KIMIA ANORGANIK
Disusun Oleh :
Gladys Ayu Paramita K.W., M.Si
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
2020
TATA TERTIB PRAKTIKUM
A. Peralatan Laboratorium
Tiap kelompok mahasiswa akan mendapatkan satu set peralatan untuk setiap
percobaan yang akan dipakai bergantian dengan kelompok lain pada praktikum
berikutnya.
1. Meja kerja dan alat kerja kelompok harus selalu bersih. Tidak diperkenankan
meninggalkan peralatan dalam keadaan kotor di meja kerja. Pada akhir kerja,
mahasiswa harus membersihkan meja kerja dengan lap basah yang bersih.
2. Jangan meminjam alat dari meja lain. Jika memerlukan peralatan tambahan, harap
meminjam kepada laboran yang bertugas, dan mencatatnya pada buku
peminjaman.
3. Jika ada peralatan rusak atau pecah, harus segera dilaporkan ke laboran untuk
diketahui dan mendapat gantinya. Kelalaian melaporkan akan dikenakan sanksi.
4. Peralatan-peralatan besar untuk pemakaian bersama terletak di luar meja kerja, di
dalam ruang laboratorium. Harap dipergunakan dengan bertanggungjawab.
B. Bahan-Bahan Kimia
Bahan kimia dipakai bersama dan disimpan pada rak-rak di meja kerja. Reagen-
reagen khusus yang diperlukan dan tidak tersedia akan dijelaskan oleh asisten.
1. Cairan, padatan maupun sisa larutan harus dibuang/dikumpulkan ke dalam wadah
limbah yang sudah disediakan, sesuai dengan labelnya.
2. Ambil secukupnya saja untuk percobaan, reagen atau bahan kimia yang telah
diambil dari tempatnya tidak boleh dikembalikan ke wadah semula.
3. Botol bahan yang telah dipakai harus dikembalikan ke rak. Tidak boleh dibawa ke
tempat sendiri, karena akan mengganggu pemakaian oleh kelompok lain.
C. Keselamatan Kerja
Laboratorium kimia adalah wilayah kerja yang berbahaya. Tidak dibenarkan
bekerja seorang diri di laboratorium.
1. Setiap aktifitas dan selama berada di laboratorium, wajib berpakaian sewajarnya,
memakai jas laboratorium sebagaimana mestinya, bersepatu, dan bila perlu
menggunakan sarung tangan dan masker.
2. Rambut panjang atau jilbab harus dijepit rapi sehingga tidak mengganggu
pekerjaan, menjerat peralatan atau terbakar api.
3. Mengetahui letak kotak PPPK, pintu keluar/darurat dan pemadam kebakaran di
area sekitar laboratorium. Jangan paksakan bekerja apabila kondisi fisik tidak
sehat.
4. Bila bahan kimia jatuh mengenai kulit, segera bilas kulit dengan air mengalir dan
laporkan ke asisten. Bila bahan kimia jatuh mengenai pakaian, lepaskan dan cuci
kulit di bawahnya dengan air.
5. Jangan membaui campuran reaksi secara langsung. Kurangi keterpaparan diri oleh
uap bahan kimia secara langsung. Jika ingin membaui sesuatu uap kipaslah uap
tersebut dengan tangan ke muka.
6. Bekerjalah di lemari asam bila menggunakan larutan dengan konsentrasi yang
pekat dan bahan berbahaya. Jebak uap beracun yang keluar dari reaksi ke dalam
air atau bahan yang sesuai atau lakukan percobaan dalam lemari asam.
7. Untuk mengencerkan asam, tuang asam pekat ke dalam air, tidak sebaliknya.
8. Jangan menggosok-gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan yang
mungkin sudah terkontaminasi bahan kimia.
9. Dilarang menggunakan HP/laptop, makan, minum dan merokok di dalam
laboratorium.
E. Sistem Penilaian
Sistem penilaian diatur untuk menjaga obyektifitas hasil kerja praktikan tanpa
mengurangi maksud dan tujuan praktikum ini.
