LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS PERTANIAN
2020
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Hasil...................................................................................................... 7
Perhitungan ........................................................................................... 8
Pembahasan .......................................................................................... 8
KESIMPULAN .......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Proses Titrasi ........................................................................................... 9
ii
DAFTAR TABEL
Hal
1. .Data hasil praktikum titrasi asam basa .................................................... 7
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
dari sebuah larutan. Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri, yaitu suatu
cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari
perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah
ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa ditentukan disebut titik
Arrhenius, bila elektrolit dilarutkan ke dalam air, langsung terurai menjadi zarah-zarah
bermuatan positif dan negatif yang disebut ion. Elektrolit-elektrolit yang terurai menjadi
ion-ion menyebabkan larutan berair menjadi bersifat asam atau basa. Asam adalah
senyawa yang tidak jenuh secara koordinatif, yang menerima elektron dari basa
sedangkan basa adalah senyawa yang mempunyai pasangan elektron bebas yang dapat
diberikannya kepada asam. Asam basa berada dalam kesetimbangan yang saling
Beberapa syarat yang dilakukan agar titrasi berhasil yaitu konsentrasi titran
harus diketahui, disebut larutan standar, reaksi yang tepat antara titran dan senyawa
memberikan perubahan warna atau sanagt dekat dengan titik ekuivalen yang sering
1
2
digunakan, serta volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen harus
Tujuan Praktikum
dari titrasi asam basa dan untuk memahami penggunaan alat dan bahan yang dilakukan
Ada banyak jenis titrasi, yang paling umum adalah titrasi asam basa. Teori asam
kesetimbangan reaksi asam basa. Selain itu teori asam basa tersebut juga dapat dipakai
untuk menerangkan kekuatan asam dan basa, yaitu kemudahan asam memberikan
proton atau basa menerima proton. Menurut teori Bronsted-Lowry, setiap reaksi asam
basa adalah reaksi protolisis. Karena itu, timbul beberapa perbedaan antara teori ini
dengan teori lama atau teori Arrhenius. Menurut teori Arrhenius penguraian asam dan
basa, penetralan dan hidrolisis dianggap sebagai proses yang berbeda, sedangkan
Konsep asam basa adalah tema utama dalam sejarah agall, memaksudkan abu
tanaman tertentu yang menjadi sumber asam alkali. Indikator asam basa disebut juga
dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan
Total asam tertitrasi berhubungan dengan pengukuran total asam yang terkandung
dalam makanan. Total asam tertitrasi merupakan penduga pengaruh keasaman terhadap
rasa dan aroma yang lebih baik dibandingkan dengan pH. Nilai total asam tertitrasi
meliputi pengukuran total asam yang terdisosiasi dan tidak terdisosiasi, sedangkan pH
hanya mengukur total asam dalam kondisi terdisosiasi. Buah merupakan sumber
3
4
komoditas yang potensial dan banyak mengandung nutrisi, terutama vitamin sehingga
sangat baik jika dikonsumsi setiap hari dan mudah didapat. Mengonsumsi buah jauh
lebih aman daripada makanan yang mengandung zat-zat kimia yang dapat berbahaya
bagi tubuh. Komponen asam pada buah dan sayur merupakan metabolit sekunder atau
produk samping dari siklus metabolismesel, seperti asam malat, asam oksalat, dan asam
disebut indikator. Proses tirtasi asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH
larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Titrasi asam
basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu cara atau metode yang
menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang
disebut buret. Perbedaan antara asam kuat dan asam lemah adalah harga pH pada titik
ekuivalen. Untuk titrasi asam kuat, titik ekuivalen terjadi pada pH sama dengan 7.
Untuk titrasi asam lemah, pH pada titik ekuivalen lebih kecil dari 7 karena kebasaan
Percobaan ini dilakukan pada hari rabu tanggal 19 Februari 2020 yang bertempat
Alat
Baskom
Blender
Kain saring
Talenan
Piring plastik
Bahan
Buah kedondong
5
6
Prosedur Percobaan
Disaring bubur buah dengan menggunakan kain saring dan diambil sarinya
Hasil
Berdasarkan hasil praktikum maka data yang didapatkan adalah sebagai berikut:
7
8
Perhitungan
V 1 = 5 ml
N 1= ?
Ulangan 1 : V 1 x N 1 = V 2 x N 2
5 ml x N 1 = 8,9 ml x 0,01 N
8,9 ml x 0.01 ml
N 1=
5 ml
N 1= 0,0178 N
Ulangan 1 : V 1 x N 1 = V 2 x N 2
5 ml x N 1 = 6,9 ml x 0,01 N
6,9 ml x 0.01 ml
N 1=
5 ml
N 1= 0,0138 N
Pembahasan
Titrasi asam basa merupakan suatu cara yang cukup teliti untuk menentukan
konsentrasi suatu asam atau basa. Konsentrasi suatu asam ditentukan dengan cara
menitrasi asam dengan basa yang telah diketahui konsentrasinya, begitu juga
sebaliknya. Titrasi asam kuat basa kuat dinamakan pula netralisasi atau penetralan
karena pada reaksi menghasilkan garam dan air. Dalam titrasi digunakan sebagai
9
tempat larutan baku yang telah diketahui konsentrasinya atau titran. Sementara itu, zat
Berdasarkan jenis reaksi dalam proses titrasi, maka titrasi dapat di bedakan menjadi:
1. Titrasi yang melibatkan reaksi asam basa, disebut titrasi asam basa.
kompleksometri.
3. Titrasi yang melibatkan reaksi reduksi dan oksidasi disebut titrasi redoks.
Indikator bersifat asam lemah atau basa lemah sehingga jika ditambahkan dalam jumlah
Titrasi dilakukan dengan bantuan indikator asam basa. Indikator asam basa
merupakan zat yang dapat berubah warna dalam suasana asam dan basa. Saat titrat
tepat habis bereaksi dengan titran, indikator asam basa akan menunjukkan perubahan
warna dengan kelebihan sedikit saja. Keadaan secara stoikiometri titran dan titrat tepat
habis bereaksi disebut titik ekivalen. Saat titik ekivalen jumlah mol ekivalen basa sama
dengan mol ekivalen asam. Warna yang terjadi saat menandai dihentikan. Saat titrasi
dihentikan, keadaan ini disebut titik akhir titrasi. titik akhir titrasi harus sedekat
mungkin dengan titik ekivalen agar kecepatan hasil titrasi diperoleh dengan baik. Oleh
karena itu, pemilihan indikator harus tepat dan sesuai dengan titrasi yang dilakukan.
Jumlah indikator yang ditambahkan ke dalam larutan akan dititrasi harus sedikit
tetes. Indikator bersifat asam lemah atau basa lemah sehingga jika ditambahkan dalam
Titrasi dilakukan dengan bantuan indikator asam basa. Indikator asam basa
merupakan zat yang dapat berubah warna dalam suasana asam dan basa. Saat titrat
tepat habis bereaksi dengan titran, indikator asam basa akan menunjukkan perubahan
warna dengan kelebihan sedikit saja. Keadaan secara stoikiometri titran dan titrat tepat
habis bereaksi disebut titik ekivalen. Saat titik ekivalen jumlah mol ekivalen basa sama
dengan mol ekivalen asam. Warna yang terjadi saat menandai dihentikan. Saat titrasi
dihentikan, keadaan ini disebut titik akhir titrasi. titik akhir titrasi harus sedekat
mungkin dengan titik ekivalen agar kecepatan hasil titrasi diperoleh dengan baik. Oleh
karena itu, pemilihan indikator harus tepat dan sesuai dengan titrasi yang dilakukan.
11
Jumlah indikator yang ditambahkan ke dalam larutan akan dititrasi harus sedikit
mungkin.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perbahan
dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi
maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat
dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan
dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam
hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with or off). Akhiran I berasal
12
dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan
pengukuran jumlah asam ataupun pngukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah
basa atau garam). Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan
kadar larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam
ditetesi dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan
basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui,
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian
juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah, jika penitrasian
adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari
10-4 .pH berubah secara drastis bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton
ditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi
sebagai H30. Reaksi asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi
asam basa, pH dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada
temperatur. Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik,
sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun.
Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau
sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada ttik tengahnya
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa
organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu
13
terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian umumnya senyawa
organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat
ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam
digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa
digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan
dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya
secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik
dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik
ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik
Kurva titrasi asam basa memplot antara nilai pH dengan jumlah titran yang di
tambahkan terhadap analit. Dengan membuat grafik ini maka perubahan pH selama
konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan
15
menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam
basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau
Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah
warna pada saat titik ekuivalen. Pasda titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen
dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan
basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan digunakan
indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi. Proses
menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat,
dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya
Istilah analisis titrametri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan
dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat,
yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan
ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut
larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume standar yang
analisis volumetri, tetapi sekarang telah diganti dengan analisiss titrimetri, karena yang
terakhir ini dianggap lebih baik menyatakan proses titrasi, sedangkan yang disebut
melibatkan gas-gas. Reagensia dengan konsentrasi yang diketahui itu disebut titran, dan
Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi
persyaratan berikut:
1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu
2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan
Untuk analisis titrimetri lebih mudah jika kita memahami sistem ekuivalen
(larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekuivalen dari zat yang dititrasi =
jumlah ekuivalen zat penitrasi. Berat ekuivalen suatu zat sangat sukar dibuat
2. Oksidimetri
3. Argentometri
Asidimetri adalah yang diketahui konsentrasi asamnya, sedangkan alkalimetri bila yang
Berdasarkan larutan baku yang di gunakan, titrasi dibagi menjadi 2 yakni sebagai
berikut:
asam.
17
basa.
