Artikel ini berisi tentang zat pereduksi (reduktor). Untuk reaksi oksidasi-reduksi, lihat
Redoks.
Suatu zat pereduksi (disebut juga reduktor) adalah unsur atau senyawa yang kehilangan
(atau "mendonasikan") elektron kepada spesies kimia lainnya dalam suatu reaksi kimia
redoks. Karena zat pereduksi kehilangan elektron, maka dikatana ia mengalami oksidasi.
Jika suatu zat adalah donor elektron (reduktor), pihak lain haruslah bertindak selaku penerima
elektron (oksidator). Suatu reduktor dioksidasi karena ia kehilangan elektron dalam reaksi
redoks. Reduktor biasanya berada pada salah satu tingkat oksidasi terendahnya dan dikenal
sebagai donor elektron. Contoh yang termasuk reduktor adalah logam tanah, asam format,
dan senyawa-senyawa sulfit
Dalam kimia organik, reduksi secara lebih spesifik merujuk kepada penambahan hidrogen
pada suatu molekul, meskipun definisi yang disebut sebelumnya masih berlaku. Misalnya,
benzena direduksi menjadi sikloheksana dengan adanya katalis platina:
Dalam kimia organik, reduktor yang baik adalah pereaksi yang dapat menghasilkan H2.
Secara historis, reduksi merujuk pada penghilangan oksigen dari senyawa, oleh sebab itu
dinamakan 'reduksi'. Pengertian modern mendonorkan elektron adalah generalisasi ide ini,
sebagai pengakuan bahwa komponen lain dapat memainkan peran yang mirip dengan peran
kimia oksigen.
Daftar isi
1 Karakter
2 Penting
5 Lihat juga
6 Referensi
7 Bacaan lanjutan
8 Pranala luar
Karakter
Jika diperhatikan reaksi berikut:
Reduktor dalam reaksi ini adalah ferosianida ([Fe(CN)6]4. Ia mendonasikan sebuah elektron,
teroksidasi menjadi ferisianida ([Fe(CN)6]3). Pada saat yang sama, oksidator klorin
mengalami reduksi menjadi klorida.
Reduktor kuat sangat mudah kehilangan (atau mendonasikan) elektron. Suatu atom dengan
jari-jari atom relatif besar cenderung merupakan reduktor yang lebih baik. Dalam spesies
semacam ini, jarak dari inti atom ke elektron valensi sangat jauh sehingga elektron-elektron
ini tidak tertarik dengan kuat. Unsur-unsur ini cenderung merupakan reduktor kuat. Reduktor
yang baik cenderung terdiri dari atom-atom dengan elektronegativitas rendah, kemampuan
suatu atom atau molekul untuk menarik elektron ikatan, dan spesies dengan energi ionisasi
yang relatif kecil. "Ukuran suatu material untuk teroksidasi atau kehilangan elektron dikenal
sebagai potensial oksidasi".[1] Tabel berikut menunjukkan beberapa potensial reduksi yang
dapat diubah dengan mudah menjadi potensial oksidasi dengan hanya membalikkan
tandanya. Reduktor dapat diperingkat berdasarkan kenaikan kekuatan potensial oksidasinya.
Reduktor dikatakan lebih kuat jika ia memiliki potensial oksidasi lebih positif, dan lebih
lemah jika ia memiliki potensial oksidasi lebih negatif. Tabel berikut menyajikan potensial
reduksi dari beberapa reduktor pada 25 C.
Li+ + e = Li 3,04
Na+ + e = Na 2,71
Mg2+ + 2e = Mg 2,38
Al3+ + 3e = Al 1,66
Cr3+ + 3e = Cr 0,74
Fe2+ + 2e = Fe 0,44
2H+ + 2e = H2 0,00
Ag+ + e = Ag +0,80
Br2 + 2e = 2Br +1,07
F2 + 2e = 2F +2,87[2]
Untuk mengatakan manakah yang merupakan reduktor terkuat, kita dapat mengubah
tandanya saja untuk mengubah potensial reduksi menjadi potensial oksidasi. Semakin besar
nilainya, semakin kuat sifat reduktornya. Sebagai contoh, di antara Na, Cr, Cu dan Cl, Na
adalah reduktor paling kuat, sedangkan Cl adalah yang paling lemah.
Reduktor yang umum digunakan termasuk logam kalium, kalsium, barium, natrium, dan
magensium, dan juga senyawa yang menagandung ion H, yaitu NaH, LiH,[3] LiAlH4 dan
CaH2.
Beberapa unsur dan senyawa dapat berfungsi ganda baik reduktor maupun oksidator. Gas
hidrogen adalah reduktor jika bereaksi dengan nonlogam dan merupakan oksidator jika
bereaksi dengan logam.
Hidrogen bertindak selaku oksidator karena ia menerima sumbangan elektron dari litium,
sehingga menyebabkan Li teroksidasi.
Setengah reaksi:
Setengah reaksi:
F02(g) + 2 e 2 F(g)
Penting
Reduktor dan oksidator adalah yang bertanggung jawab pada korosi, yang merupakan
degradasi logam sebagai hasil dari aktivitas elektrokimia.[1] Korosi memerlukan sebuah
anode dan katode agar dapat berlangsung. Anode adalah unsur yang kehilangan elektron
(reduktor), sehingga oksidasi selalu terjadi di anode, sedangkan katode adalah unsur yang
menerima elektron (oksidator), sehingga reduksi selalu terjadi di katode. Korosi terjadi ketika
terdapat perbedaan perbedaan potensial oksidasi. Jika terdapat perbedaan ini, logam anode
mulai mengalami deteriorasi, menandakan menandakan adanya hubungan listrik dan adanya
elektrolit.
Dalam persamaan di atas, besi (Fe) memiliki bilangan oksidasi 0 sebelum reaksi, dan 3+
setelah reaksi. Untuk oksigen (O), bilangan oksidasi sebelum reaksi adalah 0 dan menjadi 2
setelah reaksi. Perubahan ini dapat dilihat sebagai dua "setengah reaksi" yang terjadi secara
bersamaan:
Besi (Fe) telah teroksidasi karena mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Besi adalah
reduktor karena ia memberikan elektronnya kepada oksigen (O2). Oksigen (O2) telah
tereduksi karena mengalami penurunan bilangan oksidasi dan merupakan oksidator karena
mengambil elektron dari besi (Feri (besi)|Fe).
Amalgam natrium
Diboran
Senyawa sulfit
Katalis Lindlar
Asam oksalat (C2H2O4)
Karbon monoksida(CO)
Karbon (C)
Lihat juga
Reduksi organik
Oksidator
Elektrokimia
Elektrosintesis
Korosi
Elektrolit
Redoks
Referensi
2. ^ "Electrode". hyperphysics.phyastr.gsu.edu.
N
Atom, ion, dan molekul yang memiliki afinitas elektron sangat besar untuk cenderung
bersifat sebagai oksidator yang baik. Misalnya unsur Fluor, adalah zat pengoksidasi yang
kuat . F2 adalah suatu zat pengoksidasi yang baik untuk logam, kuarsa, asbes, dan bahkan air
bila dimasukkan fluor dapat memberi ledakank atau bersifat eksplosive. Oksidator yang kuat
lainnya termasuk O2, O3, dan Cl2, yang merupakan bentuk unsur unsur yang paling
elektronegatif masing-masing kedua (oksigen) dan ketiga (klorin).
Zat lain yang berfungsi sebagai zat pengoksidasi yang baik adalah salah senyawa dengan
bilangan oksidasi yang besar, seperti ion permanganat (MnO4), ion kromat (CrO42-), dan ion
dikromat (Cr2O72-), serta asam nitrat (HNO3), perklorat asam (HClO4), dan asam sulfat
(H2SO4). Senyawa ini merupakan oksidator kuat karena unsur unsurnya menjadi lebih
elektronegatif yang dapat mengoksidasi atom lainnya yang menyebabkan bertambah bilangan
oksidasinya.
Beberapa senyawa dapat bertindak baik sebagai oksidator. Salah satu contoh adalah gas
hidrogen,yang bertindak sebagai zat pengoksidasi ketika bereaksi dengan logam