Anda di halaman 1dari 9

PENENTUAN KADAR FE (II) DALAM OBAT (SANGOBION) DENGAN ALAT

SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Tanggal Percobaan : Awal : Selasa,26 Maret 2019

Akhir : Selasa,26 Maret 2019

A. Tujuan
1. Menentukan kadar Fe (II) dalam obat (sangobion) dengan alat spektrofotometer uv-
vis.
2. Mengoperasikan alat spektrofotometer UV-Vis

B. Tinjauan Pustaka

Spektrofotometri uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya didaerah ultraviolet (200-


400nm) dan sinar tampak (400-750nm) oleh suatu senyawa. Adsorpsi mengakibatkan
transisi elektron yaitu promosi elektron-elektron dari keadaan dasar (HOMO) berenergi
rendah kkekeadaan tereksitasi (LUMO) berenergi tinggi.

(Supratman,2010)

Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energy relative jika energy
tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diresmikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang.

(Khopkar, 1990)

Penentuan kadar besi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks berwarna antara besi
(II) dengan orto-fenantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada
panjang gelombang tertentu. Banyak sinar yang diserap akan berkolerasi dengan
kuantitas analit yang terkandug.

(Wiji, dkk, 2018)

Absorpsi energi direkam sebagai absorbans (bukan transmitan). Absorban untuk panjang
gelombang tertentu didefinsikan sebagai :

Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang gelombang tertentu bertambah dengan
banyaknya molekul yang mengalami transisi. Maka absorpsi energi itu sebagai
absorptivitas molar …. dan bukan sebagai absorbans sebenarnya.
Besi dalam sangobion terkandung sebagai besi II glukonat C12H24FeO14
Mr=448 g/mol. Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan kompleks berwarna
antara besi II dengan orto-fenantrolin yang dapat menyerap panjang gelombang antara
500-530nm.

Intensitas sinar yang diserap larutan sampel berkolerasi dengan kuantitas analit yang
terkandung didalamnya sesuai hukum lambert-beer (A=e.b.c)

Keterangan :

1. Saklar dan pengatur 0 %T


2. Tempat larutan
3. Lampu indikator
4. Pengatur 
5. Pengatur 100%T
6. Pembakaran A atau %T

Alat ini spektronik 20 memiliki panjang gelombang dari 340nm-600nm . Sistem dari
alat ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber cahaya berupa lampu tungsten akan memancarkan sinar polikromatik,
setelah melewati pengatur panjang gelombang, hanya sinar monokromatik dilewatkan
kelarutn dan sinar yang melewati larutan dideteksi oleh fotodetektor.

(Hendayana, 1994)

Baik spektrofotometer berkas tunggal maupun berkas rangkap, semua mempunyai


komponen-komponen penting, diantaranya :

1. Sumber cahaya, harus kontinyu artinya kekuatan radian tidak berbuah terlalu tajam
dan range panjang gelombang . Ada 2 sumber cahaya spektrofotometer uv-vis untuk
daerah uv digunakan lampu deuterium, visible lampu tungsten
a. Lampu deuterium maupun hidrogen berada pada daerah 160-380nm
b. Lampu tungsten 380-780nm
2. Monokromator, berfungsi untuk mengubah cahaya polikromatis menjadi
monokromatis sesuai panjang gelombang yang diperlukan . Ada 2 macam
monokromator, yaitu :
a. Prisma
b. Grating (kisi difraksi)
3. Wadah sampel/kuvet digunakan untuk menyimpan sampel dan solven harus yang
terbuat dari material yang dapat dilalui radiasi pada daerah spectra yang diharapkan
sel kaca diperlukan daerah kerja sinar tampak dan sel kuarsa atau kaca silica, sel kaca
diperlukan untuk daerah kerja sinar tampak dari sel kuarsa atau kaca silica untuk
daerah kerja uv . Syarat kurva diantaranya :
a. Tidak berwarna (dapat mentransmisikan cahaya )
b. Permukaannya harus benar-benar sejajar
c. Harus tahan (tidak bereaksi dengan bahan kimia)/ inert
d. Bentuk sesuai
4. Detektor, berfungsi mendeteksi banyaknya absorbansi dari cahaya yang di absorbs
oleh analit . Prinsip kerjanya adalah menyerap energy sinar dan mengubahnya
menjadi besaran yang terukur. Syaratnya :
a. Kepekaan tinggi
b. Memberikan noise minimal
c. Memberi respon dalam waktu singkat
d. Sinar yang diteruskan dapat diamplifikasikan
Jenis-jenisnya : fotosel untuk visible dan PMT
5. Rekorder berfungsi untuk merekam listrik dari detector dan diterjemahkan menjadi
data nilai absorbansi atau persen transmitan.
C. Alat dan Bahan
Alat
- Labu takar 100 ml : 1 buah
- Labu takar 25 ml : 1 buah
- Gelas kimia … ml :
- Botol semprot : 1 buah
- spatula : 1 buah
- corong pendek : 1 buah
- pipet ukur 10 ml : 1 buah
- pipet tetes : 1 buah
- batang pengaduk : 1 buah
- pipet volumetrik 2 ml : 1 buah
- spektrofotometri : 1 set

Bahan
 Larutsn hidroksilamin HCl 5 % : 7 ml
 larutan 1,10 fenantrolin 0,1 % : 35 ml
 Larutan CH3COONa 5 % : 56 ml
 Aquades : secukupnya
 Garam Fe (NH4OH)2SO4 : 0,0704 gram
 Kertas saring : 1 lembar

D. Prosedur Kerja
Langkah Kerja Pengamatan
1. Pembuatan larutan induk Fe (II) 100 - Pruangan =
ppm Truangan=
Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O (s) - Garam Mohr
Ditimbang ± 0,0700 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O berwarna
Dilarutkan dalam labu takar hijau toska pucat, berbau khas dan
100 berwujud padatan Kristal.
Ml - Larutan H2SO4 4N cairan tak
Ditambahkan 5 ml asam sulfat berwarna dan berbau khas.
2M untuk menghindari - Aquades cairan tak berwarna dan
hidrolisis tak berbau.
Larutan induk Fe(II) 100 ppm - Larutan standar Fe (II) 10 ppm
tidak berwarna
- Larutan CH3COONa 5% cairan
2. Pembuatan larutan standar Fe(II) 10 tidak berwarna dan berbau khas
ppm seperti cuka
Larutan Fe (II) 100 ppm - Larutan 1,10 fenantrolin 0,1%
Dipipet sebanyak 5 ml cairan tak berwarna dan tak berbau
Dimasukkan kedalam labu ukur - Larutan sampel sangobion cairan
50 berwarna kuning pucat dan berbau
Ml khas.
Diencerkan hingga tanda batas - Ketika penambahan pereaksi :
Larutan standar Fe (II) 10 ppm  Deret standar dan sampel
setelah ditambah 1 ml
hidroksilamin-HCl 5 %
3. Preparasi deret standard an sampel berubah menjadi jingga-
Larutan standar 10 ppm orange.
Dibuat larutan deret standar Fe Blanko + hidroksilamin-
(II) HCl 5% 1 ml tidak
1 ppm; 1,5 ppm; 2,5 ppm; dan 3 berwarna.
Ppm  Deret standard an sampel
Dimasukkan kedalam labu takar yan berwarna jingga setelah
25 penambahan 8 ml
Ml CH3COONA 5% tetap
Ditambahkan 1 ml larutan berwarna jingga-oranye.
hidroksilamin HCl 5%; 8 ml Blanko tetap tidak berwarna
Ch3COONa; dan 5 ml 1,10  Deret standard an sampel
fenantrolin 0,1 % kedalam masing- yang berwarna jingga
masing labu. setelah penambahan 5 ml
Dipipet sejumlah sampel kedalam 1.10 fenantrolin 0,1 % tetap
labu takar 25 ml berwarna jingga
Ditambahkan pereaksi dengan Blanko tetap tidak ada
jumlah yang sama dengan larutan perubahan.
deret standar sebelum diencerkan - Instrumen yang digunakan
Didiamkan larutan deret standar spektrofotometer UV mini 1240
Maupun sampel selama 10 menit - maks = 510 nm
Sebelum dilakukan pengukuran. - Data absorbansi dari pengukuran
yaitu :
 Blanko : 0,0000
4. Penentuan Panjang gelombang  Standar (1 ppm) : 0,216
maksimum  Standar (1,5 ppm) : 0,301
Larutan deret standar 2 ppm
 Standar (2 ppm) : 0,394
Diukur absorban larutan pada
 Standar (2,5 ppm) : 0,490
rentang 400-600 nm jarak rentang
 Standar(3 ppm) : 0,592
10 nm, setelah mendekti panjang
gelombang maksimum perkecil  Sampel : 0,437
rentangnya.
Panjang gelombang maksimum

5. Pengukuran deret standard an


sampel
Larutan deret standard an sampel
Dilakukan pengukuran serapan
Pada panjang gelombang
Maksimum.
Dibuat kurva kalibrasi antara
konsentrasi dan serapan deret
standar.
% T terukur dan kurva kalibrasi

E. Hasil dan Analisis Data

Penimbangan sampel obat ( C12H24O14)


Penimbangan Berat (gram)
Ke- Tablet pil utuh Kapsul cangkang Isi obat
1 0,5144 0,0746 0,4367
2 0,5232 0,0773 0,4443
3 0,5203 0,0727 0,4461
4 0,5220 0,0760 0,4410
5 0,5101 0,0745 0,4338
6 0,5108 0,0750 0,4377
7 0,5215 0,0767 0,4419
8 0,5100 0,0772 0,4380
9 0,5160 0,0737 0,4399
10 0,5154 0,0760 0,4435
11 0,5153 0,0736 0,4397
12 0,5121 0,0750 0,4363
13 0,5156 0,0733 0,4400
14 0,5130 0,0749 0,4371
15 0,5026 0,0761 0,4248
16 0,5154 0,0747 0,4385
17 0,5236 0,0760 0,4469
18 0,5160 0,0743 0,4295
19 0,5199 0,0789 0,4860
20 0,5186 0,0770 0,4428
Jumlah 10,3229 1,5075 8,8235
Rata-rata 0,51655 0,075375 0,441175

Perhitungan kadar Fe (II) dalam sangobion


maks : 510nm
A sampel : 0,437

100 mg sampel dilarutkan dalam 250 ml

Dipipet 2 ml dilarutkan dalam 25 ml A


C
Y = 0,194486X + 0,008030
A = 0,194486C+0,008030
0,437-0,008030 = 0,194486 C
C = 0,42897
0,194486
= 2,20566 ppm

1) Dalam 2 ml larutan sampel


25 𝑚𝑙
𝑥 2,20566 𝑝𝑝𝑚 = 27,57075 𝑝𝑝𝑚 ( 𝑑𝑎𝑟𝑖 250 𝑚𝑙)
2 𝑚𝑙
2) Dalam 250 ml terdapat :
250 𝑚𝑙
𝑥27,57075 𝑝𝑝𝑚 = 6,89269 𝑝𝑝𝑚 (dari 100 mg obat)
1000𝑚𝑙
3) Massa Fe dalam 1 kapsul
441,156 𝑚𝑔
𝑥6,89269 𝑝𝑝𝑚 = 30,4088 𝑚𝑔
100 𝑚𝑔
4) Massa Fe glukonat
448,156 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
𝑥 30,4088 = 243,35511
250
5) % Kesalahan
250−243,35511
x 100% = 2,657956 %
250

Pada percobaan penentuan kadar Fe (II) dalam sangbiom dengan metode


spektrofotometri uv-vis. Sampel yang dianalisis merupakan besi dalam sangobin yang
terkandung sebagai besi (II) glukonat C12H24FeO14 dengan Mr= 448,156 gram/mol ,
larutan sampel cairan tak berwarna.
Tujuan dari percobaan adalah untuk menentukan kadar Fe dalam sangobion dengan
menggunakan alat spektrofotometer uv-vis. Prinsip kerja alat adalah penyerapan
cahaya oleh suatu molekul dengan panjang gelombang tertentu pada daerah sinar
tampak dan ultraviolet . Hukum yang mendasari adalah hukum labert-beer, sehingga
harus memenuhi syarat-syarat ; sampel harus jernih, konsentrasi rendah, larutannya
stabil dan sinar yang digunakan merupakan sinar monokromatis.
Instrumen yang digunakan dalam percobaan adalah jenis UV mini 1240 daerah
analisis dari alat ini hanya pada rentang sinar tampak. Panjang gelombang yang
digunakan untuk analissi antara 400-600 nm. Penambahan asam dalam pembuatan
larutan induk Fe (II) 100 ppm untuk menghindari terjadinya hidrolisi, sehingga
mencegah terbentuknya endapan Fe(OH)2 . Asam yang digunakan adalah H2SO4
tujuannya untuk menghindari penambahan matriks karena garam Fe yang digunakan
sudah mengandung SO4, maka asam yang paling sesuai digunakan H2SO4 .
Pada ahap pembuatan larutan deret standar, masing-masing ditambahkan pereaksi yaitu
hidroksilamin HCl 5%, CH3COONa 5%, dan 1,10-fenantrolin 0,1%. Penambahan
hidroksilamin 5% bertujuan untuk mereduksi Fe (III) menjadi Fe (II) agar pembentukan
kompleks lebih stabil. Penambahan larutan buffer CH3COONa yang bertujuan untuk
menjaga pH larutan sekitar 6-9. pH ini bertujuan atau berkaitan dengaan pembentukan
senyawa kompleks, jika pH terlalu basa (>9) dikhawatirkan akan terbentuk endapan
Fe(OH)2, sedangkan jika pH terlalu asam (<6) dikhawatirkan tidak akan terbentuk kompleks
Fe(II) . Penambahan 1,10-fenantrolin 0,1%, pereaksi ini berperan sebagai ligan dalam
pembentukan kompleks Fe (II)-fenantrolin . Pembentukan kompleks ditandai dengan
perubahan warna larutan , dari tidak berwarna menjadi jingga.
Pengukuran  maksimum menggunakan larutan dengan konsentrasi 2 ppm . Dimana 2
ppm ini merupakan konsentrasi yang berada ditengah-tengah, sehingga terlalu kecil dan tidak
terlalu besar, pengukuran  maksimum bertujuan untuk menentukan panjang gelombang yang
paling sesuai untuk pengukuran . Agar diperoleh nilai absorban yang maksimum .
maksimum diperoleh sebesar 510 nm.

Pengukuran absorbansi deret standar pada panjang gelombang maksimum dimulai dari
konsentrasi terendah hingga tertinggi. Setelah diperoleh nilai absorbansi dari masing-masing
konsentrasi kemudian data diplotkan kedalam grafik kalibrasi. Dari grafik tersebut diperoleh
persamaan garis y = 0,194486 + 0,008030, dengan r² = 0,9987 .

Berdasarkan data hasil pengukuran terhadap sampel diperoleh absorbansi sampel sebesar
0,437.

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh kadar Fe dalam songobion yang telah diadisi dengan
larutan standar sebesar …. Ppm . Diperoleh kadar Fe (II) dalam sangobion adalah
97,342044% atau 243,35511 mg dalam Fe glukonat.

H.. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan penentuan kadar Fe (II) dalam obat sangobion dengan alat
spektrofotometer UV-Vis diperoleh kadar Fe (II) sebesar 243,3511 mg dalam Fe glukonat
dan memahami cara mengoperasikan alat spektrofotometer UV-Vis .

Anda mungkin juga menyukai