LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA II
PERCOBAAN VI
NAMA : ANNISA
SYABATINI
NIM : J1B107032
KELOMPOK : 5
BANJARBARU
2009
PERCOBAAN VI
1. I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah praktikan dapat memperlihatkan prinsip-prinsip hasil kali
kelarutan, menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut dan menghitung panas
pelarutan AgCrO4 dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu.
1. II. PRINSIP PERCOBAAN
Jika sejumlah besar pelarut dibiarkan berhubungan dengan sejumlah terbatas pelarut, pelarutan
terjadi secara terus menerus. Hal ini berlaku karena adanya proses pengendapan, yaitu
kembalinya spesies (atom, ion, atau molekul) ke keadaan tak larut. Pada waktu pelarutan dan
pengendapan terjadi denggan laju atau kecepatan yang sama, kuantitatif terlarut yang larut dalam
sejumlah pelarut tetap sama pada setiap waktu. Proses ini adalah suatu keseimbangan dinamis
dan larutannnya dinamakan larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh dikenal dengan kelarutan
zat terlarut dalam pelarut tertentu.
Ksp senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan mengukur kelarutan (massa
senyawa yang dapat larut dalam tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan
itu, kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut.
Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Hasil kali kelarutan dalam
keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion-ion ketika
kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya sedikit larut dan larutan itu
(Syukri, 1999).
Hasil kali konsentrasi dari ion-ion pembentuknya untuk setiap suhu tertentu adalah konstan,
dengan konsentrasi ion dipangkatkan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion
yang bersangkutan. Kelarutan merupakan jumlah zat yang terlarut yang dapat larut dalam
sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Sedangkan hasil kali kelarutan merupakan
hasil akhir yang dicapai oleh hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai antra fase padat dari
garam yang hanya sedikit larut dalam larutan tersebut (Keenan, 1991).
Ksp = HKK = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan jenuh suatu elektrolit yang
sukar larut menurut kesetimbangan heterogen. Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol
elektrolit yang sanggup melarut dalam tiap liter larutannya. Jika konsentrasi ion total dalam
larutan meningkat, gaya tarik ion menjadi lebih nyata dan aktivitas (konsentrasi efektif) menjadi
lebih kecil dibandingkan konsentrasi stoikhiometri atau terukurnya. Untuk ion yang terlibat
dalam proses pelarutan, ini berarti bahwa konsentrasi yang lebih tinggi harus terjadi sebelum
kesetimbangan tercapai dengan kata lain kelarutan akan meningkat (Oxtoby, 2001).
Alat-alat yang digunakan adalah alat rak tabung reaksi, sepuluh tabung reaksi, labu erlenmenyer
250 mL sebagai penangas, dua buah buret 50 mL, pembakar gas, kaki tiga, dan kasa, termometer
0–100oC.
4.1.2 Bahan
4.2.1 Menempatkan larutan AgNO3 dan K2CrO4 pada dua buret yang berbeda.
4.2.2 Menyiapkan larutan seperti pada tabel di bawah dengan cara pertama-tama menambahkan
10 mL AgNO3 ke dalam tiap-tiap tabung reaksi, baru menambahkan K2CrO4 sebanyak yang
dicantumkan. Pada saat pencampuran dan setelah pencampuran tabung reaksi harus dikocok.
Membiarkan selama 5 menit dan mengamati apakah sudah terbentuk endapan atau belum.
Mengisi hasil pengamatan pada tabel di bawah ini.
4.2.3 Mengulangi langkah di atas untuk menentukan banyaknya K2CrO4 M yang dapat
menyebabkan terbentuknya endapan sampai ketelitian 0,1 mL. Mencatat hasil pengamatan pada
tabel. Mencatat pula volume K2CrO4 M yang dapat menyebabkan terjadinya pengendapan dan
suhu larutan.
4.2.5 Menempatkan campuran 1 pada penangas labu Erlenmenyer. memanaskan penangas dan
menggunakan termometer untuk mengaduk larutan secara perlahan-lahan (kecepatan pemanasan
penangas kira-kira 1oC permenit).
