Anda di halaman 1dari 17

KIMIA ANORGANIK II

“BESI DAN BAJA”

Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Elva Yasmi Amran, M.Si.
Dr. H. Asmadi M. Noer, M.Sc.

Disusun oleh: Kelompok 4


1. Astiana (1605122671)
2. Ayu Pratiwi (1605115224)
3. Nabilah (1605115039)
4. Sasya Hanifah (1605115339)
5. Sri Marwati (1605111349)

Kelas: Kimia 5B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
terselesaikannya makalah Kimia Anorganik II yang berjudul “Besi dan Baja”.
Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak, penulis tidak mungkin menyelesaiakan penyusunan makalah ini,
untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pihak pembaca.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih serta mohon maaf yang sebesar-
besarnya bila ada kesalahan kata maupun kalimat, dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Pekanbaru, 29 Oktober 2018

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II Pembahasan
A. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Besi dan Baja.............................................3
B. Proses Pengolahan Besi dan Baja............................................................4
C. Manfaat Besi dan Baja dalam Kehidupan...............................................11

BAB III Penutup


A. Kesimpulan..............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13

Daftar Pusataka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Besi (Fe) merupakan salah satu logam yang mempunyai peranan yang
sangat besar dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih di zaman modern seperti
sekarang. Kelimpahannya juga sangat besar, 50.000 ppm atau 5% dan merupakan
jenis logam terbanyak kedua di kulit bumi. Karena kelimpahannya yang sangat
besar itulah maka besi banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan
industri konstruksi. Besi berada dalam bentuk senyawanya, terutama sebagai bijih
besi, yang mengandung Fe2O3 (hematite), Fe2O3.H2O (limonit), Fe3O4 (magnetic),
FeCO3 (siderite), dan FeS2 (pirit).

Di udara besi mudah mengalami korosi, yaitu proses perusakan (keropos)


pada permukaan besi yang disebkan reaksi dengan oksigen membentuk oksida
besi, yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai karat besi. Korosi besi
berlangsung sangat cepat pada kondisi lembab dan adanya garam.

Dalam industri, besi diisolasi melalui proses reduksi dari oksidanya,


Fe2O3, atau oksida-oksida besi lainnya yang terkandung dalam bijih besi. Zat
pereduksi yang digunakan adalah gas karbon monoksida (CO) pada suhu tinggi.
Agar besi tahan karat maka besi dicampurkan logam-logam lain yang memenuhi
syarat, yaitu sifat fisika dan sifat kimianya yang mirip besi.

Baja merupakan produk utama industri besi-baja. Baja tahan terhadap


pengaruh lingkungan mudah dibentuk dan ditempa, memiliki kekerasan yang
baik, mengandung 0,02%-1,5% karbon.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat fisika dan sifat kimia dari besi dan baja?
2. Bagaimana cara pengolahan besi dan baja?
3. Bagaimana reaksi-reaksi yang terkait dengan besi dan baja?

1
4. Bagaimana pemanfaatan besi dan baja dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sifat fisika dan sifat kimia dari besi dan baj
2. Untuk mengetahui cara pengolahan besi dan baja
3. Untuk mengetahui reaksi-reaksi yang terkait dengan besi dan baja
4. Untuk mengetahui pemanfaatan besi dan baja dalam kehidupan sehari-
hari
BAB II

PEMBAHASA

A. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Besi dan Baja


 Besi

Karakteristik 𝑭𝒆
𝟐𝟔

Konfigurasi elektron [Ar] 3d64s2

Titik leleh/oC 1538

Titik didih/oC 2861

Densitas/g cm-3 7.87

Tingkat oksidasi +2 dan +3

Wujud pada 20oC Padatan

Keelektronegatifan 1.83

Afinitas elektron/kJ mol-1 14,569

(Kristian. 2010)
 Baja
1) Baja lembek (kandungan karbon rendah 0,2%): Sifatnya mudah ditempa.
Digunakan pada pembuatan kawat, pipa dan lembaran baja
2) Baja medium (kandungan karbon 0,2%-0,6%): Bersifat keras tetapi dapat
ditempa dan tahan korosi. Digunakan sebagai batangan-batangan
kerangka bangunan
3) Baja karbon tinggi (kandungan karbon 0,6%-1,5%) serta sejumlah kecil
silicon, mangan, fosfor, dan belerang: Sangat keras tetapi rapuh, tidak
dapat ditempa, titik leleh rendah. Berdasarkan sifat ini, besi tuang mudah
digunakan pada alat-alat yang dibuat dengan cetakan, seperti kaki mesin
jahit, setrika, lumpang besi, dan digunakan sebagai alat-alat perkakas..
Karena titik lelehnya rendah maka mudah dicairkan dan dituangkan ke
dalam cetakan.

B. Proses Pembuatan Besi dan Baja


Besi
Besi dihasilkan dari oksida besi (Fe2O3), melalui reaksi reduksi dengan
karbon monoksida pada suhu relatif tinggi (>1500oC). Reduksi berlangsung
beberapa tahap, dan reaksi yang terlibat bersifat reversible, di mana
kesetimbangan bergantung pada tekanan relatif dari CO dan CO 2 dalam tanur
tinggi.
 Bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan besi pada tanur
tinggi adalah bijih besi:
1) Biji besi yang digunakan terutama dalam bentuk hematite, geotit, dan
magnetic.
2) Kokas sebagai zat pereduksi. Kokas sebagai sumber karbon berkadar
tinggi, dibuat dari pemanasan batu bara didalam oven kedap udara. Hasil
sampingan pembuatan kokas ini adalah gas bakar yang dapat digunakan
kembali sebagai bahan bakar untuk pemanasan oven dan pemanasan
awal tanur tinggi. Hasil samping lainnya adalah benzen, tar, toluen,
naftalen, dan ammonium sulfat.
3) Batu kapur. Batu kapur (CaCO3), digunakan sebagai bahan untuk
mengikat silika pada reaksi dalam tanur tinggi. Hasilnya adalah kalsium
silikat (CaSiO3 ), yang menjadi ampas buangan kerak tanur tinggi.
4) Udara Udara dipanaskan, ditiupkan dari bagian bawah tanur tinggi untuk
membakar karbon menjadi gas CO2 yang selanjutnya bereaksi lagi
dengan karbon membentuk gas CO, yang nantinya akan mereduksi
oksida besi. Rata-rata untuk menghasilkan 1 ton besi, diperlukan bahan
baku 2 ton biji besi, 1 ton kokas, 0,3 ton kapur, dan 4 ton udara.
 Proses Pengolahan Besi dari Bijihnya
1) Pemanggangan
Biji hematite (Fe2O3), mula-mula dicuci dengan air sampai bersih dari
tanah yang melekat. Setelah kering hematite tersebut lalu dipanggang.
Sejumlah karbonat atau sulfida ditambahkan yang hasil penguraiannya
dapat bersenyawa dengan silika sebagai pengotor membentuk kerak.
2) Pencairan
Biji besi hasil pemanggangan dicampurkan dengan batu kapur dan kokas
dengan perbandingan 5:2:1, dan dimasukan ke dalam tanur tinggi. Tanur
tinggi adalah menara berbentuk selinder yang pada bagian menaranya
dilengkapi dengan reaktor untuk menghasilkan temperatur tinggi dalam
tanur. Tanur tinggi juga dilengkapi dengan “cup and cone” untuk
memasukan bahan baku melalui bagian atas tanur tinggi. ”cup”
merupakan wadah berbentuk piala, dihubungkan dengan “cone” yang
berbentuk kerucut. Berfungsi sebagai katup yang dapat terbuka dan
tertutup. Selain itu, terdapat saluran untuk melepaskan gas-gas buangan.
Ketika mendekati dasar terdapat dua saluran untuk memisahkan kerak
dan cairan besi. Bagian lain tanur, yaitu bagian tuyer, yang merupakan
saluran kecil di mana suhu udaranya berkisar 500o -700oC, tekanan
udaranya dibuat rendah.

 Reaksi-reaksi yang terjadi


1) Reaksi dengan gas pada suhu tinggi
Ketika udara panas yang telah bebas dari uap air dan sebelumnya
dipanaskan pada suhu 500o-700oC, ditiupkan kedalam layer, gas tersebut
akan bereaksi dengan karbon membentuk gas karbondioksida.
C + O2 → CO2 ΔH = -96,96 kkal
Reaksi berlangsung eksoterm, panas yang dibebaskan menyebabkan
temperatur yang sangat tinggi (>1500oC), dibagian bawah tanur. Gas ini
terdiri dari gas CO2 yang akan bereaksi dengan karbon dan direduksi
menjadi gas karbon monoksida (CO).
CO2 + C → 2CO ΔH = -38,96 kkal
Ketika reaksi berlangsung endoterm atau menyerap panas, temperature
gas menurun sehingga pada bagian ini temperatur mencapai 1200o-
1300oC. Bagian tanur ini disebut penyerap panas karena pada saat gas
naik, reaksi gas CO2 dengan karbon pada setiap tahap selalu menyerap
panas, maka temperatur bagian dalam tanur makin ke atas makin
berkurang, sehingga saat mendekati saluran pembuangan temperature
mencapai 300oC. Jika ada uap air dalam udara yang ditiupkan,
temperatur menjadi sangat rendah. Dengan persamaan reaksi:
H2O + C → CO + H2 ΔH = +𝑥 𝑘𝑘𝑎𝑙
Reaksi ini berlangsung endoterm sehingga menyebabkan pemborosan
bahan bakar. Untuk menghindari hal ini udara yang dipanaskan
dilewatkan pada silika gel.

2) Reaksi dengan gas pada suhu rendah


Ketika campuran yang terdiri dari hematite, batu kapur, dan karbon
dijatuhkan ke dalam tanur tinggi, reaksi pertama yang terjadi adalah ferro
oksida direduksi menjadi oksida magnetic (feroso feri oksida) oleh
karbon monoksida pada temperatur 300o-500oC.
3Fe2O3 + CO → 2Fe3O4 + CO2 (300o -500o C) ΔH = 8,80 kkal
Pada daerah feroso ferioksida direduksi menjadi ferioksida dan kemudian
menjadi besi.
Fe3O4 + CO → 3FeO + CO2 (500o-700oC) ΔH = 8,80 kkal
FeO + CO → Fe + CO2 (700o-900oC) ΔH = -3,84 kkal
Sehingga reaksi feri oksida menjadi besi oleh karbon monoksida
berlangsung sempurna sebelum pada daerah penyerapan panas. Jika titik
leleh besi lebih besar dari 1000oC reaksi besi diperoleh dibagian spon.
Hanya pada bagian atas penyerapan panas, pada temperature 1000o-
1200oC batu kapur terurai menjadi kapur (CaO) dan CO2.
CaCO3 → CaO + CO2
Kapur CaO bereaksi dengan silika membentuk cairan kalsium silikat
yang disebut kerak.
CaO + SiO2 → CaSiO3
Pada saat CaSiO3 memasuki dasar tanur, cairan tersebut menutupi cairan
besi dan senyawa silika menjadi kerak. Cairan logam berkumpul di
bagian atas tanur dengan kerak di bagian atasnya. Ketika cairan terdapat
di dalam tanur pada temperatur 1300o-1500oC, bijih besi yang kotor
(mengandung pengotor seperti fosfat, silikat, sulfid dan sebaginya), juga
direduksi menjadi cairan besi yang biasanya mengandung sedikit sulfur,
silikcon, fosfor, mangan dan ± 3-4% karbon dalam bentuk karbida seperti
simentatit (Fe3C), sehingga besi yang diperoleh dapat mencapai tingkat
kemurnian 92-94 %, dan biasanya disebut “cas iron” atau besi tuang atau
kadang-kadang juga disebut “pig iron”. Besi cair yang dihasilkan
tersebut dikeluarkan melalui bagin bawah tanur tinggi. Kerak yang
kemudian dapat dipergunakan sebagai bahan campuran seman,
pembuatan batu bata, dan sebagai bahan kontruksi jalan. Reduksi
didalam tanur tinggi bersifat reversible gas yang terdapat dalam tanur
terdiri dari sejumlah besar karbon monoksida yang tidak terbakar dan
sejumlah kecil hydrogen, metana dan sebagainya. Dengan komposisi
rata-rata 60% N2, 24% CO, 12% CO2 . Gas panas keluar melalui bagian
atas tanur. Gas buangan ini bersama debu dialirkan ke penangkap debu,
sehingga debu akan mengendap sedangkan gas buangan yang panas akan
mengalir ke pendingin yang berfungsi menurunkan suhu sehingga gas
dapat dilepaskan ke udara melalui cerobong asap.
(Kristian. 2010)
Baja
Baja adalah besi yang mengandung 0,02%-1,5% karbon. Sifat baja tergantung
pada jumlah karbon yang dikandungya. Untuk memperoleh efek khusus pada
baja, maka baja dicampur dengan logam-logam transisi yang sesuai dengan sifat,
kualitas dan kegunaan tertentu. Pencampuran dilakukan dengan hati-hati dan teliti
untuk mendapatkan komposisi campuran yang memenuhi sifat yang diinginkan.
Jenis baja ini disebut baja alloy atau campuran.
Efek khusus logam transisi yang dicampurkan pada baja, antara lain:
 Kobalt : membuat baja tetap kuat pada suhu tinggi.
 Krom : membuat baja menjadi lebih keras, tahan gesekan, tahan korosi, dan
tahan temperature tinggi.
 Mangan : membuat baja menjadi keras, tahan aus dan tahan gesekan.
 Molibden : memperbaiki kekerasan baja, tahan goncangan dan tahan
temperature tinggi.
 Nikel : membuat baja tahan korosi.
 Silikon : pada konsentrasi tinggi membuat baja tahan kondisi asam, pada
konsentrasi rendah memperbaiki sifat megnetik dan sifat listrik baja.
 Vanadium : memperkuat baja dan meningkatkan ketahanan baja terhadap
panas.

Berdasarkan komposisi dan jenis logam transisi yang dicampurkan, baja


dibagi menjadi:
 Stainless steel : baja tahan karat mengandung Cr 19%, Ni 9%, dan Fe 72%.
 Baja krom : baja yang tahan karat tahan panas mengandung 12%-18% Cr.
 Baja nikel : baja tahan karat dan keras, mengandung 25% Ni.
 Baja mangan : baja sangat keras mengandung 11%-14% Mn, dan lain-lain.

 Pembuatan Baja
Untuk membuat baja, maka “pig iron” atau besi tuang yang dihasilkan
dari tanur tinggi, harus dimurnikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar
karbonnya (dari 5% diturunkan sampai di bawah 1,5 %), dan untuk
menghilangkan bahan/unsur lain yang mengotori besi (belerang, fosfor,
silikon dan sebagainya) dilakukan pemurnian melalui berbagai metode, yaitu:
1) Proses Bassemer
Proses Bassemer dikembangkan di Inggris tahun 1856. Sejumlah leburan
besi tuang dari tanur tinggi dimasukan ke dalam Converter Bassemer
(yaitu tanur untuk Proses Bassemer). Dalam metode ini, ke dalam
Conventer Bassemer ditambahkan senyawa lain seperti dolomite
(MgCO3 dan CaCO3), untuk mengikat zat pengotor di dalam besi. Sambil
diputar terus dibawah tanur, melalui lubang-lubang dibawah tanur
dimasukan gas oksigen agar bereaksi dengan karbon, silikon, fosfor dan
belerang menjadi oksida-oksidanya. Oksida-oksida ini akan diikat oleh
oksida-oksida magnesium dan kalsium (MgO dan CaO) sebagai hasil
penguraian MgCO3 dan CaCO3 yang sebelumnya dimasukan, menjadi
kerak yang mengapung diatas cairan besi. Selanjutnya besi cair yang
sudah mendekati murni dikeluarkan melalui lubang pada converter. Dan
kerak yang tertinggal dalam converter dapat dibuang.
Jenis baja yang dihasilkan Converter Bassemer ditentukan dengan
mengontrol karbon yang dikandungnya, serta jenis logam lain yang
dicampurkan untuk membuat logam aliasi.

2) Proses Open Hearth Furnace (Proses terbuka)


Tanur berupa piringan datar yang besar. Pada dasar kolom telah
ditempatkan oksida basa seperti CaO atau MgO yang nantinya akan
berguna sebagai zat pengikat. Ke dalam tanur tinggi dimasukan besi
tuang, besi bekas dan batu kapur. Campuran gas pembakar dan udara
panas dilewatkan di atas piringan yang berisi besi cair ini. Sementara
diaduk maka akan berlangsung reaksi antara oksida-oksida pengotor
dengan CaO dan MgO menjadi kerak. Kelebihan proses ini adalah
kualitas baja yang dihasilkan mudah dikontrol kualitasnya secara terus
menerus selama proses ini berlangsung lama (8-10 jam) sedangkan
Proses Bassemer berlangsung cepat (15 menit).

3) Proses BOP (Basic Oxigen process)


Pada proses ini, besi tuang dicampur dengan besi rongsokan. Besi tuang
meleleh di dalam besi tuang. Kedalam tanur dimasukan oksigen murni
melalui pipa. Oksigen murni ini akan membakar zat pengotor didalam
cairan besi tuang. Batu kapur yang sebelumnya dimasukan kedalam tanur
akan mengikat zat pengotor ini menjadi kerak. Hingga saat ini metode
BOP banyak digunakan karena baja yang dihasilkan mutunya tinggi,
prosesnya cepat (20-30 menit), pengontrolan kualitas mudah dilakukan,
serta mudah mencampurkan logam-logam lain untuk membuat baja
aliasi. Terakhir ini dikembangkan proses busur listrik untuk
menghasilkan kualitas baja yang lebih baik lagi.
(Ir. Bambang. 2003)
C. Manfaat Besi dan Baja
 Manfaat Besi
1) Sebagai bahan dasar pembuatan tiang–tiang rambu lalu lintas dan
LPJ (Lampu Penerangan Jalan)
Bijih besi yang dilebur dapat dicampur dengan unsur lain, seperti jenis
alumunium untuk membuat tiang–tiang lampu jalanan dan rambu
lalulintas yang kuat, namun ringan. Selain itu campuran ini juga dinilai
ekonomis dan mudah dalam perawatan, serta memiliki ketahan terhadap
korosi atau karat yang cukup bagus.
2) Sebagai bahan pembuatan besi tuang
Besi tuang merupakan salah satu jenis logam ferro. Logam ferro
merupakan jenis logam yang dibuat dengan campuran antara besi dan
karbon. Hasil campuran ini akan menciptakan logam yang sangat kuat
dan tahan lama. Biasanya jenis besi tuang ini diaplikasikan dan
dimanfaatkan untuk :
 Alas mesin
 Meja perata
 Blok silinder pada mesin kendaraan dan mesin konstruksi
 Cincin torak
3) Besi tempa
Beberapa bijih besi akan dicetak dengan ukuran–ukuran tertentu dan
dibuat menjadi lembaran lembaran. Hal ini diperuntukkan untuk
keperluan besi tempa. Besi tempa merupakan jenis besi yang
mengandung 99% bijih besi, yang akan dibuat menjadi suatu barang.
Berikut ini adalah beberapa aplikasi dari besi tempa:
 Bahan senjata, seperti keris dan pedang
 Plat penambal lubang atau kebocoran pada konstruksi besi
 Sebagai peyambung konstruksi besi (dengan cara di las)
 Untuk pembuatan bracket – bracket atau dudukan
4) Sebagai aksesoris dan peralatan rumah tangga
Selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan peralatan
konstruksi, bijih besi juga dapat dimanfaatkan sebagai aksesoris dan
peralatan rumah tangga. Banyak aksesoris dan peralatan rumah tangga
yang dapat dibuat dengan menggunakan bijih besi, yang tentunya
dicampur dengan unsur lain, seperti nikel, krom, tembaga dan lainnya.
Berikut ini aksesoris yang memiliki bahan dasar besi :
 Gelang, kalung dan cincin
 Gagang kacamata
 Pembuatan kunci rumah
 Peralatan dapur
5) Sebagai bahan pembuatan rangka kendaraan
Bijih besi yang sudah menjadi besi juga dapat menjadi bahan baku
pembuatan rangka kendaraan, seperti sepeda, motor dan mobil. Dengan
menggunakan rangka dari bahan besi, kualitas kendaraan akan menjadi
lebih baik, dan kuat, namun mudah mengalami korosi alias karat,
sehingga harus dirawat dengan tepat.

 Manfaat Baja
Pembuatan baja lunak
Berbeda dengan besi, baja murni yang sangat kuat, terutama untuk
pembuatan proyek konstruksi, baja lunak merupakan campuran antara
bijih besi dengan karbon, dengan kandungan campuran karbon sebanyak
0,1 – 0,3%. biasanya jenis baja ini dapat ditempa, dan mudah dipotong
dengan menggunakan gergaji tangan. Berikut ini beberapa pemanfaatan
dari baja lunak:
 Pembuatan mur, sekrup, dan baut
 Pembuatan perkakas, seperti obeng dan semacamnya
 Pembuatan pipa–pipa non pralon
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bahan utama untuk membuat besi kasar adalah bijih besi. Dapur tinggi dibuat
dari susunan batu tahan api yang diberi selubung baja pelat untuk memperkokoh
konstruksinya. Batu kapur adalah sebagai bahan tambahan gunanya untuk
mengikat abu kokas dan batu-batu ikutan hingga menjadi terak yang dengan
mudah dapat dipisahkan dari besi kasar. Prinsip dari proses dapur tinggi adalah
prinsip reduksi. Pada proses ini zat karbon monoksida dapat menyerap zat asam
dari ikatan-ikatan besi zat asam pada suhu tinggi. Pada pembakaran suhu tinggi
1800oC dengan udara panas, maka dihasilkan suhu yang dapat menyelenggarakan
reduksi tersebut.
Konvertor Bessemer adalah sebuah bejana baja dengan lapisan batu tahan api
yang bersifat asam. Dibagian atasnya terbuka sedangkan pada bagian bawahnya
terdapat sejumlah lubang-lubang untuk saluran udara. Keuntungan dari proses
Martin disbanding proses Bessemer dan Thomas adalah sebagai berikut: Proses
lebih lama sehingga dapat menghasilkan susunan yang lebih baik dengan jalan
percobaanpercobaan, unsur-unsur yang tidak dikehendaki dan kotoran-kotoran
dapat dihindarkan atau dibersihkan, penambahan besi bekas dan bahan tambahan
lainnya pada akhir proses menyebabkan susunannya dapat diatur sebaik-baiknya.
Dapur listrik digunakan untuk pembuatan baja yang tahan terhadap suhu tinggi.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat berguna dan dapat dipergunakan sebagai mana
mestinya. Selain itu, kritikan dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan
makalah ini kedepannya.
Daftar Pustaka

Sugiyarto, H Bambang, dkk. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Bambang, Ir. 2003. Proses Pembuatan Besi Dan Baja. Departemen Pendidikan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai