(NaOH-HCL)
NIS : 165122
KELAS : XI.2
2017/2018
I. NAMA PERCOBAAN : Titrasi Asam Basa
1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisa contoh yang mengandung
asam
ditambahkan kedalam larutan zat uji, hingga komponen yang akan ditetapkan bereaksi
secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses yang dikenal dengan “titrasi”, oleh
karena itu analisis volumetri dikenal dengan “anlisa titrimetri”. Suatu pereaksi dapat
berikut :
1. Reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi kimia tertentu, harus tidak ada
reaksi samping.
2. Reaksi harus berlangsung sampai benar-benar lengkap pada titik ekivalen, suatu.
3.Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam jangka waktu
Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan titer
atau larutan baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat baku yang
ditimbang secara seksama atau dengan penetapan yang dikenal dengan standarisasi
contoh yang mengandung asam. Bila sebagai titran adalah larutan baku asam, maka
penetapan tersebut asidimetri dan bila larutan baku basa sebagai titran maka disebut
alkalimetri. Secara ringkas reaksi asam atau basa atau netralisasi disebabkan oleh proton
(H+) dari asam yang bereaksi dengan OH- dari basa. Reaksi yang terjadi adalah :
berasal dari basa kuat dan lemah. Bila H+ dan OH- berasal dari asam kuat maka reaksi
tersebut dinamakan reaksi asam kuat - basa kuat. Pada kebanyakan titrasi asam basa,
perubahan larutan pada titik ekivalen tidak jelas. Untuk mengatasi hal ini maka
digunakan indikator yaitu senyawa organik atau basa lemah yang mempunyai warna
molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa), dimana indikator ini
memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Secara umum untuk titrasi asam
basa, indikator yang digunakan indikator fenolftalein yang mempunyai trayek pH 8,3 –
10,5 dimana senyawa ini tidak berwarna pada larutan asam dan berwarna merah jambu
dalam larutan basa. (Tim Kimia Dasar. Penuntun Praktikum Kimia dasar I. Hal : 12-13)
Larutan salah satu reaktan dimasukkan ke gelas piala kecil atau labu kecil.
Reaktan lain, juga dalam bentuk larutan dan biasanya disebut sebagai titran,
ditempatkan dalam buret, suatu tabung panjang bertera yang dilengkapi klep sumbat.
Titrasi adalah reaksi yang dilakukan dengan cara menambahkan satu larutan ke larutan
lain dengan sangat terkendali. Tujuannya adalah untuk menghentikan titrasi pada titik
ketika kedua reaktan telah berhasil sempurna, suatu kondisi yang disebut titik ekuivalensi
titrasi. Kunci pada titrasi adalah pada titik ekuivalensi kedua reaktan telah bergabung
Indikator adalah jumlah zat yang sedikit ditambahkan pada camputan reaksi
akan berubah warna pada atau didekat titik ekuivalensi. (Petrucci, dkk. Kimia Dasar
Prinsip - Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid I. Hal : 160)
Titrasi asam-basa adalah adalah suatu proses titrasi yang dilakukan dengan
penambahan asam atau basa. Titrasi asam basa dilakukan dengan cara mereaksikan
titran dengan larutan standar asam atau basa yang sudah diketahui konsentrasinya.
Biasanya jika titrannya bersifat asam larutan standarnya di gunakan yang bersifat basa.
Begitu pula sebaliknya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat
sehingga kita tidak tahu kapan titik stoikiometri tercapai. Untuk mengetahuinya maka di
perlukan suatu indikator yang dapat dan bisa menunjukkan bila saat kestabilan reaksi
tercapai. Indikator yang digunakan dalam titrasi asam basa adalah indikator yang dapat
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun
titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (
artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian kita mencatat volume titrat yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titrat maka kita bisa
pasti. Larutan baku biasanya ditempatkan pada alat yang namanya buret, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan
gondok (pipet volumetri) dan ditempatkan di Erlenmeyer. Larutan baku ini ada 2 jenis
rahayu.blogspot.com/2012/06/titrasi-asam-basa.html)
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer
maupun titrant biasanya berupa larutan. Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH
dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah
warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer
tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik
ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant,
volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant. Dalam titrasi
di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai
Dengan banyak alasan titrasi asam basa adalah metoda titrasi yang paling
populer. Salah satu alasan tentunya adalah titrasi asam basa selalu diperkenalkan di
Titrasi asam-basa tergolong pada dua metoda yaitu asidimetri dan alkalimetri.
