Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALK IBRAHIM


FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI
JURUSAN KIMIA
2010

BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Senyawa fosfat dalam air limbah akan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan perairan.
Tanah dapat dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah dalam rangka mengurangi pencemaran
lingkungan menyebabkan suatu fenomena yang disebut eutrofikasi (pengkayaan nutrien). Untuk
mencegah kejadian tersebut, air limbah yang akan dibuang harus diolah terlebih dahulu untuk
mengetahui kandungan fosfat sampai pada nilai.
Kandungan phosphat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan organisme lainnya.
Phosphat kebanyakan berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa phosphat. Dalam
industri kegunaan phosphat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan. Maka pada saat
penggantian air ketel, buangan ketel ini menjadi sumber phosphat. Pengukuran kandungan phosphat
dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phosphat sehingga tidak merangsang
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dalam air. Sebab pertumbuhan subur akan menghalangi kelancaran
arus air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan air akan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut dan kesuburan tanaman lainnya.
Pada analisis ini kandungan phospat dalam air limbah diketahui dengan cara titrasi asam basa
yakni dengan menggunakan pembakuan terhadap titran terlebih dahulu. Sehingga diharapkan
diketahui kandungan phospat dalam air limbah dengan menggunakan metode titrasi asam basa ini.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana mengetahui atau menentukan kadar phospat dalam air limbah dengan menggunakan
metode titrasi asam basa
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kandungan phospat dalam air limbah dengan menggunakan metode asam
basa.

BAB II
ISI

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Analisis Tritimetri
Analisis titrimetri dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan yang belum diketahui dengan
menggunakan larutan baku. Analisis tritimetrik disebut juga volumetri karena dalam pelaksanaannya
diperoleh data yaitu volume larutan pereaksi baku dan volume larutan sampel. Larutan
baku merupakan larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya. Jika suatu pereaksi dapat
diperoleh dalam keadaan murni, maka untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi tertentu cukup

dilakukan penimbangan dengan teliti. jumlah tertentu pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volum
tertentu. Larutan baku yang diperoleh dengan cara ini dinamakan larutan baku primer.
Suatu zat dapat menjadi baku primer jika memenuhi persyaratan-persyaratan berikut: 1. mudah
diperoleh, dimurnikan dan dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 C) dan disimpan dalam
keadaan murni. 2. tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat selama penimbangan di
udara. 3. zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kuantitatif dan kepekaan tertentu. 4.
sedapat mungkin mempunyai massa relatif atau massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan
karena penimbangan dapat diabaikan. 5. zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih. 6.
reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
kesalahan titrasi harus dapat diabaikan (tidak berpengaruh), atau dapat ditentukan secara tepat dan
mudah.
Dalam praktek, zat baku primer yang ideal sukar diperoleh dan toleransi pada persyaratan
diatas dapat dilakukan. Zat-zat yang biasa digunakan sebagai zat baku primer pada titrasi asam basa
adalah antara lain, natrium(I) karbonat, natrium(I) tetraborat, kalium hidrogen ftalat, asam klorida
dengan titik didih tetap, asam bensoat dan asam suksinat.
Cara pembakuan terbaik adalah dengan memakai jenis reaksi yang sama dengan macam
reaksi yang terjadipada pemakaian larutan yang dilakukan tersebut. Larutan yang di bakukan
terhadap larutan baku primer dinamakan larutan baku sekunder.
2.1.2 Titrasi Asam Basa
Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna
dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya. Titrasi asam basa adalah reaksi penetralan. Jika larutan
bakunya asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya basa disebut alkalimetri.
Titrasi asam basa merupakan titrasi yang dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk
itu digunakan pengamatan dengan menggunakan indikator bila PH pada titik ekivalen antara 4-10.
Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam ataupun basa lemah jika pentitrasiannya
adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasiasam lebih besar dari
104. Selama titrasi asam basa, PH larutan berubah secara drastis bila volume titrannya mencapai titik
ekivalen. Pada reaksi asam basa, proton di transfer dari satu molekul ke molekul yang lain. Dalam air,
proton biasanya tersolvasi sebagai H 3+ O. Reaksi asam basa barsifat reversibel. Reaksi dapat
digambarkan sebagai berikut:
HA + H2O H3+ O + A- air sebagai basa
B + H2O BH+ + OH- air sebagai asam
Disini [ A ] adalah basa konjugasi, H + B adalah asam konjugasi.
Sebagian besar titrasi asam basa dilakukan pada temperatur kamar, kecuali titrasi yang meliputi
basa-basa yang mengandung CO2. Jadi titrasi dengan menggunakan Na 2CO3 dilakukan dengan
temperatur 0o C. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. PH dan perubahan indikator
tergantung secara tidak langsung. Pada temperatur. Ini disebabkan karena perubahan
kesetimbangan asam basa dengan temperatur. K A akan bertambah besar dengan kenaikan
temperatur sampai suatu batas tertentu., kemudian akan aturun kembali pada kenaikan lebih lanjut.
Ini sesuai dengan turunnya tetapan dielektrikum air dengan kenaikan temperatur sehingga air sulit
untuk memisahkan muatan ionik. Jika tetapan ionisasi makin kecil, maka makin tergantung pada
temperatur.
2.1.3 Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah zat yang berubah aatau membentuk flouresen atau kekeruhan pada
suatu range (trayek) PH tertentu. Indikator asam basa merupakan asam lemah atau basa lemah

