Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TITRASI ASAM - BASA


NAMA KELOMPOK

1. AWIATI RIT RETNOWATI (21013041)


2. DIAN NURINA MIJIL PAWESTI (21013047)
3. DIYANI MAHARANI (21013048)
4. IFTITAH NUR AZIZAH (21013052)
5. KHALIMATUS SA’DIYAH (21013054)

PROGRAM D3 FARMASI

AKADEMI MITRA SEHAT MANDIRI SIDOARJO

TAHUN 2022 / 2023

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi merupakan metode analisi kimia secara kuantitaif yang biasa digunakan di
laboratorium untuk menentukan konsentrasi suatu reaktan. Oleh karena pengukuran
volume berperan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga disebut dengan analisis
volumetrik. Analisis titrimetri merupakann satu dari bagian utama kimia analitik dan
perhitungannya didasarkan pada hubungan kuantitatif reaksi – reaksi kimia.
Menurut Raymond Chang, reaksi kimia yang digunakan sebagai dasar titrasi adalah :
1. Reaksi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat.
2. Reaksi yang melibaktkan asam lemah dengan basa kuat
3. Reaksi yang melibatkan asam kuat dan basa lemah.

Pada titrasi asam basa yang perlu diperhatikan adalah :

a. Larutan standar ; larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.


b. Indikator ; digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi
c. Prosedur untuk menghitung konsentrasi larutan yang ditentukan.

Tujuan dari titrasi adalah untuk menentukan secara kuantitatif suatu zat dalam larutan
dengan zat / larutan lain yang konsentrasinya telah diketahui melalui reaksi secara
bertahap hingga mencapai titik stoikhiometri.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep titrasi asam basa.
2. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan dan memahami proses titrasi asam basa.
3. Mahasiswa diharapkan dapat membuat larutan baku dan larutan sekunder sesuai dengan
normalitas yang diingikan.
4. Mahasiswa diharapkan mampu menghitung konsentrasi larutan yang ditentukan.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PrinsipTitrasi Asam Basa

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer maupun titran. Titer adalah
larutan standar, yatu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan ditempatkan dalam buret.
Sedangkan titran adalah larutan yang akan ditentukan konsentrasinya, biasanya ditempatkan
dalam labu erlenmeyer. Kadar atau konsentrasi asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa atau sebaliknya. Rekasi yang terjadi pada titrasi asam basa adalah berdasarkan reaksi
penetralan, sehingga titrasi asam -basa seriing disebut juga dengan titrasi netralisasi. Pada
prinsipnya, rekasi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :

H ⁺ + OH⁻ H₂O
Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen dari larutan asam dengan ion hidroksida
dari larutan basa dan membentur air yang berisfat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi
netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (pemberi) dengan
akseptor proton (penerima).

2.2 Larutan Standar

Larutan standar adalah larutan yang telah ditetapkan konsentrasinya, Dalam titrasi larutan standar
disebut dengan titran.Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah
pembuatan larutan standar.Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

 Mempunyai kemurnian yang tinggi


 Mempunyai rumus molekul yang pasti
 Tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
 Larutannya harus bersifat stabil
 Mempunyai massa molekul relatif (Mr) tinggi tetapi muatan ionnya rendah

Suatu larutan yang memenuhi persyaratan disebut larutan standard primer, sedangkan larutan
standard sekunder adalah larutan standard yang bila akan digunakan untuk standardisasi harus
distandardisasi lebih dahulu dengan larutan standard primer.

2.3 Cara menghitung konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya.

Jika volume larutan standar sudah diketahui dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam
larutan yang belum diketahui dapat dihitung dengan persamaan berikut :

M = % X ϱ X 10 dimana M : Molaritas

% : Kadar suatu larutan (persen) yang tersedia


Mr
ϱ : Massa jenis suatu larutan

10 : Konstanta

Mr : Berat Molekul
Kemudian angka yang telah di dapatkan dimasukkan dalam persamaan :

M₁V₁ = M₂V₂

2.4 Indikator

Indikator adalah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna berbeda
antara bentuk molekular (tidak terionisasi) dan bentuk terinisasinya. Kedua bentuk ini
tergantung pada pH larutan yang diuji. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi, jika warna
indikator berubah, maka pada saat itu titrasi dihentikan. Indikator yang digunakan pada
titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya sekitar dua atau tiga
tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik ekivalen. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang
tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.

Pemilihan indikator untuk titrasi bergantung pada kekuatan asam dan basa yang
digunakan dalam titrasi. Dengan memilih indikator yang tepat untuk titrasi, maka titik
akhir titrasi dapat digunakan untuk menentukan titik ekivalen.

2.5 Titik Ekivalen

Titik ekivalen adalah titik dimana reaksi penetralan tepat tercapai sehingga titrasi
harus dihentikan. Hal ini dapat diamati dari perubahan warna indikator. Sejatinya
indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalen tercapai di mana titer yang
ditambahkan dengan jumlah mol tertentu sama dengan jumlah mol dari larutan titran.
Pada titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan
sekitar 7, Jika menggunakan indikator fenolphtalein maka akan terjadi perubahan warna
menjadi merah muda, tetapi indikator yang tepat untuk titrasi asam basa adalah
bromtimol biru atau BTB.

Cara mengetahui titik ekivalen Ada dua cara untuk mengetahui titik akhir titrasi asam
basa, antara lain :

 Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,


kemudian dibuat grafik antara pH (sebagai ordinat) dengan volume titran (sebagai
absis) untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut
adalah “titik ekivalen”.
 Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes
(sesedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini
akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi
dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.

Indikator yang digunakan pada titrasi banyak jenisnya dan mempunyai trayek pH
berbeda seperti ditunjukkan pada tabel :
NAMA WARNA DALAM WARNA DALAM KISARAH pH
ASAM BASA

Timol Biru Merah Kuning 1,2 – 2,8

Bromfenol Biru Kuning Ungu kebiruan 3,0 – 4,6

Metil Jingga Jingga Kuning 3,1 – 4,4

Metil Merah 7,2 – Merah Kuning 4,2 – 6,3


8,8

Klorofenol Biru Kuning Merah 4,8 – 6,4

Bromotimol Biru Kuning Biru 6,0 – 7,6


(BTB)

Kresol Merah Kuning Merah 7,2 – 8,8

Fenollftalein Tak berwarna Pink kemerahan 8,3 – 10,0

Sumber :Raymond Chang, Kimia Dasar


BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat

1. Erlenmeyer

2. Buret

3. Klem

4. Statif

5. Pipet tetes

6. Batang pengaduk

7. Beaker glass

8. Labu ukur

9. Gelas ukur

10. Spatula

11. Kaca arloji

12. Timbangan

3.2 Bahan

1. Laruta NaOH
2. Larutan CH3COOH 6%

3. Indikator PP / Indikator Phenollphtalein

3.3 Prosedur Kerja


1. Rangkai alat titrasi ( Klem, statif dan buret )
2. Membuat Larutan Standar:
- Timbang NaOH sebanyak 4 gram, masukkan dalam beaker glass.
- Tambahkan aquadest ad 30ml, aduk ad homogen.
- Masukkan larutan NaOH kedalam labu ukur 100ml menggunakan bantuan batang
pengaduk.
- Tambahkan aquadest ad 100ml (perhatikan posisi air yang ditambahkan harus
berada di bawah garis lengkung labu ukur).
3. Masukkan larutan Standar kedalam buret (pastikan kran buret dalam kondisi tertutup).
4. Membuat Larutan CH3COOH 6%

M₁ V₁ = M₂ V₂

1,04 . V₁ = 0,1 . 100

V₁ = 9,6 ml
M = 6 X 1,04 X 10

60
= 1,04 M
- Ambil CH3COOH 9,6 ml masukkan dalam labu ukur, tambahkan aquadest ad
100ml, aduk ad homogen
- Siapkan 3 erlenmeyer
- Ambil larutan CH3COOH sebanyak 5 ml, masukkan dalam masing-masing
labu ukur yang disiapkan
- Tambahkan indikator PP sebanyak 6-7 tetes kedalam masing-masing larutan
CH3COOH.
5. Lakukan titrasi dengan larutan NaOH
Catatlah :
V awal Larutan NaOh (sebelum titrasi) : 22 ml
V akhir Larutan NaOH (sesudah titrasi) : 25,6 ml
6. Titik Ekuivalen tercapai dengan adanya perubahan warna pada larutan CH3COOH
dari bening menjadi pink kemerahan.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN

Titrasi Asam-Basa pada praktikum ini adalah untuk mengatur kadar


konsentrasi CH3COOH dengan NaOH sebagai basa kuat. Reaksi netralisasi dapat
diamati ketika terjadi perubahan warna dari bening berubah menjadi warna pink
kemerahan dengan menggunakan indikator Phenollphtalein sebagai indikatornya.
Pemakaian indikator Phenollphtalein disesuaikan dengan sifat larutan yang
ingin diketahui secara pasti konsentrasinya, ditandai dengan sedikitnya volume NaOH
yang dibutuhkan untuk mecapai titik akhir titrasi.

Anda mungkin juga menyukai