4.2.6 Melakukan hal yang sama untuk campuran-campuran lain, mencatat semua hasil yang
diperoleh pada tabel.
5.1 Hasil
Tabel 1
Volume Volume
Perubahan endapan
Campuran
AgNO3 0,25 M K2CrO4 0,05 M
(sudah/ belum)
(ml) (ml)
1 10 0,5 Tidak terbentuk
2 10 1 Terbentuk
3 10 1,5 Terbentuk
4 10 2 Terbentuk
Tabel 2
Volume
Volume
Suhu
K2CrO4 Pelarutan endapan
Campuran AgNO3
(sudah/belum)
0,125 M (oC)
0,025 M (ml)
(ml)
1 10 1,5 Ada endapan, larut 65
2 10 2 Ada endapan, larut 67
3 10 2,5 Ada endapan, larut 75
4 10 3 Ada endapan, larut 77
5 10 3,5 Ada endapan, larut 95
5.2 PERHITUNGAN
M K2CrO4 = 0,025 M
T = 338 K
R = 8,314 J/mol K
V Pbasetat = 10 ml
V KCl = 1,5 ml
V campuran = 11,5 ml
Jawab :
= []2 [ 0,0033]
= 3,899. 10-5
T = 338 K
Tabel .3
V K2CrO4 Suhu
No. V AgNO3 (ml) [Ag +] [CrO42-]
(ml) ( C) (oK)
o
Tabel 4.
log Ksp =
y = mx + c
log Ksp =
log Ksp =
= -1,3779
Ksp = 0,041889
1. VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini menggunakan prinsip-prinsip hasil kali kelarutan, Ksp. Prinsip pada
percobaan ini menyatakan bahwa hasil kali konsentrasi dari ion-ion pembentuknya untuk setiap
suhu tertentu adalah konstan, dengan konsentrasi ion dipangkatkan bilangan yang sama dengan
jumlah masing-masing ion yang bersangkutan.
Pada penambahan larutan K2CrO4 terhadap larutan AgNO3 dengan volume larutan K2CrO4 yang
berbeda-beda, maka akan terjadi pengendapan pada saat larutan telah jenuh yaitu kemampuan
pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut, sehingga kelebihan
sedikit zat terlarut akan menyebabkan terjadinya endapan. Pengendapan ini bergantung pada
konsentrasi dari zat-zat terlarut dalam larutan, semakin besar konsentrasi ion CrO42- maka larutan
akan mengalami pengendapan lebih cepat daripada larutan dengan konsentrasi ion CrO42- yang
lebih rendah. Reaksi yang terjadi adalah :
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan endapan adalah suhu, ion senama, dan pengaruh ion
tak senama atau pengaruh garam. Pada percobaan ini larutan AgNO3 yang direaksikan dengan
larutan K2CrO4 akan menghasilkan endapan yang banyak sedikitnya tergantung pada konsentrasi
zat terlarut yaitu larutan K2CrO4. Semakin besar konsentrasinya maka endapan yang dihasilkan
akan semakin banyak pula. Pada proses pelarutan endapan diketahui bahwa semakin banyak
endapan yang dihasilkan, maka suhu yang diperlukan untuk melarutkan endapan tersebut juga
akan semakin besar, yang berarti bahwa kelarutan endapan meningkat dengan bertambahnya
temperatur.
Sejauh ini, larutan jenuh hanya mengandung ion-ion yang berasal dari satu sumber padatan
murni. Apabila kedalam larutan tersebut ditambahkan suatu senyawa yang akan memberikan ion
senama dalam larutan, maka kelarutan senyawa ion yang sedikit larut akan semakin rendah.
Konsentrasi ion tersebut dalam larutan bergantung pada jumlah totalnya, tanpa membedakan
asalnya. Adapun pengaruh ion tak senama atau disebut juga pengaruh garam cenderung akan
meningkatkan kelarutan. Jika konsentrasi ion total dalam larutan meningkat, gaya tarik ion
menjadi lebih nyata dan aktivitas (konsentrasi efektif) menjadi lebih kecil dibandingkan
konsentrasi stoikhiometri atau terukurnya. Untuk ion yang terlibat dalam proses pelarutan, hal ini
berarti bahwa konsentrasi yang lebih tinggi harus terjadi sebelum kesetimbangan tercapai dengan
kata lain kelarutan akan meningkat.
Ksp atau konstanta hasil kali kelarutan yaitu hasil kali konsentrasi tiap ion yang dipangkatkan
dengan koefisiennya masing-masing. Pada percobaan ini diketahui bahwa semakin besar
konsentrasi larutan maka nilai Ksp nya akan semakin besar pula, dari nilai Ksp tersebut dapat
dihitung kelarutan endapan yaitu akan semakin besar pula dengan bertambahnya nilai Ksp.
Reaksi yang terjadi :
Pada grafik hubungan log Ksp terhadap 1/T diperoleh garis lurus yang memenuhi persamaan y =
-1120,4x – 1,0464, dari nilai slope persamaan tersebut yang dihubungkan dengan persamaan -
H/2,303R diperoleh nilai panas pelarutan dari AgCrO4 (H) sebesar 21452,46×103 J/mol. Dari
nilai H tersebut dapat dihitung besar Ksp AgCrO4 secara praktek sebesar 0,041889 nilai Ksp
tersebut berbeda dengan nilai Ksp AgCrO4 secara teori yaitu sebesar 1,6 x 10-5. perbedaan ini
mungkin disebabkan pada saat pengendapan AgCrO4 belum sepenuhnya terendapkan dan pada
saat pelarutan endapannya masih ada endapan yang belum melarut.
1. VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion yang masing-masing
dipangkatkan koefisien reaksi dalam larutan yang jenuh pada suhu tertentu.
2. Endapan terbentuk apabila larutan mencapai keadaan lewat jenuh. Larutan AgNO3
direaksikan dengan larutan K2CrO4 akan mengalami pengendapan pada saat larutan
jenuh.
3. Semakin besar konsentrasi zat yang ditambahkan untuk membentuk endapan, maka kalor
yang dibutuhkan untuk melarutkan endapan juga semakin besar.
4. Grafik yang terbentuk menunjukkan y = -1120,4x – 1,0464 dengan nilai R sebesar -
1,0464.
5. Dari grafik dan perhitungan diketahui besarnya ∆H° sebesar 21452,46×103 J/mol, yang
berarti bahwa reaksi berjalan spontan, karena nilai ∆H positif.
6. Nilai Ksp AgCrO4 secara praktek sebesar 0,041889.
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J. dkk., 1994, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Keenan, Charles W. dkk., 1991, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Erlangga. Jakarta.
PERCOBAAN I
ANALISIS GRAVIMETRI
: 1.Mengendapkan barium klorida dan menentukan persentase hasil dari barium klorida.
2.Menentukan persentase barium klorida dalam suatu campuran.
3.Mendalami dan menggunakan hokum stoikiometri dalam reaksi kimia.
4.Mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan endapan.
: Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin
I. DASAR TEORI
Suatu zat akan mengendap apabila hasil kali kelarutan ion-ionnya lebih besar daripada
harga Ksp. Pada percobaan ini, larutan barium klorida diendapkan dengan larutan barium
kromat.
BaCl2 (aq) + K2CrO4 (s) BaCrO4 (s) + 2KCl (aq)
Endapan barium kromat disaring, hasil teoritis bariun kromat dihitung dari endapan yang
terbentuk. Semua barium klorida dianggap berubah menjadi hasil. Hasil teoritis ditentukan dari
stoikiometri reaksi.
Analisis gravimetri merupakan salah satu cabang utama kimia analisis pemeriksaan
jumlah zat dengan cara menimbang hasil reaksi. Gravimetri disebut juga dengan pengendapan.
Pada dasarnya, pemisahan zat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Mula-mula cuplikan zat dilakukan dalam pelarut yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap.
Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan dan setelah dingin ditimbang kemudian
jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai
persentase bobot zat didalam cuplikan semula. Berbagai syarat harus dipenuhi agar penentuan
terhitung dapat dilakukan dengan memuaskan, antara lain :
1. Zat yang ditentukan harus dapat diendapkan secara terhitung (sekurang-kurangnya 99,9
% kesempurnaan pengendapannya).
2. Endapan yang terbentuk harus cukup murni dan dapat diperoleh dalam bentuk yang
cocok untuk pengolahan selanjutnya.
Suatu metode gravimetri untuk analisis biasanya didasarkan pada suatu reaksi kimia
seperti :
aA + rR AaRr
Dimana a molekul analit A yang bereaksi dengan r molekul R. Produknya AaRr biasanya berupa
zat yang sangat sedikit dapat larut, yang dapat ditimbang dalam keadaan demikia setelah
pengeringan atau yang dapat dipanggang menjadi senyawa lain yang susunannya diketahui
kemudian ditimbang.
Dalam prosedur gravimetri yang lazim, suatu endapan ditimbang dan dari nilai ini bobot
analit dalam sampel dihitung, maka persentase analit A adalah :
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah kimia yang paling tua dan paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Tahap pengukuran dalam
metode gravimetri adalah penimbangan. Analitnya secara fisis dipisahkan dari semua komponen
lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya.
Mesipun gravimetri merupakan cara pemeriksaan kimia terhitung yang paling tua dan
paling jelas urutan kerjanya, namun pemakaiannya terbatas karena pengerjaannya memakan
waktu lama.
1. Menimbang kira-kira 1 gram (0,8 – 1,2) gram BaCl2 dan memasukkan kedalam gelas
piala 250 mL.
2. Menambahkan 25 ml air suling, mengaduk sampai larutan homogen, setelah itu
memasukkan lagi K2CrO4 0,2 M sebanyak 25 mL, mengaduk dan mengamati endapan
yang terbentuk. Menguji larutan dengan beberapa tetes larutan K2CrO4.
3. Jika endapan dari BaCrO4 masih terbentuk, menambahkan terus K2CrO4 sampai endapan
BaCrO4 tidak terbentuk lagi.
4. Memanaskan sampai mendidih, mengalihkan dari api dan menyaring dengan kertas
saring whatman yang bobotnya telah diketahui.
5. Mengambil kertas saring beserta endapannya, mengeringkan, menimbang dan mencatat
bobotnya.
6. Menghitung hasil teoritis endapan BaCrO4 dan menentukan persen hasil.
IV. HASIL PENGAMATAN
V. ANALISIS DATA
Pada percobaan yang telah dilakukan, pencampuran BaCl2 dengan sejumlah air
dihasilkan larutan homogen berupa larutan BaCl2. Penambahan 25 mL K2CrO4 0,2 M
menghasilkan endapan BaCrO4. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
BaCl2 . 2 H2O + K2CrO4 BaCrO4 + 2KCl + 2 H2O
Terbentuknya endapan tersebut dikarenakan hasil kali konsentrasi ion-ion BaCrO4 lebih
besar daripada harga Ksp-nya.
Unutk apakah endapan telah terbentuk sempurna maka ditambahkan beberapa tetes
larutan K2CrO4. Dengan penambahan K2CrO4. maka konsentrasi BaCrO4 semakin kecil sehingga
harga kelarutan makin besar daripada harga Ksp, akibatnya terjadi endapan tambahan.
Persamaan ion bersih dari BaCrO4 yaitu :
BaCrO4 Ba2+ + CrO42-
Penambahan ion CrO42- yang terdapat pada K2CrO4 akan bergeser kearah zat pengendap
(kiri). Sehingga kelarutan BaCrO4 semakin kecil dan harga Ksp BaCrO4 menjadi lebih kecil kecil
pula.. Hasil kali kelarutan ion-ion yang lebih besar dari Ksp menyebabkan zat sukar larut dan
endapan yang terbentuk semakin besar.
Agar didapat hasil endapan yang mudah disaring dengan partikel yang relatif kasar
larutan dipanaskan sebelum penyaringan.
Pada hasil pengamatan dan perhitungan, berat BaCrO4 sebesar 1,1345 gram dan berat
teoritis sebesar 1,088 gram. Hasil teoritis diperoleh dengan menghitung dan menggunakan
hokum stoikiometri sehingga persentasi endapan yang diperoleh adalah 104,27%. Menurut teori
endapan, persentasi hasil seharusnya kuran atau sama dengan 100% (tidak boleh lebih dari
100%).
Dari persentasi 104,27% menunjukkan telah terjadi kesalahan dalam praktikum, hal ini
terjadi karena kekurangtelitian praktikan dalam pengamatan dan perhitungan. Kurang keringnya
endapan waktu pengeringan maupun penggunaan kertas saring juga berpengaruh terhadap hasil
yang didapat.
VI. KESIMPULAN
1.Analisis melalui pengendapan (analisis gravimetric) adalah merupakan salah satu metode
pemeriksaan jumlah zat dengan cara menimbang hasil reaksi pengendapan.
2.Dari percobaan yang telah dilakukan, endapan yang dihasilkan belum sempurna.
3. Persentasi hasil suatu endapan dapat diperoleh dengan rumus :
Jasifi.1989.Kimia Dasar.Jakarta:Erlangga
LAMPIRAN
- PERHITUNGAN
- Diketahui :
Mr BaCrO4 = 253
- Penyelesaian :
= 1,1345 gram
= 0,0043 mol
= 1,088 gram
= 104,27%
JAWABAN PERTANYAAN
1. Faktor yang harus dikontrol pada praktek agar menghasilkan endapan yang mudah
disaring dengan partikel yang relatif kasar yaitu :
a. Suhu
Untuk mendapatkan partikel kasar agar mudah disaring, larutan dipanaskan terlebih dahulu. Pada
wakty menyaring larutan harus masih panas, karena apabila dalam keadaan dingin akan banyak
endapan yang terbuang.
b. Laju pengendapan
Penambahan zat pengendap secara perlahan-lahan akan mempertahankan harga (Q – S) rendah,
sehingga tercapai kelewatjenuhan nisbi yang rendah.
c. Kelewatjenuhan nisbi (R) dan kelarutan molar endapan (s).
d. Konsentrasi
2. Diketahui :
Mr K2CrO4 = 194
Diketahui :
Berat K2CrO4 yang diperlukan agar terbentuk endapan BaCrO4…….?
Penyelesaian :
M = n=MxV
Mol BaCl2 =MxV
= 0,01 x 0,1 L
= 1 x 10-3 mol
Persamaan reaksi :
BaCl2 (aq) + K2CrO4 (s) BaCrO4 (s) + 2KCl (aq)
mol BaCl2 = mol K2CrO4
Berat K2CrO4 = mol K2CrO4 x Mr K2CrO4
A. TUJUAN PERCOBAAN
3. Menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu.
B. LANDASAN TEORI
Kebanyakan senyawa ion yang dikaitkan dengan Ksp sering diistilahkan tak larut, maksud
sesungguhnya adalah yang kelarutannya amat terbatas. Keterbatasan Ksp untuk zat yang sedikit larut.
Kita telah menggunakan istilah ”zat yang sedikit larut” dalam perubahan hasil kali kelarutan. Larutan
jenuh dari zat yang kelarutannya terlalu pekat, sehingga aktivitasnya tak dapat dianggap sama dengan
konsentrasi molarnya. Tanpa anggapan ini konsep hasil kali kelarutan menjadi tidak jelas maknanya.
Sekalipun tidak dinyatakan ”sedikit larut” dalam kesetimbangan kelarutan, apabila dinyatakan nilai Ksp,
maka yang dimaksud adalah senyawa ion yang sedikit larut. Semua zat yang terlarut berada dalam
larutan sebagai kation dan anion yang terpisah. Misalna, dalam larutan jenuh magnesium fluorida,
pasangan ion yang terdiri dari satu ion Mg2+ dan satu ion F-, atau MgF+, mungkin ditemukan. Apabila
pembentukkan pasangan ion terjadi dalam larutan, konsentrasi ion bebas cenderung menurun. Ini
berarti bahwa banyaknya zat yang harus dilarutkan untuk empertahankan konsentrasi ion bebas yang
diperlukan untuk memenuhi rumus Ksp meningkat : kelarutan meningkat apabila terjadi pembentukkan
senyawa yang dapat larut dalam tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan itu,
kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat
terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya
merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion-ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase
padat dari garam yang hanya sedikit larut dan larutan itu (Syukri, 1999).
Hasil kali konsentrasi dari ion-ion pembentuknya untuk setiap suhu tertentu adalah konstan,
dengan konsentrasi ion dipangkatkan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion yang
bersangkutan. Kelarutan merupakan jumlah zat yang terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
sampai membentuk larutan jenuh. Sedangkan hasil kali kelarutan merupakan hasil akhir yang dicapai
oleh hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai antra fase padat dari garam yang hanya sedikit larut
Ksp = HKK = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan jenuh suatu elektrolit yang sukar
larut menurut kesetimbangan heterogen. Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit yang
sanggup melarut dalam tiap liter larutannya. Jika konsentrasi ion total dalam larutan meningkat, gaya
tarik ion menjadi lebih nyata dan aktivitas (konsentrasi efektif) menjadi lebih kecil dibandingkan
konsentrasi stoikhiometri atau terukurnya. Untuk ion yang terlibat dalam proses pelarutan, ini berarti
bahwa konsentrasi yang lebih tinggi harus terjadi sebelum kesetimbangan tercapai dengan kata lain
Proses pengendapan merupakan proses pemisahan yang mudah, cepat dan murah. Pada
prinsipnya pemisahan unsur - unsur dengan cara pengendapan karena perbedaan besarnya harga hasil
kali kelarutan (solubility product constant/KSp). Proses pengendapan adalah proses terjadinya padatan
karena melewati besarnya KSp, yang harganya tertentu dan dalam keadaan jenuh. Untuk memudahkan,
KSp diganti dengan pKSp = fungsi logaritma = - log KSp merupakan besaran yang harganya positip dan
lebih besar dari nol, sehingga mudah untuk dimengerti (Suyanti, et al.,2008).
Kondisi optimum yang dicapai dengan perbandingan molar 19/5, yang merupakan variasi
perbandingan terbesar dibandingan dua variasi lainnya membuktikan bahwa kondisi kejenuhan larutan
kristal dari larutan homogen tidak terjadi tepat pada harga konsentrasi ion sesuai dengan hasil kali
kelarutan, tetapi baru akan terjadi saat konsentrasi zat terlarut jauh lebih tinggi daripada konsentrasi
larutan jenuhnya. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti
+
Pada pH kurang dari 3, konsentrasi ion H cukup besar, sehingga reaksi (6) cukup berarti untuk
3+
mengurangi jumlah Eu yang bereaksi dengan pengemban. Pada pH lebih tinggi dari 3, transport Eu(III)
kembali menurun yang disebabkan mulai terbentuknya senyawaan kompleks terlarut antara Eu(III)
dengan ion hidroksida. Selain itu, harga tetapan hasilkali kelarutan (Ksp) dari Eu(OH)3 yang relatif rendah
akan menyebabkan mulai mengendapnya senyawa tersebut. Kondisi pH umpan sebesar 3 ini digunakan
untuk mempelajari pengaruh komposisi pengemban D2EHPA-TBP terhadap koefisien permeasi Eu(III)
melalui SLM Hasil optimasi ini ditunjukkan oleh Gambar 3. Laju transport terbaik diperoleh pada
penggunaan pengemban campuran 0,8 M D2EHPA dengan 0,2 M TBP (Buchari, et al., 2003).
4. Termometer
5. Gegep
1. Pb(NO3)2 0,079 M
2. KaCl 1 M