(senyawa organik) yang dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan warna ionionnya. Zat indikator dapat berupa asam atau basa yang larut, stabil, dan menunjukkan perubahan
warna yang kuat.Indikator asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Indikator asam
basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Perubahan warna yang terjadi di karenakan
adanya resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan
akibatnya mereka menunjukan warna pada range pH tertentu.
Beberapa indikator asam basa
Perubahan warna
Indikator

Pelarut
Asam

Basa

Thimol biru

Merah

Kuning

Air

Metil kuning

Merah

Kuning

Etanol 90%

Metil jingga

Merah

Kuning-jingga

Air

Metil merah

Merah

Kuning

Air

Bromtimol biru

Kuning

Biru

Air

Fenolftalein

Tak berwarna

Merah-ungu

Etanol 70%

thimolftalein

Tak berwarna

biru

Etanol 90%

2.2 Pembahasan
2.2.1 pembakuan asam klorida

1.
2.
3.
4.
5.

Pada pembakun larutan HCl digunakan larutan tetraborat dekahidrat sebagai larutan baku
primer dalam pembakuan ini. Hal ini karena larutan tetraborat dekahidrat mempunyai beberapa
keuntungan diantaranya:
mempunyai massa relative yang cukup besar
mudah dimurnikan dengan cara penghambluran kembali.
Tidak perlu melekukan pemanasan untuk mendapatkan berat tetap
Selain itu larutan intitik akhir tajam dengan memakai indikator metil orange pada suhu kamar, karena
indikator ini tidak berpengaruh pada asam borat yang sangat lemah.
Serta tidak bersifat higroskopis.
Pembakuan ini sendiri berfungsi untuk menentukan konsentrasi dari asam klorida. Pada
pembakuan larutan HCl ini ditambahkan indicator asam basa sebelum berlangsungnya titrasi,
sehingga pada titik akhir titrasi terjadi perubahan warna. Pada titrasi penbakuan asam klorida ini,
indicator yang dipakai adalah indikator metil orange. Indicator metal orange sendiri merupakan
indicator asam basa yang yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan yang bersifat basa,
metil orange berwarna kuning dan pada waktu bersifat asam berwarna merah atau pink (merah
muda). Struktur dari metil orange adalah:

Sekarang, kita mungkin berfikir bahwa ketika menambahkan asam, ion hidrogen akan ditangkap oleh
yang bermuatan negatif oksigen. Itulah tempat yang jelas untuk memulainya. Pada faktanya, ion
hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan rangkap nitrogen-nitrogen untuk
memberikan struktur yang dapat dituliskan seperti berikut ini:

Indikator tidak berubah warna dengan sangat mencolok pada satu pH tertentu (diberikan oleh
harga pKind-nya). Akan tetapi mengubah sedikit rentang pH. Dengan mengasumsikan kesetimbangan
benar-benar mengarah pada salah satu sisi, dimana dilakukan penambahan sesuatu untuk memulai
pergeseran tersebut. Selama terjadi pergeseran kesetimbangan, akan di dapatkan lebih banyak lagi
pembentukan warna yang kedua, dan pada beberapa titik mata akan mulai mendeteksinya.
Apabila digunakan indikator metil jingga pada larutan yang bersifat basa maka warna yang
dominan adalah kuning. Akan tetapi pada saat terjadi titrasi, larutan asam yang masuk yaitu larutan
natrium tetraborat sedikit demi sedikit memberikan warna merah. Hal itu terjadi karena titik
kesetimbangan mulai bergeser. Selama melakukan penambahan asam lebih banyak, warna merah
akhirnya akan menjadi dominan yang mana tidak lagi terlihat warna kuning ketika mencapai titik akhir
titrasi. Terjadi perubahan kecil yang berangsur-angsur dari satu warna menjadi warna yang lain,
menempati rentang pH.
Pada proses titrasi ini terjadi reaksi antara asam klorida (HCl) dengan natrium tetrahidrat
sebagai berikut:
Na2B4O7 10 H2O +2HCl

