Anda di halaman 1dari 8

Nama : Indria Dwiyana Hartati

NPM : 230210200079

Ilmu Kelautan B

Judul Praktikum : Pembuatan Larutan Standar Fosfat

Tujuan Praktikum :

1. Memahami definisi dan kegunaan dari larutan standar fosfat


2. Mengetahui cara pembuatan larutan standar fosfat

1. Materi Pembuatan Larutan Standar Fosfat

Fosfat merupakan salah satu unsur yang sudah ada di dalam laut. Menurut
Edward dan Tarigan pada tahun 2003, umumnya, fosfat ini berasal dari
dekomposisi sedimen atau dari jasad flora dan fauna yang mati (Patty, 2015).
Kandungan normal fosfat di dalam laut berkisar antara 0,01-4 Pg.at/l atau setara
dengan 0,00031-0,124 mg/l (Patty, 2015; Brotowidjoyo dalam Edward dan Tarigan,
2003).

Di perairan sendiri, fosfat memiliki peranan sebagai salah satu penunjang


kesuburan perairan (Baigo Hamuna, Rosye H. R. Tanjung, Suwito, Hendra K.
Maury, 2018). Fosfat di perairan dapat meningkatkan produksi fitoplankton (Jones
Lee dan Lee, 2005; Gypens et al., 2009; Baigo Hamuna, Rosye H. R. Tanjung,
Suwito, Hendra K. Maury, 2018). Namun, kandungan fosfat di dair tetap harus
dijaga, karena bisa menyebabkan terjadinya blooming algae.

Oleh karena itu, biasanya dilakukan perhitungan kadar fosfat terlarut di


dalam air. Hal ini dilakukan untuk mengukur sehat atau tidaknya suatu perairan.
Salat satu cara mengukur kandungan fosfat terlarut adalah dengan menggunakan
larutan standar fosfat.

2. Alat dan Bahan yang Digunakan

No Nama Alat Kegunaan


1. Neraca Analitik Untuk menimbang garam yang digunakan
Untuk memindahkan cairan dalam jumlah
2. Pipet ukur
sedikit
3. Labu ukur (2x50 mL) Sebagai wadah mereaksikan zat
4. Labu ukur (5x25 mL) Sebagai wadah mereaksikan zat
5. Spektrofotometer Untuk melihat nilai absorbansi fosfat
Untuk memindahkan cairan dalam jumlah
6. Mikropipet
sedikit dengan ketelitian yang lebih tinggi
7. Komputer Untuk emngolah data hasil penelitin
8. KH2PO4 Sebagai reagen
9. NH4 Molibdat Sebagai reagen
10. SnCl2 Sebagai reagen
11. Aquades Untuk melarutkan zat

3. Prosedur

KH2PO4

Ditimbang sebanyak 0.1097


gram
Dimasukkan ke dalam labu ukur berukuran 50 mL

Ditambahkan aquades sebanyak 50 mL lalu


homogenkan

Larutan 500 ppm

Dimasukkan ke dalam labu berukuran 50 mL


sebanyak 1 mL
Ditambahkan aquades sebanyak 50 mL lalu
homogenkan

Larutan
1. 10 ppm
2.
Larutan 10 ppm

Dimasukkan ke dalam labu berukuran 25 mL


sebanyak 2.5 mL
Ditambahkan SnCl2 0.25 ml dan NH4 molibdat 1
mL

Larutan biru pekat 1 ppm

3.
Larutan 10 ppm

Dimasukkan ke dalam labu berukuran 25 mL


sebanyak 2 mL
Ditambahkan SnCl2 0.25 ml dan NH4 molibdat 1
mL

Larutan biru pekat 0.8 ppm

4.
Larutan 10 ppm

Dimasukkan ke dalam labu berukuran 25 mL


sebanyak 1.5 mL
Ditambahkan SnCl2 0.25 ml dan NH4 molibdat 1
mL

Larutan biru 0.6 ppm


5.
Larutan 10 ppm

Dimasukkan ke dalam labu berukuran 25 mL


sebanyak 1 mL
Ditambahkan SnCl2 0.25 ml dan NH4 molibdat 1
mL

Larutan biru 0.4 ppm

6.
Larutan 10 ppm

Dimasukkan ke dalam labu berukuran 25 mL


sebanyak 0.5 mL
Ditambahkan SnCl2 0.25 ml dan NH4 molibdat 1
mL

Larutan biru 0.2 ppm

Larutan standar fosfat

Dinyalakan mesin spektofotometer sampai lampu berawarna kuning

Dinyalakan komputer

Klik software Simple Red

Diubah panjang gelombangnya menjadi 650 nm

Dikalibrasi dengan akuades, kemudian ditutup


Tekan zero untuk memastikan nilai abs 0

Nilai absorbansi larutan standar fosfat

3. Hasil

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, larutan standar fosfat ini dibuat
untuk mengukur kadar fosfat di dalam suatu perairan. Larutan standar fosfat ini
dibuat dengan beberapa variasi konsentrasi. Variasi yang dibuat adalah 500 ppm;
10 ppm; 1 ppm; 0.8 ppm; 0.6 ppm.

Pertama-tama dibuat terlebih dahulu larutan dengan konsentrasi 500 ppm.


Pertama, ditimabang KH2PO4 sebanyak 0.1097 gram dengan menggunakan neraca
analitik yang sudah terkalibrasi. Kemudian, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL
dan ditambahkan aquades sebanyak 50 mL dan dihomogenkan.

Kemudian, larutan 500 ppm tadi dimasukkan lagi ke dalam labu ukur
berukuran 50 mL. Kemudian larutan tadi diencerkan dengan aquades sebanyak 50
mL. setelah itu, larutan dihomogenkan kembali, nantinya akan terbentuk larutan
dengan konsentrasi 10 ppm. Kemudian dari larutan 10 ppm ini dibagi ke dalam 5
labu berukuran 25 mL. setiap labu diisi masing-masing 2.5 mL; 2 mL; 1.5 mL; 1
mL; 0.5 mL dan setelahnya setiap lima labu tadi ditambahkan 1 mL moblidat. Baru
kemudian dihitung konsentrasinya dengan menggunakan spektofotometer. Berikut
adalah tabel hasil yang didapatkan:
Berdasarkan tabel di atas dibuat grafik yang menunjukan linearitas antara
konsentrasi dan nilai absrobansi rata-rata sebagai berikut.

X Y X2 Y2 XY

0,2 0,0273 0,04 0,000745 0,00546


0,4 0,0677 0,16 0,004583 0,02708
0,6 0,055 0,36 0,003025 0,033
0,8 0,0234 0,64 0,000548 0,01872
1 0,0306 1 0,000936 0,0306
∑ 3 0,204 2,2 0,009838 0,11486

0,08
0,07
y = -0,0189x + 0,0521
0,06 R² = 0,0939
absorbansi

0,05
0,04
0,03 Series1
0,02 Linear (Series1)
0,01
0
Dengan rumusan:
0 0,5 1 1,5
konsentrasi

𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏

Dimana:

y = nilai absorbansi

x = nilai konsentrasi fosfat

b = konstanta

a = nilai gradien persamaan linear


didapatkan nilai gradien persamaan linearnya adalah 0,0189, nilai konstanta nya
adalah 0,0521 dan nilai koefisien korelasinya adalah 0,0939. Semakin besar
kelinearan maka semakin dekat nilai koefisien korelasinya dengan angka 1 (Dwi
Warono, Syamsudin, 2013). Namun, seperti yang terlihat pada grafik nilai koefisien
korelasi yang didapatkan jauh dari angka satu dan grafiknya pun tidak menunjukkan
garis lurus.

Padahal menurut hukum lambert, nilai absorbansi akan berbanding lurus


dengan nilai konsentrasi. Namun pada grafik di atas terlihat grafik justru mengalami
penurunan pada konsentrasi 0,8 ppm. Hal ini dapat terjadi akibat adanya syarat yang
menyatakan bahwa nilai absorbansi dari larutan harus berada pada nilai 0,2-0,8
(Solikha, 2019). Namun, seperti yang terlihat pada grafik nilai absorbansi larutan
yang diteliti hanya berkisar antara 0,204-0,0677 yang nilainya jauh dibawah 0,2-
0,8, sehingga terjadilah penyimpangan hukum lambert yang mengakibatkan nilai
absorbansi tidak linear dengan konsentrasi larutan.

Selain pemenuhan nilai absorbansi, ada beberapa hal lain yang


menyebabkan terjadinya penyimpangan hukum lambert yaitu, penyimpangan
dalam konsentrasi, penyimpangan pada zat kimia (Solikha, 2019) dan
penyimpangan pada alat (Dwi Warono, Syamsudin, 2013). Hukum lambert-beer
akan berjalan pada larutan yang encer. Kemudian, larutan juga harus berada dalam
keadaan tidak terdisosiasi, berasosiasi, atau breaksi dengan pelarut menghasilkan
suatu produk pengabsorbsi spektrum yang berbeda dari zat yang dianalisis. Selain
itu, kesalahan-kesalahan teknis dari alat juga dapat mengakibatkan penyimpangan
hukum lambert-beer.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan:

1. Nilai absorbansi larutan standar fosfat yang didapatkan adalah 0,00546;


0,02708; 0,033; 0,01872; 0,0306
2. Ditemukan penyimpangan hukum lambert pada larutan standar fosfat yang
diakibatkan kecilnya nilai absorbansi dari larutan.
Daftar Pustaka
Baigo Hamuna, Rosye H. R. Tanjung, Suwito, Hendra K. Maury. (2018).
KONSENTRASI AMONIAK, NITRAT DAN FOSFAT DI PERAIRAN
DISTRIK PARE-PARE, KABUPATEN JAYAPURA. EnviroScienteae
Vol. 14 No. 1, 8.

Dwi Warono, Syamsudin. (2013). UNJUK KERJA SPEKTROFOTOMETER


UNTUK ANALISA ZAT AKTIF KETOPROFEN. KONVERSI Vol. 2 No.
2, 60.

Edward, Tarigan, M.S. 2003, Pengaruh Musim Terhadap Fluktuasi Kandungan


Fosfat dan Nitrat di Laut Banda. Makara Sains, Vol. 7(2): 82- 89.

Jones-Lee, A., & Lee, F. G. (2005). Eutrophication (Excessive Fertilization), water


encyclopedia: surface and agricultural water. Hoboken, NJ: Wiley, p.107-
114.

Patty, S. I. (2015). KARAKTERISTIK FOSFAT, NITRAT DAN OKSIGEN


TERLARUT DI PERAIRAN SELAT LEMBEH, SULAWESI UTARA .
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis , 3.

Solikha, D. F. (2019). PENENTUAN KADAR TEMBAGA (II) PADA SAMPEL


MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM (SSA) PERKIN
ERLMER ANALYST 100 METODE KURVA KALIBRASI. Jurnal Ilmiah
Indonesia, 9.

Anda mungkin juga menyukai