1. Nilai akhir praktikum diperoleh dari nilai tugas pendahuluan (20%), nilai
percobaan (30%), nilai laporan (20%) dan nilai ujian akhir (30%).
2. Mahasiswa yang memiliki tanggungan alat harus segera melunasinya. Nilai akhir
praktikum hanya dikeluarkan untuk mahasiswa yang telah bebas tanggungan.
JADWAL PRAKTIKUM
1. Pendahuluan
Unsur transisi deret pertama adalah unsur – unsur logam transisi yang terletak
pada periode paling atas dalam kelompok logam transisi pada tabel periodik unsur.
Unsur – unsur tersebut antara lain Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Unsur–
unsur ini memiliki elektron valensi pada orbital d sehingga memiliki beberapa sifat
seperti katalis, warna larutan dan kemagnetannya. Unsur – unsur ini meskipun
struktur geometri senyawa kompleksnya lebih mudah diprediksi daripada senyawa
kompleks golongan lantanida, dari kiri ke kanan mempunyai jumlah elektron valensi,
jumlah elektron pada orbital d, muatan inti efektif, jari–jari kation yang berbeda–
beda sehingga memiliki reaktivitas yang berbeda terhadap anion tertentu.
Pada beberapa kasus, reaktivitas ion – ion logam transisi berhubungan dengan
sifat kekerasan dan kelunakan dari kation dan anionnya. Reaktivitas suatu senyawa
dapat diamati dari adanya perubahan warna maupun terbentuknya endapan.
Reaktivitas suatu senyawa khususnya yang mengandung ion logam transisi
tergantung beberapa faktor, misalnya muatan dan jari – jari ion, serta konfigurasi
elektron di orbital d. Reaktivitas berbeda dengan kestabilan, dimana reaktivitas lebih
ditekankan pada kecepatan terjadinya suatu reaksi kimia dengan zat lain sedangkan
kestabilan difokuskan pada besarnya nilai K yang dihasilkan suatu reaksi (Khunur,
2012).
2. Tujuan Percobaan
Mempelajari reaktivitas ion – ion logam transisi.
3.2. Bahan
- Larutan ZnCl2 1 M - Larutan KSCN 1 M
- Larutan NiCl2 1 M - Larutan NH3 1 M
- Larutan NaOH 2 M - Larutan Na2CO3 1 M
- Larutan NaOH pekat 50%
4. Prosedur Percobaan
4.1. Reaktivitas Ion Zn2+
- Masukkan larutan ZnCl2 1 M masing-masing sebanyak 1 mL ke dalam 5 buah
tabung reaksi.
- Tambahkan 5 tetes NaOH 2 M ke dalam tabung reaksi yang pertama dan catat
perubahan yang terjadi.
- Tambahkan 5 tetes NaOH pekat 50% ke dalam tabung reaksi yang kedua dan
catat perubahan yang terjadi.
- Tambahkan 5 tetes KSCN 1 M ke dalam tabung reaksi yang ketiga dan catat
perubahan yang terjadi.
- Tambahkan 5 tetes NH3 1 M ke dalam tabung reaksi yang keempat dan catat
perubahan yang terjadi.
- Tambahkan 5 tetes Na2CO3 1 M ke dalam tabung reaksi yang kelima dan catat
perubahan yang terjadi.
5.2. Pembahasan
Kemudian pada tabung yang kelima reaksi antara larutan NaCl2 dan
pereaksi Na2CO3 1M membentuk endapan hijau muda yang merupakan endapan
NiCO3. Reaksinya yaitu :
NiCl2(aq) + Na2CO3(aq) → NiCO↓(s) + 2NaCl(aq)
Jawab
1.
