Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR II
I. Nomor Percobaan : VII
II. Nama Percobaan : Titrasi Asam Basa : Potensiometri
III. Tujuan Percobaan :
1. Menstandarisasi larutan NaOH
2. Menggambarkan kurva titrasi.
3. Menentukan tetapan kesetimbangan asam lemah.
IV. Dasar Teori
Indikator asam basa adalah asam lemah, yang asam tak terionnya mempunyai
warna yang berbeda dengan warna anionnya. Jika sedikit indikator dimasukkan ke
dalam larutan, larutan akan berubah warna, tergantung pada apakah kesetimbangan
bergeser ke arah bentuk asam atau anion. Untuk menilai selang pH yang dapat
menunjukkan kerja indikator, dapat ditulis rumus berikut ini :

Reaksi penetralan merupakan reaksi antara asam dengan basa. Reaksi asam
basa dalam medium air biasanya menghasilkan air dan garam yang merupakan
senyawa lebih yang terbentuk dari suatu kation dan anion (Petrucci, 1992).
Ekivalen sebagaimana kita ketahui ialah titik pada saat jumlah mol ion yang
ditambahkan kelarutan sama dengan jumlah mol ion yang semula ada. Jadi, untuk
menentukan titik ekivalen dalam suatu titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat
berapa asam basa yang ditambahkan dari buret ke asam dalam labu. Salah satu cara
untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator
asam – basa ke asam saat saat awal titrasi. Anda perlu ingat dari bab 4 bahwa
indikator biasanya ialah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan
warna yang sangat berbeda antara bentuk ion terionisasi dan bentuk terionisasinya.
Kedua bentuk ini berkaitan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut.
Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator
berubah warna pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu
bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam titrasi 9 dengan kata lain,
apakah mudah larut atau lemah. Dengan memilih indikator yang tepat untuk titrasi,
kita dapat menggunakan titik akhir untuk menentukan titik ekivalen, sebagaimana
akan kita lihat berikut ini.
Mari kita lihat asam monoprotik lemah yang akan kita sebut Hin. Untuk
menjadi indikator yang efektif, Hin dan basa konjugasinya. harus memiliki warna
yang berbeda. Dalam larutan, asam ini sedikit terionisasi. Jika indikator berada dalam
medium yang cukup asam, maka kesetimbangan, menurut asam Lechaselier, bergeser
kekiri dan warna indikator yang dominan ialah warna dari bentuk tak terionisasi
(Hin).
Sebaliknya, dalam medium basa, kesetimbangan bergeser tekanan dan warna
larutan akan timbul terutama adalah warna dari basa konjugat secara kasar, kita dapat
menggunakan perbandingan konsentrasi berikut untuk memprediksi warna indikator
yang timbul : ≥ 10 warna asam (Chang, 2004).
Seorang analisis mengambil faedah dari perubahan besar dari pH yang terjadi
dalam titrasi agar dapat menentukan kapan titik ekivalennya akan tercapai. Ada
banyak asam dan basa organik dan basa organik lemah yang bentuk-bentuk tak
berdisosiasi dan ionnya menunjukkan warna yang berbeda. Molekul-molekul
demikian dapat digunakan untuk menentukan kapan cukup titran telah ditambahkan
dan disebut indikator visual. Suatu contoh yang sederhana adalah para-nitrofenol,
yang merupakan suatu asam lemah dan berdisosiasi. Bentuk tak terdisosiasi adalah
tak berwarna, tetapi anionnya, yang mempunyai sistem ikatan tunggal dan ikatan
rangkap dua yang berganti-ganti (suatu sistem terkonjugasikan), berwarna kuning.
Molekul-molekul atau ion-ion yang mempunyai sistem terkonjugasikan, menyerap
cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang dibandingkan dengan
molekul-molekul sebanding tetapi yang tanpa sistem terkonjugasikan. Cahaya yang
