Anda di halaman 1dari 28

TITRASI ASAM BASA

LABORATORIUM BIOKIMIA

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ........................................................................................... i

DAFTAR TABEL ...................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ..................................................................................... 1


Tujuan Praktikum ................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat ............................................................................... 5


Bahan .................................................................................................... 5
Alat ....................................................................................................... 5
Prosedur Percobaan .............................................................................. 6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil...................................................................................................... 7
Perhitungan ........................................................................................... 8
Pembahasan .......................................................................................... 8

KESIMPULAN .......................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

i
DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Proses Titrasi ........................................................................................... 9

2. Kurva titrasi ............................................................................................ 14

3. Kurva titrasi asam kuat dan basa kuat ................................................... 14

4. Proses Titrasi ......................................................................................... 17

ii
DAFTAR TABEL

Hal
1. .Data hasil praktikum titrasi asam basa .................................................... 7

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Titrasi adalah metode analitis yang digunakan untuk mengukur pengurangan

dari sebuah larutan. Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri, yaitu suatu

cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari

perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah

ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa ditentukan disebut titik

ekuivalen atau titik stoikhiometri.

Menurut teori lama tentang pengionan elektrolit yang dikembangkan oleh

Arrhenius, bila elektrolit dilarutkan ke dalam air, langsung terurai menjadi zarah-zarah

bermuatan positif dan negatif yang disebut ion. Elektrolit-elektrolit yang terurai menjadi

ion-ion menyebabkan larutan berair menjadi bersifat asam atau basa. Asam adalah

senyawa yang tidak jenuh secara koordinatif, yang menerima elektron dari basa

sedangkan basa adalah senyawa yang mempunyai pasangan elektron bebas yang dapat

diberikannya kepada asam. Asam basa berada dalam kesetimbangan yang saling

bergantung satu sama lain yang disebut dengan sistem berpasangan.

Beberapa syarat yang dilakukan agar titrasi berhasil yaitu konsentrasi titran

harus diketahui, disebut larutan standar, reaksi yang tepat antara titran dan senyawa

yang dianalisis harus diketahui, Titik stoikiometri harus diketahui,indikator yang

memberikan perubahan warna atau sanagt dekat dengan titik ekuivalen yang sering

1
2

digunakan, serta volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen harus

diketahui setepat mungkin.

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan adalah agar mahasiswa mengetahui pengertian

dari titrasi asam basa dan untuk memahami penggunaan alat dan bahan yang dilakukan

dalam proses titrasi (kedondong).


TINJAUAN PUSTAKA

Ada banyak jenis titrasi, yang paling umum adalah titrasi asam basa. Teori asam

basa Bronsted-Lowry merupakan yang lazim digunakan untuk menjelaskan

kesetimbangan reaksi asam basa. Selain itu teori asam basa tersebut juga dapat dipakai

untuk menerangkan kekuatan asam dan basa, yaitu kemudahan asam memberikan

proton atau basa menerima proton. Menurut teori Bronsted-Lowry, setiap reaksi asam

basa adalah reaksi protolisis. Karena itu, timbul beberapa perbedaan antara teori ini

dengan teori lama atau teori Arrhenius. Menurut teori Arrhenius penguraian asam dan

basa, penetralan dan hidrolisis dianggap sebagai proses yang berbeda, sedangkan

sebenarnya semua proses tersebut merupakan proses protolisis (Harrizul, 1995).

Konsep asam basa adalah tema utama dalam sejarah agall, memaksudkan abu

tanaman tertentu yang menjadi sumber asam alkali. Indikator asam basa disebut juga

indikator pH merupakan senyawa halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke

dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan

kondisi pH larutan tersebut (Ralph H., dkk.,2007).

Pengukuran total asam tertitrasi merupakan penentuan konsentrasi total asam.

