b. Duplo
Dik :
V Na2S2O3 = 1,5 mL
V sampel = 50 mL
N Na2S2O3 = 0,025 N
Be O2 = 32 g/L
Dit : DO……….?
Penyelesaian :
V( Na 2 S2 O3 ) x N ( Na 2 S2 O3 ) x Be O2 x 1000
DO =
Volume Sampel
1,5 mLx 0,025 N x 32 g/L x 1000
= 50 mL
= 24 ppm
14
c. Triplo
Dik :
V Na2S2O3 = 1,7 mL
V sampel = 50 mL
N Na2S2O3 = 0,025 N
Be O2 = 32 g/L
Dit : DO……….?
Penyelesaian :
V( Na 2 S2 O3 ) x N ( Na 2 S2 O3 ) x Be O2 x 1000
DO =
Volume Sampel
1,7 mLx 0,025 N x 32 g/L x 1000
= 50 mL
= 27,2 ppm
B. Pembahasan
nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen
kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam
sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain
rnenjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun, karena peranannya
yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan
umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya (Muslim, dkk., 2020: 46).
terisi dan tidak ada gelembung udara. Botol winkler ditutup saat berada di dalam
15
air untuk menghindari adanya oksigen dari luar yang ikut masuk ke dalam botol.
terlarut di dalam air. Penambahan alkali ioda azida untuk membuat larutas dalam
asam sulfat dilakukan untuk melarutkan kembali endapan yang terbentuk dan
thiosulfat (Na2S2O3) berfungsi sebagai titran yang akan menitrasi iodium bebas
(I2) sampai berubah warna menjadi warna kuning jerami. Amilum berfungsi
sebagai indikator, larutan berwarna dari biru dan dititrasi hingga tidak berwarna.
terlarut yang diakibatkan oleh perubahan suhu seperti yang telah dinyatakan
konsentrasi DO semakin tinggi. Nilai DO0 danau Mawang untuk simplo sebesar
16 ppm, duplo
24 ppm dan triplo 27,2 ppm. Nilai DO pada sampel air danau Mawang melewati
ambang batas yang telah ditetapkan sehingga dapat disimpulkan bahwa kehidupan
ikan dalam danau Mawang kurang aman. Hal ini dijelaskan dalam teori Sugiyanti
dan Astuti (2018: 209) yang menyatakan konsentrasi oksigen terlarut yang aman
bagi kehidupan ikan diperairan sebaiknya harus diatas titik kritis. Konsentrasi DO
minimun di perairan adalah sebesar 2 mg/L karena masih cukup menunjang secara
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mawang untuk DO5 tidak berhasil akibat tidak adanya oksigen terlarut
yang terpengaruhi oleh suhu. Nilai DO 0 simplo, duplo dan triplo berturut-
2. Perbandingan yang diperoleh dari nilai Dissolved Oxygen (DO) air danau
pencemaran air bahwa kadar DO yang memenuhi syarat adalah 3-6 ppm.
B. Saran
menggunakan sampel air laut pantai losari untuk dibandingkan dengan sampel
sebelumnya.
16