Anda di halaman 1dari 52

Praktikum 1

PENGENALAN PERALATAN DAN BAHAN

1. Tujuan Instruksional Khusus

Pada akhir praktikum Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang :

a. Alat-alat kimia dan cara pemakaiannya


b. Karakteristik bahan-bahan kimia

2. Dasar Teori

Yang harus diperhatikan :


Mengenal alat, bahan kimia serta cara pemakaian alat tersebut merupakan yang sangat penting dalam
aktivitas praktikum
Kemurnian bahan kimia, terutama dalam analisa, penting guna memperoleh ketelitian semaksimal
mungkin. Bahan kimia terbagi dua berdasarkan tingkat kemurniannya, yaitu bahan kimia pro analisis
dan bahan kimia teknis. Untuk analisis dengan tingkat ketelitian yang tinggi digunakan bahan kimia
pro analisis.
Setiap membuka tutup botol bahan kimia, harus segera ditutup kembali untuk menghindari
kontaminasi dan dehidrasi dan segera kembalikan ketempatnya semula .
Banyak bahan kimia yang harus ditangani dengan hati-hati karena sifatnya yang berbahaya atau
beracun

3. Bahan dan Alat

3.1. Bahan
a. AgNO3
b. HCl
c. H2SO4
d. NaOH
e. Indikakator PP
f. Indikator MO
g. KMnO4

1
3.2. Alat
a. Gelas arloji
b. Timbangan analitik
c. Labu ukur
d. Pipet volume
e. Pipet ukur
f. Beaker glass
g. Buret
h. Erlenmeyer
i. Corong
j. Crus porselin
k. Mortar

4. Prosedur Percobaan
a. Siapkan beberapa peralatan
b. Gambar alat-alat tersebut
c. Tulis spesifikasi dan fungsinya

2
LEMBAR KERJA

Nama Mahasiswa : ……………………………. Pembimbing : …………………..


NPM : …………………………… . Paraf …………………..
Judul Praktikum : Pengenalan Alat dan Bahan
Tanggal : ……………………………..
_____________________________________________________________________________
Hasil Pengamatan :

3
Praktikum 2

REAKSI-REAKSI KIMIA DAN STOIKIOMETRI


1. Tujuan Instruksional Khusus

1. Untuk memahami berbagai reaksi kimia berdasarkan perubahan yang terjadi.


2. Untuk mengetahui karakteristik tiap tipe reaksi kimia.
3. Untuk menentukan stoikiometri reaksi kimia berdasarkan sifat fisik yang teramati
pada reaksi kimia.
2. Teori Dasar
Reaksi Kimia: dimana satu atau atau lebih zat berubah menjadi zat-zat baru yang sifat-sifatnya
berbeda dibandingkan dengan zat-zat penyusunnya sebelumnya. Reaksi kimia secara umum
dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Secara garis
besar, terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua jenis reaksi tersebut, yaitu pada reaksi
redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi (biloks), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada
perubahan biloks. Kedua kelompok reaksi kimia ini dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe reaksi:
Sintesis, Dekomposisi, Penggantian Tunggal, dan Penggantian Ganda.
Reaksi Sintesis: reaksi dimana dua atau lebih zat membentuk suatu zat tunggal dalam
suatu reaksi kimia (=reaksi kombinasi, reaksi komposisi).
o Unsur +Unsur →Senyawa , misal: Fe + S →FeS
o Senyawa + Senyawa →Seny.yangLebihKompleks , misal: SO2 + H2 O →H2SO3
Reaksi Dekomposisi: reaksi yang menghasilkan dua atau lebih zat yang terbentuk dari
suatu zat tunggal.
o Senyawa →DuaAtauLebihZatYang Lebih Sederhana , misal: 2H2 O →2H2 + O2
Reaksi Penggantian Tunggal (Single Replacement): reaksi dimana suatu unsur
menggantikan unsur lainnya, misal: 2Na + 2H2 O →2NaOH + H2
Reaksi Penggantian Ganda (Double Replacement): reaksi dimana ion-ion positif dari
dua senyawa saling dipertukarkan, misal: Mg(OH) 2 + H2 SO4 →2H2O + Mg2 SO4
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan
metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan
pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya

4
sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya
digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas
pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang
menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa. Perubahan kalor pada reaksi kimia
bergantung jumlah pereaksinya. Jika mol yang bereaksi diubah dengan volume tetap,
stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal, yakni dengan mengalurkan
kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran.

3. CARA KERJA
Bagian I
Tambahkan 5 mL larutan asam hidroklorida (HCl) ditempatkan dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan sekeping logam seng (Zn) ke dalamnya. Setelah itu, hasil reaksi segera setelah
penambahan Zn serta hasil reaksi 5 menit setelahnya diamati lagi dengan seksama.

Tambahkan 5 mL larutan perak nitrat (AgNO3) ditempatkan dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan sepotong logam tembaga (Cu). Hasil reaksi segera setelah penambahan Cu serta
hasil reaksi setelah 5 menit setelahnya diamati lagi dengan seksama.

Kedua reaksi di atas dibandingkan dan diklasifikasikan tipe reaksinya lalu persamaan reaksi yang
terjadi dituliskan pada lembar pengamatan.
Bagian 2
Padatan tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) sebanyak 1 sendok spatula dimasukkan
bersamaan dengan 1 sendok padatan KI ke dalam tabung Erlenmeyer. Labu digoyangkan, lalu
diamati. Berikutnya, beberapa butir CuSO4.5H2O dilarutkan di dalam sekitar 5 mL air dalam
tabung reaksi. Di tempat terpisah, beberapa butir KI juga dilarutkan dalam 5 mL air dalam
tabung reaksi yang lain. Setelah itu, larutan CuSO4 .5H2O dituangkan ke dalam tabung reaksi
berisi larutan KI, lalu diamati. Kedua prosedur di atas dibandingkan, dibuat kesimpulannya, lalu
diklasifikasikan tipe reaksinya.

LEMBAR KERJA

5
Nama Mahasiswa : ……………………………. Pembimbing : …………………..
NPM : ……………………………. Paraf …………………..
Judul Praktikum : Jenis Reaksi kimia
Tanggal : ……………………………..
_____________________________________________________________________________
Hasil Pengamatan :

PRAKTIKUM 3
PENENTUAN RUMUS EMPIRIS SUATU SENYAWA

6
1. Tujuan Instruksional Khusus

Pada akhir praktikum Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang :

a. Mencari rumus empiris suatu senyawa

2. Dasar Teori
Rumus empiris suatu senyawa adalah nisbah terkecil jumlah atom yang terdapat dalam senyawa
tersebut. Rumus yang sebenarnya adalah rumus molekul. Misalnya, senyawa hidrogen peroksida
mempunyai rumus nyata H2O2, ini berarti rumus empirisnya adalah HO. Asetilena adalah gas ntuk
keperluan mengelas, dan benzena adalah pelarut cairan, kedua senyawa tersebut berbeda sifat fisik
dan kimia , tapi memiliki rumus empiris yang sama, yaitu CH. Rumus molekul asetilena adalah
C2H2 dan benzena adalah C6H6.