Total asam tertitrasi berhubungan dengan pengukuran total asam yang terkandung

dalam makanan. Total asam tertitrasi merupakan penduga pengaruh keasaman terhadap

rasa dan aroma yang lebih baik dibandingkan dengan pH. Nilai total asam tertitrasi

meliputi pengukuran total asam yang terdisosiasi dan tidak terdisosiasi, sedangkan pH

hanya mengukur total asam dalam kondisi terdisosiasi. Buah merupakan sumber

3
4

komoditas yang potensial dan banyak mengandung nutrisi, terutama vitamin sehingga

sangat baik jika dikonsumsi setiap hari dan mudah didapat. Mengonsumsi buah jauh

lebih aman daripada makanan yang mengandung zat-zat kimia yang dapat berbahaya

bagi tubuh. Komponen asam pada buah dan sayur merupakan metabolit sekunder atau

produk samping dari siklus metabolismesel, seperti asam malat, asam oksalat, dan asam

sitrat yang dihasilkan dari siklus krebs (Angelia,2017).

Titik stoikiometri sering ditandai dengan perubahan warna senyawa yang

disebut indikator. Proses tirtasi asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH

larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Titrasi asam

basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu cara atau metode yang

menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang

disebut buret. Perbedaan antara asam kuat dan asam lemah adalah harga pH pada titik

ekuivalen. Untuk titrasi asam kuat, titik ekuivalen terjadi pada pH sama dengan 7.

Untuk titrasi asam lemah, pH pada titik ekuivalen lebih kecil dari 7 karena kebasaan

basa konjugat asam lemah (Hardjono,2008).


BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada hari rabu tanggal 19 Februari 2020 yang bertempat

di Laboratorium Biokimia Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat

 Pisau stainless steel

 Baskom

 Blender

 Kain saring

 Talenan

 Piring plastik

 Sendok stainless steel

Bahan

 Buah kedondong

5
6

Prosedur Percobaan

1. Standarisasi sampel (kedondong)

 Dikupas bersih buah kedondong

 Dicuci bersih buah kedondong di bawah air mengalir

 Dipotong buah lalu diblender sampai halus

 Disaring bubur buah dengan menggunakan kain saring dan diambil sarinya

 Diambil 10 ml sari buah kedalam breaker glass

 Ditambahkan aquadest sampai 100 ml

 Diambil sampel 5 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer

 Ditambahkan 2-3 tetes fenolftalein lalu dititrasi dengan NaOH 0,01 N

 Diukur konsentrasi rata-ratanya.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil praktikum maka data yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Tabel 1.Data hasil praktikum titrasi asam basa

Pasangan Bahan Ulangan V1 (ml) N 1 (ml) V2 (ml) N 2 (ml)


1 0,0122 6,1 ml
5 ml 0,01
1 Stroberi 2 0,017 8,5 ml
5 ml 0,01
Rataan 0,0146 7,3 ml
1 0,0082 4,1 ml
5 ml 0,01
2 Nanas 2 0,0066 3,3 ml
5 ml 0,01
Rataan 0,0115 3,7 ml
1 0,0158 7.9 ml
5 ml 0,01
3 Sirsak 2 0,0178 8,9 ml
5 ml 0,01
Rataan 0,0168 8,4 ml
1 0,0178 8,9 ml
5 ml 0,01
44 4 Kedondong 2 0,0138 6,9 ml
5 ml 0,01
Rataan 0,0158 7,9 ml
1 0,0048 2,4 ml
5 ml 0,01
5445 5 Jambu Biji 2 0,006 3 ml
5 ml 0,01
Rataan 0,0054 2,7 ml
1 0,0096 4,8 ml
5 ml 0,01
6 Rambutan 2 0,0028 1,4 ml
5 ml 0,01
Rataan 0,0062 3,1 ml

7
8

Perhitungan

V 1 = 5 ml

N 1= ?

Ulangan 1 : V 1 x N 1 = V 2 x N 2

5 ml x N 1 = 8,9 ml x 0,01 N

8,9 ml x 0.01 ml
N 1=
5 ml

N 1= 0,0178 N

Ulangan 1 : V 1 x N 1 = V 2 x N 2

5 ml x N 1 = 6,9 ml x 0,01 N

6,9 ml x 0.01 ml
N 1=
5 ml

N 1= 0,0138 N

Pembahasan

Titrasi asam basa merupakan suatu cara yang cukup teliti untuk menentukan

konsentrasi suatu asam atau basa. Konsentrasi suatu asam ditentukan dengan cara

menitrasi asam dengan basa yang telah diketahui konsentrasinya, begitu juga

sebaliknya. Titrasi asam kuat basa kuat dinamakan pula netralisasi atau penetralan

karena pada reaksi menghasilkan garam dan air. Dalam titrasi digunakan sebagai
9

tempat larutan baku yang telah diketahui konsentrasinya atau titran. Sementara itu, zat

yang dianalisis dan belum diketahui konsentrasinya ditempatkan dalam Erlenmeyer

yang berada tepat di bawah Buret.

