NIM : 160204047
No Tanda
Lulus/Tidak Lulus/Tidak Pengesahan
Jenis Kompetensi
Tes 1 Tes 2 Lulus Tes dari
Asisten
1 Mengetahui seluruh jenis alat gelas
sederhana di laboratorium
2 Pembacaan Meniskus
5 Penggunaan Furnace
7 Penggunaan Timbangan
9 Penanganan bahan/standar
10 Safety laboratorium
Keterangan:
1. Peserta yang berhak untuk mengikuti pelaksanaan praktikum hanya yang dinyatakan LULUS TES
Kompetensi dasar
2. Bagi yang belum lulus tes tahap 1, disediakan kesempatan untuk memperbaiki hanya pada tes
tahap 2.
1
Form Rekap Penilaian Praktikum Kimia Anorganik
NIM : 160204047
Tanda
Tanggal Post Laporan Jumlah Nilai
No Judul Praktikum Pretest Keaktifan Sanksi tangan
Praktikum Test Akhir Nilai Akhir
Asisten
1 Uji Kompetensi 1
2 Uji Kompetensi 2
3 Pembuatan Soda
Kostik Preparatif
4 Pembuatan Dan
Pemurnian Kalium
Iodidat
5 Senyawa Kompleks
Dari Na2c2o4 Dan
H2c2o4
6 Penentuan Rumus
Molekul Senyawa
Kompleks
7 Sintesis Smart
Material Mangan
Oksida Berongga
8 Uji Korosi Pada Besi
9 Pembuktian
Penguapan Iodium
Dalam Garam Dapur
10 Kesadahan Air
11 Pembuatan Zeolit
12 Extra 1
13 Extra 2
(Prasetya, M.Si)
2
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I
Disusun Oleh:
Naldi Efendi
160204047
KELOMPOK 3
Dinilai Oleh:
Nurlaili Nasution, M.Si
Hal Nilai
1. Tujuan Praktikum............................................................................................ 5 x
2. Dasar Teori...................................................................................................... 5 x
3. Alat dan Bahan ................................................................................................ 7 x
4. Cara kerja ........................................................................................................ 8 x
5. Hasil Praktikum .............................................................................................. 9 x
6. Pembahasan..................................................................................................... 10 x
7. Kesimpulan ..................................................................................................... 11 x
8. Daftar Pustaka ................................................................................................. 12 x
9. Lampiran: ........................................................................................................ 13 x
Jumlah:________
4
Tujuan Praktikum
Min: 2 Nilai: Mak: 5
I. Dasar Teori
Min:5 Mak: 14
Dasar Teori hanya mencantumkan: Dasar Teori mencantumkan:
Panduan Praktikum Nilai: 5 referensi Buku
Ditambah dengan referensi 3 Jurnal Nasional (terlampir)
blok/fb/Wikipedia/sejenis 2 Jurnal Internasional (terlampir)
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan
satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat.
Senyawa kompleks Fe(III) umumnya membentuk struktur oktahedral dengan bilangan
koordinasi enam. Namun struktur lain seperti tetrahedral dengan bilangan koordinasi empat dan
segiempat piramida dengan bilangan koordinasi lima juga dapat terjadi (Kusyanto dan Sugiarto,
2017).
Banyaknya ikatan koordinasi dalam senyawa kompleks, antara ion pusat dengan ligan
disebut bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi dan struktur senyawa kompleks beragam mulai
dari bilangan koordinasi dua sampai dua belas dengan struktur linear, tetrahedral, segi empat
planar, trigonal bipirimidal, dan oktahedral. Umumnya senyawa kompleks memiliki bilangan
koordinasi enam dengan struktur umum oktahedral (Male dkk, 2013).
Logam yang dapat membentuk kompleks biasanya merupakan logam transisi, alkali, atau
alkali tanah. Logam transisi dapat didefinisikan sebagai logam yang dapat membentuk satu atau
lebih ion yang stabil dengan konfigurasi elektron di orbital d dan f yang belum terisi penuh.
Contoh besi(II) memiliki konfigurasi elektron 1s22s22p63s23p63d6. Di mana orbital d-nya
sebagian belum terisi penuh. Keadaan elektron dalam kulit-kulit tersebut memungkinkan
timbulnya perbedaan sifat kimia dan fisika antara senyawa-senyawa kompleks yang memiliki
atom logam pusat yang sama, misalnya fenomena transisi spin (TS) (Male, 2013).
Senyawa koordinasi dapat mengalami dua macam stereoisomer, yaitu isomer geometri dan
isomer optic. Isomer geometri terjadi antara dua isomer yang memiliki rimus kompleks sama
tetapi penyusunan ruang dari beberapa ligannya berbeda. Isomer geometri dapat dipisahkan dan
harus dibedakan dengan isomer konformasi, yang terjadi dalam kesetimbangan dinamika antara
yang satu dengan yang lainnya dan disebabkan oleh perbedaan tenaga aktivasi. Isomer optic
terjadi apabila dua isomer memutar bidang sinar polarisasi yang berbeda. Banyak molekul tidak
memiliki titik atau bidang simetri sehingga tidak dapat memutar bidang polimerisasi (Prasetya,
2017).
Senyawa koordinasi adalah salah satu senyawa yang memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia. Senyawa ini terbentuk karena adanya ikatan antara ligan yang berperan
sebagai donor pasangan elektron (basa lewis) dengan ion pusat (logam) yang berperan sebagai
akseptor pasangan elektron (asam lewis). Dewasa ini perkembangan ilmu senyawa koordinasi
semakin pesat (Setyawati, 2010).
Terdapat dua jenis bilangan koordinasi yang paling banyak terdapat pada senyawa kompleks,
yaitu bilangan koordinasi enam dan empat. Meskipun kompleks dengan bilangan koordinasi dua,
5
tiga, lima, dan lebih dari enam pun kadang terjadi, jumlahnya tidaklah sebanyak kompleks
dengan bilangan koordinasi empat dan enam (Prasetya, 2017).
Senyawa kompleks di laboratorium dapat disintesa dengan mereaksikan ligan yang
merupakan suatu basa dan mempunyai pasangan elektron bebas dengan logam yang merupakan
penerima pasangan elektron yang didonorkan oleh ligan. Berdasarkan banyaknya elektron yang
didonorkan oleh ligan maka ligan dapat diklarifikasikan menjadi ligan monodentat, ligan
bidentat dan ligan multidentat. Ligan monodentat hanya dapat mendonorkan sepasang elektron
yang dimilikinya ke logam. Ligan bidentat dapat mendonorkan dua pasang elektron yang
dimilikinya ke logam, sedangkan banyaknya elektron yang bisa didonorkan ke logam pada ligan
multidentat. Ligan-ligan multidentat ini pula yang dapat membentuk struktur kelat dalam kimia
koordinasi oleh karena banyaknya pasangan elektron yang bisa didonorkan ke logam (Saria,
2012).
Teori medan kristal (Suciningrum, 2011)
Teori medan kristal mengasumsikan ikatan antara ion logam atom pusat dan ligan dalam
kompleks adalah murni elektrostatik (ikatan ion murni). Ion logam transisi sebagai atom pusat
dianggap sebagai ion positif yang dikelilingi oleh ligan yang bermuatan negative atau molekul
netral yang mempunyai pasangan elektron bebas.
1. Kompleks Octahedral
Penjelasan kompleks octahedral adalah sebagai berikut:
Ion logam sebagai partikel bermuatan positif terletak ditengah octahedron dan ligan berada
dikeenam sudutnya yang terletak pada sumbu x, y dan z seperti yang ditunjukkan oleh
gambar berikut.
2. Kompleks Tetrahedral
Tetrahedral sering dihubungkan dengan sebuah kubus. Pada kompleks tetrahedral atom pusat
terletak di tengah kubus dan empat dari delapan sudutnya terisi oleh ligan, seperti yang
ditunjukkan oleh gambar berikut.
6
3. Kompleks Square Planar
Kedua ligan yang berbeda pada posisi trans kompleks oktahedral, apabila bergerak menjauh
dari ion pusat, maka kompleks yang dihasilkan adalah kompleks oktahedral yang terdistorsi
secara tetragonal. Distorsi seperti ini dinamakan distorsi Jahn-Teller. Distorsi Jahn-Teller
terdapat pada bentuk oktahedral dimana orbital ion pusatnya terisi secara tidak simetris, yaitu
seperti pada ion Cu2+ dengan konfigurasi d9. Kedua ligan sepanjang sumbu z yang menjadi
ion pusat menyebabkan orbital dxy, dxz dan dyz-nya terstabilkan dan energinya berkurang
karena elektron-elektron yang terdapat pada orbital tersebut memperoleh tolakan yang lebih
kecil dibandingkan tolakan yang diperoleh dalam bentuk oktahedral. Berkurangnya energi-
energi orital diatas, disertai dengan bertambahnya energi orbital-orbital dx2-y2 dan dz2.
(Sucinigrum,2011)
2.1. Alat
Tanggal
No. Nama Alat Sertifikat Kalibrasi Faktor Koreksi
Kalibrasi
1. Lidi - - -
2.2. Bahan
Tanggal
No. Nama Bahan Produksi CoA
Kadaluarsa
1. Plastisin - - -
7
III. Cara kerja
Min:10 Mak: 14
Disusun normatif Disusun sangat spesifik dan detail
Nilai:
Kalimat deduktif (sudah dilakukan)
Ada skema
3.1.Prosedur Keselamatan
Tujuan peraturan keselamatan kerja dimaksudkan untuk menjamin:
1. Kesehatan keselamatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di laboratorium.
2. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan beracun.
3. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara, sehingga tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan.
Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk laboratorium untuk mencegah hal
yang tidak diinginkan.
2. Jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya
bahan, penggunaan alat-alat dan cara pemakaiannya.
8
3. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja laboratorium.
4. Harus tau cara pemakaian alat emergensi seperti eye shower, respirator, racun api dan
alat-alat keselamatan kerja lain.
5. Dilarang makan, makan dan merokok di laboratorium.
6. Jauhkan alat-alat yang tidak digunakan, tas, handphone dan benda lain di atas meja
kerja.
Pakaian di laboratorium:
1. Pakailah jas praktikum, sarung tangan dan pelindung yang lain dengan baik.
2. Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus di ikat, rambut panjang yang
tidak terikat dapat menyebabkan kecelakaan kerja di laboratorium.
Trigonal planar
[NiCl4]-2 Ni Cl sp3
Tetrahedral
9
[Cu)NH3)4]-2 Cu2+ NH3 sp3
Tetrahedral
Keterangan: Bentuk tabel boleh dimodifikasi namun tidak menghilangkan komponen penilaian
V. Pembahasan
Min: 10 Mak: 25
Disusun normatif Pembahasan sangat spesifik dan detail meliputi
Proses & reaksi
Fungsi penggunaan zat dan cara kerja
yang dilakukan
Evaluasi hasil
Nilai:
Kesesuaian dengan teori
Pembahasan tentang pengendalian mutu
Dasar Teori mencantumkan:
5 referensi Buku
3 Jurnal Nasional (terlampir)
2 Jurnal Internasional (terlampir)
10
VI. Kesimpulan
Min: 2 Mak: 5
Nilai:
Disusun normatif Sangat spesifik dan sesuai tujuan
11
Daftar Pustaka
Min: 3 Mak: 5
Disusun normatif Nilai: Mencantumkan seluruh refersni yang dicantumkan dalam laporan
Penulisan daftar pustaka menggunakan Harvard style
Male, Y. T., Tehubijuluw, H., dan Pelata, P. M. 2013. Synthesis of Binuclear Complex
Compound of {[Fe(L)(NCS)2]2oks} (L = 1,10-phenantrolin 2,2’-bipiridin). Ind. J. Chem.
Res.
Prasetya. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik 1. UMRI. Pekanbaru.
Saria, Y., Lucyanti., Hidayati, N., dan Lesbani, A. 2012. Sintesis Senyawa Kompleks Kobalt
dengan Asetilasetonato. Jurnal Penelitian Sains.
Setyawati, H dan Murwani, I. K. 2010. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Besi(III)-
EDTA. ITS. Surabaya.
Sucinigrum, E. 2011. Sintesis dan Karakterisasi Kompleks Tembaga(II) dengan Difenilamin.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sugiarto, H dan Kusyanto, A. 2017. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Besi (III)
dengan Ligan 1,10-Fenantrolin dan Anion Trifluorometanasulfonat. Jurnal Kimia Dasar.
12
Lampiran:
Min: 3 Mak: 10
Disusun normatif File referensi sangat sesuai
Nilai:
File referensi kurang Jawaban tugas sangat baik
Jawaban tugas normatif
Lampiran buku
Tidak ada.
13