3. Alat dan bahan


3.1. Bahan
a.logam Cu (tembaga )
b.asam nitrat 4 M

3.2. alat
a. pemanas
b. gelas arloji
c.timbangan analitik.
d.cawan porselin
4. Prosedur percobaan
a. siapkan cawan porselin yg telah diketahui bobotnya;
b.masukkan sekitar 0,5 gram logam tembaga ke dalam cawan;
c. tambahakan 10 ml asam nitrat 4 M dan tutup dengan gelas arloji;
d.pemanasan dilanjutkan sampai logam tembaga larut dan sampai terbentuk kristal hitam;
e. pemanasan dilanjutkan sampai terbentuk kristal kekuningan dan dinginkan dalam suhu kamar;
f. timbang cawan beserta isinya
g. tentukan rumus empiris dari oksida tembaga tersebut.

LEMBAR KERJA

Nama Mahasiswa : ……………………………. Pembimbing : …………………..


7
NPM : ……………………………. Paraf …………………..
Judul Praktikum : rumus empiris
Tanggal : ……………………………..
_____________________________________________________________________________
Hasil Pengamatan :

PRAKTIKUM 4
ANALISIS PENGENDAPAN

8
1. Tujuan Instruksional Khusus

Pada akhir praktikum Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang :


a.menentukan persen hasil suatu reaksi kimia melalui analisis pengendapan

b.menghitung hasil nyata dan teori dari suatu reaksi kimia

2. Dasar teori

Efisiensi suatu reaksi kimia dapat ditentukan melalui perhitungan persentase hasil. Hampir di
semua reaksi, kita akan mendapatkan hasil yang lebih sedikit dari yang diharapkan. Hal ini
terjadi karena sebagian besar reaksi merupakan reaksi kesetimbangan) atau karena
adanya beberapa kondisi reaksi yang menyebabkan reaksi tidak berjalan sempurna. Para
kimiawan dapat memperoleh efisiensi reaksi dengan menghitung persentase hasil sebagai
berikut :
Persentase hasil = (hasil sesungguhnya/hasil teoritis) x 100%
Hasil sesungguhnya adalah berapa banyak produk yang diperoleh setelah reaksi selesai. Hasil
teoritis adalah berapa banyak produk yang diperoleh berdasarkan perhitungan
stoikiometri. Perbandingan dari kedua hasil ini memberikan penjelasan tentang seberapa efisien
reaksi tersebut. Pada contoh sebelumnya, hasil teoritis logam besi adalah 699,47 gram.
Sedangkan hasil sesungguhnya adalah 525 gram. Oleh karena itu, persentase hasilnya adalah
% hasil = (525 gram/699,47 gram) x 100% = 75,05%

3. Alat dan bahan


3.1 Bahan
a.BaCl2
b. K2CrO4 0,25M

3.2. Alat
a. erlenmeyer
b.pipet tetes
c.timbangan analitik
d. pengaduk kaca

9
e.pemanas
4. Prosedur
a. timbang sekitar 1 gram BaCl2 (0,6 s.d. 1.1) gram;
b. masukan ke dalam erlenmeyer;
c. tambahkan 13 ml aquadest , aduk sampai homogen;
d. tambahkan 13 ml larutan K2CrO4 0,25 M, aduk sampai endapan tidak terbentuk;
e.tambahkan K2CrO4 lagi sampai tidak terdapat endapan (BaCrO4);
f.panaskan sampai mendidih, lalu saring dengan kertas saring yang telah diketahui bobotnya
g. hitung hasil teoritis endapan BaCrO4 dan tentukan juga persen hasil

LEMBAR KERJA

10
Nama Mahasiswa : ……………………………. Pembimbing : …………………..
NPM : ……………………………. Paraf …………………..
Judul Praktikum : analsis pengendapan
Tanggal : ……………………………..
_____________________________________________________________________________
Hasil Pengamatan

PRAKTIKUM 5
IDENTIFIKASI KATION DAN ANION
11
1.Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa mampu membedakan antara kation dan anion, serta mampu mengidentifikasi dan
membedakan antara jenis-jenis kation dan jenis-jenis anion yang berasal dari senyawa murni.

2.Dasar Teori

2.1.Kation

Ion- ion bermuatan positif (kation), yang biasa disebut dengan ion logam, dapat dibedakan satu
dari yang lainnya dengan reaksi spesifik dari tiap kation tersebut.

-
Contoh : Ion Ag+ yang berasal dari molekul AgNO3, dengan ion Cl yang berasal dari HCl

atau dari NaCl, dapat membentuk endapan putih yang tidak larut di dalam aqua regia.

Reaksinya sebagai berikut:

AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3

Ag+ + Cl- AgCl putih

Ion Pb+2 yang berasal dari molekul Pb-acetat, dengan ion Cl- juga membentuk endapan putih,
tetapi endapan ini akan larut kembali bila dipanaskan dan pola waktu pendinginan terjadi kristal
berbentuk jarum dari PbCl2

Reaksinya sebagai berikut :

Pb+2 + 2Cl- PbCl2 PbCl2 larut.



Contoh lain: Ion Na+, bila dibakar dalam nyala oksidasi dari pembakar bunsen akan memberikan
warna kuning. Dengan cara yang sama ion Ca+2, misalnya dari CaS04 akan memberikan warna
merah; sedangkan ion As+3 akan memberikan warna kelabu disertai bau bawang.

Reaksi nyala/ Flame test yang dilakukan dengan kawat Pt/Nikl chrom, pada nyala oksidasi
pembakar bunsen. Sebelumnya kawat Pt dibersihkan dengan HCl pekat, kemudian kawat Pt

12
dicelupkan dalam larutan uji yang mengandung kation, maka akan tampak warna nyala dari
kation tersebut, seperti dibawah ini:

Kation Nyala
Na+ kuning
K+ ungu (dilihat melalui kaca Cobalt)
Ca+2 merah kekuning kuningan
Sr+2 merah karmin
Ba+2 kuning hijau
Pb+2 abu-abu kebiru-biruan.