diserap sering ada pada bagian spektrum yang tampak, dan dengan demikian molekul
atau ionnya berwarna. Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam diprotik dan
tak berwarna. Ia mula-mula berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan
kemudian, dengan kehilangan hidrogen ke dua, menjadi ion dengan sistem
terkonjugasikan, maka dihasilkanlah warna merah. Metal orange, indikator lain yang
secara luas digunakan merupakan basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekular.
Penambahan ion hidrogen menghasilkan suatu kation yang berwarna merah muda.
Perubahan minimum dalam pH yang diperlukan untuk suatu perubahan warna disebut
“jangkau indikator”. Pada harga pH antara warna yang ditunjukkan bukan warna
merah atau kuning, tetapi sedikit agak kuning. Pada pH 5, pKa dari Hin, kedua
bentuk berwarna sama konsentrasinya, yaitu Hin separuh tenetralisasikan. Seringkali
kita mendengar terminology seperti suatu indikator yang berubah warna pada pH 5
telah digunakan ini berarti bahwa pKa indikator sebesar 5 dan jangkauannya sebesar
pH 4 sampai 6. Pada titrasi asam lemah, pemilihan indikator jauh lebih terbatas untuk
suatu asam dengan pKa 5 kira-kira kepunyaan asam asetat, pH lebih tinggi dari 7
pada titik ekivalen, dan perubahan dalam pH relatif kecil. Phenoftalein berubah warna
pada kira-kira titik ekivalen dan merupakan indikator yang cocok. Dalam hal asam
yang sangat lemah, misalnya pKa = 9, tidak ada perubahan dalam pH yang besar
terjadi sekitar titik ekivalen. Jadi volume basa yang lebih besar akan diperlukan untuk
merubah warna suatu indikator dan titik ekivalen tidak akan di deteksi dengan
ketepatan yang biasa diharapkan. Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada
pH larutan. Beberapa contoh yang lebih penting dari garam-garam demikian dalam
kimia analitik adalah oksilat sulfida, hidrogsida, karbonat dan fosfat. Ion hidroksida
bereaksi dengan anion garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian
meningkatkan kelarutan garam ( R.A. Day, Jr, 1978).
Teori Bronsted Lowry melukiskan reaksi asam basa dalam peristiwa
perpindahan proton, yaitu perbandingan kekuatan asam basa menentukan kearah
mana reaksi asam basa akan terjadi, yaitu dari kombinasi asam basa yang lebih kuat
ke yang lebih lemah. Teori lewis memandang reaksi asam basa dari arah
pembentukan ikatan kovalen antara zat penerima pasangan elektron (asam) dengan
pemberi (donor) elektron (basa). Gunanya yang paling besar adalah dalam keadaan
dimana reaksi terjadi tanpa kehadiran suatu pelarut atau pada saat suatu asam tidak
mengandung atom hidrogen. Ada beberapa macam titrasi bergantung pada reaksinya.
Salah satunya adalah titrasi asam basa. Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan
konsentrasi zat didalam larutan. Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan
tersebut dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan
secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik
setara(James E. Brady, 1980).
Titrasi yaitu metode yang baik untuk menentukan konsentrasi larutan yang telah
diketahui standarnya, maka dapat ditentukan konsentrasi larutan yang dititrasikan.
Analisa titrasi asam basa atau volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kadar
komponen dari zat uji ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (konsentrasi
diketahui) yang ditambahkan ke dalam larutan zat uji hingga komponen yang akan di
tetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses ini sering disebut
dengan “TITRASI” dan analisis volumetri dikenal juga dengan sebutan “ANALISIS
TITRIMETRI”.
Suatu pereaksi dapat di gunakan sebagasi dasar analisis titrimetri apabila
memenuhi syarat – syarat berikut reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi
kimia tertentu, harus tidak ada reaksi sampingan, reaksi harus berlangsung sampai
benar – benar lengkap pada titik ekivalen, suatu indikator harus ada menunjukan titik
ekivalen, reaksi yang berlangsung cepat sehingga titrasi dapat di lakukan dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Pereaksi yang di gunakan di namakan titran dan larutannya di namakan larutan titer
atau larutan beku. Kosentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat beku di
timbang secara seksama atau dengan penetapan yang di kenal dengan standarisasi
atau pembakuan.Larutan standar baku dibagi menjadi standar primer dan standar
skunder.
Kedua jenis larutan standar (beku) ini dapat digunakan untuk menganalisis
suatu larutan senyawa. Beberapa jenis reaksi dapat digunakan untuk titrasi yaitu
pengendapan reaksi oksidasi-reduksi, reaksi asam-basa dan reaksi pembentukan
kompleks. Metode titrimetri dapat diklasifikasikan menurut beberapa metode
bergantung dari aspek yang ditonjolkan dari titrasi tersebut, yaitu berdasarkan macam
reaksinya; titrasi asam basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan, titrasi
kompleksometri. Berdasarkan titran yang dipakai asidimetri, alkalimetri, idiometri,
nitrimetri, dan permanganometri. Berdasarkan konsentrasi dari komponen zat uji;
titrasi makro, titrasi semi mikro, dan titrasi mikro. Berdasarkan cara penetapan titik
akhir titrasi; titrasi visual, titrasi elektrometri, titrasi fotometri.
Selain hal diatas, berdasarkan pelarut yang digunakan dikenal titrasi bebas air
(titrasi non aqua). Sedangkan teknis pelaksanaanya dikenal pola titrasi balance. Pada
kenyataannya, jika suatu titer dari zat yang kemurniannya tidak pasti, maka
konsentrasi larutannya yang didapat belum dapat dikatakan pasti. Oleh karena itu,
untuk menyatakan konsentrasi dengan sampai empat angka berarti, maka larutan
tersebut dapat dibakukan.
Pembakuan selanjutnya diulang secara berkala selama penyimpanan.
Pembakuan ini menggunakan alat baku yang disebut sebagai baku primer. Selain hal
itu juga, pembakuan dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan yang sudah
dibakukan. Yang dimaksud dengan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya
dapat diketahui dengan cara menimbang zat secara saksama. Baku primer harus
memenuhi syarat-syarat berikut mudah di dapat, mudah ditangani, tidak higroskopis
(dipengaruhi udara), mempunyai bobot ekivalen yang tinggi, murni atau mudah
dimurnikan dan kemurniannya diketahui, reaksi dengan zat yang dibakukan harus
stoikiometri sehingga dapat dicapai dasar perhitungan.
Perubahan larutan pada titik ekivalen tidak jelas pada kebanyakan titrasi asam
basa. Untuk mengatasi hal tersebut, maka digunakan indikator, yaitu suatu senyawa
organik asam atau basa lemah yang mempunyai warna molekul (warna asam) berbeda
dengan warna ion (warna basa), dimana indikator ini memperlihatkan perubahan
warna pada pH tertentu. Secara umum, untuk titrasi asam basa, indikator yang
digunakan adalah indikator fenolftalaen, yang mempunyai trayek 8,3-10,5 dimana
senyawa ini tidak bewarna pada larutan asam dan bewarna merah jambu pada larutan
basa.Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat berdasarkan reaksi asam basa
bila sebagai titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut dinamakan
adisimetri. Dan sebaliknya (Keenan, 1979)
V. Alat dan Bahan
A. Alat
- Seperangkat alat pH meter
- Labu ukur 250ml
- Pipet tetes
- Gelas piala
- Buret
B. Bahan
- Larutan buffer ber-pH 5
- 5,1 gr kalium hidrogen ftlalat (KHP)
- Air suling
- NaOH 0,1 M

VI. Prosedur Percobaan

5,1 gr KHP
Diencerkan
Air suling

Diambil, diukur pH

Larutan KHP 25 mL

NaOH 0,1 M
Dimasukkan diburet
5;5;5;5;2;2;2;2;2;5;5;5;5;5
Catat PH awal dan akhir

VII. Pertanyaan Prapraktek


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
a. Kurva titrasi asam basa
b. Titik ekivalen
c. Standarisasi
d. Larutan standar primer
e. pH
f. pH meter
2. Hitung massa kalium hidrogen ftalat (KHD) untuk menetralisasi 25 ml NaOH
0,1M dan tulis persamaan reaksinya .
3. Bagaimana membuat 50 ml larutan HCl dengan pH 1 dari larutan HCl 1M
Jawab :
1. A . Kurva titrasi adalah grafik yang menyatakan pH dan jumlah larutan standar
yang di tambahkan .
B . Titik ekivalen adalah di mana titer dan titran dapat bereaksi dan di tandai
dengan perubahan warna yang belum konstan.
C . Standarisasi adalah suatu proses yang di gunakan untuk menentukan secara
teliti konsentrasi larutan .
D . Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya di
peroleh dengan cara menimpang.
E . PH adalah singkatan asam basa suatu larutan yang di ukur dengan skala 0
sampai 14.
F . PH meter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur pH.
2. M = .
0,1 = .
0,1 = . gr
gr = = 0,1775 gr
3. N = m.v
= 50 . = 5.
=
M1V1 = M2V2
. 50 = 1. V2
5 = V2
V2 = 5 ml

VIII. Pertanyaan Pascapraktek


1. Hitunglah molaritas larutan asam asetat 250 ml larutan itu sudah dititrasi
dengan larutan NaOH 0,101 M.
2. Indikator apa yang baik digunakan bila percobaan titrasi no 1 dilakukan tanpa
pH meter.
Jawab :
1. V1M1 = V2M2
250 V1 = 250 . 0,101 M
V1 = 0,101 M
2. Alizarin kuning pH 10,1 – 12,0

IX. Data Hasil Pengamatan


No Volume (ml) PH
1 0 3.80
2 5 4.15
3 10 4.42
4 15 4.46
5 20 4.89
6 22 4.98
7 24 5.08
8 26 5.17
9 28 5.27
10 30 5.38
11 35 5.71
12 40 6.31
13 45 10.34
14 50 11.65

X. Reaksi dan Perhitungan


Reaksi
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
Perhitungan
N V PH
o (ml)
1 0 3,80 5 0,35 0,07 -0,0064
2 5 4,15 5 0,27 0,054 -0,0024
3 10 4,42 5 0,24 0,048 -0,008
4 15 4,66 5 0,23 0,046 -0,004
5 20 4,89 2 0,09 0,045 -0,005
6 22 4,98 2 0,1 0,05 -0,005
7 24 5,08 2 0,09 0,045 -0,005
8 26 5,17 2 0,1 0,05 0,005
9 28 5,27 2 0,11 0,055 0,011
10 30 5,38 5 0,33 0,066 0,0216
11 35 5,71 5 0,6 0,12 0,2816
12 40 6,31 5 4,12 0,824 -0,232
13 45 10,34 5 1,22 0,244
14 50 11,65 5

1. = = = - 0,0064
2. = = = - 0,0024
3. =
4. =
5. =
6. =
7. =
8. =
9. =
10. = = 0,0216
11. = 0,2816
12. =
a. Titik ekivalen
Keadaan
Volume (ml) pada titik ekivalen 45 ml
pH pada titik ekivalen 10,34
b. Berdasarkan grafik, lengkapi tabel dibawah ini :
Keadaan
Volume (ml) pada titik jalan 22,5 ml
pH pada titik setengah jalan 4,98

Pka 4,98
pH = pka + log
pH = pka = - log ka = 4,98
Ka =
C. Gunakan pka untuk menghitung ka dan KHP.
pka = 4,98
-Log ka = 4,98
Ka = 4,98
Ka =
 0 mL NaOH
[H+] =
=
=
=
pH = - log [H+]
= -log
=3
 5 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 0,5 x 10-3
b 0,5 x 10-3 0,5 x 10-3 0,5 x 10-3
s 2 x 10-3 - 0,5 x 10-3
[H+] = Ka
= 1 x 10-5
=
pH = -log [H+]
= -log 4 x 10-5
= 5 – log 4
= 4,39
 10 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 1 x 10-3
b 1 x 10-31 x 10-3 1 x 10-3
s 1,5 x 10-3 - 1 x 10-3
[H+] = Ka
= 1 x 10-5
=
pH = -log [H+]
= -log 1,5 x 10-5
= 5 – log 1,5
= 4,82
 15 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 1,5 x 10-3
b 1,5 x 10-3 1,5 x 10-3 1,5 x 10-3
s 1 x 10-3 - 1,5 x 10-3
[H+] = Ka
= 1 x 10-5
=
pH = -log [H+]
= -log 0,67 x 10-5
= 5 – log 0,67
= 5,17
 20 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 2 x 10-3
b 2 x 10-32 x 10-3 2 x 10-3
s 0,5 x 10-3 - 2 x 10-3
[H+] = Ka
= 1 x 10-5
=
pH = -log [H+]
= -log 0,25 x 10-5
= 5 – log 0,25
= 5,60
 22 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 2,2 x 10-3
b 2,2 x 10-3 2,2 x 10-3 2,2 x 10-3
s 0,3 x 10-3 - 2,2 x 10-3
[H+] = Ka
= 1 x 10-5
=
pH = -log [H+]
= -log 0,13 x 10-5
= 5 – log 0,13
= 5,88
 24 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 2,4 x 10-3
b 2,4 x 10-3 2,4 x 10-3 2,4 x 10-3
s 0,1 x 10-3 - 2,4 x 10-3
[H+] = Ka
= 1 x 10-5
= 0,0
pH = -log [H+]
= -log 0,04 x 10-5
= 5 – log 0,04
= 6,39
 26 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 2,6 x 10-3
b 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3
s - 0,1 x 10-3 2,5 x 10-3
[OH-] =
=
= 1,96
pOH = -log [OH-]
= -log 1,96 x 10-3
= 3 – log 1,96
= 2,71
pH = pKw – pOH
= 14 – 2,71
= 11,29
 28 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 2,8 x 10-3
b 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3
s - 0,3 x 10-3 2,5 x 10-3
[OH-] =
=
= 5,66
pOH = -log [OH-]
= -log 5,66 x 10-3
= 3 – log 5,66
= 2,25
pH = pKw – pOH
= 14 – 2,25
= 11,75
 30 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 3 x 10-3
b 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3
s - 0,5 x 10-3 2,5 x 10-3
[OH-] =
=
= 9,09
pOH = -log [OH-]
= -log 9,09 x 10-3
= 3 – log 9,09
= 2,05
pH = pKw – pOH
= 14 – 2,05
= 11,95
 35 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 3,5 x 10-3
b 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3
s - 1 x 10-3 2,5 x 10-3
[OH-] =
=
= 16
pOH = -log [OH-]
= -log 16 x 10-3
= 3 – log 16
= 1,8
pH = pKw – pOH
= 14 – 1,8
= 12,2
 40 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 4 x 10-3
b 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3
s - 1,5 x 10-3 2,5 x 10-3
[OH-] =
=
= 2 x 10-2
pOH = -log [OH-]
= -log 2 x 10-2
= 2 – log 2
= 1,7
pH = pKw – pOH
= 14 – 1,7
= 12,3
 45 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 4,5 x 10-3
b 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3
s - 2 x 10-3 2,5 x 10-3
[OH-] =
=
= 28
pOH = -log [OH-]
= -log 28 x 10-3
= 3 – log 28
= 1,56
pH = pKw – pOH
= 14 – 1,56
= 12,44
 50 mL NaOH
KHC8H8O4 + NaOH KNaC8H8O4 + H2O
m 2,5 x 10-3 5 x 10-3
b 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3
s - 2,5 x 10-3 2,5 x 10-3
[OH-] =
=
=3
pOH = -log [OH-]
= -log 3 x 10-2
= 2 – log 3
= 1,53
pH = pKw – pOH
= 14 – 1,53

= 12,47

Tabel Perbandingan
No
Volume (ml) pH praktek pH teori
.
1. 0 3,80 3
2. 5 4,15 4,39
3. 10 4,42 4,82
4. 15 4,46 5,17
5. 20 4,89 5,60
6. 22 4,98 5,88
7. 24 5,08 6,39
8. 26 5,17 11,29
9. 28 5,27 11,75
10. 30 5,38 11,95
11. 35 5,71 12,2
12. 40 6,31 12,3
13. 45 10,34 12,44
14. 50 11,65 12,47
X. Pembahasan
Potensiometri dapat dijelaskan sebagai suatu metode analisis kimia berdasarkan
pengukuran beda potensial sel dari suatu sel elektrokimia dengan menggunakan
alat potensiometer. Titrasi dilakukan untuk mengetahui molaritas suatu larutan
yang belum diketahui molaritasnya dengan menggunakan larutan yang telah
diketahui molaritasnya. Titrasi juga dapat dikatakan sebagai suatu prosedur yang
bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
telah diketahui juga tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis.
Potensiometri berdasarkan beda potensial. Kelebihan potensiometri untuk
menghitung titik ekivalen lebih akurat dari teknik lain. Titik ekivalen dapat
didefinisikan sebagai dimana titer dan titran dapat bereaksi dan ditandai dengan
perubahan warna yang belum konstan. Titik saat di mana asam basa dan basa tepat
bereaksi, namun perubahan warna yang terjadi belum konstan disebut dengan titik
ekivalen. Inilah yang membedakan antara titik ekivalen dengan titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi di tandai dengan perubahan warna indikator yang sudah konstan.
Pada percobaan ini, pada titrasi larutan terbagi dua, larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer yang mana larutan tersebut
konsentrasinya telah diketahui sehingga tidak perlu di standarisasi. Sedangkan
larutan standar sekunder atau yang bertindak sebagai titran. Larutan ini
konsentrasinya belum diketahui sehingga perlu di standarisasi, larutan standar
sekunder ini memiliki ciri – ciri massa molekul yang rendah dan higroskopis.
Sedangkan larutan standar primer mempunyai massa molekul relatif tinggi,
konsentrasinya diketahui dan mudah untuk di dapat.
Pada percobaan ini menggunakan natrium hidroksida sebagai titran, dimana
natrium hidroksida termasuk jenis larutan standar sekunder. Yang mana larutan
standar sekunder ini, molaritasnya berubah-ubah. Molaritas yang berubah-ubah ini
diakibatkaan karena sifat dari natrium hidroksida yang higroskopis. Dimana suatu
senyawa higroskopis sangat mudah bereaksi dengan udara luar yang
mengakibatkan senyawa tersebut berubah-ubah molaritasnya.
Oleh karena itu, sebelum digunakan sebagai titran, natrium hidroksida
harus distandarisasi terlebih dahulu agar dapat mengetahui molaritas natrium
hidroksida dengan pasti. Menurut hasil percobaan, kalium hidrogen ftalat yang
digunakan sebagai sampel. Data yang didapatkan dari praktikum ini berbeda-beda
sesuai dengan pH masing-masing larutan yang digunakan. Analisa titrasi asam
basa atau volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kadar komponen dari zat uji
ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (konsentrasi diketahui) yang ditambahkan
kedalam larutan zat uji hingga komponen yang akan di tetapkan bereaksi secara
kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Analisa kuantitatif ini digunakan untuk
mencari perhitungan pada setiap percobaan. Nilai potensial yang diukur setiap
penambahan volume titran tertentu akan diplotkan menjadi kurva titrasi dan akan
didapatkan titik ekivalen titrasinya. Volume pada titik ekivalen titrasi tersebut
berupa volume titran yang akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya.
XI. Kesimpulan
1. Titrasi digunakan untuk mengetahui molaritas suatu larutan yang belum
diketahui molaritasnya.
2. Kelebihan potensiometri untuk menghitung titik ekuivalen yang lebih akurat
dari teknis titrasi lain.
3. Larutan standar sekunder dimana molaritasnya dapat berubah-ubah.
4. Natrium hidroksida yang bersifat higroskopis sangat mudah bereaksi dengan
udara luar yang mengakibatkan senyawa tersebut berubah molaritasnya.
5. Analisa kuantitatif digunakan pada saat menganalisa tentang perhitungan pH.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar 2. Jakarta : Erlangga.
James E, Brady.1980. Kimia Universitas Asas dan Struktur edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Keenan. 1979. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph, H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta :
Erlangga.
R.A. Day, Jr.1978. Analisa Kimia Kuantitatif . Jurnal Analisa Kuantitatif Suatu
Unsur. Vol: 1. No 2. Hal: 141-145.
LAMPIRAN GAMBAR

NERACA ANALITIS LABU UKUR 250ML

GELAS BEKER BURET


PIPET TETES

pH meter

Anda mungkin juga menyukai