I. JUDUL PERCOBAAN
“TITRASI ASIDIMETRI”
V. TEORI PERCOBAAN
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam
laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volume berperan penting
dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetri. Macam-macam teknik titrasi:
1. Titrasi langsung
Larutan contoh langsung dititrasi dengan larutan standar misalnya antara NaOH dan HCl.
Digunakan jika zat yang berada di dalam contoh tidak bereaksi dengan larutan baku atau
bereaksinya sangat lamban. Dalam kasus ini harus ditambahkan ke dalam larutan contoh sejumlah
tertentu zat ketiga yang berlebihan, kemudian kelebihan zat ketiga dititrasi dengan larutan baku.
3. Titrasi penggantian
1. Titrasi Redoks
Titrasi redoks sesuai namanya merupakan jenis titrasi dengan reaksi redoks. Secara umum ada
tiga macam reaksi redoks. Pertama, titrasi iodometri. Merupakan titrasi redoks dengan
menggunakan I2 dan merupakan jenis reaksi tidak langsung. Karena I2 yang akan bereaksi harus
dibuat terlebih dahulu dengan reaksi redoks sebelumnya. Kedua, titrasi iodimetri. Merupakan
titrasi redoks dengan I2 juga. Bedanya dengan iodometri, I2 yang digunakan langsung dalam wujud
I2 sehingga disebut juga reaksi langsung. Ketiga, titrasi permanganometri. Merupakan reaksi titrasi
dengan memanfaatkan ion Mn2+. Indikator yang digunakan biasanya amilum yang dapat
membentuk kompleks dengan I2 yaitu iodo-amilum berwarna biru. Selain itu bisa juga
menggunakan autoindikator. Dimana kelebihan larutan standar yang menetes pada larutan hasil
reaksi utama yang telah stoikiometris akan menunjukkan gejala tertentu seperti perubahan warna
2. Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri merupakan jenis titrasi dengan reaksi kompleksasi atau pembentukan
ion kompleks. Biasanya digunakan untuk menganalisa kadar logam pada larutan sampel yang
dapat membentuk kompleks dengan larutan standar yang biasanya merupakan ligan. Indikator
yang digunakan biasanya akan bereaksi dengan kelebihan titran (sama-sama membentuk ion
kompleks) dan menunjukkan perubahan warna. Pada titrasi jenis ini ada banyak hal yang harus
ditimbang dan diperhatikan mengingat pembentukan ion kompleks adalah spesifik pada kondisi
tertentu. Misalnya pada pH tertentu sehingga larutan sampel harus didapar dengan buffer pH
tertentu pula.
Titrasi asam basa merupakan metode analisis kuantitatif yang berdasarkan reaksi asam basa.
Sesuai persamaan umum reaksi asam basa: asam + basa à garam + air. Indikator yang biasa
Kurva titrasi asam basa biasanya dapat dibuat dengan membuat plot antara ml titran (sb.x) dengan
pH larutan (sb.y).
4. Titrasi Argentometri
Titrasi argentometri adalah jenis titrasi yang digunakan khusus untuk reaksi pengendapan.
Prinsip umumnya adalah mengenai kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan dari reagen-reagen
yang bereaksi. Secara umum, metode titrasi argentometri ada tiga macam. Pertama, metode Mohr.
Pada metode ini tidak ada indikator yang digunakan. Sehingga untuk menandai titik akhir titrasi
adalah tingkat kekeruhan dari larutan sampel. Ketika larutan standar telah mengalami reaksi
stoikiometris dengan larutan sampel, maka ml larutan standar berikutnya yang menetes pada
larutan sampel akan menghasilkan endapan karena larutan hasil reaksi titrasi telah jenuh. Namun,
dapat juga digunakan indikator yang dapat bereaksi dengan kelebihan larutan standar dan
membentuk endapan dengan warna yang berbeda dari endapan reaksi utama. Kedua, metode
Volhard. Metode ini menggunakan indikator yang akan bereaksi dengan kelebihan larutan standar
membentuk ion kompleks dengan warna tertentu. Ketiga, metode Fajans. Metode ini
menggunakan indikator adsorpsi. Endapan yang terbentuk dari reaksi utama dapat menyerap
Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik yang perhitungannya
berdasarkan hubungan stoikiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi
kimia seperti:
aA + tT → Produk
Dengan keterangan (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut
titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan
konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standarisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga
sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan bahan titik ekivalen titran
telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, dapat menggunakan sebuah zat kimia
Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang mempunyai warna berbeda
ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi
tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Memilih
indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya)
merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrimetri. Berikut ini beberapa indikator asam basa:
A. Menurut Archenius
Asam adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan H+
sebagai satu-satunya ion positif. Basa adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air,
akan melepaskan ion OH-.Contoh : HCl merupakan asam kuat, dimana dalam air akan
terdisosiasi sempurna:
HCl H+ + Cl-
H+ + H2O H3O+
Dari reaksi ini terlihat bahwa H+ tidak terdapat bebas dalam air melainkan terikat pada
Asam adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton, disebut sebagai donor
proton. Basa adalah suatu senyawa yang dapat menerima proton, disebut sebagai akseptor proton.
A H+ + B
Asam adalah suatu senyawa yang dapat menerima sepasang electron bebas, disebut
Istilah titrasi menyangkut proses untuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai
titik ekivalen. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif /
stokiometri.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator
Reagen yang diketahui konsentrasinya dan digunakan volumenya untuk mereaksikan sampel
disebut dengan penitar yang di simpan di dalam buret yang terkalibrasi. Konsentrasi penitar diketahui
dengan melakukan standarisasi dengan larutan baku. Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut
Suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode
penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Konsentrasi
larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut dalam satu
liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan). Satuan
molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan satuan
normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena dapat memudahkan perhitungan.
ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalen di mana
volum dari penitar yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang
dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir
mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan
maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai
contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak
membutuhkan indikator. Ketika penitar dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah
mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi
diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan
permanganat) dalam larutan yang sedang dititar. Dalam titrasi asam basa dikenal Titrasi Alkalimetri
Asidimetri merupakan tipe reaksi penetralan yang ada dalam titrasi asam-basa. Asidimetri
adalah pengukuran atau penentuan konsentrasi larutan asam dalam suatu campuran. Biasanya
dilakukan dengan jalan titrasi bersama larutan basa yang telah diketahui konsentrasinya, yaitu larutan
baku dan suatu indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Salah satu contoh titrasi asidimetri
Larutan
asam
Larutan
basa
dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekuivalen.Titik ekuivalen terjadi pada saat terjadinya
perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir.
Ekuivalen dari suatu basa, adalah massa basa yang mengandung suatu gugus hidroksil yang
tergantikan. Sedangkan Ekuivalen dari asam, adalah massa basa yang mengandung sutu gugus
hidroksil yang tergantikan.. Titrasi asam-basa menetapkan beraneka ragam zat yang bersifat asam
dengan basa, baik organik maupun anorganik. Banyak contoh dalam analitiknya dapa diubah secara
kimia menjadi asam atau basa dan kemudian ditetapkan dengan titrasi Titrasi asam-basa dapat
memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk digunakan penggunaan dengan indikator pH pada
titik ekivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika
penetralan adalah basa atau asam kuat. Salah satu metode titrasi adalah alkalimetri, yaitu penetralan
asam dengan basa. Kadar suatu larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil volume tertentu
larutan asam tersebut dan kemudian titrasi dengan larutan basa yang konsentrasinya diketahui.
Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna indikator tergantung secara
tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan perubahan kesetimbangan asam basa dengan
temperatur. Ka akan bertambah besar dengan kenaikan temperatur sampai suatu batas tertentu,
kemudian akan turun kembali pada kenaikan labih lanjut . Berikut ini hal-hal yang mempengaruhi laju
reaksi:
1. Konsentrasi Pereaksi
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin
menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi
pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun
semakin kecil.
2. Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu
rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak,
Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi
semakin kecil.
3. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi
seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan
4. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi
tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih
cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya
terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi,
sebab semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka tumbukan yang
terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga,
apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang
terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang
direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat
waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin
a. Alat: b. Bahan :
Titrasi Asidimetri Halaman 9
1. Neraca atau timbangan 1. Padatan Na2CO3
3. Bulp 3. Indikator MO
5. Pipet Ukur
6. Erlenmeyer
7. Labu Semprot
9. Corong
6. Titrasi dengan HCl dalam buret sampai titik akhir larutan jingga.
6. Titrasi dengan HCl standar dalam buret sampai titik akhir berwarna jingga.
0,1 𝑁 𝑥 53 𝑥 250 𝑚𝐿
= 1000
= 1,325 gram
V1 . N1 = V2 . N2
N1 = Normalitas Na2CO3
V2 = Volume HCl
N2 = Normalitas HCl
0,1 𝑁 𝑥 56 𝑥 250 𝑚𝐿
= 1000
= 1,647 gram
N1 = Normalitas HCl
V2 = Volume KOH
N2 = Normalitas KOH
0,10815 𝑥 0,01 𝑥 56
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1
𝑥 100%
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 6,06%
IX. TUGAS
Jawab: Congo red, Methyl orange, Bromocresol blue, Methyl red, Bromophenol blue, Gentain
Jawab: a. Basa Kuat : KOH, NaOH, Ba(OH)2, Sr(OH)2, CsOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, LiOH,
RbOH
Pada praktikum asidimetri ini, sampel yang akan ditentukan konsentrasi atau kadarnya adalah
senyawa basa kuat yaitu KOH. Sebelum menentukan konsentrasinya, ada beberapa hal yang harus
dilakukan terlebih dahulu, yaitu pembuatan larutan baku primer dan pembakuan larutan baku sekunder
oleh larutan baku primer. Pada praktikum kali ini pula, larutan baku primer yang digunakan adalah
Na2CO3 1,325 gram yang kemudian dilarutkan didalam labu ukur sampai tanda tera pada labu ukur
250 mL, pembuatannya pun harus dilakukan secara teliti, mulai dari menimbang sampai melarutkan.
Berbeda dengan pembuatan larutan baku sekunder yang pada umumnya dilakukan di dalam beaker
glass, karena ketidak akuratan pembuatan dapat di abaikan. Larutan HCl yang akan diteteskan (titran)
dimasukkan ke dalam buret melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar pertumpahan larutan
baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan
sesudah titrasi. Larutan Na2CO3 yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan
mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet ukur. Untuk mengamati titik ekivalen,
dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir
bukan titik ekivalen. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen
dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana Na2CO3 dan HCl keduanya setara, yaitu dimana
Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal basa, ditempatkan di dalam flask
bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal asam) yang
terdapat didalam buret, ditambahkan ke basa. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian
dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna
indikator methyl orange . Titik pada titrasi dimana methyl orange warnanya berubah menjadi warna
jingga, karena indikator ini dapat berubah warna dalam keadaan asam, yaitu diantara PH 3,1 - 4,4 ,
Volume HCl yang terpakai dicatat dan percobaan ini dilakukan sekali lagi, data yang telah
terkumpul digunakan untuk menentukan kadar HCL dalam satuan Normalitas. Pembakuan pun telah
selesai dilakukan, langkah terakhir adalah menentukan kadar KOH yang menjadi sampelnya, cara
menggunakan rumus
XI.KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh kadar KOH yaitu 6,06% dengan Normalitas HCl
yaitu 0,1084 N. Dengan pembakuan HCl menggunakan baku primer Na2CO3 sebanyak 1,325 gram.
Brady, James E. 1999. Kimia Universutas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara
http://chemical1995.blogspot.co.id/2014/07/titrasi-asidimetrialkalimetri-titration.html
(17/03/2017, 9:53pm)
https://polarisasi.wordpress.com/materi-kimia-kelas-xi/laju-reaksi/faktor-faktor-yang-
pm)