Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS FOSFOR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Menentukan konsentrasi fosfor dalam sampel air limbah laundry secara
spektrofotometri

II. TINJAUAN PUSTAKA


Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
darispektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang di transmisikan atau yang diabsorpsi. Pada
umumnya ada beberapa jenis spektrofotometri yang sering digunakan dalam
analisis secara kimiawi, antara lain: spektrofotometri vis, spektrofotometri
UV, sepektrofotometri Uv-Vis. Pada spektrofotometri ini yang digunakan
sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible
termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata
manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm.
Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah,
biru, hijau, apapun. Selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut
termasuk ke dalam sinar tampak (Khopkar, 1990).
Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi. Hal ini diperoleh dengan
alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer
filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan
berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin
diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan
suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat
diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma (Khopkar,
2014).
Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua
organisme untuk pertumbuhan dan sumber energi. Fosfor di dalam air laut,
berada dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Dalam bentuk
senyawa organik, fosfor dapat berupa gula fosfat dan hasil oksidasinya,
nukleoprotein dan fosfo protein. Sedangkan dalam bentuk senyawa
anorganik meliputi ortofosfat dan polifosfat. Senyawa anorganik fosfat
dalam air laut pada umumnya berada dalam bentuk ion (orto) asam fosfat
(H3PO4), dimana 10% sebagai ion fosfat dan 90% dalam bentuk HPO42-.

1
2

Fosfat merupakan unsur yang penting dalam pembentukan protein dan


membantu proses metabolisme sel suatu organisme (Hutagalung et al,
1997).
Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai
elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut
(ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat.
Fosfor berbentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium pada kondisi aerob,
besifat tidak larut, dan mengendap pada sediment sehingga tidak dapat
dimanfaatkan oleh algae akuatik (Jeffries dan Mills, 1996). Fosfor (berasal
dari bahasa Yunani, phosphoros, yang memiliki cahaya: nama kuno untuk
planet Venus ketika tampak sebelum matahari terbit). Seorang ilmuwan asal
Jerman, Brand menemukan fosfor di tahun 1669 secara tidak sengaja dalam
percobaan menggali bebatuan. Fosfor dapat ditemukan di bumi di dalam air,
tanah dan sedimen (Kanti, 2006).
Hampir semua industri laundry merupakan industri rumah tangga yang
menggunakan deterjen dan air dalam menjalankan aktivitasnya. Air limbah
industry laundry yang mengandung deterjen jika dibuang langsung ke
lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu berpotensi untuk menimbulkan
pencemaran pada ekosistem perairan. Upaya mengatasi permasalahan
tersebut dilakukan pemerintah dengan menetapkan baku mutu air limbah
bagi usaha dan/atau kegiatan industri sabun, deterjen dan produk-produk
minyak nabati (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI, 2014). Parameter
yang ditetapkan untuk diukur kadarnya antara lain adalah TSS (60 mg/L),
BOD (75 mg/L), dan fosfat (2 mg/L). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa kadar BOD dan fosfat dalam air limbah industri laundry sebelum
diolah adalah lebih tinggi daripada baku mutu. Limbah industri laundry di
Surabaya mengandung BOD 397 mg/L dan fosfat 10,6 mg/L (Raisa D.G.
dan Tangahu B.V., 2017). Sementara itu kadar fosfatnya di Aceh adalah 173
mg/L (Dewi F., 2015).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini ada empat, yaitu
spektrofotometer Visible, alat-alat gelas, tisue, dan neraca analitik.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum analisis fosfor secara
spektrofotometri ini adalah larutan standar induk P 100 ppm, larutan
ammonium molibdat 5 %, larutan ammonium vanadat 0,25 %, larutan
asam nitrat 10 %, dan akuades.
3.3 Skema Kerja
a. Pembuatan Larutan Standar
1, 2, 3, 4, dan 5 mL larutan standar P 100 ppm
- Masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL.
- Masing-masing labu ukur ditambahkan 2 mL larutan pereaksi
ammonium molibdovanadat.
- Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.
- Dikocok sampai homogen.
- Didiamkan selama 5 menit.
Hasil

b. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


Salah Satu Hasil Prosedur a
- Diukur absorbansi larutan tersebut dengan spektrofotometer
visible pada panjang gelombang 350-500 nm.
Hasil

c. Pembuatan Kurva Kalibrasi


Deret Larutan Standar
- Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.
- Dibuat kurva kalibrasinya.
Hasil

