Anda di halaman 1dari 14

TITRASI ASIDIMETRI

I. JUDUL PERCOBAAN
“TITRASI ASIDIMETRI”

II. PRINSIP PERCOBAAN


Reaksi penggaraman dan reaksi netralisasi

III. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Praktikan memahami konsep dasar reaksi penggaraman dan netralisasi.
b. Untuk mengetahui konsentrasi larutan basa.

IV. REAKSI PERCOBAAN


Na2CO3 + 2 HCl  2 NaCl + H2CO3
KOH + HCl  KCl + H2O

V. TEORI PERCOBAAN
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam

laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volume berperan penting

dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetri. Macam-macam teknik titrasi:

1. Titrasi langsung

Larutan contoh langsung dititrasi dengan larutan standar misalnya antara NaOH dan HCl.

2. Titrasi tidak langsung

Digunakan jika zat yang berada di dalam contoh tidak bereaksi dengan larutan baku atau

bereaksinya sangat lamban. Dalam kasus ini harus ditambahkan ke dalam larutan contoh sejumlah

tertentu zat ketiga yang berlebihan, kemudian kelebihan zat ketiga dititrasi dengan larutan baku.

3. Titrasi penggantian

Cara ini dilakukan bila ion yang ditetapkan:

a. Tidak bereaksi langsung dengan larutan baku

b. Tidak bereaksi secara stokiometri dengan larutan baku

Titrasi Asidimetri Halaman 1


c. Tidak saling mempengaruhi dengan larutan petunjuk

Macam-macam Jenis Titrasi, diantaranya :

1. Titrasi Redoks

Titrasi redoks sesuai namanya merupakan jenis titrasi dengan reaksi redoks. Secara umum ada

tiga macam reaksi redoks. Pertama, titrasi iodometri. Merupakan titrasi redoks dengan

menggunakan I2 dan merupakan jenis reaksi tidak langsung. Karena I2 yang akan bereaksi harus

dibuat terlebih dahulu dengan reaksi redoks sebelumnya. Kedua, titrasi iodimetri. Merupakan

titrasi redoks dengan I2 juga. Bedanya dengan iodometri, I2 yang digunakan langsung dalam wujud

I2 sehingga disebut juga reaksi langsung. Ketiga, titrasi permanganometri. Merupakan reaksi titrasi

dengan memanfaatkan ion Mn2+. Indikator yang digunakan biasanya amilum yang dapat

membentuk kompleks dengan I2 yaitu iodo-amilum berwarna biru. Selain itu bisa juga

menggunakan autoindikator. Dimana kelebihan larutan standar yang menetes pada larutan hasil

reaksi utama yang telah stoikiometris akan menunjukkan gejala tertentu seperti perubahan warna

yang menandai titrasi harus dihentikan.

2. Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri merupakan jenis titrasi dengan reaksi kompleksasi atau pembentukan

ion kompleks. Biasanya digunakan untuk menganalisa kadar logam pada larutan sampel yang

dapat membentuk kompleks dengan larutan standar yang biasanya merupakan ligan. Indikator

yang digunakan biasanya akan bereaksi dengan kelebihan titran (sama-sama membentuk ion

kompleks) dan menunjukkan perubahan warna. Pada titrasi jenis ini ada banyak hal yang harus

ditimbang dan diperhatikan mengingat pembentukan ion kompleks adalah spesifik pada kondisi

tertentu. Misalnya pada pH tertentu sehingga larutan sampel harus didapar dengan buffer pH

tertentu pula.

3. Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa merupakan metode analisis kuantitatif yang berdasarkan reaksi asam basa.

Sesuai persamaan umum reaksi asam basa: asam + basa à garam + air. Indikator yang biasa

Titrasi Asidimetri Halaman 2


digunakan adalah indikator yang dapat memprofilkan perubahan warna pada trayek pH tertentu.

Kurva titrasi asam basa biasanya dapat dibuat dengan membuat plot antara ml titran (sb.x) dengan

pH larutan (sb.y).

4. Titrasi Argentometri

Titrasi argentometri adalah jenis titrasi yang digunakan khusus untuk reaksi pengendapan.