Ada dua cara untuk menentukan titik ekuivalen (arti secara stoikiometri), yaitu
lakukan. Data pH dengan volume titrasi di gunakan untuk membuat kurva titrasi. Titik
Indikator di gunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi (keadaan di mana titrasi
di hentikan) yang di tandai dengan adanya perubahan warna. Indikator akan berubah
warna ketika titik ekuivalen terjadi, lebih tepatnya saat titrasi di hentikan. Pada
umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak di
perlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter.
18
Pada dasarnya reaksi dalam titrasi merupakan reaksi penetralan. Bahasan ini
tentu sudah kita pelajari pada pembelajaran sebelumnya. Titrasi di hentikan tepat pada
saat jumlah mol ion H+ setara dengan jumlah mol ion OH-. Pada saat itu larutan bersifat
netral dan disebut titik ekuivalen. Bagaimana cara menetukan titik ekuivalen? Untuk
sekitar titik ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu di sebut titik akhir titrasi.
Pada saat titik ekuivalen maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol
a . Ma . Va = b . Mb . Vb
Keterangan:
Ma = molaritas asam
Va = volume asam
Mb = molaritas basa
Vb = volume basa
Contoh :
larutan HCI, apabila larutan NaOH yang di butuhkan untuk mencapai titik ekuivalen
sebanyak 25 mL?
19
Diketahui : a = 1 b=1
Va = 50 mL Mb = 2 M
Vb = 25 mL
Ditanya : Ma = ...?
Jawab : a . Ma . Va = b . Mb . Vb
1 . Ma . 50 = 1 . 2 . 25
Ma = 1 M
sebagai berikut:
1. Siapkan larutan yang akan di tentukan molaritas nya. Pipet larutan tersebut ke
4. Sesekali, pinggiran erlenmeyer di bilas agar zat yang bereaksi tidak menempel
di dinding erlenmeyer.
sangat hati-hati. Buka keran buret, peniter yang keluar jangan sampai menetes, tetapi di
tempelkan pada dinding erlenmeyer kemudian bilas dan goyangkan. Ada baiknya titrasi
20
di lakukan sebanyak dua atau tiga kali (duplo atau triplo). Yang di maksud zat penitrasi
Berdasarkan jenis reaksi dalam proses titrasi, maka titrasi dapat di bedakan menjadi:
1. Titrasi yang melibatkan reaksi asam basa, disebut titrasi asam basa.
kompleksometri.
3. Titrasi yang melibatkan reaksi reduksi dan oksidasi disebut titrasi redoks.
sebagai berikut:
baku asam.
baku basa.
Ada dua cara untuk menentukan titik ekuivalen (arti secara stoikiometri), yaitu
lakukan. Data pH dengan volume titrasi di gunakan untuk membuat kurva titrasi. Titik
Indikator di gunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi (keadaan di mana titrasi
di hentikan) yang di tandai dengan adanya perubahan warna. Indikator akan berubah
21
warna ketika titik ekuivalen terjadi, lebih tepatnya saat titrasi di hentikan. Pada
umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak di
perlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter.
Pada dasarnya reaksi dalam titrasi merupakan reaksi penetralan. Bahasan ini
tentu sudah kita pelajari pada pembelajaran sebelumnya. Titrasi di hentikan tepat pada
saat jumlah mol ion H+ setara dengan jumlah mol ion OH-. Pada saat itu larutan bersifat
netral dan disebut titik ekuivalen. Bagaimana cara menetukan titik ekuivalen? Untuk
sekitar titik ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu di sebut titik akhir titrasi.
Pada saat titik ekuivalen maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol
a . Ma . Va = b . Mb . Vb
Keterangan:
Ma = molaritas asam
Va = volume asam
Mb = molaritas basa
Vb = volume basa
22
sebagai berikut:
1. Siapkan larutan yang akan di tentukan molaritas nya. Pipet larutan tersebut ke
4. Sesekali, pinggiran erlenmeyer di bilas agar zat yang bereaksi tidak menempel
di dinding erlenmeyer.
sangat hati-hati. Buka keran buret, peniter yang keluar jangan sampai menetes, tetapi di
tempelkan pada dinding erlenmeyer kemudian bilas dan goyangkan. Ada baiknya titrasi
di lakukan sebanyak dua atau tiga kali (duplo atau triplo). Yang di maksud zat penitrasi
Kurva Titrasi
KESIMPULAN
1. Dari percobaaan yang telah dilakukan, kita dapat mengetahui dan menerapkan
teknik tirasi yang benar untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.
larutan yang di uji. Pada praktikum yang telah dilakukan kita dapat mengetahui
berdasarkan reaksi asam basa dengan larutan yang sudah diketahui kadarnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
9(50):875-884.
Kemp, K., C. dan J., H., Nelson. 1981. Chemistry. Prentice Hall, New Jersey.
1(10): 1-13.
Sastrohamidjojo, H. 2008. Kimia Dasar Edisi ke-2. Gadjah Mada University Press.
Jeruk Nipis Terhadap Ketahanan Nasi. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. 1(1):
44-58.