3
4

d. Penentuan Kandungan Fosfor dalam Sampel Air Limbah Laundry


5 mL Larutan Sampel
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL.
- Ditambahkan 2 mL larutan ammonium molibdovanadat.
- Diencerkan dengan akuades hingga tanda batas.
- Dikocok hingga homogen.
- Didiamkan selama 5 menit.
- Diukur absorbansi pada gelombang maksimum.
- Dihitung konsentrasi fosfor dalam sampel
Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
a. Pembuatan Larutan Standar

Perlakuan Pengamatan
Larutan standar P 100 ppm 1, 2, 3, 4 Larutan standar tak berwarna
dan 5 mL dimasukkan ke dalam labu
ukur 50 mL
Ditambahkan 2 mL larutan pereaksi Larutan berubah menjadi berwarna
ammonium molibdovanadat dan 2 1 mL : kuning pekat
tetes asam nitrat 10% 2 mL : kuning pekat+
3 mL : kuning pekat++
4 mL : kuning pekat+++
5 mL : kuning pekat++++
Diencerkan dengan akuades hingga Larutan berwarna
tanda batas dan dihomogenkan 1 mL : kuning cerah++++
2 mL : kuning cerah+++
3 mL : kuning cerah++
4 mL : kuning cerah+
5 mL : kuning cerah

b. Pembuatan Larutan Sampel

Perlakuan Pengamatan
5 mL sampel limbah laundry Larutan berwarna putih keruh
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL
Ditambahkan 2 mL larutan pereaksi Larutan berubah menjadi berwarna
ammonium molibdovanadat dan 2 kuning pekat
tetes asam nitrat 10%
Diencerkan dengan akuades hingga Larutan berwarna kuning cerah+++++
tanda batas dan dihomogenkan
Didiamkan selama 5 menit -

5
6

c. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Perlakuan Pengamatan
Klik wavelength scan -
Atur rentang panjang gelombang 400- -
600 nm
Masukkan larutan blanko dan klik “set -
to zero”
Klik start dan tunggu hingga selesai, -
kemudian klik “quit”
Masukkan larutan dengan konsentrasi Wavelegth : 474,5
dari tengah seri (0,3 ppm) lalu klik
“start”, tunggu sampai selesai dan
perhatikan angka panjang gelombang
yang menunjukkan “peak”

d. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Perlakuan Pengamatan
Klik “standar curve” -
Ganti nama file, standar sampel:1, -
ubah wavelength, dan sesuaikan seri
dari 0,1-0,5
Sebelumnya kembali masukkan blako -
dan klik “set to zero” sampai dibagian
bawah tertulis “zeroed”
Masukkan satu per satu dari -
konsentrasi yang paling rendah hingga
yang paling tinggi lalu klik “start”
Dihasilkan absorbansi yang linear, 0,1 ppm : 0,1188
ditandai dengan nilai absorbansi yang 0,2 ppm : 0,1623
semakin naik dan nilai r yang diatas 0,3 ppm : 0,2096
0,9 0,4 ppm : 0,2543
0,5 ppm : 0,2852
R : 0,9976
4.2 Data Perhitungan
• Diketahui : 0,1 ppm : 0,1188
0,2 ppm : 0,1623
0,3 ppm : 0,2096
0,4 ppm : 0,2543
0,5 ppm : 0,2852
Absorbansi (y) : 0,1293

• Ditanyakan : Konsentrasi Sampel?


Jawab:
- Hasil regresi
a : 0,0786
b : 0,4248
- Konsentrasi sampel
y = a + bx
0,1293 = 0,0786 + 0,4248x
x = 0,1193