2.2.Anion
Anion ( ion-ion bermuatan negatif) dapat dibedakan satu dengan yang lainnya secara reaksi
kimia.
Misalnya untuk membedakan ion Cl- dan SO4-2 dapat dilakukan sebagai berikut :
Cl- dengan Ag+ membentuk AgCl endapan putih yang tidak larut dalam aqua regia :
Cl- + Ag+ AgCl
Tapi Ag+ ini bila direaksikan dengan SO4-2 terjadi endapan putih yang dapat larut dalam aqua
regia.
SO4-2 + 2 Ag+ Ag2SO4
Contoh lain lagi misal dari ion CO3-2 :
Dengan asam (H+) akan menghasilkan gas CO2 yang dapat mengeruhkan air barit Ba (OH)2, dan
sifat ini tidak dimiliki oleh ion Cl- dan ion SO4-2.
Reaksinya sebagai berikut :
CO3-2 : + 2 H+ H2CO3
H2CO3 H2O + CO2
Ba (OH)2 + CO2 BaCO3 + H2O
Yang dimaksud dengan “ zat “ adalah zat yang mengandung ion yang bersangkutan, misalnya:
Untuk asetat, dapat dipakai Na-asetat, Pb-asetat, untuk Cl- dapat dipakai HCl, NaCl, KCl, CaCl2.
Untuk CO3-2, dapat dipakai Na2CO3, K2CO3, dan lain- lain.

3.Reaksi dari larutan yang mengandung kation

13
Larutan yang dipakai pada percobaan ini ± 1 ml (20 tetes), amati dengan cermat peubahan-
perubahan yang terjadi dan catat.
Ag+:
a. Larutan AgNO3 + K2CrO4 ---- endapan merah bata.
bila endapan + asam acetat ---- tidak larut.
bila endapan + NH4OH ---- larut kembali.
Cu+2 :
a. Larutan CuSO4 + NaOH ---- terjadi endapan biru, bila sipanaskan menjadi hitam.
b. Larutan CuSO4 + NH4OH ---- terjadi endapan biru muda, + NH4OH berlebih ---- larut
kembali.
c. Larutan CuSO4 + K4Fe(CN)6 ---- endapan coklat kemerahan.
Fe+2:
a. Larutan FeSO4 + NaOH ---- endapan putih.
b. Larutan FeSO4 + K4Fe(CN)6 ---- endapan biru muda.
c. Larutan FeSO4 + K3Fe(CN)6 ---- endapan biru tua (biru turnbull).
Fe+3 :
a. Larutan FeCl3 + NH4OH ---- endapan coklat kemerahan.
b. Larutan FeCl3 + K4Fe(CN)6 ---- endapan biru berlin.
c. Larutan FeCl3 + K3Fe(CN)6 ---- larutan warna coklat.
d. Larutan FeCl3 + KSCN ---- warna merah darah.
Zn+2:
a. Larutan ZnSO4 + NaOH ---- endapan putih seperti gelatin, larut kembali pada
penambahan basa berlebih.
b. Larutan ZnSO4 + K4Fe(CN)6 ---- endapan putih, + basa ---- larut.

Ba+2:
a. Larutan Ba(NO3)2 + (NH4)2CO3 ---- endapan putih.
b. Larutan Ba(NO3)2 + H2SO4 ---- endapan putih, tidak dapat larut di dalam aqua regia.
c. Larutan Ba(NO3)2 + K2CrO4 ---- endapan kuning, + asam acetat larut kembali.
Ca+2:

14
a. Larutan CaCl2 + NH4(CO3)2 ---- endapan putih amorf, larut di dalam NH4OH dan juga
dapat larut di dalam asam kuat.
b. Larutan CaCl2 + K4Fe(CN)6 ---- endapan putih.
Mg+2:
a. Larutan MgCl2 + NH4OH ------ endapan putih seperti gelatin.
b. Larutan MgCl2 + Na2HPO4 + NH4OH ----- kristal putih.
Na+ :
a. Larutan NaCl + Zn-uranilasetat ----- endapan kuning, kristal spesifik ( dengan
mikroskop).
K+ :
a. Larutan KCl + Na3CO(NO2)6 ----- endapan kuning.
b. Larutan KCl + Asam tartrat ----- endapan kristal putih.
c. Larutan KCl + HCLO4 ----- endapan kristal putih.

4.Reaksi dari larutan yang mengandung anion


Ada beberapa anion yang bertindak sebagai pengoksidasi (MnO4-, NO3-, NO2-, Cr2O7-2):
Zat + larutan difenilamin/H2SO4 pekat ------ biru ungu.
Contoh ceberapa identifikasi anion yang berasal dari zat murni (garam-garam murni) misal: Cl-,
Br-, I-, SO4-2, CrO4-2, NO3-, SCN-.
Cl- :
Zat + AgNO3 ---- endapan putih
I- :
Zat + larutan kanji ---- biru.

SO4-2:
a. Zat + BaCl2 ---- endapan berwarna putih yang tidak larut di dalam
aqua regia.
b. Zat + AgNO3 ---- endapan putih, dapat larut dalam aqua regia.
CrO4-2:
a. Zat + AgNO3 ------ endapan merah coklat.
b. Zat + Pb-acetat ------ endapan kuning tua.

15
NO3-:
Zat + larutan FeSO4 ----- dari dinding bagian dalam tabung reaksi, tambahkan
hati-hati H2SO4 pekat, jaga jangan sampai tergoyang-goyang. Pada bidang batas
H2SO4, terjadi cincin coklat.
SCN-:
a. Zat + FeCl3 -------- warna merah darah
b. Zat + AgNO3 -------- endapan putih.

4.Bahan dan Alat


4.1.Bahan
Larutan berkonsentrasi masing-masing 2%, atau larutan encer. Diantaranya larutan asam sulfat,
asam klorida, perak nitrat, amonium hidroksida, barium klorida, natrium hidroksida, natrium
klorida, tembaga sulfat, barium klorida, perak nitrat, kalium kromat, sengsulfat (atau seng
klorida), magnesium sulfat, kalsiumklorida.
4.2.Alat
Rak tabung reaksi, tabung reaksi, pipet tetes.
4.3. Cara Kerja
Isi tabung reaksi dengan masing-masing zat (sumber kation) setinggi sebukuh jari atau satu cm
atau 1 ml dan selanjutnya beri label. Ambil tabung yang telah berisi sumber kation dengan hati-
hati agar tidak tertukar dan tambahkan dengan hati-hati larutan anion dengan volume yang sama
(sehingga ketinggian larutan menjadi dua kalinya), amati apa yang terjadi, dan catat hasilnya.

