Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA I

KIMIA ANALISA
(PTK I)

Disusun oleh :
Al Arof Muhammad Setyawan
20200410300014

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
PERCOBAAN
TITRASI ASIDIMETRI

I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI ASIDIMETRI

II. PRINSIP PERCOBAAN

Reaksi penggaraman dan reaksi netralisasi

III. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Praktikan memahami konsep dasar reaksi penggaraman dan netralisasi

b. Untuk mengetahui konsentrasi larutan asam

IV. REAKSI PERCOBAAN

Titrasi Asidimetri
Na2CO3 + 2 HCl → 2 NaCl + H2CO3
KOH + HCl → KCl + H2O

V. TEORI PERCOBAAN

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu
yang akan dianalisis. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang
konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan
basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu
basa yang tepat saling menetralkan.
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat
dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya.
Pereaksi yang direaksikan tersebut disebut larutan baku atau standar. Reaksi penetralan
dalam analisis titimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam-basa. Reaksi ini menghasilkan
larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode titimetri didasarkan pada reaksi
kimia sebagai berikut:

1|Titrasi Asidimetri
Dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T untuk menghasilkan
produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar)
konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat ekivalen mol titran sama dengan mol analitnya
begitu pula mol ekivalennya juga berlaku sama.
Dengan demikian secara stoikiometri dapat ditemukan konsentrasi larutan kedua. Dalam
analisis titimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi
tersebut dapat dipergunakan, diantaranya:
1. Reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak adanya
reaksi sampingan.
2. Reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi. Dengan
kata lain konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar. Maka dari
iu dapat terjadi perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik
ekivalensi.
3. Diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai.
Dan diharapkan pula beberapa indikator atau metode instrumental agar analisis dapat
menghentikan penambahan titran.
4. Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan hanya
beberapa menit.

Dalam praktik di laboratorium umumnya digunakan larutan dari asam dan basa dengan
konsentrasi yang diinginkan kemudian distandarisasi dengan larutan standar primer. Reaksi
antara zat yang dipilih sebagai standar utama dan asam atau basa harus memenuhi syarat-
syarat untuk analisis titrimetri. Selain itu, standar utama harus memenuhi karakteristik
sebagai berikut:

1. Tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.
Umumnya jumlah total pengotor tidak melebihi 0.01 – 0.02 %, dan diuji adanya
pengotor dengan uji kualitatif yang diketahui kepekaannya.
2. Zat tersebut mudah mengering dan tidak terlalu higroskopis (mudah menyerap air), hal
itu mengakibatkan air akan ikut saat penimbangan. Zat itu tidak boleh kehilangan berat
saat terpapar di udara. Pada umumnya hirat-hidrat tidak digunakan sebagai standar
utama.
3. Standar utama sebaiknya memiliki berat ekivalen tinggi, yang bertujuan untuk
meminimalkan akibat-akibat dari kesalahan saat penimbangan.

2|Titrasi Asidimetri
4. Asam-basa itu cenderung kuat, yakni sangat terdisosiasi. Namun asam-basa lemah
dapat digunakan sebagai standar utama, tanpa kerugian yang berarti khususnya ketika
larutan standar itu akan digunakan untuk menganalisis sampel dari asam atau basa
lemah.

Berikut adalah beberapa istilah dalam titimetri:

1. Larutan baku : larutan yang konsentrasinya telah atau dapat diketahui dengan pasti atau
yang dapat digunakan untuk mencari konsentrasi zat lain. Rumus umum untuk
mengetahui konsentrasi zat lain dari suatu larutan adalah :

Ket : gr = bobot atau berat zat


BE = bobot ekivalen zat = BM = (Mr/n), dimana n = faktor ekivalen
V = volume larutan

a. Larutan baku primer : onsentrasinya dapat diketahui secara langsung dengan


perhitungan sehingga dapat langsung digunakan untuk menetapkan konsentrasi
zat lain. Maka dalam penimbangan dan pembuatannya harus dilakukan dengan
teliti dan akurat.
b. Larutan baku sekunder : konsentrasinya tidak dapat diketahui secara langsung,
harus dilakukan dahulu dengan standar primer, baru dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi zat lain. Tidak seperti halnya baku primer, dalam
penimbangan dan pembuatan larutan baku sekunder tidak harus teliti dan akurat
karena nantinya akan dibakukan dengan larutan baku primer.
2. Titik ekivalen (setara) : titik dimana jumlah titran dengan titrat adalah sama secara
stoikiometris.
3. Titik akhir : titik dimana terjadi perubahan warna atau kekeruhan yang menandai
berakhirnya suatu titrasi. Secara teoritis titik ekivalen harus sama dengan titik akhir.

3|Titrasi Asidimetri
Penggolongan teknik titrasi

1. Titrasi Langsung (Direct Titration) : larutan contoh langsung dititrasi dengan larutan
standar, misalnya titrasi antara NaOH dengan HCl.
2. Titrasi Tidak Langsung (Back Titration) : cara ini digunakan jika zat yang berada di
dalam contoh tidak bereaksi dengan larutan baku atau bereaksinya sangat lamban.
Dalam kasus ini harus ditambahkan ke dalam larutan contoh sejumlah tertentu zat ketiga
yang berlebihan, kemudian kelebihan zat ketiga dititrasi dengan larutan baku.
3. Titrasi Penggantian (Displacement Titration)
Cara ini dilakukan bila ion yang ditetapkan :
a. Tidak bereaksi langsung dengan larutan baku
b. Tidak bereaksi secara stoikiometri dengan larutan baku
c. Tidak saling mempengaruhi (not interact) dengan larutan penunjuk

Terdapat beberapa teori asam-basa, yaitu :

1. Teori Arhenius. Menurut Arhenius asam adalah zat yang dalam air menghasilkan ion
H+ dan absa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion OH-.
HCl (asam) ↔ H+ + Cl-
NaOH (basa) ↔ Na+ + OH-
Sehingga ion yang bereaksi menghasilkan H+ + OH- ↔ H2O
2. Teori Bronsted-Lawrey. Asam adalah zat yang dapat melepaskan proto (proton donor),
sedangkan basa adalah zat yang dapat mengikat proton (proton akseptor).
Teori Lewis. Asam adalah zat yang dapat mengikat elektron (elektron akseptor),
sedangkan basa adalah zat yang dapat melepaskan elektron (elektron donor).

Untuk mengetahui kapan penambahan titran berhenti, dapat menggunakan sebuah zat
kimia yang disebut indikator, yang bereaksi terhadap adanya titran berlebih dengan
perubahan warna. Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang
mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan
warna ini dapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat
indikator berubah warna disebut titik akhir. Memilih indikator untuk membuat kedua titik
berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek
penting dari analisis titrimetri. Berikut ini beberapa indikator asam basa:

4|Titrasi Asidimetri
High pH Transition pH
Indikator Low pH color color range
Asam pikrat Tak berwarna Kuning 0,1 - 0,8
Biru timol Merah Kuning 1,2 - 2,8
2,6-Dinitrofenol Tak berwarna Kuning 2,0 - 4,0
Kuning metal Merah Kuning 2,9 - 4,0
Jingga metil Kuning Biru 3,1 - 4,4
Hijau bromkesol Merah Kuning 3,8 - 5,4
Merah metil Kuning Biru 4,2 - 6,2
Lakmus Merah Kuning 5,0 - 8,0
Ungu metil Merah Biru 4,8 - 5,4
p-Nitrofenol Ungu Hijau 5,6 - 7,6
Ungu bromkresol Tak berwarna Kuning 5,2 - 6,8
Biru bromtimol Kuning Ungu 6,0 - 7,6
Merah netral Merah Kuning 6,8 - 8,0
Merah fenol Kuning Merah 6,8 - 8,4
p-a Naftolftalin Kuning Merah 7,0 - 9,0
Phenolphtalein (PP) Tak berwarna Merah 8,0 - 9,6
Timolftalin Tak berwarna Biru 9,3 - 10,6
Kuning R alizarin Kuning Lembayung 10,1 - 12,0
1, 3, 5-Trinitrobenzana Tak berwarna Jingga 12,0 - 14,0

Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalen di mana volume dari

penitar yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang

dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan

hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena

adanya indikator pH fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya.

Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan

maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai

"indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah

muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan

akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang

berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah

muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititar.

5|Titrasi Asidimetri
Dalam titrasi asam basa dikenal Titrasi Alkalimetri dan Asidimetri. Berikut ini akan

dijelaskan mengenai titrasi Asidimetri.

Titrasi asidimetri merupakan tipe reaksi penetralan yang ada dalam titrasi asam-basa.
Asidimetri adalah pengukuran atau penentuan konsentrasi larutan asam dalam suatu
campuran. Biasanya dilakukan dengan jalan titrasi bersama larutan basa yang telah
diketahui konsentrasinya, yaitu larutan baku dan suatu indikator untuk menunjukkan titik
akhir titrasi. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi
secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekuivalen. Titik ekuivalen terjadi
pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator
warnanya berubah disebut titik akhir. Ekuivalen dari suatu basa adalah massa basa yang
mengandung suatu gugus hidroksil yang tergantikan. Sedangkan ekivalen dari asam adalah
massa basa yang mengandung suatu gugus hidroksil yang tergantikan.
Reaksi penetralan adalah reaksi yang terjadi antara asam dan basa. Asam adalah zat yang
terdapat dalam air, yang dapat memberikan ion hidrogen (H+) atau ion hidronium (H3O+)
bila dilarutkan dalam air. Sedangkan basa adalah zat dalam air yang menghasilkan ion
hidroksi. Dikatakan bahwa reaksi netralisasi adalah reaksi yang digunakan sebagai
penggabungan ion-ion secara kimia. Zat-zat atmosfer atau amfolit mampu melangsungkan
reaksi netralisasi baik dengan asam maupun basa dan sifat ini disebut dengan sifat amfoter.

Contoh bahan standar utama asidimetri adalah:


1. Natrium karbonat (Na2CO3), untuk standarisasi asam kuat.
2. Natrium borax (Na2B4O7.2H2O), untuk standarisasi asam.
3. Basa organik tris (hidroksimetil) aminometana (CH2OH)3CNH3 biasa disebut TRIS
dan THAM untuk standarisasi asam.

Salah satu contoh untuk analisis asidimetri adalah menentukan kandungan ion
bikarbonat dala air sadah. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral
yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion
kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun
garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan
air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa atau
menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi.
Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.

6|Titrasi Asidimetri
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau
boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau
magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa
tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan
pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan
pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang
terjadi adalah

Ca(HCO3)2 (aq) → CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)

Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara

tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekuivalen.Titik ekuivalen terjadi pada

saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya

berubah disebut titik akhir. Ekuivalen dari suatu basa, adalah massa basa yang

mengandung suatu gugus hidroksil yang tergantikan. Sedangkan Ekuivalen dari asam,

adalah massa basa yang mengandung sutu gugus hidroksil yang tergantikan. Titrasi asam-

basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk digunakan penggunaan

dengan indikator pH pada titik ekivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam

pada titrasi asam atau basa lemah jika penetralan adalah basa atau asam kuat. Salah satu

metode titrasi adalah alkalimetri, yaitu penetralan asam dengan basa. Kadar suatu larutan

basa dapat ditentukan dengan mengambil volume tertentu larutan asam tersebut dan

kemudian titrasi dengan larutan basa yang konsentrasinya diketahui. Temperatur

mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna indikator tergantung secara

tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan perubahan kesetimbangan asam basa

dengan temperatur. Ka akan bertambah besar dengan kenaikan temperatur sampai suatu

batas tertentu, kemudian akan turun kembali pada kenaikan lebih lanjut .

7|Titrasi Asidimetri
VI. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT
1. Neraca atau timbangan 6. Erlenmeyer
2. Buret 7. Labu semprot
3. Bulp 8. Statif + klaim buret
4. Labu ukur 9. Corong
5. Pipet ukur
B. BAHAN
1. Padatan Na2CO3 3. Indikator MO
2. Larutan HCl 4. Sampel Basa (KOH)

VII. RANGKAIAN ALAT

1. Neraca atau timbangan


Digunakan untuk mengukur massa suatu zat.
2. Buret dan statif
Buret digunakan untuk meneteskan sejumlah reagen cair yang memerlukan presisi,
seperti pada proses titrasi. Statif dipakai untuk menahan buret (meletakkan buret) pada
waktu titrasi.
3. Labu Erlenmeyer
Erlenmeyer digunakan untuk meletakkan analit.
4. Pipet
Pipet adalah alat yang digunakan untuk memindahkan volume cairan terukur. Dipakai
untuk mengambil indikator yang akan digunakan pada waktu titrasi.
8|Titrasi Asidimetri
5. Labu ukur
Labu ukur digunakan untuk membuat larutan standar dengan volume tertentu.
6. Bulb
Digunakan untuk mengambil analit pada saat menggunakan pipet ukur.
7. Botol semprot
Digunakan untuk menyimpan aquades dan digunakan untuk mencuci atau membilas
bahan-bahan yang tidak larut dalam air.

VIII. DESKRIPSI PROSES

A. Penetapan Konsentrasi HCl dengan Bahan Baku Primer Natrium Karbonat


1. Buat 100 ml larutan baku primer Natrium Karbonat.
2. Pipet 10 ml larutan tersebut ke dalam labu erlenmeyer.
3. Tambahkan 3-5 tetes indikator MO.
4. Titrasi dengan NaOH dalam buret sampai titik akhir (larutan berwarna jingga).
5. Lakukan selama 3x.

B. Penentuan Kadar Sampel (KOH) Menggunakan Larutan Standar HCl


1. Buat 100 ml larutan baku sekunder KOH.
2. Pipet 10 ml larutan tersebut ke dalam labu erlenmeyer.
3. Tambahkan 3-5 tetes indikator MO.
4. Titrasi dengan HCl standar dalam buret sampai titik akhir (larutan berwarna jingga).
5. Lakukan selama 3x.

9|Titrasi Asidimetri
IX. DATA PENGAMATAN

A. Standarisasi HCl dengan Baku Primer Natrium Karbonat

Vol Na2CO3 = 10 mL
N Na2CO3 = 0,1 N
PENGERJAAN VOL HCl (mL) N HCl
Simplo 12,90 mL 0,0775 N
Duplo 12,90 mL 0,0775 N
Rata-rata 12,90 mL 0,0775 N

B. Menentukan Kadar Sampel (KOH) Menggunakan Larutan Standar HCl


Vol KOH = 10 Ml

N HCl = 0,0775 N

PENGERJAAN VOL HCl (mL) N KOH


Simplo 9,60 mL 0,0744 N
Duplo 9,60 mL 0,0744 N
Rata-rata 9,60 mL 0,0744 N

X. PERHITUNGAN
A. STANDARISASI HCl
Vol. Titrasi : 12,90 mL Vol. Karbonat : 10.00 mL
N. Kabonat : 0.1 N

𝑵 HCl × 𝑽𝒐𝒍. 𝑻𝒊𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 = 𝑽𝒐𝒍. Karbonat × 𝑵. Karbonat


𝑁 HCl × 12,90 = 10.0 × 0.1𝑁
𝑁 HCl = 0.0775 𝑁

B. PERHITUNGAN KADAR KOH


Vol. Titrasi :
Simplo : 9,60 mL N HCl : 0,0775 N
Duplo : 9,60 mL

𝑉 𝑇𝐼𝑇𝑅𝐴𝑆𝐼 . 𝑁 𝑇𝐼𝑇𝑅𝐴𝑁 . 𝐵𝐸 .
Kadar KOH= 100 %
𝑉 𝑆𝐴𝑀𝑃𝐸𝐿(𝑚𝐿) . 1000

10 | T i t r a s i A s i d i m e t r i
9,60 𝑚𝐿 . 0,0775 𝑁 . 56 𝑔/𝑚𝑜𝑙
% Simplo = 100% = 0,4059 %
10 𝑚𝐿 . 1000
9,60 𝑚𝐿 . 0,0775 𝑁 . 56 𝑔/𝑚𝑜𝑙
% Duplo = 100% = 0,4059 %
10 𝑚𝐿 . 1000
0,4059 %+0,4059%
% Rata-rata = = 0,4059 %
2

XI. PEMBAHASAN
Dalam Praktikum ini dipilih natrium karbonat sebagai larutan standar karena Natrium
Karbonat memiliki berat ekuivalen (BE) yang besar (126) sehingga tidak mudah
terpengaruh kemurniannya.
Larutan HCl perlu distandarisasi terlebih dahulu untuk mengetahui normalitas HCl
yang sesungguhnya yang akan digunakan sebagai titran sehingga perhitungan yang
didapat akan lebih akurat.
Titrasi dilakukan berulang-ulang simplo, dan duplo untuk mendapatkan
perbandingan hasil yang lebih akurat digunakan perhitungan rata-rata. Semakin banyak
pengulangan maka data yangdihasilkan akan semakin baik.
Digunakan indikator Methyl Orange adalah indikator pH yang sering digunakan
dalam titrasi karena perubahan warnanya yang jelas dan kontras. Oleh karena ia berubah
warna pada pH sedikit asam, maka biasa digunakan dalam titrasi asam. Tidak seperti
indikator universal, metil jingga tidak memiliki spektrum perubahan warna yang lengkap,
tetapi memiliki titik akhir yang lebih tajam yang menjadi titik akhir dalam titrasi (jingga
tua / gelap ).
Dalam proses titrasi, sebelum memulai pekerjaan diusahakan untuk membersihkan
semua peralatan yang akan digunakan. Proses pembersihan ini digunakan untuk
meminimalisir terjadi kontaminasi akibat dari kotoran yang tertinggal dalam peralatan
yang digunakan. Kotoran ini bisa jadi sisa pereaksi, sisa indikator ataupun sisa sampel
pada pekerjaan sebelumnya
Proses pertama yang dilakukan adalah menstandarisasi larutan HCl yang akan
digunakan selama proses titrasi. Natrium Karbonat bertindak sebagai bahan baku primer
(BBP) ditimbang secara teliti menggunakan neraca analitik lalu kenudian dilarutkan
kedalam labu ukur, diusahakan asam oksalat telah masuk semua kedalam labu ukur dan
dilarutkan sempurna sehingga konsentrasi BBP semakin akurat. Setelah larut kemudian
dihimpitkan kemudian homogenkan.
Dipipet larutan Natrium Karbonat dengan pipet volum dengan akurat, dimasukan

11 | T i t r a s i A s i d i m e t r i
kedalam erlenmeyer kemudian ditirasi menggunakan indikator MO dan titran HCl
sampai dengan titik akhir jingga tua. Pada proses titrasi ini diusahakan dilakukan secara
perlahan tapi berlanjut agar perubahan warna selama titrasi dapat terlihat dengan baik.
Karena jika saat proses titrasi titik akhir titrasi terlewat akan menyebabkan hasil titrasi
tidak akurat dan data yang dihasilkan tidak akurat juga. Maka dari itu pada prosedur kerja
kita dianjurkan untuk melakukan pengulangan agar hasil data yang tersaji menjadi lebih
akurat.
XII. KESIMPULAN
Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan konsentrasi HCl setelah distandarisasi
dengan Natrium Karbonat sebesar 0.0935 N.
Pada pentapan kadar KOH kemudian dititrasi dengan HCl yang sudah diketahui
konsentrasinya, maka didapatkan kadar asam asetat sebesar 0.4059% (simplo), 0.4059%
(duplo).
XII. TUGAS
1.Sebutkan macam-macam indikator asam !
a. Indikator MM
b. Indikator MO
2.Sebutkan macam-macam basa kuat dan basa lemah !
Larutan Basa Kuat :
NaOH = natrium hidroksida
KOH = kalium hidroksida
Ba(OH)₂ = barium hidroksida
Ca(OH)₂ = kalsium hidroksida
Mg(OH)₂ = magnesium hidroksida
Larutan Basa Lemah :
NH₄OH = amonium hidroksida
Fe(OH)₂ = besi (II) hidroksida
Zn(OH)₂ = seng / zink hidroksida
Cu(OH)₂ = tembaga (II) hidroksida
Al(OH)₃ = aluminum hidroksida
3. pH mempengaruhi reaksi tertentu ?
Ya karena pada indikator memiliki trayek ph yang berbeda beda sehingga pH sangat
mempengaruhi titik akhir dari percobaan titrasi.

12 | T i t r a s i A s i d i m e t r i
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Hyprowira. 2019. “Apa yang dimaksud dengan titrasi?”.
https://hyprowira.com/blog/apa-itu-yang- dimaksud-dengan-titrasi/. Diakses pada 17
Maret 2021.

Susanty & Adiwarna. (2021). “Modul Praktikum Teknik Kimia 1 Kimia Analisa (PTK
I)”. Jakarta: Laboratorium Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah
Jakarta.

Sulistyowati. (2018). “Modul Praktikum Analisa Volumetri”. Bogor : Laboratorium


Volumetri SMK- SMAK Bogor.

13 | T i t r a s i A s i d i m e t r i

Anda mungkin juga menyukai