Anda di halaman 1dari 15

TGL KEGIATAN NILAI PARAF

LAPORAN PRATIKUM BIOKIMIA/KIMIA DASAR

“ACIDIMETRI & ALKALIMETRI”

ASISTEN : DWI YOLANDA YULVI

DISUSUN OLEH :

NAMA : ARYO ASTIN TRIPUTRA

NPM : 204110252

KELAS : 1E AGROTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI S1 AGROTEKNOLOGI

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2020
PRAKTIKUM III

ACIDIMETRI/ALKALIMETRI

I. Tujuan Intruksional Khusus

Pada akhir praktikum mahasiswa di harapkan dapat memahami dan

menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

a. Menentukankan kadar asama setat

b. Menentukan kadar amoniak dalam larutan

II. Dasar Teori

Pada titirasiasi alkalimetri di bagi menjadi dua (2) bagian yaitu:

1. Asidimetri

Titrasi menggunakan dengan larutan standar asam yang di gunakan

untuk menentukan basa. Larutan standar asam yang bisa di gunakan

adalah HCl, asam cuka, asam, oksalat dan asam borate.

2. Alkalimetri

Titrasi ini merupakan kebalikan dari asidimetri dimana larutan standar

yang di gunakan untuk menentukan asam. Di sini di pakai larutan

standar NaOH.

Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri melibatkan titrasi basa

bebas. Basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah

dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam yang

terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa
standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya ion hidrogen

untuk membentuk air (Basset, 1994:261).

Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah

diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan

buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan

yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan

menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer (Farx, 2011)

Indikator asam – basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH

lingkungannya berubah. Misalnya biru brotimol (BB) dalam larutan asam ia

berwarna kuning tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam

keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedang

warna yang ditunjukan dalam keadaan basa disebut warna basa (Harjadi,

1990:134).

Rentang pH indikator, indikator tidak berubah warna dengan sangat

mencolok pada satu pH tertentu (diberikan oleh harga pKind-nya). Malahan,

mengubah sedikit rentang pH. Terjadi perubahan kecil yang berangsur-angsur dari

satu warna menjadi warna yang lain, menempati rentang pH. Secara kasar "aturan

ibu jari", perubahan yang tampak menempati sekitar 1 unit pH pada tiap sisi harga

pKind+ (Clark, 2007).

1. Reaksi kimia antar analit dan titrant diketahui dengan pasti dan jelas produk-

produk apa yang akan dihasilkan nantinya. Mana reaktan dan produk apa yang akan

dihasilkan harus jelas dan pasti

2. Reaksi harus berjalan dengan cepat

3. Harus ada sesuatu yang bisa menandakan atau mengindikasikan bahwa reaksi

antara analit dengan titrant sudah equivalent secara stoikiometri, baik itu dengan
perubahan warna, perubahan arus listrik, perubahan pH, dengan penambahan

indicator atau apapun yang bisa digunakan untuk mengamati perubahan tersebut.

4. Tidak ada hal lain yang mengganggu reaksi antara analit dengan titrant

5. Reaksi antara analit dengan titrant harus memiliki kesetimbangan jauh kearah

kanan (artinya kesetimbangannya mengarah kearah pembentukan produk) hal ini

untuk memastikan secara kuantitatif reaksi bisa dihitung, dan memastikan titik

akhir titrasi bisa diamati (Syarif, 2011:10-11).

Pengenceran adalah proses penambahan pelarutan terhadap larutan. Tujuan

pengenceran adalah untuk memperkecil konsentrasi larutan. Pada peristiwa

pengenceran jumlah zat terlarut tidak berubah. Sedangkan volume larutan berubah,

akibatnya % volumenya akan kecil (Harjadi, 1990:147).

Suatu larutan standar adalah larutan yang mengandung eagensia dengan

bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu suatu larutan. Larutan standar

primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari

berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi, suatu zat standar

primer harus memenuhi persyaratan, yaitu sebagai berikut:

1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan dan juga mudah dikeringkan

(sebaiknya pada suhu 1100+- 1200C).

2. Zat harus tidak berubah dalam udara selama penimbangan. Kondisi-kondisi

ini mengisyaratkan bahwa zat tidak boleh higroskopis, tidak pula dioksidasi

udara atau dipengaruhi karbon dioksida. Standar ini juga harus dijaga agar

komposisinya tidak berubah saat penyimpanan.

3. Zat harus dapat diuji terhadap zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-

uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor,

umumnya tidak boleh melebihi 0, 01-0, 02 ).


4. Zat harus mempunyai ekivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan

dapat diabaikan.

5. Zat harus mudah larutpada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.\

6. Reaksi dengan larutan standar itu harus soikiometri dan praktis sekejap.

Sesatan titrasi harus dapat diabaikan atau mudah ditetapkan dengan cermat

dengan eksperimen.

Zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer adalah reaksi asam

basa natrium karbonat (Na2CO3), natrium tetrabonat (Na2B4O7), kalium hydrogen

iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan. Sedangkan standar sekunder

adalah zat yang dapat digunakan untuk standarisasi dan yang kandungan zat

aktifnya telah ditemukan de ngan pembandingan dengan suatu standar primer

(Basset, 1994:255).

Larutan yang dititrasi dalam asidmetri dan alkalimetri mengalami

perubahan pH. Misalnya, bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan

mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini diukur dengan

pengukur pH pada awa titrasi yakni saat belum ditambah dengan basa dan pada saat

tertentu setelah titrasi dimulai, maka pH larutan dapat dialurkan lewat grafik yang

disebut kurva titrasi. Bila suatu indikator pH kita gunakan untuk menunjukkan titik

akhir titrasi maka indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi

ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi. Perubahan warna ini harus

terjadi dengan mendadak agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus

dihentikan. Bila perubahan warna mendadak sekali (yakni tetes terakhir

menyebabkan warna sama sekali lain) maka dikatakan bahwa titik akhirnya tegas

atau tajam (Harjadi, 1999:143).


III. 1. Standarisasi Larutan Baku Asam Asetat dengan NaOH

3. Bahan dan Alat

 Asam asetat  Pipet tetes

 Indicator PP  Buret

 NaOH 0,1 N  Corong

 Pipet volume  Gelas ukur

 Erlenmayer
4. Prosedur Percobaan

a. Ambil beberapa ml larutan asam asetat 0,1 N (minta ukuran volume

larutan pada asisten) dengan menggunakan pipet, masukan kedalam

erlenmeyer

b. Tambahkan 2-3 tetes indicator PP atau tymol blue.

c. Titrasi larutan ini dengan menggunakan NaOH 0,1 N sampai terjadi

perubahan warna, dari tidak bewarna menjadi krosa muda untuk

indicator PP, sedangkan tymol blue menjadi biru.

d. Amati sehingga menjadi perubahan warna dan hentikan penitrasian.

e. Ulangi percobaan sekali lagi dan catat volume penitrasi, kemudian

rata-rata hasilnya.

f. Hitung kadar asam asetat (gram/100 ml)


LEMBAR KERJA

Nama Mahasiswa : Aryo Astin Triputra Pembimbing : Dwi Yolanda

NIM/NPM : 204110252 Paraf :

Judul Praktikum : Acidimetric/Alkalimetri

Tanggal : 8 - 12 - 2020

HASIL PENGAMATAN

V AsamAsetat 1000 pembacaacn biuret I II

Ahirtitrasi 4,7 ml 15 ml (10,3)

Awaltitrasi 0 ml 4,7 ml

Volume larutan CH3COOH 5 ml 10 ml

Pengolahan Data :

100 N NaOH x V NaOH x BM Asam Asetat


Kadar asam asetat = V Asam Asetat x 1000

100 0,1 𝑚 𝑥 4,7 𝑚𝑙 𝑥 60


Kadar 5ml CH3COOH = 5𝑚𝑙 x 1000

= 20 x 0,0282

= 0,564 NSma
100 0,1 𝑚 𝑥 10,3 𝑚𝑙 𝑥 60
Kadar 10ml CH3COOH = 10 𝑚𝑙 x 1000

= 10 x 0,0618

= 0,618 NSma

Volume rata rata penitir = kadar awal + kadar akhir ml


0,564 𝑁 𝑆𝑚𝑎+0,618 𝑁 𝑆𝑚𝑎
Volume rata-rata penitir = ml
2

= 0,591 N Sma
III.2. STANDARISASI LARUTAN BAKU AMONIAK DENGAN HCL

2. Bahan dan alat

 Amoniak  Erlenmayer

 Pipet tetes
 Indicator metal merah

 Buret

 HCL 0,1 N

 Corong

 Pipet volume

 Gelas ukur
4. Prosedur percobaan

a. Pipetlah 10 ml larutan yang di prlukan, masukan kedalam erlenmeyer

b. Tambahkan 40 ml aquades

c. Tambahkan 3 tetes indicator metal merah

d. Titrasi larutan ini dengan HCl 0,1 N

e. Amati sehingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah dan

hentikan penitrasian.

f. Ulangi percobaan sekali lagi dan catat volume penitrasi, kemudian rara-

rata hasilnya.

g. Hitunglah kadar amoniak (gram/100 ml)


LEMBAR KERJA

Nama Mahasiswa : Aryo Astin Triputra Pembimbing : Dwi Yolanda Yulvi

NIM/NPM : 204110252 Paraf :

Judul Praktikum : Standarisasi Larutan Baku Amoniak dengan HCl

Tanggal : 8 – 12 – 2020

HASIL PENGAMATAN

V Amoniak pembacaan buret I II

Ahir titras iHCl 0,5 ml 1,5 ml (1 ml)

Awal titrasi HCl 0 ml 0,5 ml

Volume larutan amoniak 5 ml 10 ml

Pengolahan Data :
100 𝑁 𝐻𝐶𝐿 𝑥 𝑉 𝐻𝐶𝐿 𝑥 𝑀𝑟 𝑁𝐻3
Kadar NH3 = 𝑉 𝑁𝐻3 x 1000

100 0,1 𝑀 𝑥 1 𝑚𝑙 𝑥 17
Kadar 5 ml NH3 = 10 𝑚𝑙 x 1000

= 20 x 0,00085

= 0,017 Nsma
100 0,1 𝑀 𝑥 1 𝑚𝑙 𝑥 17
Kadar 10 ml NH3 = 10 𝑚𝑙 x 1000

= 10 x 0,0017

= 0,017 Nsma
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙+𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Volume rata – rata penitir = 2

0,017 𝑁𝑠𝑚𝑎+0,017 𝑁𝑠𝑎𝑚𝑎


= 2

0,034
= 2

= 0,017

IV. PEMBAHASAN

Acidimetri adalah menetukan kadar suatu larutan basa menggunakan standar

larutan asam, larutan asam yang di gunakan adalah HCL asam oksalat dan asam

borate.

Alkalimetri adalah untuk menentukan kadar larutan asam menggunakan

standar larutan basa. Standar basa yang yang di gunakan adalah NaOH.

Percobaan alkalimetri Menetukan kadar dari CH3 COOH 0,1 M dengan

menggunakan NaOH. Yang pertama tuangkan 5 ml CH3 COOH kedalam gelas dan

tuangkan ke erlenmayer. Untuk erlenmayer kedua tuangkan 10 ml. indikator pp di

teteskan sebanyak dua kali ke dalam masing – masing erlenmayer. Selanjutnya

litrasi larutan asam asetat yang telah di tambahkan indikator pp menggunakan

larutan standar basa atau NaOH. Teteskan secara perlahan sampai terjadi perubahan

warna dari bening menjadi kemerahan. Volume yang terpakai dari larutan NaOH

adalah sebanyak 4,7 ml, nitrasi yang kedua CH3 COOH 10 ml NaOH yang terpakai

15 ml – 4,7 = 10,3.

Percobaan acidimetri, pertama tuangkan 5 ml amonia / NH3 ke erlemayer

pertama, 10 ml pada erlenmayer kedua, tambahkan indikator metal orange

sebanyak 2-3 tetes, aduk larutan sampai terbentuk warna orange. Literasi dengan
larutan HCl. Yang pertama literasi 5 ml NH3 sampai terjadi perubahan warna NH3

yang 5 ml NH3 berubah warna menjadi orange, HCL yang terpakai pada literasi 5

ml NH3 sebanyak 0,5 ml. selanjutnya kita literasi yang 10 ml menggunakan larutan

HCL sampai terjadi perubahan warna. Setelah di aduk warna berubah menjadi

merah HCl yang tercapai 10 ml larutan NH3 sebanyak 1 ml


KESIMPULAN

Acidimetri adalah menetukan kadar suatu larutan basa menggunakan standar

larutan asam, larutan asam yang di gunakan adalah HCL asam oksalat dan asam

borate.

Alkalimetri adalah untuk menentukan kadar larutan asam menggunakan

standar larutan basa. Standar basa yang yang di gunakan adalah NaOH.

Larutan yang dititrasi dalam asidmetri dan alkalimetri mengalami perubahan

pH. Misalnya, bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula

rendah dan selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur

pH pada awa titrasi yakni saat belum ditambah dengan basa dan pada saat tertentu

setelah titrasi dimulai, maka pH larutan dapat dialurkan lewat grafik yang disebut

kurva titrasi. Bila suatu indikator pH kita gunakan untuk menunjukkan titik akhir

titrasi maka indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen

dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi. Perubahan warna ini harus terjadi

dengan mendadak agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus

dihentikan. Bila perubahan warna mendadak sekali (yakni tetes terakhir

menyebabkan warna sama sekali lain) maka dikatakan bahwa titik akhirnya tegas

atau tajam
DAFTAR PUSAKA

http://ariefrvi.blogspot.com/2012/09/laporan-percobaan-1-asidimetri-dan.html

Anda mungkin juga menyukai