= LEMBAR KERJA

16
Nama Mahasiswa : ……………………………. Pembimbing : …………………..
N PM : ……………………………. Paraf …………………..
Judul Praktikum :
Tanggal : ……………………………..
_____________________________________________________________________________

Lengkapilah tabel di bawah ini sesuai cara kerja di atas dan catat apa yang terjadi.
Kation
Ag +
Mg 2+
Fe 3+
Ca2+ Ba2+ Cu2+ Zn2+
Sumber Perubahan
anion warna
HCl
NaCl
H2SO4
NaOH
NH4OH
KI
K2CrO4
K3Fe(CN)6
Kesimpulan

Tugas
1.Tuliskan persamaan reaksi yang terdapat pada teori pada persamaan reaksi yang
belum lengkap,
2. Tuliskan persamaan reaksi yang diperoleh dari pengamatan.

Praktikum 6

17
PEMBUATAN LARUTAN

1. Tujuan Instruksional Khusus

Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan dapat memahami :

A. cara pembuatan larutan dengan satuan persen, normalitas, dan molaritas ;


B. cara melakukan pengenceran larutan

2. Dasar Teori

Konsentrasi larutan merujuk ke bobot atau volume zat terlarut yang berada dalam pelarut . Terdapat
beberapa cara mengungkapkan kuantitas-kuantitas tersebut, misalnya molaritas,molalitas, normalitas,
dan persen bobot.
Persen bobot adalah menyatakan jumlah persen zat terlarut, misalkan suatu larutan terdiri dari 5%
NaCl, berarti bobot NaCl adalah 5% dan 95% adalah air.
Molaritas Satuan konsentrasi molaritas adalah satuan konsentrasi yang banyak dipergunakan,
dan didefinisikan sebagai banyak mol zat terlarut dalam 1 liter (1000 mL) larutan. Hampir
seluruh perhitungan kimia larutan menggunakan satuan ini. Di dalam laboratorium kimia sering
kita jumpai satuan molaritas misalnya larutan HNO3 3M. Dalam botol tersebut terkandung 3 mol
HNO3 dalam 1 Liter larutan.
Molaritas (M)
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut per liter larutan. Misalkan untuk membuat 1 liter
larutan 1 M sukrosa (BM =342),maka ditimbang 342 gram sukrosa dan dilarutkan ke dalam labu
volumetric sampai volume 1 liter.
Normalitas (N)
Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan
kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas didefinisikan banyaknya zat
dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan. Bobot equivalent adalah bobot zat yang
equivalen satu sama lain. Bobot equialen diperoleh dari reaksi yang khas,misalnya :

Perhatikan reaksi redoks : 2 Al + 3 Cl2 ----- 2 AlCl3

18
0 0 3 -1 (bilangan oksidasi )
Pada saat Alumunium mengalami oksidasi : Al 0 ----Al 3+, 3 mol elektron dilepaskan .
Banyaknya Al yg diperlukan untuk melepaskan 1 mol elektron adalah 26,98/3 =8,99 gram
Pada klor yang mengalami reduksi menjadi Cl-1, diperoleh 2 elektron. Banyaknya klor yg
diperlukan untuk memperoleh 1 mol elektron adalah 70,9/2 =35,5 gram
Bobot equivalen dari zat pengoksidasi atau pereduksi adalah bobot zat itu yang diperlukan
untuk memperoleh atau melepaskan 1 mol elektron. Jadi, bobot equivalen Al adalah 8.99
gram; bobot equivalen Cl2 adalah 35.5 gram.
Suatu larutan 1 N (normal) mengandung satu bobot equivalen per liter larutan, jadi bila 0.5 N
mengandung setengah equivalen per liter.

N = equivalen zat terlarut = gram zat terlarut /gram equivalen


Liter larutan liter larutan

Contoh :
Hitunglah bobot KMnO4 yg terdpat dalam 500 ml larutan 0,1 N, reaksi redoknya :
2 KMnO4 + 16 HCl ---------------- 2 KCl + MnCl2 + 5 Cl2 + 8 H2O
Jawab :
1 mol KMnO4 adalah 158 . Mn berubah bilangan oksidasinya dari +7 dalam KMnO4 menjadi+2
dalam MnCl2. Ini menyatakan diperolehnya 5 elektron. Untuk mempeteroleh 1 mol elektron ,
hanya diperlukan 1/5 mol KMnO4

1/5Mn + e ---------------1/5Mn
Jadi bobot ekuivalen KMnO4 adalah 158/5 = 31,6 gram
Jadi : gram KMnO4
0,1 N = 0,1ekuiv = 31,6 g KMnO4/ekuiv
Liter 500 ml x 1 liter/1000 ml
Gram KMn O4 = 1,58 gram

19
Molalitas

Molalitas menrupakan suatu cara lain untuk menyatakan konsentrasi sehingga diketahui
banyaknya partilek zat terlarut dalam sejumlah tertentu partikel pelarut. Molalitas suatu larutan
adalah jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut. Volume larutan tidak dperlukan dalam
menyiapkan larutan.
Contoh : Hituglah molalitas larutan yg dibuat dengan melarutkan 262 etilen glikol C2H6O2
dalam 800 air

Jawab :
Molalitas = mol zat terlarut = 262/62,1 = 5.27
Kg pelarut 0.8
3. Bahan dan alat
3. 1. Bahan
a. HCl
b. H2SO4
c. CuSO4
3.2. Alat
a. corong
b. labu ukur
c. pipet ukur
d. timbangan analitik

4. CARA KERJA
Persen Larutan
Buat larutan CuSO4 2 % dengan cara sbb:
1. timbang 2 gram CuSO4 ;
2. isi labu ukur 100 ml dengan aquadest sampai sekitar 50 ml;
3. masukkan CuSO4 yang telah ditimbang;
4. kocok-kocok sampai CuSO4 larut;
5. tambahkan aquades sampai volume 100 ml.

20
Molaritas
Buat larutan NaCl 1 M dengan cara sbb :
a. timbang 5,83 gram NaCl (BM= 58,3gram)
b. isi labu ukur 100 ml dengan aquadest sampai sekitar 50 ml;
c. masukkan NaCl yang telah ditimbang;
d. kocok-kocok sampai NaCl larut;
e. tambahkan aquadet sampai volume 100 ml.
Dalam pembuatan NaCl 1 dilakukan dengan volume 100 ml , jadi NaCl yg dibutukan
hanya 5,83 gram

Normalitas
Buat larutan H2SO4 1 N dengan cara sbb:
a. pipet H2SO4 2.7 ml
b. isi labu ukur 100 ml dengan aquadest sampai sekitar 50 ml;
c. masukkan H2SO4 yang telah diukur ;
d. kocok-kocok sampai H2SO4 larut;
e. tambahkan aquadet sampai volume 100 ml.
Pengenceran
Buat larutan H2SO4 0.1 N sebanyak 100 ml dengan menggunakan larutan H2SO4 1 N.
Perhitungannya sbb : V1 N1 = V2 N2
V1x 1 = 100 x 0.1
V1 = 10 ml
Cara pembuatannya sbb :
a. pipet larutan H2SO4 1 N sebanyak 10 ml;
b. masukkan ke dalam labu ukur yang telah diisi aquadest sekitar 50 ml;
c. kocok-kocok sampai larut;
d. tambahkan aquadest sampai volume 100 ml

2.1 Penge. Normalitas (N)kkkh


Normalitas4443333333334556Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan. Terdapat
hubungan antara normalitas dengan molaritas yaitu :

21
44 N= LEMBAR KERJA

Nama Mahasiswa : ……………………………. Pembimbing : …………………..


