PENDAHULUAN
Dengan demikian, kita diharapkan dapat membuat larutan dengan proses yang
tepat aman dan bermanfaat, sehingga pengetahuan yang sudah kita miliki dari
eksperimen ini dapat ditepatkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan Percobaan
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, salah satu
bentuk umum dari campuran adalah larutan. Larutan dapat didefinisikan sebagai
campuran homogen dari dua zat atau lebih yang berdispersi sebagai molekul ataupun
ion yang komposisinya bervariasi larutan biasanya mempunyai 2 komponen penting
yaitu komponen yang mempunyai jumlah zat terbanyak disebut pelarut, sedangkan
komponen yang mngandung sedikit atau jumlah zat sedikit disebut terlarut.
- Campuran koloid
- Campuran sejati
Pembentukan Larutan
Apabila zat padat atau cairan larut dalam larutan, maka dalam campuran
terjadi gaya tarik antara molekul zat terlarut pada pelarut.
Dua senyawa dapat bercampur lebih mudah bila gaya tarik antara molekul
solute dan pelarut semakin besat. Besarnya gaya tarik menarik ini ditentukan oleh
jenis ikatan pada masing-masing molekul. Bila gaya tarik antara molekulnya
termasuk dalam kelompok yang sam.
Dalam ilmu kimia dikenal suatu ungkapan atau istilah Like dissolves lika,
yaitu jika molekul zat sulote dan pelarut mirip, maka akan mudah bagi keduanya
untuk saling menggantikan sehingga mudah untuk bercampur secara umum, terdapat
kecenderungan kuat bagi senyawa non polar untuk saling menggantikan sehingga
mudah bercampur secara umum. Yang bersifat non dan kovalen polar atau senyawa
ion larut ke dalam pelarut polar, dengan kata lain sejenis melarutkan sejenis.
Dimana sejenis disini menunjukka persmaan dalam hal kekuatan gaya tarik antar
molekul. (Petruci. 1987)
Pada dasarnya tidak ada zat yang bersifat mutlak tak larut dalam pelarut
tertentu, namun kebanyakan zat padat yang terbentuk dengan ikatan kuat seperti
logam-logam, kaca, plastic, batuan silikat dan mineral praktis tak larut dalam cairan
biasa.
Bila dua cairan tak dapat larut sama sekali dengan larutan lainnya, maka
keduanya dikatakan tidak dapat bercampur, contoh : air dan minyak.
Molekul-molekul lain dapat larut baik dengan air bila sama-sama bersifat
polar atau ionic. (Respati. 1992)
Kelarutan
Suatu zat dapat larut dengan pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu terbatas,
batas itu disebut batas kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut
dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu.
Molaritas menyatakan jumlah zat terlarut dalam tiap liter larutan atau jumlah
mmol zat terlarut dalam setiap ml (millimeter) larutan .
M n atau M bj x 10 x %
v mr
atau m = 1000 gr
ml larutan mr
Keterangan :
M = kemolaran gr = massa zat
ml = ml kelarutan
Kemolaran (m)
m = 1000 gr
p mr
Keterangan :
m = kemolalan
x terlarut = n terlarut
n terlarut + n pelarut
x pelarut = n pelarut
n pelarut + n terlarut
Keterangan :
Normalitas (N)
N=m e
Keterangan ;
N = normalitas
m = polaritas
Presentasi (%)
gram larutan
ml larutan
- Persen berat per volume (% berat/volume)
ml larutan
Bagian persejuta (Bpj) atau part per million (ppm) adalah bagian zat terlarut dalam
satu juta bagian larutan
M1 V1 = M2 V2
Larutan disebut juga zat-zat yang homogen dan heterogen zat yang dimana
memiliki komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumnya.
Kadang-kadang dijumpai juga suatu keadaan zat terlarut dalam larutan lebih
banyak dari zat terlarut yang seharusnya dapat terlarut pada temperature tersebut,
larutan ini disebut larutan lewat jenuh.
Banyak zat terlarut yang dapat menghancurkan larutan jenuh dalam jumlah
tertentu, pelarut. Pada temperature konstan disebut pelarutan. Pelarutan suatu zat
tergantung pada sift zat tersebut , molekul pelarut, temperature dan tekanan.
a. % berat (% w/w)
gram larutan
mol larutan
mol larutan
berat larutan
berat larutan.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
- Neraca analitik
- Labu takar 50 ml
- Batang pengaduk
- Gelas kimia 100 ml
- Pipet tets
- Corong kaca
- Botol kratingdeng
3.1.2 Bahan
- H2SO4 2 M
- HNO3 2 M
- HCL 0,1 M
- Aquades
- Pb (NO3)2 0,1 M
- CdSO4, 8H2O
- AgNO3
3.2.1 H2SO4 2M 10 ml
- Ditimbang x gr AgNO3
- Dilarutkan dengan aquades 30 ml di beaker glass
- Dimasukkan ke labu takar
- Ditambahkan aquades hingga tanda tera
- Dihomogenkan
BAB 4
Perlakuan Perhitungan
1. H2SO4 2M 10 ml M = % bj 10
- Dihitung molaritas H2SO4 (bj =
1,87 % 96) mr
- Dimasukkan 20 ml aquades di
= 96% 1, 84 10
dalam labu takar
- Ditambah ml H2SO4 98
- Ditambahkan aquades hingga
tanda tera, dihomogenkan = 1.766,4 = 18,02
98
M1V1 = M2V2
2. HNO3 2M 100 ml (bj= 1,39%) 2 100 = 18,02 V2
- Dihitung molaritas HNO3
- Dimasukkan 20 ml aquades di V2 = 200/18,02 = 11,10 ml
dalam labu takar
- Ditambahkan 13,94 ml HNO3
bj 10
- Ditambah aquades hingga M = %
tanda tera Mr
- Dihomogenkan
= 65 1,39 10
63
3. HCL 0,1 M 100 ml = 14,34 M
- Dihitung molaritas HCL M1V1 = M2V2
- Dimasukkan 20 ml aquades di
dalam labu takar 2 100 = 14,34 V2
- Ditambahkan 10 ml HCL
- Ditambah aquades hingga V2 = 200/14,34 = 13,94 ml
tanda tera, dihomogenkan
M = gr 1000
5. CdSO4, 8H2O 2% 100 ml
- Ditimbang 2gr CdSO4, 8H2O
Mr V
- Dilakukan dengan air aqiades 0,1= gr 1000
30 ml di beaker glass
- Dimasukkan ke labu takar 33,21 100
- Ditambahkan aquades hingga
X = 0,1 33 21
tanda tera
- Dihomogenkan 10
Larutan setelah dicampur dengan
6. AgNO3 2% 100 ml aquades, larutan berwarna putih keruh
- Ditimbang x gr AgNO3 Setelah dimasukkan ke labu takar
- Dilarutkan dengan aquades 30
tetap keruh
ml di beaker glass
- Dimasukkan ke labu takar
- Ditambahkan aquades hingga M = gr - 1000
tanda tera Mr V
- Dihomogenkan
= 2 1000
226,48 10
= 0,083 M
Setelah dihomogenkan tidak terjadi
perubahan apa-apa, warnanya tetap
bening.
M= 2 x 1000
169,82 100
= 0,117 M
Warna AgNO3 putih
Larut (air larut sedikit keruh)
4.2 Perhitungan
1. H2SO4 2M
Dik :M=2M
bj = 1,87 % = 96
V = 100 ml
Vair = 20 ml
Dit : V2....?
Jawab : M = % bj 10
Mr
= 96% 1,84 10
98
= 1. 766,4 / 98 = 18,02 M
2. HNO3 2 M
Dik : M = 2M
Vair = 20 ml
V1 = 100 ML
bj = 1,39 % = 65
Dit : V2....?
Jawab : M = % bj 10
Mr
= 65 1,39 10
63
= 14,34
M1V1 = M2V2
2 100 = 14,34 V2
V2 = 200/14,34
= 13,94 ml
3. HCL 2 M
Dik : M1 = 0,1M
M2 = 1 M
V1 = 100 ml
Dit : V2....?
0,1 100 = 1 V2
V2 = 10 ml = 10 ml
1
4. Pb(NO3)2 0,1 M
Dik : M = 0,1 M
V1 = 100 ml
Dit : gr..?
10
5. CdSO4, 8H2O
Dik : V1 = 100 Ml
Vair = 30 ml
gr = 2 gr
Mr = 226,48
Dit : M...?
2 1000
226,48 100
= 0,0883 M
6.AgNO3
Dik : V = 100 ml ; Bj = 2%
Vair = 30 ml
Dit : M...?
Jawab : m = 2 1000
169,82 100
= 0,117 M
4.4 Pembahasan
Pada prinsipnya larutan adalah campuran homogen yang antara zat-zat
penysunnya sudah tidak dapat dibedakan lagi, tidak memiliki bidang atas, serta
penyusunnya bersifat continue dan stabil. Suatu larutan terdiri dari 2 komponen
penting. Biasanya salah satu komponen penting yang mengandung jumlah zat banyak
disebut pelarut. Sedangkan komponen penting yang mengandung jumlah zat sedikit
disebut terlarut. Larutan itu sendiri dibagi menjadi tiga, berdasarkan kalarutannya.
Pada pembuatan larutan dapat dilakukan dengan berbagai mcam cara yang
salah satunya adalah titrasi. Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan kadar
suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya, titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh akan ditentukan kadarnya disebut titrasi, sedangkan zat yang telah
diketahui konsentrasinya disebut titer.
a. Larutan eksoterm
Adalah larutan yang pada prosesnya melepaskan malor atau panas karena
pada larutan eksoterm, larutan akan berkurang pada temperatur yang tinggi.
Contoh : larutan KOH
b. Larutan endoterm
Adalah larutan yang pada prosesnya kelarutannya membutuhkan atau
menyerap kalor karena pada larutan endoterm, kelarutan akan bertambah pada
tmperatur yang tinggi.
Daya larut sebuah larutan dipengaruhi oleh bebrapa faktor :
- Suhu
- Kepolaran
- PH
- Ion-ion senama
Campuran merupakan zat yang terbentuk dari berbagai jenis zat atau
gabungan anatar 2 unsur atau lebih. Secara fisis dibedakan menjadi 2 yaitu larutan
homogen dan larutan heterogen.
Fungsi perlakuan :
- Pada pembuatan NaCl larutan harus larut (diaduk) agar larutan dapat
terlarut sempurna, sehingga membentuk suatu larutan yang homogen.
Massa NaCl harus ditimbang terleih dahulu agar sesuai dengan yang
dibutuhkan.
- Pada larutan HCl, dicampurkan larutan HCl dengan aquades agar larutan
dapat dihomogenkan dengan menghasilkan reaksi eksoterm.
Pada percobaan pertama dekantasi, air yang telah dicampur dengan pasir
tetapi hal ini bertujuan untuk melarutkan pasir tetapi pasir ternyata tidak larut. Setelah
itu didiamkan agar semua pasir turun ke dasar.
Pengadukan kapur yang telah dicampur dengan air. Ternyata kapur juga tidak
larut. Air yang tercampur kapur disaring agar kapur terpisah dengan air.
Naftalena dipisah dari zat pengotor. Percobaan adsorbsi pada sirup dan kenorit
agar sirup dilewati oleh norit dan berwarna lebih mudah.
Minyak goreng dan air yang telah dicampur akan dipisah dengan alat corong
kaca.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Larutan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu larutan jenuh, larutan tak jenuh,
dan larutan lewat jenuh.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi larutan adalah : molaritas, fraksi mol,
% berat, % volume, molalitas dll
- Larutan homogen adalah larutan yang serbasama dan membentuk satu
fasa. Sedangkan larutan heterogen adalah larutan yang tidak serbasama,
membentuk dua fasa/lebih dan terdapat batas yang jelas,
5.2 Saran
- Dalam percobaan selanjutnya disarankan bahan yang digunakan ditambah
misalnya KMnO4 agar praktikan lenih menguasai dan mengetahui tentang
percobaan larutan.
DAFTAR PUSTAKA