Prinsip umumnya adalah mengenai kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan dari reagen-reagen

yang bereaksi. Secara umum, metode titrasi argentometri ada tiga macam. Pertama, metode Mohr.

Pada metode ini tidak ada indikator yang digunakan. Sehingga untuk menandai titik akhir titrasi

adalah tingkat kekeruhan dari larutan sampel. Ketika larutan standar telah mengalami reaksi

stoikiometris dengan larutan sampel, maka ml larutan standar berikutnya yang menetes pada

larutan sampel akan menghasilkan endapan karena larutan hasil reaksi titrasi telah jenuh. Namun,

dapat juga digunakan indikator yang dapat bereaksi dengan kelebihan larutan standar dan

membentuk endapan dengan warna yang berbeda dari endapan reaksi utama. Kedua, metode

Volhard. Metode ini menggunakan indikator yang akan bereaksi dengan kelebihan larutan standar

membentuk ion kompleks dengan warna tertentu. Ketiga, metode Fajans. Metode ini

menggunakan indikator adsorpsi. Endapan yang terbentuk dari reaksi utama dapat menyerap

indikator adsorpsi pada permukaannya sehingga endapan tersebut terlihat berwarna.

Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik yang perhitungannya

berdasarkan hubungan stoikiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi

kimia seperti:

aA + tT → Produk

Dengan keterangan (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut

titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan

konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan

konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standarisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga

sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan bahan titik ekivalen titran

telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, dapat menggunakan sebuah zat kimia

Titrasi Asidimetri Halaman 3


yang disebut indikator, yang bereaksi terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna.

Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang mempunyai warna berbeda

ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi

tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Memilih

indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya)

merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrimetri. Berikut ini beberapa indikator asam basa:

Tabel 1. Indikator Asam Basa

Indikator Perubahan warna dengan naiknya pH Jangka pH


Asam pikrat Tak-berwarna ke kuning 0,1-0,8

Biru timol Merah ke kuning 1,2-2,8

2,6-Dinitrofenol Tak-berwarna ke kuning 2,0-4,0

Kuning metal Merah ke kuning 2,9-4,0

Jingga metil Kuning ke biru 3,1-4,4

Hijau bromkresol Merah ke kuning 3,8-5,4

Merah metil Kuning ke biru 4,2-6,2

Lakmus Merah ke kuning 5,0-8,0

Ungu metil Merah ke biru 4,8-5,4

p-Nitrofenol Ungu ke hijau 5,6-7,6

Ungu bromkresol Tak-berwarna ke kuning 5,2-6,8

Biru bromtimol Kuning ke ungu 6,0-7,6

Merah netral Merah ke kuning 6,8-8,0

Merah fenol Kuning ke merah 6,8-8,4

p-a Naftolftalin Kuning ke merah 7,0-9,0

Phenolphtalein (pp) Tak-berwarna ke merah 8,0-9,6

Timolftalin tak-berwarna ke biru 9,3-10,6

Titrasi Asidimetri Halaman 4


Kuning R alizarin Kuning ke lembayung 10,1-12,0

1, 3, 5-Trinitrobenzena Tak-berwarna ke jingga 12,0-14,0

Konsep teori asam-basa:

A. Menurut Archenius

Asam adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan H+

sebagai satu-satunya ion positif. Basa adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air,

akan melepaskan ion OH-.Contoh : HCl merupakan asam kuat, dimana dalam air akan

terdisosiasi sempurna:

HCl  H+ + Cl-

H+ + H2O  H3O+

Dari reaksi ini terlihat bahwa H+ tidak terdapat bebas dalam air melainkan terikat pada

molekul H2O (kelemahan teori Archenius).

B. Menurut Bronsted dan Lowry

Asam adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton, disebut sebagai donor
proton. Basa adalah suatu senyawa yang dapat menerima proton, disebut sebagai akseptor proton.

Asam  proton + Basa konjugasi

A  H+ + B

C. Menurut G.N. Lewis

Asam adalah suatu senyawa yang dapat menerima sepasang electron bebas, disebut

sebagai akseptor pasangan electron bebas.

Istilah titrasi menyangkut proses untuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai

titik ekivalen. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik

adalah sebagai berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif /

stokiometri.

Titrasi Asidimetri Halaman 5


3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia

maupun secara fisika.

4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator

potensiometri dapat pula digunakan.

Reagen yang diketahui konsentrasinya dan digunakan volumenya untuk mereaksikan sampel

disebut dengan penitar yang di simpan di dalam buret yang terkalibrasi. Konsentrasi penitar diketahui

dengan melakukan standarisasi dengan larutan baku. Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut

yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu:

1. Larutan baku primer

Suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode

gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan

penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Konsentrasi

larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut dalam satu

liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan). Satuan

molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan satuan

normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena dapat memudahkan perhitungan.

Syarat bahan baku primer yang digunakan antara lain:

a. Tersedia dalam bentuk murni

b. Zat tersebut mudah mongering dan tidak terlalu higroskopis.

c. Memiliki berat ekivalen tinggi

d. Zat tersebut mudah larut dalam air

2. Larutan baku sekunder

Suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan

menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.

Contoh Bahan Standar Utama untuk Alkalimetri:

1. Natrium Karbonat (Na2CO3)

2. Natrium Borax (Na2B4O7.2H2O)

3. Basa Organik tris (hidroksimetil) aminometana (CH2OH) 3CNH3

Titrasi Asidimetri Halaman 6


Titrasi dilakukan hingga titik akhir, Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai yang

ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalen di mana

volum dari penitar yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang

dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir

mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator

pH fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya.

Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan

maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai

contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak

membutuhkan indikator. Ketika penitar dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah

mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi

diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan

permanganat) dalam larutan yang sedang dititar. Dalam titrasi asam basa dikenal Titrasi Alkalimetri

dan Asidimetri. Berikut ini akan dijelaskan mengenai titrasi Asidimetri.

Asidimetri merupakan tipe reaksi penetralan yang ada dalam titrasi asam-basa. Asidimetri

adalah pengukuran atau penentuan konsentrasi larutan asam dalam suatu campuran. Biasanya

dilakukan dengan jalan titrasi bersama larutan basa yang telah diketahui konsentrasinya, yaitu larutan

baku dan suatu indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Salah satu contoh titrasi asidimetri

menentukan ion karbonat dalam air sadah.

Larutan
asam

Larutan
basa

Titrasi Asidimetri Halaman 7


Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat

dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekuivalen.Titik ekuivalen terjadi pada saat terjadinya

perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir.

Ekuivalen dari suatu basa, adalah massa basa yang mengandung suatu gugus hidroksil yang

tergantikan. Sedangkan Ekuivalen dari asam, adalah massa basa yang mengandung sutu gugus

hidroksil yang tergantikan.. Titrasi asam-basa menetapkan beraneka ragam zat yang bersifat asam

dengan basa, baik organik maupun anorganik. Banyak contoh dalam analitiknya dapa diubah secara

kimia menjadi asam atau basa dan kemudian ditetapkan dengan titrasi Titrasi asam-basa dapat

memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk digunakan penggunaan dengan indikator pH pada

titik ekivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika

penetralan adalah basa atau asam kuat. Salah satu metode titrasi adalah alkalimetri, yaitu penetralan

asam dengan basa. Kadar suatu larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil volume tertentu

larutan asam tersebut dan kemudian titrasi dengan larutan basa yang konsentrasinya diketahui.

Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna indikator tergantung secara

tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan perubahan kesetimbangan asam basa dengan

temperatur. Ka akan bertambah besar dengan kenaikan temperatur sampai suatu batas tertentu,

kemudian akan turun kembali pada kenaikan labih lanjut . Berikut ini hal-hal yang mempengaruhi laju

reaksi:

1. Konsentrasi Pereaksi

Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin

besarkonsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga

menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi

pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun

semakin kecil.

2. Suhu

Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu

rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak,

Titrasi Asidimetri Halaman 8


sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar.

Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi

semakin kecil.

3. Tekanan

Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi

seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan

memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi.

4. Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa

mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi

tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih

cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya

terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih

rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.

5. Luas Permukaan Sentuh

Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi,

sebab semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka tumbukan yang

terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga,

apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang

terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang

direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat

waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin

lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

VI. ALAT DAN BAHAN

a. Alat: b. Bahan :
Titrasi Asidimetri Halaman 9
1. Neraca atau timbangan 1. Padatan Na2CO3

2. Buret 2. Larutan HCl

3. Bulp 3. Indikator MO

4. Labu Ukur 4. Sampel Basa KOH

5. Pipet Ukur

6. Erlenmeyer

7. Labu Semprot

8. Statif + Klaim Buret

9. Corong

VII. DESKRIPSI PROSES

A. Standarisasi HCl dengan bahan baku primer Na2CO3

1. Timbang ±1,325 gram Padatan Na2CO3.

2. Masukan dalam Labu Ukur 250 mL, larutkan dengan aqudest.

3. Himpitkan hingga tanda tera, homogenkan

4. Pipet 10,0 mL larutan, masukkan kedalam Erlenmeyer

5. Tambahkan 3-5 tetes indikator MO.

6. Titrasi dengan HCl dalam buret sampai titik akhir larutan jingga.

7. Lakukan sebanyak 2 kali.

B. Penetapan Kadar KOH

1. Timbang ±1,647 gram padatan KOH

2. Masukan dalam Labu Ukur 25 mL, larutkan dengan aqudest.

3. Himpitkan hingga tanda tera, homogenkan.

4. Pipet 10,0 mL larutan kedalam Erlenmeyer.

5. Tambahkan 3-5 tetes indikator MO.

6. Titrasi dengan HCl standar dalam buret sampai titik akhir berwarna jingga.

7. Lakukan sebanyak 2 kali.

VIII. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

A. Standarisasi HCl dengan Bahan baku primer Na2CO3

Titrasi Asidimetri Halaman 10


𝑵𝒐𝒓𝒎𝒂𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝐍𝐚𝟐 𝐂𝐎𝟑 𝒙 𝑩𝒔𝒕 𝐍𝐚𝟐 𝐂𝐎𝟑 𝒙 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆
1. gram Na2CO3 =
𝟏𝟎𝟎𝟎

0,1 𝑁 𝑥 53 𝑥 250 𝑚𝐿
= 1000

= 1,325 gram

2. Diketahui : Volume Na2CO3 = 10 mL

Normalitas Na2CO3 = 0,1 N

Pengerjaan Volume HCl (mL) N. HCl


Simplo 9,20 0,1087 N
Duplo 9,25 0,1081 N
Rata-rata 9,225 0,1084 N

Menentukan Konsentrasi HCl:

V1 . N1 = V2 . N2

Keterangan : V1 = Volume Na2CO3

N1 = Normalitas Na2CO3

V2 = Volume HCl

N2 = Normalitas HCl

B. Penetapan Kadar KOH


𝑵𝒐𝒓𝒎𝒂𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝐊𝐎𝐇 𝒙 𝑩𝒔𝒕 𝐊𝐎𝐇 𝒙 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆
1. gram KOH = 𝟏𝟎𝟎𝟎

0,1 𝑁 𝑥 56 𝑥 250 𝑚𝐿
= 1000

= 1,647 gram

2. Diketahui: Volume KOH : 10 mL

Normalitas HCl : 0,1084 N

Pengerjaan Volume NaOH (mL) N. NaOH


Simplo 10,00 0,1084 N
Duplo 10,05 0,1079 N
Rata-rata 10, 025 0,10815 N

Menentukan Konsentrasi NaOH: V1 . N1 = V2 . N2

Keterangan : V1 = Volume HCl

N1 = Normalitas HCl

V2 = Volume KOH

N2 = Normalitas KOH

Titrasi Asidimetri Halaman 11


3. Menetukan kadar KOH
𝑵 𝑯𝑪𝒍 𝒙 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑲𝑶𝑯 𝒙 𝑴𝒓 𝑲𝑶𝑯
𝒈𝒓𝒂𝒎 = 𝑩𝑬
𝒙 𝟏𝟎𝟎%

0,10815 𝑥 0,01 𝑥 56
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1
𝑥 100%

𝑔𝑟𝑎𝑚 = 6,06%

IX. TUGAS

1. Sebutkan macam-macam indicator asam?

Jawab: Congo red, Methyl orange, Bromocresol blue, Methyl red, Bromophenol blue, Gentain

violet, Leucolomalachite green (first transition),Thymol blue (First transition).

