LABORATORIUM LINGKUNGAN 1
Oleh :
Kelompok 3
Asisten :
Rizki Rahayu
UNIVERSITAS BAKRIE
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini air menjadi masalah yang sangat penting, karena keberadaan
air bersih manjadi barang mahal. Air yang dahulu melimpah akan kandungan
mineral dan oksigen, kini telah banyak tercemar. Air yang bersih mutlak
diperlukan, kerena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan penyakit, terutama penyakit-penyakit perut. Sungai di DKI Jakarta
merupakan suatu media yang rawan terhadap pencemaran, diana DKI Jakarta
merupakan provinsi besar yang padat penduduk dan banyak industri. Tidak
dapat disangkal lagi kalua sungai di Jakarta merupakan tempat pembuangan
limbah hasil industry maupun domestik. Pembuangan limbah ke dalam
sungai, secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
pencemaran air, dan mengakibatkan kualitas air sungai tidak sesuai dengan
perntukannya. Pencemaran air ini disebabkan oleh ulah manusia yang kurang
memperhatikan lingkungan. Diantara ulah manusia itu, adalah kebiasaan
manusia membuang sampah ke sungai, mengalirkan limbah MCK,
pembuangan limbah pabrik dan pembuangan limbah rumah tangga. Selain itu
sisa-sisa pupuk atau pestisida dari derah pertanian, limbah kotoran ternak,
hasil kebakaran hutan dan sebagainya yang mengakibatkan terjadinya
pencemaran air. Pencemaran air ini dapat mengakibatkan menurunkan
kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat untuk memenuhi
kebutuhan.
Sungai mempunyai fungsi yang strategis dalam menunjang pengembangan
suatu daerah, yaitu seringnya mempunyai multi fungsi yang sangat vital
diantaranya sebagai sumber air minum, industri dan pertanian atau juga pusat
listrik tenaga air serta mungkin juga sebagai sarana rekreasi air.
Berdasarkan klasifikasi dan kriteria mutu air dalam PP No.82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, air sungai
sekretaris masuk pada kelas IV, yaitu air yang peruntukkannya dapat
digunakan untuk perikanan. Dalam percobaan kali ini yang akan diamati
beberapa parameter kandungan material kimia yang terkandung dalam sampel
air, meliputi: Dissolved Oxygen (DO), dan Biochemical Oxygen Demand
(BOD).
I.1.1 Penetapan DO
Dalam penetapan Oksigen Terlarut, metode yang digunakan adalah
metode Winkler yang dimodifikasi oleh Alsterberg untuk mengilangkan
pengaruh ion nitrit dalam air. Metode ini disebut juga metode
iodometri.
Prinsip penetapannya adalah oksigen terlarut dalam air dipakai
untuk mengoksidasi Mn2+ menjadi endapan Mn4+ kembali dilarutkan
menjadi Mn2+ dan I2 dilepaskan, yang dititrasi dengan Na2S2O3.
Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang
diinginkan serta tidak menimbulkan pencemaran lingkungan di daerah
sekitar aliran sungai tersebut, maka perlu upaya pengendalian dan
pelestarian.
I.1.2 Penetapan BOD
Pada penetapan BOD menggunaan prosedur laboratorium standard
untuk menentukan oksigen yang diperlukan adalha oksigen yang
dihabiskan dalam kondisi percobaan/penetapan (inkubasi selama 5 hari
pada temperature 20oC) oleh mikroorganisme yang aerobic untuk
degradasi/penguraian senyawa organic yang terkandung dalam sampel
air.
Nilai BOD yang tinggi akan menyebabkan nilai DO yang rendah
karena oksigen terlarut dalam air digunakan untuk mengoksidasi
material organik. Rendahnya nilai DO mengancam kehidupan
organisme air, seperti mengakibatkan matinya organisme akuatik dan
jugaakan mengakibatkan matinya bakteri aerobic serta berkembangnya
bakteri anaerobik. Kondisi yang harus dipenuhi dalam penetapan BOD
adalah:
1. Bebas bahan beracun sehingga tidak mengganggu pertumbuhan
dan kehidupan mikroorganisme.
2. pH yang sesuai
3. Cukup nutrient
4. Temperatur standar
5. Jumlah mikroorganisme dalam jumlah cukup
1.2. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Metode titrasi dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar DO. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri.
Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan
NaOH atau KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan
H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga
akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan DO. Iodium
yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
METODE KERJA
3.2.1. Sampling
3.2.2.Penetapan DO
3. 3. Langkah Kerja
3.3.1. Sampling
3.3.2. Penetapan DO
Diketahui dari
perhitungan bahwa
6. Kecepatan Aliran - kecepatan aliran air di
lokasi sampling adalah
0,018 m/s
No. Parameter Gambar Keterangan
Diketahui dari
perhitungan bahwa
kecepatan aliran air di
7. Debit - lokasi sampling adalah
0,55 m3/s
4.2. Pengamatan Eksitu
Larutan sampel
air kolam
Universitas
Trisakti
1. DO
mengalami
perubahan
warna menjadi
biru tepat hilang
Sesudah
Sebelum
Larutan sampel
DO0 tanpa
diinkubasi
2. DO0 mengalami
perubahan
warna biru tepat
hilang
Sesudah
Sebelum
No. Parameter Gambar Keterangan
Larutan sampel
DO5 yang
mengalami
inkubasi selama
3. DO5 5 hari
mengalami
perubahan
warna menjadi
Sesudah jernih
Sebelum
4.3. Perhitungan
4.3.1. Nilai DO
4.4. Pembahasan
4.4.1 Sampel
4.4.3 DO0
4.4.4 DO5
Hasil dari perhitungan ini akan digunakan untuk menghitung BOD dengan
menghitung sellisih DO0 dan DO5.
4.4.5 BOD
KESIMPULAN
1. Nilai DO pada sampel air kolam Universitas Trisakti adalah 6,41 mg/L dan
memenuhi baku mutu standar.
2. Nilai DO0 pada sampel air kolam Universitas Trisakti adalah 88,93 mg/L.
3. Nilai DO5 pada sampel air kolam Universitas Trisakti adalah 17 mg/L.
4. Nilai BOD dari hasil perhitungan DO yaitu 71,93 mg/L berbeda dengan nilai
BOD hasil perhitungan COD yaitu 16,01 mg/L, perbedaan ini terjadi karena
DO tidak dihitung langsung dan terjadi kurangnya ketepatankeakuratan dalam
pengambilan data.
5. Nilai BOD hasil perhitungan COD pada sampel air adalah 16,01 mg/L dan
memenuhi baku mutu air sungai.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010. Persyaratan Kualitas Air
Minum