2NaCl +4H3BO4+5H2O
Pada reaksi tersebut dapat diketahui bahwa natrium tetra hidrat ditambahkan dengan asam
klorida menghasilkan asam tetra hidrat dan garam NaCl. Dimana pada reaksi taersebut atom H pada
Cl berikatan dengan B4O7 sedangkan ion Na berikatan dengan Cl yang membentuk garam.
2.2.2 Penentuan Kadar Phospat Dalam Air Limbah
Pada penentuan kadar phospat dalam air limbah ini, identifikasi dari senyawa phospat tersebut
dilakukan dengan metode titrasi asam basa. Pada penentuan ini juga sampel yang digunakan adalah
air limbah dimana diperkirakan dalam air limbah banyak kandungan-kandungan selain phospat.
Kandungan phosphat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan organisme lainnya.
Phosphat kebanyakan berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa phosphat. Dalam
industri kegunaan phosphat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan. Maka pada saat
penggantian air ketel, buangan ketel ini menjadi sumber phosphat. Pengukuran kandungan phosphat
dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phosphat sehingga tidak merangsang
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dalam air. Sebab pertumbuhan subur akan menghalangi kelancaran
arus air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan air akan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut dan kesuburan tanaman lainnya.

Pada penentuan kadar phospat pada air limbah ini, di ambil cuplikan sampel secara
kuantitatif. kemudian sampel tersebut ditentukan kadar konsentrasinya agar ketika proses titrasi, titik
akhir titrasi lebih cepat tercapai. Kemudian sampel tersebut ditambahkan indikator pp sebagai
indikator perubahan warna pada proses titrasi. Indikator pp atau phenolftalein merupakan indikator
titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang. Penambahan
ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi
tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang
mengarah ke kanan untuk menggantikannya mengubah indikator menjadi merah muda. Phenolftalein
bekerja pada kisaran ph 8-9,6. Sehingga diharapkan ketika telah tercapai titik akhir titrasi terjadi
warna akibat dari pemberian indikator, karena terjadi pergeseran rentan ph sehingga terjadi
perubahan warna. Setelah penambahan indikator yang berfungsi untuk indikasi ketika terjadi titik
akhir titrasi pada proses titrasi, sampel dititrasikan dengan larutan HCl sehingga ketika terjadi titik
akhir titrasi phospat akan terikat pada atom H + sehingga terbentuk asam phospat. Reaksi tersebut
dapat dituliskan sebagai berikut:
PO4-2 + HCl H2PO4 + Cl
Pada saat titik akhir titrasi tercapai larutan atau sampel mengalami perubahan warna dari
bening karena pada saat penambahan indikator dalam hal ini adalah phenolftalein sampel bersifat
basa sehingga sehingga ketika ditambahkan indikator sampel menjadi pink karena phenolftalein
bekerja pada kiasran ph 8-9,6. Sehingga ketika tercapai titik akhir terjadi perubahan warna menjadi
bening karena terjadi pergeseran rentan ph. Dari proses titrasi ini dapat di identifikasi kadar phospat
dalam air limbah.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan metode penentuan kadar phospat berdasarkan metode titrasi asam basa dalam
air limbah kadar phospat dapat ditentukan dengan titrasi dengan menggunakan HCl dimana
sebelumnya telah dibakukan dengan larutan baku primer. Kemudian pada waktu titrasi asam basa ini
digunakan indikator larutan sebagai indikator ketika terjadinya titrasi sehingga ketika titik akhir titrasi
tercapai terjadi perubahan warna yang dikarenakan terjadi pergeseran rentan ph. Kadar phospat
dalam air limbah ini dapat teridentifikasi ketika proses titrasi karena atom H akan mengikat phospat
sehingga akan terbentuk asam phopat (H2PO4)

DAFTAR PUSTAKA
Day, N., M., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta: PT Gramedia
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitis, JAKARTA: UI press
Vogel A, A TEKS Book Of Macro And Semimikro Qualitative Inorganic Analisis.
http://www.chem-is-try.org/ karakteristik-kimia-limbah-cair

longman

Anda mungkin juga menyukai