Berdasarkan jenis reaksi dalam proses titrasi, maka titrasi dapat di bedakan menjadi:

1. Titrasi yang melibatkan reaksi asam basa, disebut titrasi asam basa.

2. Titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks, disebut titrasi

kompleksometri.

3. Titrasi yang melibatkan reaksi reduksi dan oksidasi disebut titrasi redoks.

Umumnya penambahan indikator untuk keperluan titrasi hanya 2 sampai 3 tetes.

Indikator bersifat asam lemah atau basa lemah sehingga jika ditambahkan dalam jumlah

banyak dapat mengubah pH larutan.

Gambar 1.Proses Titrasi


10

Titrasi dilakukan dengan bantuan indikator asam basa. Indikator asam basa

merupakan zat yang dapat berubah warna dalam suasana asam dan basa. Saat titrat

tepat habis bereaksi dengan titran, indikator asam basa akan menunjukkan perubahan

warna dengan kelebihan sedikit saja. Keadaan secara stoikiometri titran dan titrat tepat

habis bereaksi disebut titik ekivalen. Saat titik ekivalen jumlah mol ekivalen basa sama

dengan mol ekivalen asam. Warna yang terjadi saat menandai dihentikan. Saat titrasi

dihentikan, keadaan ini disebut titik akhir titrasi. titik akhir titrasi harus sedekat

mungkin dengan titik ekivalen agar kecepatan hasil titrasi diperoleh dengan baik. Oleh

karena itu, pemilihan indikator harus tepat dan sesuai dengan titrasi yang dilakukan.

Jumlah indikator yang ditambahkan ke dalam larutan akan dititrasi harus sedikit

mungkin. Umumnya penambahan indikator untuk keperluan titrasi hanya 2 sampai 3

tetes. Indikator bersifat asam lemah atau basa lemah sehingga jika ditambahkan dalam

jumlah banyak dapat mengubah pH larutan.

Titrasi dilakukan dengan bantuan indikator asam basa. Indikator asam basa

merupakan zat yang dapat berubah warna dalam suasana asam dan basa. Saat titrat

tepat habis bereaksi dengan titran, indikator asam basa akan menunjukkan perubahan

warna dengan kelebihan sedikit saja. Keadaan secara stoikiometri titran dan titrat tepat

habis bereaksi disebut titik ekivalen. Saat titik ekivalen jumlah mol ekivalen basa sama

dengan mol ekivalen asam. Warna yang terjadi saat menandai dihentikan. Saat titrasi

dihentikan, keadaan ini disebut titik akhir titrasi. titik akhir titrasi harus sedekat

mungkin dengan titik ekivalen agar kecepatan hasil titrasi diperoleh dengan baik. Oleh

karena itu, pemilihan indikator harus tepat dan sesuai dengan titrasi yang dilakukan.
11

Jumlah indikator yang ditambahkan ke dalam larutan akan dititrasi harus sedikit

mungkin.

Cara Mengetahui Titik Ekuivalen

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,

kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva

titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.

2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses

titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada

saat inilah titrasi kita hentikan.

Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak

diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perbahan

warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin

dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi

maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat

dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan

dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna

indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi

pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan –imertri. Kata metri

berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam

hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with or off). Akhiran I berasal
12

dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan

pengukuran jumlah asam ataupun pngukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah

basa atau garam). Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan

kadar larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam

ditetesi dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan

basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui,

maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan.

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu

digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian

juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah, jika penitrasian

adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari

10-4 .pH berubah secara drastis bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton

ditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi

sebagai H30. Reaksi asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi

asam basa, pH dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada

temperatur. Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik,

sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun.

Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau

sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada ttik tengahnya

merupakan titik ekuivalen.

Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan

jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa

organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu
13

terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian umumnya senyawa

organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat

ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam

digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa

digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan

dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan

peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.

Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.

Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya

secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan

berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik

dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa

yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].

Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna

indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik

ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik

akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.

Kurva titrasi asam basa memplot antara nilai pH dengan jumlah titran yang di

tambahkan terhadap analit. Dengan membuat grafik ini maka perubahan pH selama

titrasi dapat diamati begitu pula dengan titik ekuivalen.


14

Gambar 2.Kurva titrasi

Gambar 3. Kurva titrasi asam kuat dan basa kuat

Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan

konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan

konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan
15

menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam

basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau

basa yang bereaksi.

Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah

warna pada saat titik ekuivalen. Pasda titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen

dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan

basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan digunakan

indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi. Proses

penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai

standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan

menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat,

dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya

sedikit, disebut standar primer.

Istilah analisis titrametri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan

dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat,

yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan

ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut

larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume standar yang

digunakan dan hukum-hukum stokiometri yang diketahui. Dahulu digunakan orang

analisis volumetri, tetapi sekarang telah diganti dengan analisiss titrimetri, karena yang

terakhir ini dianggap lebih baik menyatakan proses titrasi, sedangkan yang disebut

terdahulu dapat dikacaukan dengan pengukuran-pengukuran volume, seperti yang


16

melibatkan gas-gas. Reagensia dengan konsentrasi yang diketahui itu disebut titran, dan

zat yang sedang dititrasi disebut titrat.

Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi

persyaratan berikut:

1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu

yang tidak terlalu lama.

2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan

yang pasti dalam reaktan.

3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna.

4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar.

Untuk analisis titrimetri lebih mudah jika kita memahami sistem ekuivalen

(larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekuivalen dari zat yang dititrasi =

jumlah ekuivalen zat penitrasi. Berat ekuivalen suatu zat sangat sukar dibuat

definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Volumetri dapat dibagi menjadi:

1. Asidi dan alkalimetri

2. Oksidimetri

3. Argentometri

Asidimetri adalah yang diketahui konsentrasi asamnya, sedangkan alkalimetri bila yang

diketahui adalah konsentrasi basanya

Berdasarkan larutan baku yang di gunakan, titrasi dibagi menjadi 2 yakni sebagai

berikut:

1. Asidimetri, penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku

asam.
17

2. Alkalimetri, penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku

basa.

Gambar 4.Proses Titrasi

Ada dua cara untuk menentukan titik ekuivalen (arti secara stoikiometri), yaitu

ketika titran dan titer tepat habis bereaksi)

1.Dengan menggunakan pH meter

pH meter dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pH selama titrasi di

lakukan. Data pH dengan volume titrasi di gunakan untuk membuat kurva titrasi. Titik

ekuivalen merupakan titik tengah dari kurva titrasi.

2. Indikator asam basa

Indikator di gunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi (keadaan di mana titrasi

di hentikan) yang di tandai dengan adanya perubahan warna. Indikator akan berubah

warna ketika titik ekuivalen terjadi, lebih tepatnya saat titrasi di hentikan. Pada

umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak di

perlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter.
18

Menentukan Kadar Larutan yang Di Titrasi

Pada dasarnya reaksi dalam titrasi merupakan reaksi penetralan. Bahasan ini

tentu sudah kita pelajari pada pembelajaran sebelumnya. Titrasi di hentikan tepat pada

saat jumlah mol ion H+ setara dengan jumlah mol ion OH-. Pada saat itu larutan bersifat

netral dan disebut titik ekuivalen. Bagaimana cara menetukan titik ekuivalen? Untuk

mengamati titik ekuivalen dapat di gunakan indikator yang perubahan warnanya di

sekitar titik ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu di sebut titik akhir titrasi.