NiCl2(aq) + 2NaOH(aq) → Ni(OH)2↓(s) + 2NaCl(aq
2. Warna yang dihasilkan pada senyawa yang dibentuk logam transisi berkaitan dengan
bilangan oksidasi dimilikinya. Pada sub kulit 3d yang belum penuh, orbital elektronnya
mengalami pemecahan (splitting) menjadi dua tingkat energi. Oleh karena terjadi splitting,
terbentuklah celah energi yang dapat menyerap energi pada panjang gelombang sinar
tampak. Warna yang diserap akibat celah energi merupakan warna komplemennya
3. Reaktivitas ion Ni2+
NiCl2
(+) 5 tetes (+) 5 tetes (+) 5 tetes (+) 5 tetes (+) 5 tetes
NaOH 2M NaOH 50% KSCN NH31M amati Na2CO31M
amati dan amati dan 1Mamati dan dan amati dan
tambahkkanla tambahkanlag tambahkanlag tambahkanlag tambahkanlag
gi 5 tetes i 5 tetes i 5 tetes i 5 tetes i 5 tetes
1. Pendahuluan
Rekristalisasi merupakan metode pemurnian suatu padatan. Prinsip kerja
metode ini yaitu berdasarkan pada perbedaan daya larut padatan yang akan
dimurnikan dengan pengotornya dalam pelarut tertentu. Pelarut yang akan digunakan
dalam proses rekristalisasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan
dengan zat pengotor.
Tidak meninggalkan zat pengotor pada Kristal
Mudah dipisahkan dari Kristal.
Bersifat inert (tidak mudah bereaksi dengan Kristal).
Salah satu garam yang dapat dimurnikan dengan metode kristalisasi adalah
natrium klorida (NaCl) yang merupakan penyusun utama garam dapur. Komponen lain
yang bersifat pengotor dapat berasal dari ion-ion Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42-, I- dan
Br-. Penambahan zat-zat tertentu pada garam NaCl bertujuan untuk meningkatkan daya
larutnya terhadap pengotor. Kristalisasi dapat dilakukan juga dengan cara membuat
larutan jenuh melalui penambahan ion sejenis ke dalam larutan zat yang akan
dipisahkan.
2. Tujuan percobaan
Memurnikan garam – garam dengan cara rekristalisasi.
3. Alat dan Bahan
3.1. Alat
- Gelas ukur 10 mL dan 50 mL - kertas saring
3.2. Bahan
- Garam dapur 20 gram - Ba(OH)2
- HCl - Akuades
- CaO
4. Prosedur percobaan
- Akuades sebanyak 62,5 mL dimasukkan ke dalam beaker gelas dan dipanaskan
sampai mendidih.
- ditimbang 20 gram garam dapur dimasukkan ke dalam air panas sambil diaduk-aduk
- dipanaskan sampai mendidih kemudian disaring
- ditambahkan 0,5 gram CaO sambil diaduk-aduk
- ditambahkan larutan Ba(OH)2 tetes demi tetes hingga tidak terbentuk kristal lagi
- larutan disaring dan dinetralkan
- ditambahkan larutan HCl encer sebanyak 10 tetes
- larutan diuapkan sampai kering
- kristal yang diperoleh ditimbang dan dihitung rendemennya.
1.1. Reaksi
Bahan pelarut yang digunakan untuk proses rekristalisasi di praktikum ini adalah
aquadest dan beberapa larutan. Selain itu, larutan garam (NaCl) juga akan diberikan
tambahan senyawa lain yang sejenis agar daya larut zat pengotor dan NaCl lebih besar.
Sampel yang digunakan untuk proses rekristalisasi kali ini menggunakan 20 gram
garam yang dilarutkan pada air mendidih. Pengadukan harus dilakukan dengan benar agar
garam terlarut sempurna bersama dengan air tersebut.
Selama proses pengadukan dan perebusan ulang, larutan garam akan memunculkan
zat-zat pengotor yang berupa partikel padat. Setelah air mendidih, larutan disaring sehingga
cairan menjadi bening bersih.
Larutan yang sudah bersih ini digunakan untuk proses kristalisasi dengan cara
penguapan. Agar selama proses penguapan hasilnya bisa maksimal, maka ditambahkan zat
CaO, larutan Ba(OH)2 encer dan larutan HCl.
Fungsi dari larutan CaO sebagai pengikat zat pengotor yang berbentuk endapan.
Sedangkan untuk larutan Ba(OH)2 berfungsi sebagai penghilang dan pencegah munculnya
endapan baru. Setelah sudah terlarut semua, cairan disaring lagi sebanyak 2 kali agar lebih
bersih.
Penyaringan larutan garam menimbulkan sifat yang terlalu basa pada cairan tersebut.
Maka, ditambahkan lagi dengan HCl encer sebanyak 10 tetes.Fungsinya adalah untuk
menetralkan sifat basa pada larutan garam.
Larutan yang sudah ditambah HCl, kemudian memasuki proses penguapan hingga
muncul butiran kristal garam yang baru. Kondisi butiran kristal ini akan lebih putih dan
bersih. Dari uji coba yang dilakukan, 20 gram NaCl yang dikristalisasi menghasilkan
19,4512 gram dengan nilai rendemennya 97,23%.
5.3. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah bahwa garam dapur yang dimurnikan pada
percobaan ini, menggunakan prinsip rekristalisasi dengan penguapan, rekristalisasi adalah
metode pemurnian bahan dalam hal ini adalah garam dapur dengan pembentukan kristal
kembali guna menghilangkan zat pengotor, daya larut dari zat yang akan dimurnikan
dengan pelarutnya akan mempengaruhi proses rekristalisasi ketika suhu dinaikkan atau
ditambahkan kalor/panas, garam dapur yang direkristalisasi menghasilkan kristal yang
berwarna putih bersih dan strukturnya lebih halus/lembut dari semula, garam dapur hasil
rekristalisasi yang diperoleh sebesar 19,4512 gram dan rendemennya sebesar 97,23%.
5.4. Daftar Pustaka
Marihati dan Muryati. 2008. “Pemisahan dan Pemanfaatan Bittern sebagai Salah Satu
Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Garam”. Semarang: Buletin Penelitian dan
Pengembangan Industri No. 2/Vol. II/Februari
Jawab :
Filtrat ditambahkan bahan pengikat pengotor CaO, CaO berfungsi memutihkan garam yang
dihasilkan karena untuk memperbesar perbedaan daya larut antara N aCl dan pengotornya.
CaO Ca2+ + O2
Ba(OH)2 berfungsi untuk memisahkan ion Cl- dari CaCl 2 setra mengikat pengotor berupa
ion Mg2+ atau Fe2+
(NH4)2CO3 berfungsi untuk mengikat ion Ba2+ dan Ca2- yang terdapat dalam larutan secara
berlebih,
1. Pendahuluan
Garam kompleks merupakan suatu garam yang terbentuk dari suatu anion atau
kation kompleks, misalnya [Co(NH3)6]3+ dan [Fe(CN)6]3-, atau dikenal sebagai senyawa
koordinasi. Garam kompleks misalnya heksaminkobalt(III) klorida atau [Co(NH3)6]Cl3
dan kalium heksasianoferat(III) atau K3[Fe(CN)6].
Tembaga merupakan logam berwarna merah dan mudah dibengkokkan. Atom
tembaga membentuk senyawa sebagai kation dengan bilangan oksidasi +1 dan +2. Salah
satu senyawaan Cu dengan bilangan oksidasi 2 adalah kompleks ion khelat tetraamin
tembaga(II) sulfat hidrat yang dapat dibuat dengan mereaksikan CuSO4 dengan amonia
berlebih. Atom nitrogen dari amina terikat kuat pada Cu hingga pada tekanan 1 atm dan
pada suhu 90oC tidak terjadi disosiasi NH3.
Beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah
molekul air sebagai hidrat. Sebagai contoh adalah tembaga sulfat pentahidrat, besi sulfat
heptahidrat dan aluminium sulfat nonhidrat. Bentuk struktur dalam kristal terdiri atas
kation terhidrat dan anion terhidrat, seperti Cu(H2O)42+ dan SO4(H2O)2- dalam tembaga
sulfat pentahidrat.
2. Tujuan percobaan
Mempelajari pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga(II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4•H2O.
3. Alat dan Bahan
3.1. Alat
- Gelas ukur 10 mL dan 50 mL - kertas saring
3.2. Bahan
- CuSO4•5H2O - Etanol
- NH4OH 15 M - Akuades
4. Prosedur percobaan
- Encerkan 8 mL larutan ammonia pekat dalam 5 mL akuades.
- Tambahkan 5 g CuSO4•5H2O ke dalam larutan ammonia (sambil diaduk) sampai
larut sempurna.
- Diamkan larutan pada suhu kamar.
- Tambahkan 8 mL etanol setetes demi setetes melalui dinding gelas beaker dan jangan
diaduk atau digoyang.
- Campuran ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan pada suhu kamar selama satu
malam.
- Amati pertumbuhan kristal pada hari berikutnya.
- Pisahkan kristal dengan melakukan dekantasi dan dipindahkan dalam kertas saring.
- Cuci kristal dengan 3-5 mL campuran larutan ammonia pekat dengan etanol dalam
perbandingan volume yang sama.
- Cuci kembali dengan 3-5 mL etanol dan disaring dengan alat penyaring vakum.
- Letakkan kristal dalam gelas arloji lalu keringkan dengan oven pada suhu 60˚C
selama kurang lebih 2 jam.
- Timbang massa kristal yang diperoleh dan hitung persentase rendemennya.
5.1. Hasil
Perhitungan rendemen garam kompleks.
Massa CuSO4.5H2O = 5,0184 gram
Mr CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol
Mol CuSO4.5H2O = Massa CuSO4.5H2O
Mr CuSO4.5H2O
= 5.0184 gram .
249,5 g/mol
= 0,02 mol
Dari reaksi :
CuSO4.5H2O (aq) + 4NH3 (aq) Cu(NH3)4SO4.H2O (s)
4,0130 gram
= 4,9100 gram x 100%
= 81,73 %
5.2. Pembahasan
Garam kompleks adalah garam yang susunannya kompleks, dimana didalam air
terurai menghasilkan gugus kompleks. Garam kompleks mengandung kation dan
anion kompleks.
Pada percobaan pembuatan garam kompleks ini yaitu melarutkan CuSO4.5H2O
ke dalam larutan NH3 pekat dan air yang menghasilkan campuran yang berwarna biru
dan menimbulkan panas. Hal ini berarti reaksi yang terjadi berlangsung eksoterm.
Setelah tembaga (II) sulfat monohidrat terlarut dengan sempurna dan telah
didiamkan pada suhu kamar, larutan kemudian ditambahkan etanol sebanyak 8 mL
secara hati-hati, setetes demi tetes melalui dinding beaker glass. Etanol disini
berfungsi sebagai katalis yang dapat mempertahankan sifat kebasaan larutan.
Dari penambahan etanol yang bening, maka lautan tetap berwarna biru tua.
Larutan tersebut kemudian ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama
semalam. Setelah penyimpanan, larutan boleh diaduk kemudian dibiarkan lagi sampai
terbentuk kristal, lalu didekantasi. Larutan menjadi pekat dan terbentuk endapan.
Setelah disaring, lalu dilakukan pembilasan beaker glass dengan larutan NH3(aq)
+ etanol. Pembilasan ini dimaksudkan agar kristal yang terbentuk benar-benar murni
atau dengan kata lain agar kotoran-kotoran yang tidak diinginkan tidak ikut
menempel pada kristal garam. Kristal garam yang terbentuk tadi kemudian
dikeringkan dengan oven pada suhu 60°C selama ±2 jam, dan diperoleh kristal
seberat 4,0130 gram.
Pada pembentukan garam kompleks yang terbentuk itu disebut juga reaksi asam
basa lewis dengan ligan bertinak sebagai basa yang menyumbangkan sepasang
elektron kepada kation yang merupakan atom pusat.
Cu2+ + NH3 [CuNH3]2+
[CuNH3]2+ + NH3 Cu[NH3]22+
Cu[NH3]22+ + NH3 Cu[NH3]32+
Cu[NH3]32+ + NH3 Cu[NH3]42+
6. Tugas Pendahuluan
1) Tuliskan reaksi pembentukan garam kompleks CuSO4•5H2O !
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O
CuSO4.5H2O + 4NH4OH Cu(NH4OH)SO4 + H2O
CuSO4.5H2O + 2(NH4)2SO4 Cu(NH3)4 + (SO4)3
CuSO4 + 4 H2O (Cu(OH)4)2+ + SO42-
Cu(NH3)4(SO4)3 Cu2+ + 3SO42- + 4NH3
(NH4)2Cu(SO4)2 2NH4+ + Cu2+ + 2SO42-
Cu(NH3)4SO4.H2O [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + H2O
[Cu(H2O)5]SO4 + 4NH3 [Cu(NH3)4]SO4 + 5H2O
CuSO4•5H2O
Penyaringan (dekantasi)
Anonim. 2007. Pembuatan garam kompleks dan garam rangkap dari tembaga.
https://www.slideshare.net/adeputriazhar7/laporan-praktikum-organik
diakses : 13 juni 2021
Fitrony, Rizqy F., Lailatul Q., dan Mahfud. 2013. Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat
Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari tembaga bekas kumparaaan. Jurnal
Teknik Pomits 2(1).
Kristian, Sugiarto. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Kimia
FMIPA UNY
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta :
Erlangga.
1. Pendahuluan
Garam rangkap merupakan suatu garam yang terbentuk dari kristalisasi larutan
campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu, misalnya
FeSO4(NH4)SO4•6H2O dan K2SO4Al2(SO4)3•24H2O. Garam rangkap terbentuk apabila
dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-
garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya.
Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya, misal
FeSO4(NH4)SO4.6H2O akan terion menjadi Fe2+, SO42- dan NH4+. Namun bila suatu
garam kompleks dilarutkan, maka akan terion menjadi ion penyusun dan ion
kompleksnya, misal K3[Fe(CN)6] akan terion menjadi K+ dan [Fe(CN)6]3-.
Beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah
molekul air sebagai hidrat. Sebagai contoh adalah tembaga sulfat pentahidrat, besi sulfat
heptahidrat dan aluminium sulfat nonhidrat. Bentuk struktur dalam kristal terdiri atas
kation terhidrat dan anion terhidrat, seperti Cu(H2O)42+ dan SO4(H2O)2- dalam tembaga
sulfat pentahidrat.
2. Tujuan Percobaan
Mempelajari pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat hidrat,
CuSO4(NH4)2SO4•6H2O.
3.2. Bahan
- CuSO4•5H2O - Akuades
- (NH4)2SO4
4. Prosedur Percobaan
- Campurkan 5 g CuSO4•5H2O dan 2,6445 g (NH4)2SO4 ke dalam gelas beaker 100 mL.
- Larutkan dalam 10 mL akuades.
- Panaskan secara perlahan-lahan sambil diaduk hingga larut sempurna.
- Dinginkan larutan kemudian tutup dengan aluminium foil.
- Diamkan larutan semalaman.
- Pisahkan kristal yang terbentuk dengan cara dekantasi.
- Pindahkan kristal ke dalam kertas saring.
- Cuci dengan etanol secukupnya.
- Keringkan kristal pada suhu kamar.
- Timbang kristal dan hitung persentase rendemen yang diperoleh.
Dekantasi
Filtrat
Kristal
1. Pendahuluan
Stabilisasi Cu(I) dapat dilakukan dengan jalan pembentukan senyawa kompleks.
Jika senyawa kompleks yang terbentuk tidak cukup stabil, maka konsentrasi
Cu(I) yang ada akan tereduksi cukup berarti. Untuk keperluan stabilisasi Cu(I) dalam
larutan, tiourea merupakan ligan yang cocok. Senyawa kompleks yang terbentuk adalah
ion tris (tiourea) tembaga (I) dan terjadi ikatan koordinasi antara ion Cu(I) dengan atom
S dari tiourea.
Dalam senyawa kompleks selain terjadi ikatan sigma antara logam pusat dengan
ligan juga terjadi pemanfaatan elektron ion logam untuk pembentukan ikatan phi. Jika
ion logam mempunyai kerapatan elektron yang tinggi maka ion logam itu akan lebih
siap untuk menyumbangkan elektron dalam pembentukan ikatan phi dengan ligan.
Dengan adanya ikatan phi ini akan menyebabkan naiknya stabilitas ion kompleks.
Dengan demikian suatu jenis logam dengan keadaan oksidasi yang lebih rendah akan
lebih siap berpartisipasi dalam pembentukan ikatan phi.
2. Tujuan Percobaan
Mempelajari cara isolasi senyawa tembaga (I) melalui pembentukan senyawa
kompleks tris (tiourea) tembaga (I) sulfat.
3.2. Bahan
- CuSO4•5H2O - Etanol
- Tiourea - Es batu
- Akuades
4. Prosedur Percobaan
- Timbang 2,5 gram tiourea dan larutkan dalam 15 mL akuades.
- Dinginkan dalam tempat yang berisi es.
- Timbang 2,5 gram CuSO4•5H2O dan larutkan dalam 15 mL akuades.
- Dinginkan dalam tempat yang berisi es.
- Tambahkan larutan CuSO4•5H2O ke dalam larutan tiourea tetes demi tetes hingga
habis.
- Diamkan larutan hingga terbentuk kristal pada dinding gelas beaker (larutan
campuran).
- Timbang 1,0 gram tiourea dan larutkan dalam 10 mL air.
- Dinginkan larutan dalam tempat yang berisi es.
- Selanjutnya, masukkan larutan tiourea ke dalam larutan campuran.
- Aduk dengan cepat dan diamkan.
- Amati kristal yang terbentuk.
- Saring kristal yang diperoleh dan cuci dengan 5 mL akuades dan dilanjutkan
pencucian dengan 5 mL etanol.
- Keringkan kristal dengan cara dioven pada suhu 60˚C selama 2 jam.
- Dinginkan kristal pada suhu kamar dan timbang massanya.
- Hitung persentase rendemen kristal yang diperoleh.
Kesimpulan
. Isolasi senyawa tembaga(I) dapat dilakukan dengan membentuk suatu
senyawa kompleks, dimana pada percobaan ini akan dibuat senyawa tembaga(I)
dalam bentuk senyawa kompleks tris(thiourea)tembaga(I)sulfat. Reaktan yang
dibutuhkan untuk membuat senyawa kompleks tris(thiourea)tembaga(I)sulfat
yakni berupa thiourea dan tembaga (II) sulfat pentahidrat.
Sementara itu, untuk teknik pemurnian kristal dilakukan dengan
rekristalisasiPadatan kristal tris (thiourea) tembaga(I) sulfat berwarna putih dan
tidak berbau didapat dengan berat 3,3950 gram
% Rendemen Kristal yang didapat dari pembuatan kristal tris (thiourea)
tembaga(I) sulfat yaitu 99,87 %
Daftar Pustaka
-Ampri, Muhammad S., 2017.“Laporan Resmi Praktikum Kimia Koordinasi
Stabilisasi dan Isolasi Senyawa Tembaga (I)” .
https://www.academia.edu/33321129/3_Laporan_Resmi_Praktik
um_Kimia_Koor dinasi_docx (Diakses 05 Juni 2021, Pukul 21.00)
-Shvela, G., 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro, (Diterjemahkan oleh: Soetiono, L.)
Edisi Kelima, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
-Safitri, Lusi N., 2020. “Stabilisasi dan Isolasi Senyawa Tembaga”
dalam Modul Praktikum Kimia Anorganik hal. 32-37,
Universitas Nusa Bangsa, Bogor.
6. Tugas Pendahuluan
1. Pendahuluan
Mineral mangan oksida merupakan mineral yang banyak terdapat di dasar laut.
Mangan oksida yang terdapat di alam tersebut merupakan mangan oksida berongga
dan berlapis yaitu kelompok hollandite-romanichite dan todorokite yang mempunyai
bentuk rongga oktahedral masing-masing (2 x n) dan (3 x n), dalam hal ini n =
bilangan bulat yang sesuai dengan struktur berongga, n = ∞ untuk struktur berlapis,
selain hollandite-romanichite dan todorokite, mangan oksida yang berongga juga
terdapat pyrolusite yang struktur rongganya berukuran 1 x 1, cryptomelane yang
merupakan mangan oksida mikropori yang memiliki formula KMn8O16.
Mineral mangan oksida memiliki berbagai struktur yaitu struktur berongga
seperti hollandite, todorokite, cyrptomelane, pyrolusite dan coronadite; struktur
berlapis; serta struktur amorf. Dengan adanya struktur berlapis dan berongga, maka
mineral ini sangat menarik perhatian para peneliti kimia. Keistimewaan yang
dimilikinya antara lain memiliki sifat penukar ion, luas permukaannya relatif besar
sehingga dapat dikembangkan sebagai katalis dan sebagai elektroda pada baterai
kering.
2. Tujuan
Mempelajari pembuatan mangan oksida dengan metode sol-gel dan metode
ceramic.
- Furnace - Spatula
- HCl 0,1 M
4. Prosedur Percobaan
a. Pembuatan mangan oksida dengan metode sol-gel
- Timbanglah sebanyak 2 gram KMnO4 dan 1 gram asam sitrat.
- Larutkan KMnO4 kedalam 200 mL akuades
- Sambil diaduk, Tambahkan asam sitrat kedalam larutan KMnO 4 dan biarkan
selama 20 menit (sampai gel terbentuk). Gel yang terbentuk didekantasi dan
dikalsinasi selama 100 menit.
- Cuci kristal yang terbentuk dengan HCl 0,1 M dan akuades masing-masing 3 kali
pengulangan dan keringkan kristal tersebut dalam oven.
- Timbang kristal yang terbentuk dan hitung rendemennya.
gram 2 gram
Mol KM nO 4 = = =0.0126 mol
Mr 158 gram/mol
gram 1 gram
Mol C6 H 8 O 7= = =0.0052 mol
Mr 192 gram/mol
= 2.7144 gram
2.3989 gram
= x 100 % = 88.38%
2.7144 gram
a. Pembuatan mangan oksida dengan metode ceramic
gram 2 gram
Mol KM nO 4 = = =0.0126 mol
Mr 158 gram/mol
gram 1 gram
Mol C6 H 8 O 7= = =0.0052 mol
Mr 192 gram/mol
2.5012 gram
= x 100 % = 92.15%
2.7144 gram
5.2. Pembahasan
A. Pembuatan mangan oksida dengan metode sol-gel
Penambahan asam sitrat sebanyak 1 gram ke dalam KMn0 4 sampai
terbentuk gel memerlukan waktu yang cukup lama karena tidak melalui
tahap pemanasan yang bisa menyebabkan suatu reaksi terjadi lebih cepat
Jawab:
Dalam metode sol-gel, KMnO4 dicampurkan dengan asam sitrat setalah
sebelumnya dilarutkan dalam aquadest sehingga tebentuk gel kemudian
dikalsinasi.
Pada metode ceramic, KMnO4 berbentuk hablur langsung dicampurkan
dengan asam sitrat di dalam lumpang kemudian dilakukan kalsinasi
Jawab:
Kalsinasi adalah proses pemanasan zat padat pada suhu tinggi tanpa
adanya udara atau oksigen, umumnya untuk menghilangkan senyawa
pengotor atau volatil. Kalsinasi juga dapat diartikan sebagai proses
thermal treatment pada bijih dalam kondisi oksigen terbatas untuk
menghasilkan thermal decomposition.
Jawab:
Mangan(IV) oksida merupakan senyawa anorganik dengan rumus MnO 2
Padatan coklat atau kehitaman ini terjadi secara alamiah sebagai
mineral pyrolusite, yang merupakan bijih mangan utama.
Jawab:
Penggunaan utama untuk MnO2 adalah untuk baterai sel kering, seperti
baterai alkaline dan seng-karbon. MnO 2 juga digunakan sebagai pigmen
dan sebagai prekursor untuk senyawa mangan yang lain, seperti KMnO 4.
MnO2 pada α polimorf dapat menggabungkan berbagai atom (serta
molekul air) di "terowongan" atau "saluran" antara oktahedral
magnesium oksida. Ada minat yang cukup besar di α-MnO 2 sebagai
katodea untuk baterai lithium ion.
6. Tuliskan bagan prosedur percobaan !
DAFTAR PUSTAKA