7
4.3 Pembahasan
Batas sensitivitas mata manusia adalah sinar tampak atau terlihat
(visible) yaitu dengan panjang gelombang (λ) antara 4 x 10-7 m (400
nm) berupa cahaya violet/ungu/lembayung sampai 8 x 10-7 m (800 nm)
atau merah. Panjang gelombang juga lazim disajikan dalam satuan nm
dimana 1 m = 10-9 nm. Bila cahaya UV-tampak (UV-Vis) dikenakan
pada senyawa maka sebagian dari cahaya tersebutakan diserap oleh
molekul yang mempunyai tingkatan energi yang spesifik. Setiap
molekul mempunyai tingkat energi dasar (ground state = GS) yang
spesik. Sinar yang diserap adalah untuk menaikkan elektron ikatan ke
tingkat energi eksitasi (excited state = ES). Karena level energi GS ke
ES tiap molekul spesifik maka E (sinar) yang diserap juga spesifik
merupakan dasar analisa kualitatif (Sitorus, 2009).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang di absorpsi.
Pada umumnya ada beberapa jenis spektrofotometri yang sering
digunakan dalam analisis secara kimiawi, antara lain: spektrofotometri
vis, spektrofotometri UV, sepektrofotometri Uv-Vis. Pada
spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi
adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum
elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang
gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua
sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah,biru, hijau,
apapun. Selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk
ke dalam sinar tampak (Khopkar, 1990).
Analisis sejumlah komponen didalam larutan dengan metode
spektrofotometri, dimungkinkan dengan adanya sifat aditif dari
absorbansi masing-masing komponen. Ketelitian kemampian cara ini
tergantung pada ketepatan pemilihan panjang gelombang yang akan
memberikan perbedaan kontras pada masing-masing absorbansi dan
pemilihan faktor koreksi terhadap konsentrasi komponen asing yang
tidak terukur (Surawidjaja, 1994).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif
jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan

8
9

sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer


dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih
lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti
prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan
panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter
dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek
panjang gelombang tertentu. Padafotometer filter, tidak mungkin
diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis,
melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau
blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara
sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak
berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visible karena
senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang
berwarna. Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan.
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak
menyerap padadaerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan
merubah menjadi senyawalain atau direaksikan dengan pereaksi
tertentu.
b. Waktu operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil.
c. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif
adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal.
Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan
membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang
gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.
d. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan
berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan
berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang
merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (X).
10

e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan


Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara
0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai
transmitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan
dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik)
(Gandjar & Rohman, 2007).
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi fosfor
dalam sampel air limbah laundry secara spektrofotometri. Salah satu
bahan kimia yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas air sungai
yaitu ion fosfat (Sutamiharja dkk, 2018). Bentuk fosfat dalam perairan
adalah ortofosfat. Pada umumnya, fosfat yang terdapat dalam suatu
perairan dapat berasal dari kotoran manusia atau hewan, sabun, industri
pulp dan kertas, detergen. Pada dasarnya makhluk hidup yang tumbuh
di perairan memerlukan fosfat pada kondisi jumlah tertentu.
Sebaliknya, kandungan fosfat yang berlebihan akan membahayakan
kehidupan makhluk hidup tersebut. Kandungan fosfat yang besar dapat
meningkatkan pertumbuhan alga yang mengakibatkan sinar matahari
yang masuk ke perairan menjadi berkurang (Patricia dkk, 2018).
Limbah dapat mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya, karena alasan warna, kandungan bahan kimia organik dan
anorganik, keasaman, alkalinitas dan sifat-sifat lainnya. Limbah
laundry mengandung senyawa aktif surface active agent (surfaktan)
yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan maupun
lingkungan, sehingga diperlukan suatu upaya pengolahan limbah
tersebut untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Air limbah
pencucian yang dibuang oleh usaha pencucian pakaian komersial
mengandung deterjen dengan konsentrasi antara 0,2-0,3g/kg air
(Schouten, et al., 2007). Deterjen adalah salah satu bahan pencuci yang
sering digunakan, baik dalam industri maupun rumah tangga.
Perkembangan industri ini di satu pihak mempunyai dampak positif,
yaitu berupa penghasilan dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat, tetapi juga mempunyai dampak negatif yang ditimbulkan
oleh air buangan bekas cucian tersebut (Ratna Kurniyati dkk, 2015).
Percobaan ini diawali dengan pembuatan larutan standar. Larutan
standar P 100 ppm sebanyak 1, 2, 3, 4 dan mL masing- masing
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Larutan standar ini tak
berwarna. Selanjutnya ditambahkan 2 mL larutan pereaksi ammonium
molibdovanadat dan 2 tetes asam nitrat 10%. Larutan pereaksi
ammonium molibdovanadat merupakan reagen spesifik yang berfungsi
supaya fosfor dapat bereaksi dengan ammonium molibdovanadat
11

membentuk kompleks berwarna kuning. Sedangkan asam nitrat


(HNO3) berfungsi menghilangkan ion flourida yang merupakan
pengotor pada larutan standar. Larutan yang dihasilkan berwarna
kuning pekat. Kepekatan yang ada, sesuai dengan jumlah mL larutan
standar. Larutan standar dengan 1 mL kalah pekat daripada larutan
standar 5 mL. Perlakuan selanjutnya yaitu mengencerkan dengan
akuades hingga tanda batas dan dihomogenkan. Hasilnya larutan
berwarna kuning cerah dan tercampur secara merata. Pengenceran
disini bertjuan agar sampel yang diuji tidak terlalu pekat, karena ketika
terlalu pekat, maka sinar monoktomatis yang dihasilkan oleh
monokromator akan lebih susah menembus atau melewati sampel.
Kecerahan dari larutan ini, sesuai dengan jumlah mL larutan standar
yang semula ditambahkan, yakni larutan dengan 1 mL larutan standar
paling cerah daripada larutan dengan 5 mL larutan standar.
Percobaan kedua adalah pembuatan larutan sampel. Sebanyak 5 mL
sampel limbah laundry dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Terlihat
larutan berwarna putih keruh. Kemudian ditambahkan 2 mL larutan
pereaksi ammonium molibdovanadat dan 2 tetes asam nitrat 10%.
Adapun fungsi dari penambahan ammonium molibdovanadat dan 2
tetes asam nitrat 10% adalah sama, yaitu supaya fosfor dapat bereaksi
dengan ammonium molibdovanadat membentuk kompleks berwarna
kuning dan asam nitrat (HNO3) berfungsi menghilangkan ion flourida
yang merupakan pengotor pada larutan sampel laundry. Hasilnya
larutan sampel berwarna kuning pekat, hanya saja kepekatannya tidak
sepetri larutan standar. Langkah selanjutnya yaitu mengencerkan
larutan dengan akuades hingga tanda batas dan dihomogenkan.
Hasilnya larutan berwarna kuning cerah, melebihi larutan standar.
Terakhir, larutan didiamkan selama 5 menit untuk menstabilkan
kompleks.
12

Gambar 1
Hasil dari larutan standar dan larutan sampel yang sedang
didiamkan
Gambar di atas merupakan hasil dari larutan standar 1, 2, 3, 4, dan 5
mL yang telah dihomogenkan, serta larutan sampel yang telah
dihomogenkan juga. Terlihat bahwa larutan sampel yang berada di
ujung kanan gambar paling cerah warnanya daripada larutan standar
yang ada di sebelah kirinya.
Percobaan ketiga adalah penentuan panjang gelombang maksimum.
Langkah-langkahnya yaitu dengan klik wavelength scan, lalu atur
rentang panjang gelombang 400-600 nm. Masukkan larutan blanko dan
klik “set to zero”, dan klik start dan tunggu hingga selesai, kemudian
klik “quit”. Selanjutnya masukkan larutan dengan konsentrasi dari
tengah seri (0,3 ppm) lalu klik “start”, tunggu sampai selesai dan
perhatikan angka panjang gelombang yang menunjukkan “peak”.
Hasilnya diperoleh angka panjang gelombang (wavelegth) sebesar
474,5.
Percobaan keempat yaitu pembuatan kurva kalibrasi. Langkah
pertama adalah klik “standar curve”, ganti nama file, standar sampel:1,
ubah wavelength, dan sesuaikan seri dari 0,1-0,5. Sebelumnya kembali
masukkan blako dan klik “set to zero” sampai dibagian bawah tertulis
“zeroed”, masukkan satu per satu dari konsentrasi yang paling rendah
hingga yang paling tinggi lalu klik “start”. Dihasilkan absorbansi yang
linear, ditandai dengan nilai absorbansi yang semakin naik dan nilai r
yang diatas 0,9. Adapun grafiknya adalah sebagai berikut:

Grafik Hubungan Absorbansi dengan


Konsentrasi
0,3
0,25
absorbansi

0,2
0,15
0,1
0,05
0
0,1 ppm 0,2 ppm 0,3 ppm 0,4 ppm 0,5 ppm
konsentrasi

Gambar 2
Grafik hubungan absorbansi dengan konsentrasi
13

Berdasarkan data yang telah diperoleh, selanjutnya adalah


menghitung kosentrasi sampel sesuai hasil regresi dari larutan standar.
Absorbansi yang ada adalah 0,1293. Sedangkan hasil regresi yaitu
a=0,0786 dan b=0,4248. Konsentrasi sampel diperoleh dengan rumus y
= a + bx. Sehingga x atau konsentrasi sampel yang diperoleh adalah
0,1193.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
• Kesimpulan dari percobaan analisis fosfor secara spektrofotometri,
diperoleh konsentrasi fosfor dalam sampel air limbah laundry
sebesar 0,1193.
5.2 Saran
Ketelitian dan keakuratan dalam penggunaan spektrofotometri harus
dimaksimalkan, untuk mengurangi kesalahan pendataan dan nantinya
akan merubah hasil konsentrasi yang akan dicari.

14
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, F. 2015. Efisiensi penyerapan fofatlimbah laundry menggunakan
kangkung air (Ipomoea aquatic Forsk) dan jeringau (Acoruscalamus).
Jurnal Teknik Kimia USU. 4(1): 7-10.
Gandjar, I. Gholib., dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hutagalung, Horas P. Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode
Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Jeffries and Mills, D., 1996. Freshwater Ecology, Principles and Applications.
Chichester, United Kingdom : John Wiley and Sons.
Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Khopkar. (2004). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Patricia, C., Astono, W., & Hendrawan, D. I. 2018. Kandungan Nitrat Dan Fosfat
Di Sungai Ciliwung. In Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan (pp. 179-
185).
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RepublikIndonesia Nomor 5 tahun
2014. Baku Mutu AirLimbah. 15 Oktober 2015. Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1815.
Raisa DG dan Tangahu BV. 2017. Fitoremediasi air yang tercemar
limbah laundrydengan tanaman kayu apu (Pistia stratiotes). Jurnal Jurnal
Teknik ITS. 6(2): F232-F236.[3]
Ratna Kurniyati, Woro Sumarni dan Latifah. 2015. Pengaruh Chitosan Beads dan
Chitosan Beads Sitrat Sebagai Penurun Kadar Fosfat Dan Abs (Alkyl
Benzene Sulfonate). Indonesian Journal of Chemical Science. 4 (1): 37.
Schouten, N., HamV.D.L.G.J., Euverink, G.J. & Haan, A. 2007. Selection and
Evaluation ofAdsorben for Removal of Anionic Surfac-tans fromLaundry
Rinsing Water. Journal of Water Research. 41: 4233- 4241.
Surawidjaja. 1994. Matriks Kalibrasi untuk Penentuan Konsentrasi Komponen
dalam Larutan Campuran. Yogyakarta: FMIPA UNY Yogyakarta.
Sutamihardja, R. T. M., Azizah, M., & Hardini, Y. 2018. Studi dinamika senyawa
fosfat dalam kualitas air sungai ciliwung hulu kota bogor. Jurnal Sains
Natural, 8(1), 43-49.

15
LAMPIRAN

1. Larutan Standar P 100 ppm dalam 100 mL air


- 100 ppm = 100 mg/L
- Mencari massa P
→ 100 mg/0,1 L
→ 100 = x mg/0,1 L
→ 100 (0,1 L) = x mg
→ 10 = x mg
→ x = 10 mg = 0,01 gram
𝑀𝑟 KH2PO4
- Massa KH2PO4 = 𝐴𝑟 𝑃
𝑥 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃
136
= 𝑥 0,01 𝑔𝑟𝑎𝑚
31
= 0,044 gram

2. Larutan Amonium Molibdo-Vanadat


- Amonium Molibdo
% . 𝑉 𝑙𝑎𝑏𝑢 5% . 100
Massa = = = 5 𝑔𝑟𝑎𝑚
100% 100%

- Amonium Vanadat
% . 𝑉 𝑙𝑎𝑏𝑢 0,25% . 100
Massa = 100%
= 100%
= 0,25 𝑔𝑟𝑎𝑚

3. Larutan HNO3 10%


HNO3 69% → HNO3 10% 100 mL
M1 × V1 = M2 × V2
69% × V1 = 10% × 100 mL
V1 = 14,5 mL

16

Anda mungkin juga menyukai