N PM : ……………………………. Paraf …………………..
Judul Praktikum :
Tanggal : ……………………………..
_____________________________________________________________________________
Hasil Pengamatan :

M x valensi N= gram ekivalen zat


Cm3 larutan/liter
rtian Larutan

Campuran zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh
volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut.
Larutan terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah larutan baku dan larutan baku primer. Larutan
baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat dibuat melalui dua cara. Cara kedua
masing-masing tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan
untuk membuat larutan baku (primary standary solution).
Larutan baku primer berfungsi untuk melakukan pembakuan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu,
yaitu larutan atau pereaksi yang ketetapan atau kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalui pembuatannya
secara langsung.

mol = 0,

22
PRAKTIKUM 7
TITRASI ASAM BASA

1. Tujuan Instruksional Khusus

Pada akhir praktikum Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang :


Cara menentukan konsentrasi cuka yang ada di pasar dengan metode titrasi asam basa

2.Dasar teori

Cuka dapur yang beredar di pasaran mengandung kandungan asam asetat yang bervariasi mulai dari
5 – 25 % . Konsentrasi yang akurat dapat ditentukan melalui titrasi dengan larutan standar NaOH
atau basa kuat lainnya.

3. Alat dan Bahan


31. Bahan
a. cuka pasar
b. NaOH 0,1 N
3.2. Alat
a. erlenmeyer
b.pipet tetes
c.buret
4. Prosedur
a. masukkan ke dalam erlenmeyer 2 ml asam cuka pasar
b. tambahkan 10 ml aquadest;
c. tambahkan 2-3 tetes indikator pp
d. titrasi dengan NaOH 0,1 N
e. hitung persen cuka pasar tersebut ( gunakan rumus : V1M1 =V2M2 , lalu konversi molar yang
didapat ke dalam gram, lalu hitung persennya.

23
LEMBAR KERJA

Nama Mahasiswa : ……………………………. Pembimbing : …………………..


NPM : ……………………………. Paraf …………………..
Judul Praktikum :
Tanggal : ……………………………..
_____________________________________________________________________________
Hasil Pengamatan :

24
PRAKTIKUM 8
SIFAT ASAM BASA SENYAWA

1. Tujuan Instruksional Khusus


Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang :
a. Sifat-sifat asam dan basa senyawa
b. Perbedaan tingkat keasaman antara alkohol alifatis dan alkohol aromatis
c. Struktur senyawa asam dan basa
d. Struktur senyawa asam dan basa berdasarkan struktur elektron.

2. Dasar Teori

Sifat asam dan basa suatu senyawa dapat diuji dengan kertas lakmus. Jika kertas lakmus biru oleh
sesuatu zat diubah menjadi merah, maka zat tersebut bersifat asam. Jika kertas lakmus merah diubah
menjadi biru, maka zat tersebut adalah basa atau bersifat basa.
Sifat asam maupun basa bisa diterangkan dengan tiga teori asam basa menurut :
Arrehenius
Bronsted – Lowry
Lewis
Sedangkan kekuatan asam dan basa dapat diukur dengan pH paper universil atau dengan pH meter.

3. Bahan dan Alat


3.1. Bahan
a. Larutan A
b. Larutan B
c. Larutan C
d. Larutan D

25
3.2. Alat

a. pH paper universil , lakmus

4. Cara Kerja

a. Ambil 4 buah pH paper universal & 4 buah kertas lakmus


b. Masukkan kedalam masing-masing larutan.
c. Amati perubahan yang terjadi.
d. Ulangi sekali lagi dan catat hasilnya
e. Bandingkan hasil dari pH paper Universil & Kertas lakmus

26
LEMBAR KERJA

Nama Mahasiswa : ……………………………. Pembimbing : …………………..


N PM : ……………………………. Paraf …………………..
Judul Praktikum :
Tanggal : ……………………………………………………………………………
_____________________________________________________________________________
Hasil Pengamatan :

27
PRAKTIKUM 9
KECEPATAN REAKSI

1. Tujuan Instruksional Khusus

Mahasiswa diharapkan mampu :


a. Mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi
b. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi.

2. Dasar Teori

Perubahan-perubahan dalam suatu reaksi kimia dan kecepatan reaksi dapat dijelaskan dengan
teori kinetika kesetimbangan kimia. Mekanisme reaksi kimia menerangkan melalui langkah-
langkah manakah suatu zat pereaksi berubah menjadi hasil reaksi. Kecepatan reaksi
menerangkan seberapa cepat reaksi berlangsung. Kecepatan reaksi kimia biasanya didefinisikan
sebagai perubahan konsentrasi zat yang ikut serta dalam reaksi tersebut per satuan waktu, misal
untuk reaksi :
A + B -----------P
Persamaan kecepatan reaksi dapat dituliskan :
d[A] d[B] d[P]
r = ---- = ---- = ----
dt dt dt
Persamaan ini menunjukkan bahwa kecepatn reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi dan
berbanding terbalik dengan waktu.
Dari berbagai percobaan ternyata bahwa kecepatan reaksi tidak selalu merupakan fungsi linier dari
konsentrasi zat pereaksi. Untuk reaksi di atas, dapat dinyatakan secara empiris dalam persamaan :
r = k [A]p[B]q
P dan q merupakan orde reaksi (tingkat reaksi), (p+q) adalah tingkat reaksi total untuk reaksi tersebut.
Andaikan suatu reaksi mempunyai orde n, maka kecepatan reaksi akan sebanding dengan
[konsentrasi]n dan berbanding terbalik dengan waktu t :

r= (C)n C = konsentrasi n =orde reaksi

r= 1/t t=waktu

28
Sehingga jika dibuat grafik [C]n versus 1/t, maka akan diperoleh grafik berupa garis lurus. Dengan
demikian tingkat reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan membuat grafik [C]n versus 1/t

tingkat reaksi Penetuan tingkat reaksi dengan membuat grafik

1 [C]1 vs 1/t

2 [C]2 vs 1/t

3 [C]3 vs 1/t

Kecepatan reaksi dapat diukur dari laju terbentuknya hasil reaksi, misalnya reaksi antara Na2S2O3 dan
H2SO4 dapat diukur dari laju pembentukan S yang mengakibatkan kekeruhan larutan :
Na+S2O3 + H2SO4 -------------------Na+SO3 + SO2(g) + S(s) + H2O

3. Bahan dan Alat


3.1. Bahan
a. Na2S2O3 0,2 N ; 0,4 N ; 0,6 N ; 0,8 N ;1 N
b. H2SO4 0,2 N ; 0,4 N ; 0,6 N ; 0,8 N ; 1 N
c. Aquades
3.2. Alat
a. Rak tabung reaksi
b. Tabung reaksi
c. Beaker glass
d. Stopwatch/jam tangan
e. Gelas pengaduk
f. Gelas ukur
g. Thermometer
h. Penjepit kayu
i. Pipet tetes

29
4. Cara Kerja

IV.1. Hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi H2SO4


a. Isilah 5 tabung reaksi, masing-masing dengan 5 ml Na2S2O3 0,2 N dan letakkan di rak.
b. Isikan pada tabung pertama 5 ml H2SO4 0,2 N dan aduklah dengan baik sampai timbul kekeruhan .
c. Catat waktu terbentuknya kekeruhan.
d. Ulangi percobaan di atas untuk tabung reaksi berikutnya dengan konsentrasi H2SO4 0,4 N ; 0,6 N ;
0,8 N ; 1N
e. Buatlah kurva antara 1/t terhadap konsentrasi H2SO4.

IV.2. Hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi Na2S2O3


a. Isilah 5 tabung reaksi, masing-masing dengan 5 ml H2SO4 0,2 N dan letakkan di rak.
b. Isikan pada tabung pertama 5 ml Na2S2O3 0,2 N dan aduklah dengan baik sampai timbul
kekeruhan .
c. Catat waktu terbentuknya kekeruhan.
d. Ulangi percobaan di atas untuk tabung reaksi berikutnya dengan konsentrasi Na2S2O3 0,4 N ; 0,6 N ;
0,8 N ; 1N
e. Buatlah kurva antara 1/t terhadap konsentrasi Na2S2O3.

IV.3. Hubungan antara kecepatan reaksi dengan suhu


a. Isilah 5 tabung reaksi, masing-masing dengan 5 ml Na2S2O3 0,2 N dan letakkan di rak.
b. Catat suhunya. Ini adalah suhu awal reaksi
c. Isikan pada tabung pertama 5 ml H2SO4 0,2 N dan aduklah dengan baik sampai timbul kekeruhan.
Catat waktu terbentuknya kekeruhan.
d. Catat suhunya. Ini adalah suhu awal reaksi.
e. Ulangi percobaan tersebut untuk suhu zat pereaksi 35, 40, 45, dan 50oC (Catatan : pemanasan zat
pereaksi dimulai dengan suhu yang lebih tinggi, gunakan penangas air)
f. Buatlah kurva antara 1/t terhadap suhu pereaksi.

30
31
LEMBAR KERJA

Nama Mahasiswa : …………………………… Pembimbing : ………………


N PM: …………………………… Paraf : ………………
Judul Praktikum : Kecepatan reaksi
Tanggal : ……………………………
_________________________________________________________________________________
Hasil Pengamatan :

32
Praktikum 10
PEMBUATAN ESTER (ESTERIFIKASI)

1.Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa diharapkan mampu :

a. mahasiswa mampu mensintesis beberapa macam ester.


b. mengetahui pengaruh konsentrasi alcohol terhadap reaksi kesetimbangan pada penbuatan ester
c. menetahui pengaruh konsentrasi asam karboksilat terhadap reaksi kestimbangan pembuatan
ester.
d. mengenal bau khas bebrapa macam ester.

2. Dasar Teori

Ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian satu (atau lebih)
atom hidrogen pada gugus karboksil dengan suatu gugus organik (biasa dilambangkan denganR').
Asam oksigen adalah suatu asam yang molekulnya memiliki gugus -OH yang hidrogennya (H)
dapat menjadi ion H+.Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk
membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H +.
Asam belerang sering digunakan sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Pada skala
industri, etil asetat di produksi dari reaksi esterifikasi antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol
(C2H5OH) dengan bantuan katalis berupa asam sulfat (H2SO4).Alkil lkanoat/ Ester adalah sebuah
asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini
digantikan dengan sebuahgugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa gugus
alkil sepertimetil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen seperti fenil.
Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol danasam karboksilat.
Reaksi hidrolisis tersebut merupakan kebalikan daripengesteran. Disini senyawa karbon
mengikat gugus fungsi –COOR adalah alkilalkanoat . Ester diturunkan dari alkohol dan asam
karboksilat. Untuk ester turunan dari asam karboksilat paling sederhana, nama-nama tradisional
digunakan, sepertiformate, asetat,dan propionate.

3.Bahan dan Alat

33
3.1 Alat

a.botol semprot
b.gelas piala 1000 ml / 500 ml
c gelas ukur 10 ml
d pipet tetes
e penangas air
f.tabung reaksi + rak
h.pipet volum 5 ml
i kaca arloji
j. batang pengaduk

3.2. Bahan

a.CH3COOH glasial
b. Etanol
c. Methanol
d.N-butanol
e.H2SO4
f.Asam benzoat
g. Asam butirat
h.Aquades

3.2 cara kerja

I. Sintesa dan identifikasi ester


1. kedalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml asam asetat glasial dan 1 ml etanol. Perhatikan bau
tiap tiap zat.
2. Selanjutnya dengan hati hati tambahkan 10 tetes asam sulfat 6 ml. aduk dengan sempurna.
3. Masukkan tabung reaksi kedalam penangas air selama 10 menit. Perhatikan terbentuknya dua
lapisan, lapisan bagian atas adalah ester.
4. Pindahkan dengan hati hati beberapa tetes lapisan atas dengan menggunakan pipet tetes
kedalam kaca arloji.
5. Coba anda identifikasi dengan mencium baunya. Mirirp buah apa ? buatlah reaksinya untuk
mengetahui ester yang terbentuk.
II. Sintesa dan identifikasi

34
Lakukanlah percobaan dengan menggunakan asam karboksilat dan alcohol dengan cara yang
sama dengan percobaan 1.
a. Asam benzoate 3 ml dengan methanol 3 ml dan 15 tetes H2SO4 6 M
b. Asam asetat 1 ml dengan n- butanol 1 ml dan 10 tetes H2SO4 6 M
c. Asam butirat 1 ml dengan n-butanol 1 ml dengan 10 tetes H2SO4 6 M

III. Esterifikasi dengan alcohol berlebih


1. Ke dalam 3 buah tabung reaksi yang kering dan bersih, masing masing ditambahkan 3 ml
asam karboksilat.
2. Ke dalam masing masing tabung ditambahkan:
Tabung reaksi I : 2 ml etanol
Tabung reaksi II : 3 ml etanol
Tabung reaksi III : 4 ml etanol
3. Ke dalam masing masing tabung ditambahkan dengan hati hati 10 tetes asam sulfat 6 m, lalu
kocok agar homogen.
4. Panaskan diatas penangas air.
5. Amati terbentuknya dua lapisan, lapisan atas adalah ester, ukurlah ketebalan lapisan ester
tersebut.
6. Bandingkan bau yang terbentuk. Zat apa yang ada pada masing masing tabung.