2. Sebutkan macam-macam basa kuat dan basa lemah?

Jawab: a. Basa Kuat : KOH, NaOH, Ba(OH)2, Sr(OH)2, CsOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, LiOH,

RbOH

b. Basa Lemah : Fe(OH)2, NH3, NH2OH, Al(OH)3, CH3NH3OH, C2H5NH3OH

3. Apakah pH mempengaruhi reaksi tertentu?

Titrasi Asidimetri Halaman 12


X. PEMBAHASAN

Pada praktikum asidimetri ini, sampel yang akan ditentukan konsentrasi atau kadarnya adalah

senyawa basa kuat yaitu KOH. Sebelum menentukan konsentrasinya, ada beberapa hal yang harus

dilakukan terlebih dahulu, yaitu pembuatan larutan baku primer dan pembakuan larutan baku sekunder

oleh larutan baku primer. Pada praktikum kali ini pula, larutan baku primer yang digunakan adalah

Na2CO3 1,325 gram yang kemudian dilarutkan didalam labu ukur sampai tanda tera pada labu ukur

250 mL, pembuatannya pun harus dilakukan secara teliti, mulai dari menimbang sampai melarutkan.

Berbeda dengan pembuatan larutan baku sekunder yang pada umumnya dilakukan di dalam beaker

glass, karena ketidak akuratan pembuatan dapat di abaikan. Larutan HCl yang akan diteteskan (titran)

dimasukkan ke dalam buret melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar pertumpahan larutan

baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan

sesudah titrasi. Larutan Na2CO3 yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan

mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet ukur. Untuk mengamati titik ekivalen,

dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir

bukan titik ekivalen. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen

dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana Na2CO3 dan HCl keduanya setara, yaitu dimana

keduanya tidak ada yang berlebihan.

Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal basa, ditempatkan di dalam flask

bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal asam) yang

terdapat didalam buret, ditambahkan ke basa. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian

dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna

indikator methyl orange . Titik pada titrasi dimana methyl orange warnanya berubah menjadi warna

jingga, karena indikator ini dapat berubah warna dalam keadaan asam, yaitu diantara PH 3,1 - 4,4 ,

fenomena ini disebut dengan disebut titik akhir titrasi.

Volume HCl yang terpakai dicatat dan percobaan ini dilakukan sekali lagi, data yang telah

terkumpul digunakan untuk menentukan kadar HCL dalam satuan Normalitas. Pembakuan pun telah

selesai dilakukan, langkah terakhir adalah menentukan kadar KOH yang menjadi sampelnya, cara

Titrasi Asidimetri Halaman 13


yang digunakan sama dengan cara pembakuan HCl dengan Na2CO3. Untuk menghitung kadar KOH

menggunakan rumus

𝑵 𝑯𝑪𝒍 𝒙 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑲𝑶𝑯 𝒙 𝑴𝒓 𝑲𝑶𝑯


𝒈𝒓𝒂𝒎 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝑬

XI.KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh kadar KOH yaitu 6,06% dengan Normalitas HCl

yaitu 0,1084 N. Dengan pembakuan HCl menggunakan baku primer Na2CO3 sebanyak 1,325 gram.

Titik akhir titrasi berwarna jingga.

XII. DAFTAR PUSTAKA

 Brady, James E. 1999. Kimia Universutas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara

 Keenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

 http://chemical1995.blogspot.co.id/2014/07/titrasi-asidimetrialkalimetri-titration.html

(17/03/2017, 9:53pm)

 https://polarisasi.wordpress.com/materi-kimia-kelas-xi/laju-reaksi/faktor-faktor-yang-

mempengaruhi-laju-reaksi/ (17/03/2017, 9:59 pm)

 http://agustarsana.blogspot.co.id/2010/11/perubahan-warna-indikator.html (17/03/2017, 9:30

pm)

 Arief, Muhammad. 2011. Kimia Analisis. Bogor : SMAKBO

Titrasi Asidimetri Halaman 14

Anda mungkin juga menyukai