Asidimetri yang secara kata berarti asam (acid) dan pengukuran (metri), diartikan
“pengukuran menggunakan asam” yaitu pengukuran terhadap larutan basa bebas atau
larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan larutan asam yang telah diketahui
konsentrasinya. Alkalimetri yang secara kata berarti basa (alkali) dan pengukuran (metri),
bebas atau larutan garam yang berasal dari basa lemah dengan larutan basa yang telah
diketahui konsentrasinya.
Karena asam terbagi menjadi asam kuat dan asam lemah, sebagaimana basa
juga menjadi basa kuat dan basa lemah, sehingga titrasi asam basa dapat dilakukan
terhadap:
Perbedaan dari jenis titrasi di atas terletak pada titik akhir titrasi, dimana Jika titrasi
dilakukan dengan asam maupun basa kuat yang juga merupakan elektrolit kuat maka
larutan yang dihasikan akan netral dan mempunyai pH 7, kondisi ini terjadi pada titik
ekuivalen.
Jika asam atau basanya adalah elektrolit lemah, garam itu akan terhidrolisis
sampai derajat tertentu dan larutan pada titik ekivalen akan sedikit basa atau sedikit
asam. pH akhir dari larutan adalah saat titik ekivalen yang dapat dihitung dari tetapan
ionisasi dari asam lemah atau basa lemah itu dan konsentrasi larutan.
yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu
asam standar atau yang sering disebut asidimetri) dan reaksi asam bebas (asam yang
terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa standar
atau alkalimetri) yang reaksinya melibatkan bersenyawanya ion hidrogen dan ion
Titrasi asam basa mengacu pada reaksi protolisis (perpindahan proton antar
senyawa yang mempunyai sifat-sifat asam atau basa). Umumnya digunakan larutan baku
asam kuat (HCl, H2SO4, dan HClO4) untuk titrasi basa. Sedangkan asam dititrasi dengan
larutan baku basa kuat (NaOH dan KOH) yang titik akhir titrasi dapat ditetapkan dengan
bantuan indikator asam basa yang sesuai atau secara potensiometri. Reaksi asidi
alkalimetri pada dasarnya melibatkan indikator asam basa yang akan berubah warnanya
1. ALAT 2. BAHAN
corong
PROSEDUR PERCOBAAN
1.Cuci dengan baik biuret 50 ml,selanjutnya bilas dengan air suling, tutup ceratnya dan
masukkan kira-kira 5 ml larutan NaOH yang akan distandarisasi. Miringkan dan putar
2.Keluarkan larutan buret dan ulangi proses pembilasan sekali atau dua kali dengan
larutan NaOH. Isi buret dengan larutan hiingga skala 0, alirkan larutan dan isi buret
kembali.
3.Cuci 3 erlenmeyer 259 ml dan kemudian bilas dengan air suling.Pipet 25 ml larutan HCl
4.Catat kedudukan awal larutan NaOH pada Erlenmeyer pada buret kemudian alirkan
sedikit demi sedikit larutan NaOH pada Erlenmeyer pertama. Titik akhir tercapai bila
Hasil Pengamatan
NaOH NaOH
titrasi
titrasi
awal (ml)
akhir (ml)
yang digunakan
a. Reaksi
b. Perhitungan
M NaOH = 0,112 M
M CH3COOH x 10 = 0, 28 = 0,028M
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini mengenai titrasi asam basa. Titrasi asam basa ini
melibatkan asam maupun basa baik itu sebagai titer ataupun sebagai titrant. Asam basa
itu sendiri dibagai berdasarkan atas beberapa teori asam basa, yaitu teori asam basa
Arrhenius, teori asam basa Bronsted-Lowry, dan teori asam basa G.N.Lewis.
