Anda di halaman 1dari 9

PENGUJIAN KONSENTRASI CHEMI CAL OXYGEN DEMAND

(COD) PADA AIR TANAH DI JALAN BABAKAN RAYA VI


DENGAN METODE TITRASI
DETERMINATION OF CHEMICAL OXYGEN DEMAND
(COD) IN GROUND WATER AT BABAKAN RAYA VI BY
TITRATION METHOD

Deni Miranda
1
, Andita Dwi Sefiani
2
, Rinaldo Pratama
3


Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680
Email: denimrd@ymail.com
1
, anditadwisefiani@rocketmail.com
2
, rinaldopratama21@gmail.com
3


Abstrak:. Kebutuhan Oxigen Kimiawi atau Chemical oxygen demand (COD) merupakan
banyaknya oksigen dalam mg/l yang dibutuhkan untuk mengoksidasi dan mendegradasi limbah
organik yang ada di dalam air melalui reaksi kimia. BOD merupakan salah satu bagian dari
COD. Nilai COD biasanya lebih besar dari nilai BOD karena kebanyakan senyawa lebih mudah
teroksidasi secara kimia dari pada secara biologi. Contoh uji air tanah yang digunakan dalam
penelitian berasal dari Jalan Babakan Raya VI. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan
konsentrasi chemical oxygen demand (COD) yang digunakan sebagai parameter pengukuran
beban pencemaran pada air tanah, sehingga dapat diketahui kondisi toksik dan adanya bahan-
bahan yang sulit didegradasi. Pengujian COD ini menggunakan 3 jam untuk pemanasan botol
COD baik untuk sampel air tanah maupun blanko yang selanjutnya didinginkan dalam bak air.
Metodeyang digunakan dalam penelitian ini adalah metode titrasi dengan larutan ferro
ammoinum sulfate (FAS) sebagai penitar. Setelah dilakukan penelitian, konsentrasi COD dapat
diketahui. Konsentrasi COD dari contoh uji air tanah sebesar 7.512 mg/l, sehingga berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 82/2001,contoh uji masih di bawah baku mutu air kelas I yaitu 10 mg/l.
Maka dapat disimpulkan bahwa contoh uji air tanah tersebut masih layak untuk dikonsumsi
(dijadikan air minum) dan belum tercemar berdasarkan parameter COD.
Kata kunci: air tanah, babakan raya VI, Chemical Oxygen Demand, COD, titrasi

Abstract: Chemical Oxygen Demand (COD) is the amount of oxygen(mg/l) which need to
oxidizing and decompose organic matter by chemical reaction. BOD is one of COD.The
concentration of COD usually bigger than BOD because most of compound is easily oxidize by
chemical reaction than biological reaction. The experiment aims to establish the concentration of
COD that used as a measurement parameter in groundwater pollution, so the presence of toxic
materials that are difficult to degrade can be known. Ground water samples were taken from
Babakan Raya VI. Determination of COD use 3 hours for make bottle of COD become hot which
good for ground water sample and blanks. Then ground water and blanks are cooled in a
waterbath. This experiment used a titration method with ferro ammonium sulfate (FAS) as a
titran. After the experiment has been done, the concentration of COD can be known.
Concentration of COD in ground water samples are 7.512 mg/l,so based on Peraturan
Pemerintah No. 82/200, ground water samples is still below the water quality standard Class I
that is 10 mg/l. Therefore, ground water at Babakan Raya VI is still fit for consumption ( drinking
water used ) and not polluted base on COD parameters.
Key words: Babakan Raya VI, Chemical Oxygen Demand, COD, ground water, titration.

PENDAHULUAN
Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk
hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Upaya
pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah, air
permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air
tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa
kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya
yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil. Akan
tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena
sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat
menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia.
Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu diketahui kualitas air yang bisa
digunakan untuk kebutuhan manusia tanpa menyebabkan akibat buruk dari
penggunaan air tersebut.
Kadar oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh proses aerasi, fotosintesis,
respirasi, dan oksidasi limbah. Penurunan kadar oksigen di perairan juga
diakibatkan oleh keberadaan limbah organik yang membutuhkan oksigen untuk
melakukan proses perombakan (dekomposisi). Oleh karena kelarutan oksigen di
air relatif rendah maka kadar oksigen terlarut akan sangat cepat mengalami
pengurangan, apabila pada perairan terdapat limbah organik dengan kadar cukup
tinggi (Nurdin, 2009).
Dalam studi kualitas air parameter COD sangat penting sekali karena
parameter ini juga merupakan salah satu indikator pencemaran air. Air yang
tercemar, misalnya oleh limbah domestik ataupun limbah industri pada umumnya
mempunyai nilai COD yang tinggi, sebaliknya air yang tidak tercemar
mempunyai COD yang rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan konsentrasi COD yang digunakan
sebagai parameter pengukuran beban pencemaran pada air tanah, sehingga dapat
mengetahui kondisi toksik dan adanya bahan-bahan yang sulit didegradasi. Selain
itu juga untuk membandingkan konsentrasi COD pada setiap titik sampling
dengan efluen kontaminan dari berbagai macam aktivitas yang masuk ke dalam
air tanah serta dampak yang ditimbulkan bila konsentrasinya di atas baku mutu,
serta untuk memberikan solusi alternative dalam mengatasi konsentrasi COD
berlebih di dalam air tanah.

TINJAUAN PUSTAKA
Chemical Oxygen Demand (COD) atau sering disebut dengan Kebutuhan
Oksigen Kimiawi (KOK) menyatakan jumlah kandungan oksigen dalam suatu
sampel air yang dapat dioksidasi secara kimiawi menggunakan oksidator kuat
(K
2
Cr
2
O
7
) atau banyaknya jumlah oksidan Cr
2
O
7
2-
yang bereaksi dengan contoh
uji. COD menggambarkan jumlah total oksigen yang digunakan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang dapat di degradasi secara
biologis menjadi CO
2
dan H
2
O. Metode yang digunakan dalam penentuan
konsentrasi COD adalah titrasi. Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan
metode analisis kimia yang cepat, akurat, dan sering digunakan untuk menentukan
kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan. Volumetri (titrasi) dilakukan
dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu (biasanya
dari buret) larutan standar atau titran (yang konsentrasinya telah diketahui dengan
pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum
diketahui konsentrasinya. Penggunaan larutan indikator yang ditambahkan ke
dalam larutan yang dititrasi yaitu untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung
sempurna (Wiryawan, 2011).
Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan
jumlah dikromat yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel. Pengukuran
COD berdasarkan pada bahwa hampir semua bahan organik dapat dioksida
menjadi CO
2
dan H
2
O dengan bantuan oksidator kuat dalam suasana asam. Angka
COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara
alamiah dapat maupun tidak dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis,
dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Perairan dengan nilai
COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai
COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan
pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat
mencapai 60.000 mg/L.
Kriteria mutu air adalah tolak ukur mutu air untuk setiap kelas air. Pada pasal
8 PP No.82/2001 dijelaskan berbagai macam kelas mutu air, yaitu air kelas 1
(satu) merupakan air yang dapat digunakan sebagai air minum, air kelas 2 (dua)
merupakan air yang dapat digunakan untuk sarana/prasarana rekreasi air,
peternakan, pertanaman, dan pembudidayaan ikan air tawar, air kelas 3 (tiga)
merupakan air yang dapat digunakan untuk peternakan, pertanaman, dan
pembudidayaan ikan air tawar, dan air kelas 4 (empat) merupakan air yang dapat
digunakan untuk pertanaman. Berdasarkan PP No.82/2001, ditentukan pula
konsentrasi maksimum COD untuk kelas satu sebesar 10 mg/l, kelas dua sebesar
25 mg/l, kelas tiga sebesar 50 mg/l, dan kelas empat sebesar 100 mg/l (Pusarpedal
2011).
Karbon Aktif (Arang Aktif) sering digunakan untuk mengurangi
kontaminan organik, partikel kimia organik sintetis (SOCs), tapi karbon aktif juga
efektif untuk mengurangi kontaminan inorganik seperti radon-222, merkuri, dan
logam beracun lainnya. Senyawa organik dalam air dioksidasi oleh larutan Kalium
Dikromatdalam suasana asam pada temperatur 150
o
C selama 2 jam. Kelebihan
Kalium Dikromat di titrasi dengan larutan Ferroammonium Sulfat (FAS) dengan
menggunakan indikator ferroin. Materi organik yang teroksidasi akan dikalkulasi
dalam bentuk ekivalensi oksigen.

METODE PRAKTIKUM
Pengukuran konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan
Oksigen Kimia (KOK) pada air tanah dilakukan terahadap contoh uji yang
diambil di sekitar daerah Darmaga, Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan
dalam pengukuran konsentrasi COD pada air tanah ini adalah metode refluks
terbuka dengan prinsip dasar reaksi oksidasi senyawa organik oleh larutan
K
2
Cr
2
O
7
berlebih dalam suasana asam dan panas (150
o
C). Metode ini dianggap
cocok untuk berbagai jenis contoh uji air limbah walau membutuhkan jumlah
contoh air dan pereaksi yang lebih banyak sehingga kurang ekonomis.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini antara lain oven,
buret 25 ml, pipet volume 5 ml, pipet volume 10 ml, tabung, klem, rak COD, piala
gelas 100 ml, corong gas, pipet mohr 10 ml, labu erlenmeyer 125 ml, contoh uji
air tanah, Merkuri sulfat (HgSO
4
) bentuk kristal atau bubuk, larutan standar ferro
ammonium sulfat (FAS) 0,01 N, larutan Kalium bikromat 0,25 N dan larutan
indikator ferroin. Pengukuran konsentrasi COD ini dilakukan dengan 3 tahap yang
berbeda yaitu pembuatan larutan pereaksi berupa larutan asam sulfat perak-pekat,
larutan standar ferro ammonium sulfat (FAS) 0,05 N, larutan kalium bikromat 0,1
N dan larutan indikator ferroin; pembakuan larutan standar FAS [Fe(NH
4
)
2
(SO
4
)
2
]
dan penetapan konsentrasi COD.
Pembakuan larutan standar FAS [Fe(NH
4
)
2
(SO
4
)
2
] dilakukan dengan teknik
pengenceran 5 ml larutan standar K
2
Cr
2
O
7
0,1 N dan 15 ml larutan pereaksi
H
2
SO
4
pekat ke dalam 100 ml air suling. Larutan tersebut dihomogenkan sebelum
dipanaskan ke dalam oven bersuhu 150
o
C selama 2 jam. Larutan yang telah
dipanaskan, didinginkan dalam suhu kamar. Tiga tetes indikator ferroin
ditambahkan ke dalam larutan kemudian dititrasi dengan larutan Fe(NH
4
)
2
(SO
4
)
2
sampai terjadi perubahan warna dari hijau-biru menjadi tepat berwarna merah-
coklat (merah bata). Prosedur yang hampir sama juga dilakukan terhadap proses
penetapan konsentrasi COD contoh uji air tanah yang sedang diteliti. Akan tetapi,
larutan ditambahkan akuades sebanyak 50 ml beserta 3 tetes indikator ferroin
tepat setelah proses pendinginan larutan. Larutan tersebut kemudian dititrasi
dengan larutan ferro amonium sulfat (FAS)

sampai terjadi perubahan warna dari
hijau-biru menjadi tepat berwarna merah-coklat (merah bata).
Konsentrasi COD contoh uji air tanah kemudian dihitung dengan
persamaan:
COD =
Keterangan:
Kb = ml FAS yang digunakan untuk mentritasi blanko
Kc = ml FAS yang digunakan untuk mentitrasi sampel air tanah
N = konsentrasi kalium bikromat