IV. Esterifikasi dengan asam berlebih


1. Ke dalam 3 buah tabung reaksi yang kering dan bersih, masing -masing ditambahkan:
tabung I : 4 ml asam karboksilat
tabung II : 6 ml asam karboksilat
tabung III : 8 ml asam karbosilat
2. ke dalam masing masing tabung ditambahkan 3 ml etanol
3. ke dalam masing masing tabung ditambahkan dengan hati hati 10 tetes asam sulfat 6 m, lalu
kocok agar homogen.
4. Panaskan diatas penangas air.
5. Amati terbentuknya dua lapisan, atas adalah ester, ukurlah ketebalan lapisan ester tersebut.
6. Bandingkan bau yang terbentuk. Zat apa saja yang ada pada masing masing tabung.

35
LEMBAR KERJA

Nama Mahasiswa : …………………………… Pembimbing : ………………


N R P : …………………………… Paraf : ………………
Judul Praktikum : Esterifikasi
Tanggal : ……………………………
_________________________________________________________________________________
Hasil Pengamatan :

36
PRAKTIKUM 11

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT I

1. Tujuan Praktikum
Pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan ;
a. adanya karbohidrat secara umum (uji Molish)
b. adanya gula-gula pereduksi dalam larutan (uji Benedich)
c. adanya gula yang mengandung gugus ketosa (uji Seliwanof)
2. Dasar Teori
Karbohidrat adalah suatu hidrat dari karbon yaitu senyawa yang terdiri dari unsur-unsur C,H, dan O
dengan bobot molekul tinggi. Definisi yang terbaru menyatakan bahwa karbohidrat adalah polihidroksi
aldehid atau keton.. Hal ini karena gugus fungsional karbohidrat terdiri dari aldehid atau keton.
Karbohidrat yang memiliki gugus aldehid disebut aldosa dan yang memiliki gugus keton disebut dengan
ketosa. Karbohidrat dibedakan menjadi 3 kelompok besar, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida.

37
Gambar 3. Polisakarida (amilosa)

Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang tidak dapat dipecah lagi, oligosakarida terdiri dari 2-10
molekul monosakarida, lebih dari 10 molekul adalah polisakarida.
Beberapa karbohidrat memiliki sifat mereduksi suatu logam. Sifat ini ditunjukkan dengan adanya gugus
aldehid atau keton yang bebas. Uji gula pereduksi ditunjukkan oleh uji benedict, pada uji tersebut
gugus aldehid atau keton yang bebas membentuk senyawa cuprooksida yang berwarna merah bata. Bila
terdapat gugus keton saja yang bebas dapat ditunjukkan oleh uji Seliwanof. Pada uji tersebut gugus ketosa
berubah menjadi asam levulinat dan hidroksimelfurfural, selanjutnya hidroksifurfural bereaksi dengan
recorcinol( 1,3 dihidroksibenzene) menjadi senyawa komplek berwarna merah bening.

Gambar 4. Gugus aldehid dan keton pada monosakarida

38
Gambar.5 Reaksi reduksi

3. Bahan dan alat


A. Bahan
Sampel karbohidrat yang terdiri dari glukosa 2%, fruktosa 2% sukrosa 2%., maltosa 2% dan amilum 2%.
Bahan kimia yang digunakan : pereaksi Molish (5% Naftol dalam, alkohol 95%), H2SO4 pekat., pereaksi
benedict ( 173 g NaSitrat + 100 g Na2CO3 dalam 800 ml air, tambahkan 17.3 g CuSO4 dalam 100 ml air,
tambahan air sampai volume 1 liter); pereaksi Seliwanof ( 0.15 g resorcinol + 33.2 ml HCl pekat dalam
100 ml air)
3. Alat
Peralatan yang digunakan : tabung reaksi, pemanas, beakerglass
4. Prosedur
A. Uji Molish
a. . Masukan ke dalam tabung reaksi 1 ml sampel karbohidrat;
b. Tambahkan 2 tetes pereaksi Molish
c. Campur hingga homogen
d.. Tambahkan 2.5 ml H2SO4 pekat perlahan-lahan
e. Perhatikan warna ungu kemerahan yang berbentuk cincin pada permukaan.

B. Uji Benedict
a. . Masukan ke dalam tabung reaksi 0.5 ml sampel karbohidrat;
b. Tambahkan 2.5 ml larutan Benedict
c. Panaskan dalam penangas air mendidih selama 15 menit;
d.. Amati tabung reaksi tersebut.

C. Uji Seliwanof
a. . Masukan ke dalam tabung reaksi 0.5 ml sampel karbohidrat;
b. Tambahkan 2.5 ml larutan Seliwanof
c. Panaskan dalam penangas air mendidih ;
d.. Amati tabung reaksi tersebut, sampel mana yang memberikan warna merah.

39
PRAKTIKUM 12
UJI KUALITATIF PROTEIN

1. Tujuan Praktikum

Pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan ;


a. denaturasi protein oleh logam-logam berat;
b. denaturasi protein oleh asam kuat;
c. denaturasi protein oleh alkohol
2. Dasar Teori
Beberapa jenis protein amat peka terhadap perubahan lingkungan. Suatu jenis protein mempunyai arti
bagi tubuh bila protein tersebut dapat melakukan aktivitas biokimia dalam tubuh. Aktivitas tersebut
tergantung pada struktur dan konformasi dari protein. Perubahan konformasi protein inilah yang
dinamakan denaturasi. Denaturasi tidak menghidrolisis ikatan peptida, tetapi merusak sifat biologis dan
aktiftas protein. Denaturasi protein biasa diikuti oleh penggumpalan protein.

Beberapa pereaksi dan kondisi yang dapat menyebabkan denaturasi protein adalah panas, larutan urea,
radiasi sinar ultraviolet, alkohol, asam kuat, basa kuat, detergent, garam-garam logam berat. Enzim
adalah suatu protein yang berfungsi sebagai katalis dalam tubuh. Oleh karena itu kerja enzim sangat
dipengaruhioleh suhu dan pH. Pengaruh denaturasi protein oleh garam logam berat dapat diigunakan
untuk menetralisir racun yang komponen penyusunnya logam berat. Garam logam berat yang sempat
tertelan tersebut dapat digumpalkan bila memakan putih telur mentah.

Gambar 7. Ilustrasi denaturasi protein

40
Macam-macam penyebab denaturasi :

1. denaturasi karena panas


2. denaturasi karena asam dan basa
3. denaturasi karena garam logam berat

1.Denaturasi karena Panas:

Panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar.
Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul
penyusun protein bergerak atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul
tersebut. Protein telur mengalami denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Beberapa
makanan dimasak untuk mendenaturasi protein yang dikandung supaya memudahkan enzim
pencernaan dalam mencerna protein tersebut.

Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya
menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-
kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang
berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit.

Alkohol dapat merusak ikatan hidrogen:

Ikatan hidrogen terjadi antara gugus amida dalam struktur sekunder protein. Ikatan hidrogen
antar rantai samping terjadi dalam struktur tersier protein dengan kombinasi berbagai asam
amino penyusunnya.

2.Denaturasi karena Asam dan basa:

Protein akan mengalami kekeruhan terbesar pada saat mencapai pH isoelektris yaitu pH dimana
protein memiliki muatan positif dan negatif yang sama, pada saat inilah protein mengalami
denaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan timbulnya gumpalan. Asam dan basa dapat
mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik. Sebuah tipe reaksi penggantian
dobel terjadi sewaktu ion positif dan negatif di dalam garam berganti pasangan dengan ion
positif dan negatif yang berasal dari asam atau basa yang ditambahkan. Reaksi ini terjadi di
dalam sistem pencernaan, saat asam lambung mengkoagulasi susu yang dikonsumsi

41
3.Denaturasi karena Garam logam berat:

Garam logam berat mendenaturasi protein sama dengan halnya asam dan basa. Garam logam
berat umumnya mengandung Hg+2, Pb+2, Ag+1 Tl+1, Cd+2 dan logam lainnya dengan berat atom
yang besar. Reaksi yang terjadi antara garam logam berat akan mengakibatkan terbentuknya
garam protein-logam yang tidak larut.
Protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam. Pengendapan oleh ion positif
(logam) diperlukan pH larutan diatas pi karena protein bermuatan negatif, pengendapan oleh ion
negatif diperlukan pH larutan dibawah pi karena protein bermuatan positif. Ion-ion positif yang
dapat mengendapkan protein adalah; Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++ dan Pb++, sedangkan ion-
ion negatif yang dapat mengendapkan protein adalah; ion salisilat, triklorasetat, piktrat, tanat dan
sulfosalisilat .

3. Bahan dan alat


A. Bahan
Sampel protein yang terdiri dari pepton 2%, kasein 2% dan Albumin 2%. Bahan kimia yang
digunakan : CuSO4, HgCl2, FeCL3, HCl, H2SO4, HNO3, Na2CO3 1% ; Alkohol (95%)
B. Alat
Peralatan yang digunakan : tabung reaksi, pemanas, beakerglass, tang penjepit
4. Prosedur
A. Denaturasi protein oleh logam berat
a.Masukan ke dalam tabung reaksi 1 ml sampel protein (pepton, kasein, albumin);
b.Tambahkan 3 tetes Na2CO3 1%;
c.Tambahkan tetes demi tetes larutan CuSO4 2% sampai 1 ml
d.Amati endapan yang terbentuk
e.Ulangi prosedur di atas menggunakan HgCl2 2% dan FeCl3 2%

B. Denaturasi protein oleh asam kuat


a. Masukan ke dalam tabung reaksi 1 ml sampel protein
b. Tambahkan beberapa tetes HCl pekat;
c. Amati apa yang terjadi;
d. Tambahkan beberapa tetes lagi HCl pekat, dan amati kembali;
f. Ulangi prosedur di atas dengan menggunakan H2SO4.

C. Denaturasi protein oleh Alkohol


a. . Masukan ke dalam tabung reaksi 0.5 ml sampel protein;
b. Tambahkan 2.5 ml alkohol 95%;
c. Amati apa yang terjadi.

42
LEMBAR KERJA

Nama Mahasiswa : Asisten :


NPM : Paraf :
Judul Praktikum :
Tanggal :
Hasil pengamatan :

43
DAFTAR ISI

Praktikum Halaman

1. Pengenalan peralatan dan bahan ..................................................................... 1

2.Reaksi-reaksi kimia da stoikiometri................................................................... 4

3. Penentuan rumus empiris ................................................................................. 7

4.Analisis pengendapan .......................................................................................... 9

5.Identifikasi anion dan kation ............................................................................. 12

6.Pembuatan larutan ............................................................................................ 18

7.Titrasi asam basa ................................................................................................... 23

8. Sifat asam basa ..................................................................................................... 25

9. Kecepatan Reaksi .................................................................................................. 28

10.Pembuatan ester.................................................................................................... 32

11.Uji kualitatif karbohidrat................................................................................... 36

12.Uji kualitatif protein ........................................................................................... 39

44
PENUNTUN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
OLEH
TIM KIMIA DASAR
JURUSAN PETERNAKAN

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
45
46
47
48
49
50
51
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus molaritas adalah :
M = Mol zat
Contoh : Berapakah molaritas 0,4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 250 mL larutan?
Jawab : M = (0,4/40) mol = 0,4 M
0,25 L
2.1 Pengertian Larutan

Campuran zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh
volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut.
Larutan terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah larutan baku dan larutan baku primer. Larutan
baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat dibuat melalui dua cara. Cara kedua
masing-masing tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan
untuk membuat larutan baku (primary standary solution).
Larutan baku primer berfungsi untuk melakukan pembakuan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu,
yaitu larutan atau pereaksi yang ketetapan atau kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalui pembuatannya
secara langsung.
Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :

a. Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus molaritas adalah :
M = Mol zat terlarut
Liter larutan

Contoh : Berapakah molaritas 0,4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 250 mL larutan?
Jawab : M = (0,4/40) mol = 0,4 M
0,25 L
2.1 Pengertian Larutan

Campuran zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh
volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut.
Larutan terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah larutan baku dan larutan baku primer. Larutan
baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat dibuat melalui dua cara. Cara kedua
masing-masing tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan
untuk membuat

52

Anda mungkin juga menyukai