Menurut teori asam basa Arrhenius, asam merupakan suatu zat yang apabila
terlarut dalam air dapat menghasilkan ion H + (atau H3O+), dan basa merupakan suatu zat
yang apabila terlarut dalam air akan menghasilkan ion OH -. Menurut teori asam basa
Bronsted-Lowry, asam adalah suatu spesies kimia (molekul atau ion) yang dapat
mendonorkan suatu proton kepada spesies kimia yang lain atau dengan kata lain sebagai
proton donor, sedangkan basa merupakan suatu spesies kimia (molekul atau ion) yang
dapat menerima suatu proton dari spesies kimia yang lain atau dengan kata lain sebagai
proton akseptor. Menurut teori asam basa G.N.Lewis, asam merupakan suatu spesies
yang dapat menerima pasangan elektron bebas, sedangkan basa adalah suatu spesies
Pada percobaan kali ini, pada titrasi larutan dibagi menjadi dua, yaitu larutan
standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan satndar primer merupakan larutan
dimana konsentrasi larutan tersebut telah diketahui sehingga tidak perlu distandarisasi.
Ciri – ciri dari larutan standar primer yaitu : mempunyai massa molekul yang tinggi,
merupakan larutan yang mana konsentrasi larutannya belum diketahui sehingga perlu
distandarisasi. Ciri – ciri dari larutan standar sekunder ini yaitu : memiliki massa molekul
Pada proses pencampuran antara titer dan titrant ( dimana pada percobaan ini
titer yang digunakan adalah NaOH sedangkan titrant yang digunakan adalah HCl dan
CH3OOH), didapat titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekivalen adalah titik dimana
asam dan basa tepat habis bereaksi, namun perubahan warna yang terjadi belum
konstan. Sedangkan titik akhir titrasi merupakan titik yang ditandai dengan perubahan
warna indikator yang telah konstan, ketika asam dan basa tepat habis bereaksi.
dan basa konjugasi dalam konsentrasi yang kecil, indikator tidak mempengaruhi pH
larutan. Indikator memiliki dua warna yang berbeda ketika dalam bentuk asam dan
dalam bentuk basanya. Indikator ini dapat disimpulkan berfungsi untuk menunjukkan
bahwa telah terjadi reaksi yang sempurna antara analit dan pereaksi dengan adanya
perubahan warna dari indikator. Perubahan warna ini sangat bermanfaat sehingga dapat
Pada percobaan kali ini, indikator yang kami gunakan yaitu fenolftalein (PP) yang
mengubah warna larutan dari larutan yang tidak berwarna menjadi larutan yang
berwarna merah muda. pH trayek dari fenolftalein itu sendiri yaitu 8,3 sampai 10,5.
Sehingga pada titrasi HCl dengan NaOH maka ketika titik setara tercapai ( pH = 7)
indikator fenolftalein belum berubah warna dan akan berubah warna ketika pH mencapai
8.
Analisa yang digunakan pada percobaan mengenai titrasi asam basa ini adalah
analisa volumetri. Analisa volumetri merupakan kuantitatif dimana kadar komponen dari
ke dalam larutan zat uji hingga komponen yang akan ditetapkan bereaksi secara
kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Atau dengan kata lain analisa volumetri merupakan
teknik penetapan jumlah sampel melalui perhitungan volume. Sehingga dalam teknik ini
alat pengukur volume menjadi bagian terpenting. Dalam hal ini buret adalah alat
pengukur volume yang digunakan dalam analisa volumetri. Penetapan sampel dengan
analisa volumetri ini didasari pada hubungan soikiometri sedrehana dari reaksi – reaksi
1. Indikator berfungsi untuk menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi yang sempurna antar
2. Indikator yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu fenolftalein (PP )
3. Pada titrasi larutan dibagi menjadi dua, yaitu larutan standar primer dan larutan standar
sekunder
4. Titik ekivalen adalah titik dimana asam dan basa tepat habis bereaksi, namun perubahan
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, dkk. 2011. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid
I. Jakarta : Erlangga.
Tim Kimia Dasar. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Indralaya : Universitas
Sriwijaya.