Anda di halaman 1dari 14

Analisa Titrimetri

Analisa titrimetri adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan
larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya (normalitas) secara teliti, dan reaksi
antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Biasanya indicator menyajikan warna yang berbeda pada trayek pH tertentu.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stoikiometri antara zat yang
dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan
titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi.
Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu
senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan
Indikator yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk analisa titrasi volumetrik adalah sebagai berikut :
1. Reaksinya berlangsung cepat.
2. Reaksinya sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stoikiometrik.
3. ada perubahan yang jelas pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara
fisika.
Penggolongan analisis titrimetri reaksi kimia:
1.      Reaksi asam-basa
Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah bersifat asam
dan sebaliknya. Untuk mengetahui titik akhirnya di gunakan indicator. Pemilihzn indicator
didasarkan pada trayek pHnya.
Berdasarkan sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
1. Asidimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku asam.
Contoh : HCl, H2SO4
2. Alkalimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku basa.
Contoh : NaOH, KOH

Indikator dalam Titrasi Asam – Basa


Indikator yang digunakan dalam titrasi asam – basa dinamakan indikator asam – basa.
No. Nama Warna Trayek pH
Indikator
Asam Basa
1. Metil Kuning Merah Kuning Jingga 2,9 – 4,0
2. Metil Jingga Merah Jingga Kuning 3,1 – 4,4
3. Bromo Fenol Blue Kuning Ungu 3,0 – 4,6
4. Merah Metil Merah Kuning 4,2 - 6,2
5. Fenol Merah Kuning Merah 6,4 – 8,0
6. Timol Blue Kuning Biru 8,0 – 9,6
7. Phenolphtalein Tidak Berwarna Merah Ungu 8,0 – 9,8

v  Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)


Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ ion yang bersifat sebagai oksidator dengan senyawa/
ion yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.
Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
1. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan bersifat
sebagai oksidator.
Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :
· Permanganometri, larutan bakunya : KMnO4
· Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7
· Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO4
· Iodimetri, larutan bakunya : I2
2. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai reduktor.
Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah :
Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3 . 5H2O
v  Reaksi Pengendapan (presipitasi)
Yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan/ senyawa yang praktis
tidak terionisasi.
Yang termasuk titrasi pengendapan adalah :
1. Argentometri, larutan bakunya : AgNO3
2. Merkurimetri, larutan bakunya : Hg(NO3)2/ logam raksa itu sendiri

v  Reaksi pembentukan kompleks/chelat


Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali tanah/ ion-
ion logam. Larutan bakunya : EDTA

Larutan Baku
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan teliti. Senyawa
yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku.
Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :
Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan
standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil
penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat.
Syarat-syarat baku primer :
1. Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
2. Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
3. Stabil, tidak mudah bereaksi
4. Mempunyai Mr yang tinggi

No. Larutan Baku Baku Primer


1. NaOH H2C2O4 (as. oksalat), C6H5COOH (as. benzoat), KHP
2. HCl Na2B4O7 (nat. tetraborat), Na2CO3 (nat. karbonat)
3. KMnO4 H2C2O4, As2O3 (arsen trioksida)
4. Iodium As2O3, Na2S2O3.5H2O baku (nat. tio sulfat)
5. Serium (IV) Sulfat As2O3, serbuk Fe pa.
6. AgNO3 NaCl, NH4CNS
7. Na2S2O3 K2Cr2O7, KBrO3, KIO3
8. EDTA CaCO3 pa, Mg pa

Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer karena sifatnya
yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh : larutan
natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

http://zaidanalrazi.blogspot.com/2012/04/analisa-titrimetri.html

  Beberapa Pengertian dan Istilah Titrimeti


Analisa titrimetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan
mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah
diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti,
dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang
spesifik pada berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara
zat yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir
titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis
pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati,
karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus
dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah
sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika.
Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :
1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang
telah di kalibrasi.
2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan
sekunder dengan kemurnian tinggi.
3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ;
1. Reaksi Kimia :
 Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)
Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah
bersifat asam dan sebaliknya.
Berdasarkan sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
1. Asidimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku asam.
Contoh : HCl, H2SO4
2. Alkalimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku basa.
Contoh : NaOH, KOH
 Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ ion yang bersifat sebagai oksidator dengan
senyawa/ ion yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.
Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
1. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan
bersifat sebagai oksidator.
Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :
 Permanganometri, larutan bakunya : KMnO4
 Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7
 Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO4
 Iodimetri, larutan bakunya : I2
2. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai
reduktor.
Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah :
Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3 . 5H2O
 Reaksi Pengendapan (presipitasi)
Yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan/ senyawa
yang praktis tidak terionisasi.
Yang termasuk titrasi pengendapan adalah :
1. Argentometri, larutan bakunya : AgNO3
2. Merkurimetri, larutan bakunya : Hg(NO3)2/ logam raksa itu sendiri
3. 
 Reaksi pembentukan kompleks
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali
tanah/ ion-ion logam. Larutan bakunya : EDTA
2. Berdasarkan cara titrasi
 Titrasi langsung
 Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)
3. Berdasarkan jumlah sampel
 Titrasi makro
Jumlah sampel : 100 – 1000 mg
Volume titran : 10 – 20 mL
Ketelitian buret : 0,02 mL.
 Titrasi semi mikro
Jumlah sampel : 10 – 100 mg
Volume titran : 1 – 10 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL
 Titrasi mikro
Jumlah sampel : 1 – 10 mg
Volume titran : 0,1 – 1 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL
B. Larutan Baku
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan teliti.
Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku.
Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :
Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk
membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi
larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan
yang dibuat.
Contohnya : H2C2O4 . 2H2O, Asam Benzoat (C6H5COOH), Na2CO3, K2Cr2O7, As2O3,
KBrO3, KIO3, NaCl, dll.
Syarat-syarat baku primer :
1. Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
2. Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
3. Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO2, cahaya dan uap air
4. Mempunyai Mr yang tinggi
Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer
kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk membakukan
larutan standar. Contoh : larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan
iodium. Keterangan : pa (pro analisa)
No
. Larutan Baku Baku Primer
1. NaOH H2C2O4 (as. oksalat), C6H5COOH (as. benzoat), KHP
2. HCl Na2B4O7 (nat. tetraborat), Na2CO3 (nat. karbonat)
3. KMnO4 H2C2O4, As2O3 (arsen trioksida)
4. Iodium As2O3, Na2S2O3.5H2O baku (nat. tio sulfat)
5. Serium (IV) Sulfat As2O3, serbuk Fe pa.
6. AgNO3 NaCl, NH4CNS
7. Na2S2O3 K2Cr2O7, KBrO3, KIO3
8. EDTA CaCO3 pa, Mg pa
C. Kenormalan Larutan
adalah jumlah ekuivalen zat terlarut yang ada dalam setiap liter larutan ekuivalen dan
bobot ekuivalen besarnya ditentukan oleh reaksi yang terjadi, meskipun ada
hubungannya dengan mol, Mr atau Ar.
D. Teori Dasar Titrasi Asam – Basa
1. Teori Asam – Basa menurut Arhennius
 Asam adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion H +.
 Basa adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion OH -.
2. Teori Asam – Basa menurut Brownsted Lowry
 Asam adalah pemberi/ donor proton.
 Basa adalah penerima/ akseptor proton.
3. Teori Asam – Basa menurut Lewis
 Asam adalah pemberi pasangan elektron.
 Basa adalah penerima pasangan elektron.
E. Indikator dalam Titrasi Asam – Basa
Indikator yang digunakan dalam titrasi asam – basa dinamakan indikator asam – basa.
No Nama Warna
. Indikator Asam Basa Trayek pH
1. Metil Kuning Merah Kuning Jingga 2,9 – 4,0
2. Metil Jingga Merah Jingga Kuning 3,1 – 4,4
3. Bromo Fenol Blue Kuning Ungu 3,0 – 4,6
4. Merah Metil Merah Kuning 4,2 - 6,2
5. Fenol Merah Kuning Merah 6,4 – 8,0
6. Timol Blue Kuning Biru 8,0 – 9,6
7. Phenolphtalein Tidak Berwarna Merah Ungu 8,0 – 9,8
F. Bobot Ekuivalen
BE dalam titrasi asam – basa adalah banyaknya mol suatu zat yang setara dengan ion
OH- atau ion H+.

http://chemistryoche.blogspot.com/2010/04/titrimetri.html

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik maupun organic.

Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat menggunakan
perubahan potensial untuk mengamati titik akhir titrasi.  Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan
dengan menggunakan indicator.

Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal beberapa
jenis titrimetri redoks sperti iodometri, iodimetri dan permanganometri

A.    Rumusan Masalah
Makalah ini disusun dengan rumusan makalah sebagai berikut :

1.      Apa yang dimaksud dengan Titrasi REDOKS dalam metode Titrimetri ?


2.      Apa prinsip atau teori dasar Titrasi REDOKS?
3.       Bagaimana cara kerja Titrasi REDOKS?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan Titrasi REDOKS?

B.     Tujuan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :

1.      Untuk mempermudah proses belajar Analisa Obat dan Narkoba.


2.      Utuk mengetahui cara titrasi REDOKS  berdasarkan metode titrimetri.
3.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisa Obat dan Narkoba.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Titrasi Redoks

Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar  oksidator dengan suatu reduktor atau
sebaliknya, titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya diantaranya :
1.      Permanganometri
2.      Dikromatometri
3.      Cerimetri
4.      Iodimetri, iodometri dan iodatometri
5.      Bromometri, bromatometri
6.      Nitrimetri

Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan
semua senyawa oksidator dan reduktor, sehingga diperlukan berbagai senyawa titran.

Karena prinsipnya adalah reaksi redoks, sehingga pastinya akan melibatkan senyawa reduktor
dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titran dan
analit. Jadi kalau titranya oksidator maka sampelnya reduktor, dan begitu sebaliknya

Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan reaksi redoks
memegang peran penting.

Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan caramembuat kurva titrasi anatara
potensial larutan dengan volume titran (potensiometri), atau dapat juga menggunakan indicator. 

B. Prinsip Titrasi Redoks

Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan
pelepasan electron.

Dalam setiap reaksi redoks, jumlah electron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan
jumlah electron yang ditangkap oleh oksidator.

Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan
metode setengah reaksi (metode ion electron), hubungan reaksi redoks dan perubahan energy
adalah sebagai berikut:
         Reaksi redoks melibatkan perpindahan electron, arus listrik adalah perpindahan electron
         Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik (ex.sel galvani)

Persamaan elektrokimia  yang berguna dalam perhitungan potensial sel adalah persamaan
Nernst, reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetric bila memenuhi syarat.

Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar  oksidator dengan suatu reduktor atau
sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi reduksi antara analit dengan titran.

C. Metode Kerja Titrasi REDOKS


        Cara Melakukan Titrasi REDOKS
1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret yang telah ditera
2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau erlenmeyer).Ditempatkan tepat
dibawah buret berisi titran
3. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator kanji
4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung buret, dan
tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat
5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit) sampai larutan di dalam gelas
kimia menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi!

D. Contoh Penetapan Kadar Tablet  Vitamin C  dengan titrasi Redoks secara iodimetri
I.                    Tujuan : untuk mengetahui kadar dari tablet vit-C
II.                                    Prinsip : dalam penetapan kadar Vit-C  menggunakan metode Titrimetri  redoks secara iodimetri.
II.                                           Alat dan Bahan :
         Alat :                                                                     
1.      Beaker glass
2.      Spatula
3.      Erlenmeyer
4.      Tabung reaksi
5.      Buret
6.      Pipet ukur
7.      Pipet volume
8.      kawat

         Bahan :
1.      iodium 0.05  N lv
2.      Indicator kanji 1%
3.      H2SO4
4.      NaOH

IV.              Dasar Teori :
Tablet Asam askorbat  mengandung asam askorbat  tidak kurang dari 90,0%  dan tidak lebih dari 110,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket. 

V.                 Cara Kerja
         Penetapan Kadar
Timbang dan serbukan tidak kurang dari 20 tablet, timbang seksama sejumlah serbuk yang setara dengan
lebih kurang 50 mg asam askorbat, larutkan dalam campuran 100 ml air, dan 25 ml  H2SO4 2 N
tambahkan 3 ml kanji LP, titrasi dengan iodium 0,05 N.hingga wana biru tua yang tidak hilang selama 2
menit.