HASIL DAN PEMBAHASAN
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air,
dimana pengoksidasi K
2
Cr
2
O
7
digunakan sebagai zat pengoksidasi. COD adalah
jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis
maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi
oleh kalium bikromat yang digunakan sebagai zat pengoksidasi menjadi gas CO2
dan gas H
2
O serta sejumlah ion krom. Reaksinya sebagai berikut :
HaHbOc + Cr
2
O
7
2-
+ H
+
CO
2
+ H
2
O + Cr
3+

Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi
biologis, misalnya tannin, fenol, polisakarida dan sebagainya, maka lebih cocok
dilakukan pengukuran COD daripada BOD.
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, yang dimaksud dengan pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya. Bila air sudah tercemar, maka akan ada perubahan pada
air tersebut dari kondisi alamiahnya ke kondisi dimana secara fisik air tersebut
akan berubah warna, berbau, dan berasa. Kriteria mutu air adalah tolak ukur mutu
air untuk setiap kelas air. Pada pasal 8 PP No.82/2001 dijelaskan berbagai macam
kelas mutu air, yaitu air kelas 1 (satu) merupakan air yang dapat digunakan
sebagai air minum, air kelas 2 (dua) merupakan air yang dapat digunakan untuk
sarana/prasarana rekreasi air, peternakan, pertanaman, dan pembudidayaan ikan
air tawar, air kelas 3 (tiga) merupakan air yang dapat digunakan untuk peternakan,
pertanaman, dan pembudidayaan ikan air tawar, dan air kelas 4 (empat)
merupakan air yang dapat digunakan untuk pertanaman. Berdasarkan PP
No.82/2001, ditentukan pula konsentrasi maksimum COD untuk kelas satu
sebesar 10 mg/l, kelas dua sebesar 25 mg/l, kelas tiga sebesar 50 mg/l, dan kelas
empat sebesar 100 mg/l (Pusarpedal 2011).
Setelah dilakukan penelitian mengenai konsentrasi COD dengan metode
titrasi, diperoleh nilai konsentrasi COD sebesar 7.512 mg/l pada contoh uji air
tanah di Jalan Babakan Raya. Volume FAS yang digunakan untuk blanko dan
contoh uji dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengujian konsentrasi COD pada air tanah di Babakan Raya VI
Pengukuran
Volume FAS (ml) Konsentrasi COD (mg/l)
COD 12.3
7.512
Blanko 12.5
Berikut ini merupakan perhitungan konsentrasi COD dalam contoh uji.


Keterangan : Kb = Volume FAS yang digunakan untuk menitar blanko (ml)
Kc = Volume FAS yang digunakan untuk menitar contoh uji air
tanah (ml)
N = Molaritas FAS
8 = Berat ekivalen oksigen
Contoh uji air tanah di Babakan Raya VI, jika dibandingkan dengan PP No. 82
Tahun 2001 masuk ke dalam kelas satu karena memiliki konsentrasi kurang dari
10 mg/l yaitu sebesar 7.512 mg/l. Hal itu mengartikan bahwa air dapat digunakan
sebagai air minum ataupun kebutuhan lainnya. Hal tersebut cocok dengan
penelitian sebelumnya mengenai parameter BOD yang juga menetapkan sampel
air tanah tersrbut ke dalam air kelas 1 (satu).