Pada saat titik ekuivalen maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol

ekuivalen basa, maka hal ini dapat di tulis sebagai berikut:

mol ekuivalen asam = mol ekuivalen basa

Rumus umum titrasi pada saat titik ekuivalen sebagai berikut:

a . Ma . Va = b . Mb . Vb

Keterangan:

a = jumlah valensi ion H+

Ma = molaritas asam

Va = volume asam

b = jumlah valensi ion H+

Mb = molaritas basa

Vb = volume basa

Contoh :

50 mL larutan HCI di titrasi dengan larutan NaOH2 M. Berapakah konsentrasi

larutan HCI, apabila larutan NaOH yang di butuhkan untuk mencapai titik ekuivalen

sebanyak 25 mL?
19

Diketahui : a = 1 b=1

Va = 50 mL Mb = 2 M

Vb = 25 mL

Ditanya : Ma = ...?

Jawab : a . Ma . Va = b . Mb . Vb

1 . Ma . 50 = 1 . 2 . 25

Ma = 1 M

Jadi, konsentrasi larutan HCI yang di titrasi adalah 1 M.

Langkah-langkah Titrasi Asam Basa

Langkah-langkah yang di gunakan untuk melakukan titrasi asam basa, yaitu

sebagai berikut:

1. Siapkan larutan yang akan di tentukan molaritas nya. Pipet larutan tersebut ke

dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet volume.

2. Pilih indikator berdasarkan trayek pH dan perubahan warna indikator untuk

memudahkan pengamatan. Tambahkan beberapa tetes pada larutan.

3. Tambahkan zat penitrasi setetes demi setetes dengan selalu menggoyangkan

erlenmeyer agar terjadi reaksi sempurna.

4. Sesekali, pinggiran erlenmeyer di bilas agar zat yang bereaksi tidak menempel

di dinding erlenmeyer.

5. Ketika mendekati titik ekuivalen, penambahan zat penitrasi di lakukan dengan

sangat hati-hati. Buka keran buret, peniter yang keluar jangan sampai menetes, tetapi di

tempelkan pada dinding erlenmeyer kemudian bilas dan goyangkan. Ada baiknya titrasi
20

di lakukan sebanyak dua atau tiga kali (duplo atau triplo). Yang di maksud zat penitrasi

adalah zat yang di tambahkan ketika melakukan titrasi.

6. Hitung volume larutan peniter, lalu tentukan molaritas larutan titran.

Berdasarkan jenis reaksi dalam proses titrasi, maka titrasi dapat di bedakan menjadi:

1. Titrasi yang melibatkan reaksi asam basa, disebut titrasi asam basa.

2. Titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks, disebut titrasi

kompleksometri.

3. Titrasi yang melibatkan reaksi reduksi dan oksidasi disebut titrasi redoks.

Berdasarkan larutan baku yang di gunakan, titrasi dibagi menjadi 2 yakni

sebagai berikut:

1. Asidimetri, penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan

baku asam.

2. Alkalimetri, penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan

baku basa.

Ada dua cara untuk menentukan titik ekuivalen (arti secara stoikiometri), yaitu

ketika titran dan titer tepat habis bereaksi)

1. Dengan menggunakan pH meter

pH meter dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pH selama titrasi di

lakukan. Data pH dengan volume titrasi di gunakan untuk membuat kurva titrasi. Titik

ekuivalen merupakan titik tengah dari kurva titrasi.

2. Indikator asam basa

Indikator di gunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi (keadaan di mana titrasi

di hentikan) yang di tandai dengan adanya perubahan warna. Indikator akan berubah
21

warna ketika titik ekuivalen terjadi, lebih tepatnya saat titrasi di hentikan. Pada

umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak di

perlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter.

Menentukan Kadar Larutan yang Di Titrasi

Pada dasarnya reaksi dalam titrasi merupakan reaksi penetralan. Bahasan ini

tentu sudah kita pelajari pada pembelajaran sebelumnya. Titrasi di hentikan tepat pada

saat jumlah mol ion H+ setara dengan jumlah mol ion OH-. Pada saat itu larutan bersifat

netral dan disebut titik ekuivalen. Bagaimana cara menetukan titik ekuivalen? Untuk

mengamati titik ekuivalen dapat di gunakan indikator yang perubahan warnanya di

sekitar titik ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu di sebut titik akhir titrasi.

Pada saat titik ekuivalen maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol

ekuivalen basa, maka hal ini dapat di tulis sebagai berikut:

mol ekuivalen asam = mol ekuivalen basa

Rumus umum titrasi pada saat titik ekuivalen sebagai berikut:

a . Ma . Va = b . Mb . Vb

Keterangan:

a = jumlah valensi ion H+

Ma = molaritas asam

Va = volume asam

b = jumlah valensi ion H+

Mb = molaritas basa

Vb = volume basa
22

Langkah-langkah Titrasi Asam Basa

Langkah-langkah yang di gunakan untuk melakukan titrasi asam basa, yaitu

sebagai berikut:

1. Siapkan larutan yang akan di tentukan molaritas nya. Pipet larutan tersebut ke

dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet volume.

2. Pilih indikator berdasarkan trayek pH dan perubahan warna indikator untuk

memudahkan pengamatan. Tambahkan beberapa tetes pada larutan.

3. Tambahkan zat penitrasi setetes demi setetes dengan selalu menggoyangkan

erlenmeyer agar terjadi reaksi sempurna.

4. Sesekali, pinggiran erlenmeyer di bilas agar zat yang bereaksi tidak menempel

di dinding erlenmeyer.

5. Ketika mendekati titik ekuivalen, penambahan zat penitrasi di lakukan dengan

sangat hati-hati. Buka keran buret, peniter yang keluar jangan sampai menetes, tetapi di

tempelkan pada dinding erlenmeyer kemudian bilas dan goyangkan. Ada baiknya titrasi

di lakukan sebanyak dua atau tiga kali (duplo atau triplo). Yang di maksud zat penitrasi

adalah zat yang di tambahkan ketika melakukan titrasi.

6. Hitung volume larutan peniter, lalu tentukan molaritas larutan titran.

Kurva Titrasi
KESIMPULAN

1. Dari percobaaan yang telah dilakukan, kita dapat mengetahui dan menerapkan

teknik tirasi yang benar untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.

2. Dengan menggunakan teknik titrasi yang benar, kita dapat menstandarisasi

larutan yang di uji. Pada praktikum yang telah dilakukan kita dapat mengetahui

konsentrasi bahan ataupun larutan yang dititrasi.

3. Mahasiswa atau praktikan yang melakukan percobaan dengan baik mampu

menjelaskan prosedur ataupun tahan kerja pada proses titrasi.

4. Titrasi adalah prosedur untuk menentukan kadar (konsentrasi) suatu larutan

berdasarkan reaksi asam basa dengan larutan yang sudah diketahui kadarnya.

Kesalahan titrasi yang hanya sebesar 1 mL tidak terlalu berpengaruh pada

perhitungan kadar larutan

23
DAFTAR PUSTAKA

Angelia, I. O. 2017. Kandungan Ph,Total Asam Tertitrasi, Padatan Terlarut, Dan

Vitamin C Pada Beberapa Komoditas Hortikultura. Journal of Agritech

Science. Politeknik Gorontalo. 2(1): 68-74.

Bajpai, D. dan P. S. Vankar. 2010. Rose Antocyanins as Acid Base Indicators.

Electronic Journal of Envirinmental, Agricultural and Food Chemistry.

9(50):875-884.

Kemp, K., C. dan J., H., Nelson. 1981. Chemistry. Prentice Hall, New Jersey.

Madura, J. D., F. G. Herring., W. S. Harwood., R. H. Petruci. 2007. General Chemistry.

Pearson Education, New Jersey.

Pierre, D. 2019. Acid-Basa Tiration. Journal of Mathematical Modeling: One+Two.

1(10): 1-13.

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia, Jakarta.

Sastrohamidjojo, H. 2008. Kimia Dasar Edisi ke-2. Gadjah Mada University Press.

Sholihin, H., A. Permanasari., G. I. Geugeut. 2010. Efektivitas Penggunaan Sari Buah

Jeruk Nipis Terhadap Ketahanan Nasi. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. 1(1):

44-58.

Anda mungkin juga menyukai