1 ml I2 0,1 N setara dengan 4,946 mg As203

         Pembakuan Iodium
Timbang seksama lebih kurang 150mg, yg sebelimnya telah dikeringkan pada suhu 105 0 c selama 1 jam.
campur dengan 20 ml naoh 1N, tambahkan 40 ml air, 2 tetes jigga metal lp, + hcl encer P hingga warna
kuning berubah menjadi merah muda, tambahkan 2 g N2HCO3 P, encerkan dengan 50 ml air dan
tambahkan 3 ml kanji, titrasi dengan larutan iodium hingga terjadi warna biru yang tidak hilang selama 2
menit.
1 ml I2 0,1 N setara dengan 4,946 mg As203

VI.              Data Pengamatan
         Penetapan Kadar
No. Kertas + Sampel Kertas + Sisa Bobot sampel Vol.titran

1. 250 mg 160 mg 90 mg 8,1 ml

2. 230 mg 150 mg 80 mg 10,2 ml

         Pembakuan iodium
No. Kertas + Sampel Kertas + Sisa Bobot sampel Vol.titran

1. 285 mg 140 mg 145 mg 40, ml

2. 290 mg 150 mg 140 mg 38,9 ml

VII.          Perhitungan

Pembakuan HCl

N1        = mg. Na2CO3 x N~                                


                           Mg~  x  Vol.titran
                
= 145  x  0.05
                           2,473 x 40
                       
                        = 0,0738N

N2        = mg. Na2CO3 x N~


                           Mg~  x  Vol.titran
                
= 140 x  0.05
                           2,473 x 38,9
                       
                        = 0,0727N

Rata-rata N = 0,0738+0,0727  = 0,0732 N


                                         2

Penetapan Kadar
       %1            = V x N titran x ~sampel x br  x 100%
                                    N~    x    Bu    x  ke
                        = 8,1 ml  x  0.0732  x  4,403  x 99,5 mg x 100%
                                    0.05  x  90 mg     x    50 mg
                       
                        =115, 91 % 
             
    %2   = V x N titran x ~sampel  x br x 100%
                                    N~    x    Bu  x  ke
                        = 10,2 ml  x  0.0732  x  4,403  x  99,5 mg x 100%
                                    0.05  x  80  x  50 mg
                       
                        =130, 67  %
             
Rata-rata % = 115, 91 +130, 67  = 123,29 %
                                         2

VIII.       Pembahasan
Titrasi atau analisa volumetric adalah salah satu cara pemakaian jumlah zat kimia yang yang luas
pemakaiannya.Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang
dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan ditentukan.Larutan pereaksi ini
biasanya diketahui kepekatannya dengan pasti dan disebut pentitter atau larutan baku.Sedangkan proses
pembentukan atau penambahan pentitter ke dalam larutan zat yang akan ditentukan disebut titrasi.
Salah satu jenis reaksi dalam titrasi, dalah reaksi redoks yaitu titrasi suatu larutan standar  oksidator
dengan suatu reduktor atau sebaliknya
Kesimpulan
Kadar asam askorbat sebesar 123,29%,tidak sesuai dengan pustaka yaitu tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0%.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Titrasi atau analisa volumetric adalah salah satu cara pemakaian jumlah zat kimia yang yang luas
pemakaiannya.Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang
dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan ditentukan.Larutan pereaksi ini
biasanya diketahui kepekatannya dengan pasti dan disebut pentitter atau larutan baku.Sedangkan proses
pembentukan atau penambahan pentitter ke dalam larutan zat yang akan ditentukan disebut titrasi.
Salah satu jenis reaksi dalam titrasi, adalah reaksi reaksi redoks yaitu titrasi suatu larutan standar 
oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya
Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat menggunakan
perubahan potensial untuk mengamati titik akhir titrasi.  Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan
dengan menggunakan indicator.
B.     Saran
Penulis berharap Titrasi redoks yang telah disajikan dalam bab pembahasan dapat dijadikan referensi
ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga dapat membedakannya dan dapat menerapkanya
secara tepat dengan tujuan memajukan pendidikan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
1.        Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia, Edisi Ke-IV. Jakarta :Departemen Kesehatan RI.
2.        Susanti, S dan Yeanny Wunas.1995. Analisis Kimia Farmasi Kwantiitatif. Makassar :
LEMBAGA PENERBITAN UNHAS.
3.        Khopkar, S.M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI press.
4.        Shevla,G.1990.Vogel I: Buku teks analisis kualitatif makro dan semimikro, edisi V.Jakarta :
Kalman Media Pustaka.
5.        Shevla,G.1990.Vogel II: Buku teks analisis kualitatif makro dan semimikro,Edisi V.Jakarta :
Kalman Media Pustaka.
6.        Connors,A.Kenneth.1975.Pharmaceutical analysis.USA : Library of congres cataloging
7.        Ketaren, S.1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press
8.        Khamdinal. 2009. Tehnik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Putaka Pelajar
9.        Anonim, 2008. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Kendari : Universitas Haluoleo.
10.    Harrizul, 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai