Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN 1

PENETAPAN DO DAN BOD

Oleh :

Kelompok 3

1. Nanda Maulida (1142005006)


2. Dzalika Nurperbangsari (1152005005)
3. Fadilla Qatrunsalwa (1152005006)
4. Pradhika Adi Nugraha (1152005007)

Asisten :

Rizki Rahayu

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS BAKRIE

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Zat yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup termasuk manusia,


hewan, serta tumbuh-tumbuhan adalah air. Salah satu sumber air yang ada di
permukaan bumi adalah sungai. Sungai juga tidak kalah penting bagi biota
air. Penyediaan air juga merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia
untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan
kesejahteraan manusia.

Dewasa ini air menjadi masalah yang sangat penting, karena keberadaan
air bersih manjadi barang mahal. Air yang dahulu melimpah akan kandungan
mineral dan oksigen, kini telah banyak tercemar. Air yang bersih mutlak
diperlukan, kerena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan penyakit, terutama penyakit-penyakit perut. Sungai di DKI Jakarta
merupakan suatu media yang rawan terhadap pencemaran, diana DKI Jakarta
merupakan provinsi besar yang padat penduduk dan banyak industri. Tidak
dapat disangkal lagi kalua sungai di Jakarta merupakan tempat pembuangan
limbah hasil industry maupun domestik. Pembuangan limbah ke dalam
sungai, secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
pencemaran air, dan mengakibatkan kualitas air sungai tidak sesuai dengan
perntukannya. Pencemaran air ini disebabkan oleh ulah manusia yang kurang
memperhatikan lingkungan. Diantara ulah manusia itu, adalah kebiasaan
manusia membuang sampah ke sungai, mengalirkan limbah MCK,
pembuangan limbah pabrik dan pembuangan limbah rumah tangga. Selain itu
sisa-sisa pupuk atau pestisida dari derah pertanian, limbah kotoran ternak,
hasil kebakaran hutan dan sebagainya yang mengakibatkan terjadinya
pencemaran air. Pencemaran air ini dapat mengakibatkan menurunkan
kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat untuk memenuhi
kebutuhan.
Sungai mempunyai fungsi yang strategis dalam menunjang pengembangan
suatu daerah, yaitu seringnya mempunyai multi fungsi yang sangat vital
diantaranya sebagai sumber air minum, industri dan pertanian atau juga pusat
listrik tenaga air serta mungkin juga sebagai sarana rekreasi air.

Berdasarkan klasifikasi dan kriteria mutu air dalam PP No.82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, air sungai
sekretaris masuk pada kelas IV, yaitu air yang peruntukkannya dapat
digunakan untuk perikanan. Dalam percobaan kali ini yang akan diamati
beberapa parameter kandungan material kimia yang terkandung dalam sampel
air, meliputi: Dissolved Oxygen (DO), dan Biochemical Oxygen Demand
(BOD).

I.1.1 Penetapan DO
Dalam penetapan Oksigen Terlarut, metode yang digunakan adalah
metode Winkler yang dimodifikasi oleh Alsterberg untuk mengilangkan
pengaruh ion nitrit dalam air. Metode ini disebut juga metode
iodometri.
Prinsip penetapannya adalah oksigen terlarut dalam air dipakai
untuk mengoksidasi Mn2+ menjadi endapan Mn4+ kembali dilarutkan
menjadi Mn2+ dan I2 dilepaskan, yang dititrasi dengan Na2S2O3.
Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang
diinginkan serta tidak menimbulkan pencemaran lingkungan di daerah
sekitar aliran sungai tersebut, maka perlu upaya pengendalian dan
pelestarian.
I.1.2 Penetapan BOD
Pada penetapan BOD menggunaan prosedur laboratorium standard
untuk menentukan oksigen yang diperlukan adalha oksigen yang
dihabiskan dalam kondisi percobaan/penetapan (inkubasi selama 5 hari
pada temperature 20oC) oleh mikroorganisme yang aerobic untuk
degradasi/penguraian senyawa organic yang terkandung dalam sampel
air.
Nilai BOD yang tinggi akan menyebabkan nilai DO yang rendah
karena oksigen terlarut dalam air digunakan untuk mengoksidasi
material organik. Rendahnya nilai DO mengancam kehidupan
organisme air, seperti mengakibatkan matinya organisme akuatik dan
jugaakan mengakibatkan matinya bakteri aerobic serta berkembangnya
bakteri anaerobik. Kondisi yang harus dipenuhi dalam penetapan BOD
adalah:
1. Bebas bahan beracun sehingga tidak mengganggu pertumbuhan
dan kehidupan mikroorganisme.
2. pH yang sesuai
3. Cukup nutrient
4. Temperatur standar
5. Jumlah mikroorganisme dalam jumlah cukup

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara penetapan DO dan BOD pada sampel air


2. Untuk mengetahui tingkat DO dan BOD pada sampel air
3. Untuk mengetahui perhitungan penetapan DO dan BOD pada sampel air
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup


organisme suatu perairan. Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan
melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan.
Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan
oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup
normal dalam lingkungan hidupnya. Umumnya oksigen dijumpai di lapisan
permukaan karena oksigen dari udara didekatnya dapat secara langsung larut
(berdifusi ke dalam air laut) (Hutabarat dan Evans, 2002).

Limbah organik sangat berpengaruh pada jumlah oksigen terlarut karena


secara alamiah, limbah organik berupa mikroorganisme dapat mengdegradasi
dan menguraikan limbah organik yang ada sehingga proses dekomposisi oleh
bakteri terhadap limbah organik itu dapt menurunkan jumlah O2 yang
ada. Kekurangan oksigen ekibat dekomposisi limbah organik oleh bakteri
dapat diatasi dengan cara uptake/pengambilan O2 dari udara yang dipenagruhi
oleh tekanan aotmosfer ke dalam laut. Di daerah permukaan penambahan
dan pengurangan DO hanya bersumber dari aktivitas fotosintesis dari
tumbuhan air dan adanya perbedaan DO antara dasar dan permukaan.
Dibandingkan dengan kadar oksigen di udara yang mempunyai konsentrasi
sebanyak 21 % volume, air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1 %
volume saja.

Metode titrasi dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar DO. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri.
Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan
NaOH atau KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan
H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga
akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan DO. Iodium
yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :

MnCI2 + NaOH à Mn(OH)2 + 2 NaCI


Mn(OH)2 + O2 à 2 MnO2 + 2 H2O
MnO2 + 2 KI + 2 H2O à Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3 à Na2S4O6 + 2 NaI
Kandungan Dissolved Oxygen (DO) minimum adalah 2 ppm dalam
keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik) (Swingle,
1968) atau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan
bahwa kadar DO minimum yang harus ada pada air adalah >2 mg O2/lt.
Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama
waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70%.

2.2. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

BOD (Biochemical Oxygen Demand), atau kebutuhan oksigen biologi


untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah oleh
mikroorganisme. Dalam hal ini bungan organik akan dioksidasi oleh
mikroorganisme di dalam air limbah, proses ini adalah alamiah yang mudah
terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup. BOD juga
didefenisikan sebagai pengukuran pengurangan kadar oksigen dalam air yag
dikonsumsi oleh makhluk hidup (organisme) di dalam air selama periode 5
hari pada keadaan gelap (tidak terjadi proses fotosintesa). Pengurangan kadar
oksigen ini adalah disebabkan oleh kegiatan organisme (bakteri)
mengkonsumsi atau mendegradasi senyawa organik dan nutrien lain yang
terdapat di dalam air. Air yang relatif bersih akan mengandung
mikroorganisme relatif sedikit, sehingga pengurangan oksigen di dalam air
selama periode 5 hari akan sedikit, sedangkan untuk air yang terpolusi dan
mengandung banyak mikroorganisme bakteri akan mengkonsumsi banyak
oksigen dalam proses degradasi senyawa organik dan nutrien selama 5 hari,
sehingga pengurangan kadar oksigen menjadi sangat besar. Untuk air yang
tidak terpolusi misalnya ukuran BOD adalah 0,7 sedangkan untuk air yang
terpolusi adalah BOD 200 atau lebih besar. Penetuan BOD sangat lambat,
yaitu membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 10 hari.

Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat


pencemaranair buangan. PenentuanBOD sangat penting untuk menelusuri
aliran pencemaran daritingkat hulu ke muara. Penentuan BOD merupakan
suatu prosedur bioessay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen
yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan
bahan organic yang ada salam suatu perairan, pada kondisi yang hamper sama
dengan kondisi yang ada di alam (Sawyer & MC Carty, 1978).

Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organic yang sebenarnya,


tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang
ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa ksigen terlarut, maka berarti
kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi.
Organisme hidup yang bersifat aerobic membutuhkan oksigen untuk beberapa
reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel, dan
oksidasi sel. Semakin besar kadar BOD maka merupakan indikasi bahan
perairan tersebut telah tercemar. Kadar maksimum BOD5 yang
diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan
organisme akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/L (Srikandi Fardiaz, 1992).
BAB III

METODE KERJA

3.1. Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Rabu, 10 Mei 2017

Waktu : 07.45 – 08.05 WIB

Tempat : Jembatan depan Medika (-6.167101,106.784149)

Gambar 3.1 Lokasi Sampling

Kategori sungai : Golongan D (menurut Keputusan Gubernur Kepala


Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.582 tahun 1995 tentang penetapan
peruntukan dan baku mutu air sungai/badan air serta baku limbah cair di
wilayah daerah khusus ibukota Jakarta).

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Sampling

Tabel 3.2.1 Alat dan Bahan Sampling

No. Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah


Botol
1. sampling 500 mL 1 Buah - - -
(sampler)
Jirigen
2. 1,5 L 1 Buah - - -
sampel
No. Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah
3. Termometer - 1 Buah - - -
4. Meteran 5m 1 Buah - - -

3.2.2.Penetapan DO

Tabel 3.2.2 Alat dan Uji Penetapan DO

No. Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah


Botol BOD
1. - 1 Buah MnSO4 - 1 ml
Winkler
Labu Alkali
2. - 1 Buah - 1 ml
Erlenmeyer Iodida
Pipet 1 ml
3. 50 ml 1 Buah H2SO4 97 %
Volumetrik
4. Buret - 1 Buah Na2S2O3 0,0125 N -
Indikator
5. Bulb - 1 Buah - 3 tetes
Kanji

3.2.3 Penetapan BOD

Tabel 3.2.3 Alat dan Uji Penetapan BOD

No Nama Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah


Botol BOD
1. - 1 Buah MnSO4 - 1 ml
Winkler
Labu Alkali
2. - 1 Buah - 1 ml
Erlenmeyer Iodida
Pipet 1 ml
3. 50 ml 1 Buah H2SO4 97 %
Volumetrik
4. Buret - 1 Buah Na2S2O3 0,0125 N -
Indikator
5. Bulb - 1 Buah - 3 tetes
Kanji
No Nama Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah
6. Inkubator - 1 Buah - - -
7. Corong - 1 Buah - - -

3. 3. Langkah Kerja
3.3.1. Sampling

Tabel 3.3.1 Langkah Pengambilan Sampel

No. Cara kerja Gambar

Menyiapkan water sampler vertikal


1 dan jirigen pada lokasi pengambilan
sampel.

Mengulurkan tali water sampler


2 perlahan hingga mencapai 2/3
kedalaman sungai.
No. Cara kerja Gambar

Mendiamkan beberapa saat water


3 sampler hingga water sampler terisi
penuh.

Menarik water sampler secara


4
perlahan dari badan sungai

Menuangkan air sampel yang telah


5 terisi pada water sampler ke dalam
jirigen dengan memiringkan jirigen
No. Cara kerja Gambar

Mengukur suhu air sampel, lalu


6
membawa ke laboratorium

3.3.2. Penetapan DO

Tabel 3.3.2 Cara Kerja Penetapan DO

No. Cara kerja Gambar

Mengambil sampel dari air kolam


1. kampus Trisakti menggunakan botol
Winkler
Menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1
2.
ml Alkali iodida

Menghomogenkan dan mendiamkan


3.
selama 10-15’

4. Menambahkan 1 ml H2SO4 97%


No. Cara kerja Gambar

5. Menghomogenkan hingga bening

Memindahkan ke dalam Erlenmeyer


6.
besar

Melakukan titrasi dengan Na2S2O3


7. hingga berwarna kuning minyak
goreng
No. Cara kerja Gambar

8. Menambahkan 3 tetes indikator kanji

Melakukan titrasi kembali


9. menggunakan Na2S2O3 hingga
berwarna biru tepat hilang
3.3.3. Penetapan DO0

Tabel 3.3.3 Cara Kerja Penetapan DO0

No. Cara kerja Gambar

Memindahkan sampel air sebanyak


1 30 ml ke dalam botol Winkler lalu
menambahkan aquades hingga penuh

Menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1


2
ml Alkali iodide

Menghomogenkan dan mendiamkan


3
selama 10-15’
No. Cara kerja Gambar

4 Menambahkan 1 ml H2SO4 97%

5 Menghomogenkan hingga bening

Memindahkan ke dalam Erlenmeyer


6.
besar
No. Cara kerja Gambar

Melakukan titrasi dengan Na2S2O3


7. hingga berwarna kuning minyak
goreng

8. Menambahkan 3 tetes indikator kanji

Melakukan titrasi kembali


9. menggunakan Na2S2O3 hingga
berwarna biru tepat hilang
3.3.4. Penetapan DO5

Tabel 3.3.4 Cara Kerja Penetapan DO5

No. Cara kerja Gambar

Memindahkan sampel air sebanyak


1 30 ml ke dalam botol Winkler lalu
menambahkan aquades hingga penuh

Memasukkan larutan sampel ke


2 dalam inkubator dan di diamkan
selama 5 hari

Mengambil larutan sampel setelah 5


3
hari di inkubator
No. Cara kerja Gambar

Memeriksa kadar DO sesuai dengan


4
metode penentuan oksigen terlarut

3.4. Metode Analisis

3.4.1 Metode Titrasi Winkler (Iodometri) Untuk Uji Penetapan DO

Botol Winkler yang digunakan untuk mengambil sampel harus


bersih dan sudah dibilas menggunakan air suling terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan dengan pengkodisian cairan yang akan
digunakan. Pengambilan sampel dilakukan di kolam ikan kampus
Trisakti, dan menutup botol pada kondisi botol masih didalam
permukaan air untuk memastikan air tidak terkontaminasi oksigen
permukaan.

Selama penentuan oksigen terlarut baik DO maupun BOD,


diusahakan seminimal mungkin larutan tidak berkontak dengan udara
bebas.

3.4.2 Metode Titrasi Winkler (Iodometri) Untuk Uji Penetapan BOD

Cara pengambilan sampel air untuk BOD sama dengan


pengambilan sampel air untuk DO. Perbedaannya adalah untuk
mengetahui nilai BOD diperlukan pengenceran. Dikarenakan jumlah
oksigen terlarut dalam botol pada akhir inkubasi terbatas, sehingga
perlu diencerkan. Pengenceran ditentukan berdasarkan data COD yang
telah diketahui.

Prinsip pengukuran BOD cukup sederhana, yaitu mengukur


kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah
pengambilan sampel, kemudian mengukur kandungan oksigern terlarut
pada sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan
suhu tetap yang sering disebut DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi – DO5)
merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam milligram oksigen per-
liter. Pengukuran oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara
titrasi atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Insitu

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Insitu

No. Parameter Gambar Keterangan

Cuaca cerah saat


1. Cuaca
pengambilan sampel

Suhu air sampel adalah


2. Suhu
29oC
No. Parameter Gambar Keterangan

pH air sampel setelah


3. pH
diukur adalah 7,49

DO air sampel setelah


4. DO
diukur adalah 3,44 ml/L

Daya hantar listrik air


Daya Hantar
5. sampel setelah diukur
Listrik
adalah 427 µs

Diketahui dari
perhitungan bahwa
6. Kecepatan Aliran - kecepatan aliran air di
lokasi sampling adalah
0,018 m/s
No. Parameter Gambar Keterangan

Diketahui dari
perhitungan bahwa
kecepatan aliran air di
7. Debit - lokasi sampling adalah
0,55 m3/s
4.2. Pengamatan Eksitu

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Eksitu

No. Parameter Gambar Keterangan

Larutan sampel
air kolam
Universitas
Trisakti
1. DO
mengalami
perubahan
warna menjadi
biru tepat hilang
Sesudah
Sebelum

Larutan sampel
DO0 tanpa
diinkubasi
2. DO0 mengalami
perubahan
warna biru tepat
hilang
Sesudah
Sebelum
No. Parameter Gambar Keterangan

Larutan sampel
DO5 yang
mengalami
inkubasi selama
3. DO5 5 hari
mengalami
perubahan
warna menjadi
Sesudah jernih
Sebelum
4.3. Perhitungan

4.3.1. Nilai DO

Dik : Vsampel = 298 ml


NNa2S2O3= 0,0125 N
V ≡ Na2S2O3(Kuning Minyak Goreng) = 7,4 ml
V ≡ Na2S2O3(Biru Tepat Hilang) = 11,7 ml
V ≡ Na2S2O3total = 19,1 ml
Dit : mg/L DO?
𝑚𝑔 V≡ Na2S2O3 x 𝑁Na2S2O3 𝑥 8 𝑥 1000
Jawab : DO =
𝐿 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

19,1 𝑚𝑙 x 0,0125 N x 8 x 1000


=
298 𝑚𝑙
= 6,41 mg/L

4.3.2. Nilai DO0


Dik :
V1 Na2S2O3 (Kuning Minyak Goreg) = 10,5 ml
V2 N a2S2O3 (Biru Tepat Hilang) = 16 ml
V Na2S2O3 Total = V1 + V2 = 26,5 ml
Dit : mg/L DO0
Jawab : mg/L DO0
V≡ Na2S2O3 x 𝑁Na2S2O3 𝑥 8 𝑥 1000
= x fr
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
26,5 ml x 0,0125 𝑁 𝑥 8 𝑥 1000
= x 10
298 𝑚𝑙
= 88,3 mg/L
4.3.3. Nilai DO5
Dik :
V Na2S2O3 Total = 5,1 ml
Dit : mg/L DO5
Jawab : mg/L DO5
V≡ Na2S2O3 x 𝑁Na2S2O3 𝑥 8 𝑥 1000
= x fr
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
5,1 ml x 0,0125 𝑁 𝑥 8 𝑥 1000
= x 10
300 𝑚𝑙
= 17 mg/L

4.3.4. Nilai BOD5


Dik :
DO0 = 88,93 mg/L
DO5 = 17 mg/L
Dit : BOD5
Jawab : BOD5
= (DO0 - DO5)
= 88,93 mg/L – 17 mg/L
= 71,93 mg/L

4.4. Pembahasan

4.4.1 Sampel

Praktikan melakukan samplingdi sungai Sekeretaris pada jembatan


belakang Mall Ciputra yang berada depan Medika Bar & Massage (-
6.167101,106.784149) pada pukul 07.40 – 08.05 WIB dengan kondisi
cuacacerah. Menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No.582 tahun 1995 tentang penetapan peruntukan dan baku mutu air
sungai/badan air serta baku limbah cair di wilayah daerah khusus ibukota
Jakarta, sungai Sekertaris termasuk dalam golongan D yaitu peruntukkan
pertanian dan usaha perkotaan.
Aliran sungai pada saat praktikan mengambil sampling tergolong tidak
konsisten. Maka dari itu praktikan menghitung kecepatan menggunakan
stopwatchuntuk menghitung debit, didapatkan data 0,55 m3/s.Untuk lebar
sungai yang terhitung dengan meteran sebesar dihitung 18,91 meter dari
ujung ke ujung tiang jembatan yang mempresentasikan lebar sungai.
Pengambilan sampel menggunakan alat sampling vertikal dan pemindahan air
sampling ke dalam dirigen sebanyak dua kali sehingga dirigen penuh tanpa
adanya gelembung yang berada di dalamnya. Suhu yang didapatkan pada air
sampel di sungai sebesar 29 0C dengan nilai suhu air normal berkisar 26 oC -
28 oC.
4.4.2 DO

Pada percobaan praktikum pertama praktikan melakukan percobaan


penetapan oksigen terlarut (DO). Pada percobaan ini, praktikan melakukan
pengukuran dengan menggunakan sampel yang berada di kolam ikan
Universitas Trisakti dengan menggunakan botol winkler, fungsinya adalah
agar data DO yang didapatkan akurat karena berdasarkan teori mengenai
oksigen, bahwa oksigen adalah salah satu parameter kimia yang harus
dianalisa segera dan sulit untuk dilakukan pengawetan karena sifatnya yang
mudah berikatan dengan unsur-unsur yang ada disekitarnya. Selanjutnya,
penambahan 1 ml MnSO4 (Mangan (II) Sulfat)) ke dalam larutan betujuan
agar sampel air kolam yang mengandung suasana basa agar teroksidasi
menjadi Mn2+ oleh O2 menjadi ion Mn4+ yang ditandai dengan terbentuknya
endapan seperti persamaan berikut:

MnSO4 + 2 NaOH  Mn(OH)2 + Na2SO4

Mn(OH)2 + ½ O2 MnO2 + H2O

Setelah itu, penambahan 1 ml alkali iodida (NaOH+KI)dan 1 ml asam


sulfat (H2SO4), penambahan ini akan membebaskan senyawa I2. NaOH pada
senyawa ini akan terproses pada awal pencampuran juga karena penambahan
ini dilakukan secara berurutan tanpa waktu lama, dengan mendiamkan larutan
dalam waktu 10-15 menit diharapkan proses semua berjalan hingga terbentuk
senyawa I2. Kemudian, larutan dititrasi dengan senyawa sodium tiosulfat
(Na2S2O3), pada titrasi ini akan menghasilkan warna kuning pucat (minyak
goreng) atau kuning transparan. Dengan persamaan :

I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6

Setelah terbentuk larutan berwarna kuning pucat/transparan, larutan


ditetesi 3 tetes indikator kanji untuk mengetahui ada atau tidanya kandungan
amilum pada sampel air, warna biru pada sampel air menunjukkan adanya
amilum pada sampel air yang telah ditetesin indikator, setelah itu larutan
dititrasi lagi dengan larutan sodium tiosulfat hingga warna biru hilang data
sebesar 6,41 mg/l. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
menegaskan bahwa kadar DO minimum yang harus ada dalam air adalah
>2mg/l, berdasarkan data ini telah sesuai dengan baku mutu air, namun
menurut miller angka 6,41 mg/l masih termasuk golongan air yang sedikit
tercemar. Jadi dapat dikatakan kolam air yang ada di Universitas Trisakti
memenuhi baku mutu standar.

4.4.3 DO0

Pada percobaan praktikum menentukan kadar DO0 pada sampel, praktikan


melakukan tahap yang sama seperti penetapan DO yaitu menggunakan
prinsip turbudimetri, perbedaannya terletak pada sampel air yang diuji oleh
praktikan, pada penetapan ini praktikan menggunakan sampel air praktikan
sendiri untuk diuji. Sampel air yang telah melalui perhitungan ditambahkan
air suling tujuan dari penambahan air suling ini adalah penambahkan volume
sampel yang dibutuhkan tanpa merusak atau mengganggu kandungan mineral
yang telah ada di dalam26,5 hasil titrasi Na2S2O3, karena berdasarkan teori air
suling adalah hasil destilasi yang air dikandungnya hanya terdiri senyawa
H2O murni. Setelah dihitung menggunakan rumus seperti perhitungan yang
telah dilakukan maka didapatka nilai DO0 sebesar 88,93 mg/l. Data ini akan
dikombinasikan dengan data DO5 untuk menghitung jumlah BOD di dalam
air.

4.4.4 DO5

Pada percobaan praktikum mengenai DO5 adalah dimana sampel DO yang


didiamkan selama 5 hari sedangkan DO0 pada 0 hari. Pada percobaan
praktikum ini, sampel air yang telah dihitung berdasarkan tabel yang telah
disediakan untuk memperkirakan jumlah BOD yang kira-kira terlarut dalam
sampel air. Selanjutnya, volume yang telah dihitung dimasukkan ke dalam
tabung, kemudian ditambahkan air suling tujuan dari penambahan air suling
ini adalah penambahkan volume sampel yang dibutuhkan tanpa merusak atau
mengganggu kandungan mineral yang telah ada di dalam 5,1 mg/l hasil titrasi
Na2S2O3, karena berdasarkan teori air suling adalah hasil destilasi yang air
dikandungnya hanya terdiri senyawa H2O murni. Selanjutnya sampel air
tabungnya dilapisi dengan alumunium foil yang bertujuan untuk menghindari
cahaya yag masuk ke dalam larutan yang mana dapat memicu pemecahan O2
dan H2O. Berdasarkan persamaan reaksi :

O2+ 2 H2O  2 H2O2

Hasil dari perhitungan ini akan digunakan untuk menghitung BOD dengan
menghitung sellisih DO0 dan DO5.

4.4.5 BOD

Pada praktikum ini, praktikan tidak melakukan percobaan praktikum, nilai


BOD ini dapat diketahui melalui 2 cara yang dengan menggunakan selisih
DO0 dan DO5, dan menghitungnya dengan menggunakan COD. Berdasarkan
perhitungan menggunakan selisih DO0 dan DO5 maka diperoleh hasil BOD5
(setelah 5 hari) sebesar 71.93 mg/l serta dengan menggunakan perhitungan
menggunakan COD didapat hasil sebesar 16,01 mg/l. Hal ini dikarenakan
bisa adanya kurang ketepatankeakuratan data yang diperoleh, hal ini
dikarenakan nilai BOD dari hasil perhitungan DO kurang maksimal
dikarenakan untuk menghitung DO yang baik harus secara langsung.
Sedangkan, menurut Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 582
Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan
Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta golongan D
mengatakan bahwa standar BOD untuk golongan D sebesar 20 mg/l.
Berdasarkan perhitungan terlihat bahwa yang sesuai dengan baku mutu
adalah nilai BOD dengan perhitungan menggunakan nilai COD yakni sebesar
16,01 mg/l, namun BOD5 yang menggunakan perhitungan selisih DO0 dan
DO5 dapat mewakilkan meningkatnya jumlah pencemar sehingga kebutuhan
mikroba di dalam air meningkat. Semakin tinggi nilai BOD maka
menandakan badan air tersebut semakin tercemar.
BAB V

KESIMPULAN

1. Nilai DO pada sampel air kolam Universitas Trisakti adalah 6,41 mg/L dan
memenuhi baku mutu standar.
2. Nilai DO0 pada sampel air kolam Universitas Trisakti adalah 88,93 mg/L.
3. Nilai DO5 pada sampel air kolam Universitas Trisakti adalah 17 mg/L.
4. Nilai BOD dari hasil perhitungan DO yaitu 71,93 mg/L berbeda dengan nilai
BOD hasil perhitungan COD yaitu 16,01 mg/L, perbedaan ini terjadi karena
DO tidak dihitung langsung dan terjadi kurangnya ketepatankeakuratan dalam
pengambilan data.
5. Nilai BOD hasil perhitungan COD pada sampel air adalah 16,01 mg/L dan
memenuhi baku mutu air sungai.
DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hutabarat dan Evans. 2002. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia,


Jakarta.

Lindu, Muhammad, Diana Hendrawan, dan Pramiati Purwaningrum. 2017.


Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan 1. Jakarta: Universitas
Trisakti Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010. Persyaratan Kualitas Air
Minum

Sawyer, C.N and P.L, MC Carty, 1978. Chemistry for Environmental


Engineering. 3rd ed. Mc Graw Hill Kogakusha.

Anda mungkin juga menyukai