Tabel 2. Data hasil konsentrasi COD dalam air tanah
Kelompok Contoh Uji
Konsentrasi
COD (mg/l)
1 Dramaga Regency 23.76
2 Ciherang 26.29
3 Duta Berlian 7.512
4
Balumbang Jaya
9.85
5 Babakan Raya III 3.756
6 Balio 41.316
7 Babakan Raya VI 7.512
8 Leuwikopo 11.27

Tabel 2 menunjukkan data konsentrasi COD dari delapan kelompok yang
melakukan penelitian. Konsentrasi COD terbesar terdapat di Balio yaitu sebesar
41.316 mg/l. Sedangkan konsentrasi COD terkecil terdapat di Babakan Raya III
yaitu sebesar 3.756 mg/l. Berdasarkan PP No.82/2001, air tanah di Balio termasuk
air kelas 2 (dua) yaitu air yang tidak dapat dikonsumsi tetapi air yang dapat
digunakan untuk sarana/prasarana rekreasi air, peternakan, pertanaman, dan
pembudidayaan ikan air tawar. Sedangkan air tanah di Babakan Raya III termasuk
air kelas 1(satu) yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum.
Jika konsentrasi COD melebihi baku mutu yang ditetapkan, langkah
penanggulangan wajib dilakukan untuk mengembalikan kembali suatu objek yang
sebelumnya telah rusak atau tercemar. Penanggulangan pencemaran pada
prinsipnya terbagi 2, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis.
Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang
dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan
industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan
ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri
yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan
kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara
teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya,
misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu
yang dapat mengurangi pencemaran (Darliana, 2004).

SIMPULAN
Pengujian konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) telah dilakukan dengan
metode titrasi sehingga diperoleh konsentrasi COD di Babakan Raya VI sebesar
7.512 mg/l. Sedangkan, setelah dibandingkan dengan hasil dari kelompok lainnya,
dapat diketahui bahwa konsentrasi BOD terbesar terdapat di Balio yaitu sebesar
41.316 mg/l, sedangkan konsentrasi BOD terkecil terdapat di Babakan Raya III
yaitu sebesar 3.756 mg/l. Kriteria mutu air dapat ditinjau dari kandungan COD
dan berdasarkan PP No.82/2001, terbagi menjadi empat kelas yaitu, kelas satu
sebesar 10 mg/l, kelas dua sebesar 25 mg/l, kelas tiga sebesar 50 mg/l, dan kelas
empat sebesar 100 mg/l. Maka dapat disimpulkan bahwa kandungan COD air
Babakan Raya VI berada pada kelas satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa air
tanah masih layak dikonsumsi atau untuk keperluan minum setelah diolah atau
dimasak terlebih dahulu dan dapat digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Saran
Contoh uji air tanah masih layak untuk digunakan dalam kehidupan sehari-
hari sehingga diharapkan masyarakat yang berada di daerah sekitar pengambilan
contoh uji dapat menjaga kestabilan air tanah dan mencegah terjadinya
pencemaran air tanah, dalam kasus ini berupa Chemical Oxygen Demand (BOD).
Sebaiknya dilakukan uji lainnya untuk menentukan tingkat pencemaran air tanah
pada contoh uji.


Daftar Pustaka
Darliana, Ina. 2004. Pencemaran air dan beberapa usaha dan penanggulangannya.
[terhubung berkala] http://e-journal.kopertis4.or.id (9 Maret 2014).
Nurdin, M. 2009. Pengembangan metode baru penentuan Chemical Oxygen
Demand (COD) berbasis sel fotoelektrokimia: karakterisasi elektroda kerja
lapis tipis TiO
2
/ITO. [terhubung berkala] http://repository.ui.ac.id/contents
/koleksi/2/74c8df13f957e56c85887e60bfd7edfb555134a7.pdf (9 Maret
2014).
Pusarpedal. 2012. Laporan Pengkajian Kriteria Mutu Air. Indonesia :
Kementerian Lingkungan Hidup.
Wiryawan, Adam. 2011. Prinsip titrasi. [terhubung berkala] http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasi-volumetri/prinsip-titrasi/ (4
Maret 2014)


Lampiran 1. Lokasi pengambilan contoh uji air











Lampiran 2. Alat dan bahan pada praktikum



Lampiran 3. Setelah penambahan indikator ferroin

Lampiran 4. Warna contoh uji setelah titik akhir

Anda mungkin juga menyukai