DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
dengan berkat dan karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah
mata kuliah Fluida Reservoir dengan judul Kesetimbangan Gas-Cairan dengan
baik dan tepat waktu.
Terwujudnya Makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak, antara
lain Pak Andi Jumardi selaku dosen mata kuliah Fluida Reservoir serta teman-
teman Kelompok IV sekalian yang telah mengerjakan makalah ini bersama-sama,
sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kita
semua dalam kegiatan belajar maupun pembelajaran.
Tak ada gading yang tak retak, kami selaku penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam pembuatan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki makalah yang kami buat agar dapat bermanfaat
dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin
Sekian dan Terima Kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah larutan ideal adalah sebuah larutan yang dimana larutan tersebut timbal
balik dan dapat dilarutkan di dalam cairan ketika component larutannya dicampur,
tidak ada reaksi kimia yang terjadi selama larutn dicampurkan, diameter molekull
dari komponennya adalah sama. Dan ada kecendurungan gaya tarik intermolekul
dan tolak-menolak adalah sama antar molekul.
Sifat larutan ideal terdiri dari dua hasil praktis. Pertama, tidak ada efek pemanasan
bila komponen larutan idael tercampur. Kedua, volume larutan ideal sama dengan
jumlah volume yang terkandung dalam komponen sebagai cairan murni pada suhu
dan tekanan yang sama.
Berdasarkan kasus pada gas ideal, tidak ada larutan ideal. Sebenarnya, satu-satunya
larutan yang mendekati kelakuan larutan ideal adalah campuran gas pada tekanan
rendah. Komponen campuran cairan dari pendekatan seri homolog yang sama
mendekatan perilaku larutan ideal hanya pada tekanan rendah.
Persamaan Raoults
Menyatakan bahwa komponen tekanan parsial dalam gas sama dengan komponen
fraksi mol dalam cairan dikalikan dengan tekanan uap dari komponen murni.
Persamaan raoult hanya berlau jika campuran gas dan cairan adalah larutan ideal.
Persamaan 12 -1
Dimana, Pj mewakili tekanan parsial dari komponen j dalam kesetimbangan gas
dengan komposisi cairan Xj. Kuantitas Pvj mewakili tekanan uap yang merupakan
komponen murni j pada suhu tertentu.
Persamaan Dalton
Persamaan 3-30
Kompoosisi dan kuantitas fasa kesetimbangan gas cairan dari larutan ideal
Persamaan roult dan Dalton keduanya mewakili komponen tekanan parsial dalam
larutan ideal. Dalam kasus persamaan roult. Dalam kasus persamaan Raoults, gas
harus berada dalam kesetimbangan dengan cairan. Persamaan ini dapat
dikombinasikan dengan mengeliminasi tekanan parsial. Persamaan yang dihasilkan
menghubungkan komposisi fase gas dan cairan dalam kesetimbangan dengan
tekanan dan suhu dimana ada kesetimbangan gas-cairan.
Persamaan (12-2):
Persamaan 12-2 menghubungkan rasio komponen fraksi mol dalam gas
dengan fraksi molnya dalam cairan. Untuk menentukan nilai Yj dan Xj, persamaan
ini harus digabungkan dengan persamaan lain yang menghubungkan kedua
kuantitas ini. Persamaan semacam ini dapat dikombinasikan melalui pertimbangan
kesetimbangan material pada komponen j dari campuran.
dan
zj mewakili fraksi mol komponen jth dalam campuran total termasuk fasa
cair dan gas.
Kemudian
Persamaan 12-3
Persamaan 12-5
Karena didefinisikan = 1,
Persamaan 12-6
Persamaan 12-2 dan 12-3 hanya dapat digunakan untuk mengeliminasi xj, maka
Persamaan 12-7
Persamaan 12-6 atau 12-7 digunakan untuk menghitung komposisi fase gas dan
cairan dari suatu campuran pada kesetimbangan. Perhitungannya disederhanakan
jika suatu mol campuran total diambil sebagai dasar nL = nL/n, nG = Ng/n dan nL
+ Ng = 1. Hasil ini dalam reduksi persamaan 12-6 dan 12-7.
Persamaan 12-9
Contoh 12-1 : Hitunglah komposisi dan kuantitas dari gas dan cairan jika satu lb
mol dari campuran pada kesetimbangan di 150 dan 200 psia. Asumsikan
kelakuan larutan ideal.
Solusi :
Persamaan 12-9
Hanya perhitungan dengan hasil nilai uji dari nL = 0,487 akan diprlihatkan pada
table berikut :
Penjumlahan sama dengan satu untuk nL = 0,487, dengan demikian ada
0,487 mol cairan dan 0,513 mol uap untuk setiap mol dari campuran total dan
komposisi kesetimbangan gas dan cairan diberikan di kolom 4 dan 5 pada tabel
diatas.
Titik gelembung adalah titik dimana gelembung gas pertama kali terbentuk.
Untuk semua tujuan praktis, kuantitas gas bisa diabaikan. Dengan demikian kita
dapat mengambil n sama dengan nol dan nL sama dengan jumlah mol campuran.
Subtitusi ng=0, nL=n, dan p=Pb dalam persamaan 12-7 menghasilkan
Persamaan 12-10
Oleh karena itu tekanan gelembung dari larutan ideal cairan pada suhu tertentu
hanyalah penjumlahan produk fraksi mol dikali tekanan uap untuk masing-masing
komponen.
Example 12-2
Hitunglah tekanan titik gelembung dalam suhu 1500F untuk campuran pada contoh
12-1. Asumsikan kelakuan larutan ideal cairan
Dalam titik embun, kuantitas dari cairan dapat diabaikan, jadi untuk p = pd kita
dapat mensubstitusikan nL = 0 dan ng = n dalam persamaan 12- 6. Hasilnya adalah
sebagai berikut
Persamaan 12-12
Titik embun dalam sebuah campuran gas ideal diberikan suhu dengan
mudah timbal balik dengan penjumlahan fraksi mol dibagi dengan tekanan uap
dalam setiap komponen.
Contoh 12-3
Hitunglah tekanan titik embun dalam suhu 1500F untuk campuran pada contoh 12-
1. Asumsikan kelakuan larutan ideal
2. LARUTAN NON-IDEAL
Ketiga, senyawa murni tidak memiliki tekanan uap pada temperatuur diatas
suhu kritisnya. Jadi, persamaan ini terbatas pada suhu kurang dari suhu kritis dari
kommponen yang paling mudah menguap dalam campuran. Misalnya, jika metana
adalah komponen campuran, persamaan 12-6 dan 12-7 tidak dapat diterapkan pada
suhu diatas -1160F.
Komposisi dan kuantitas gas dan fase kesetimbangan cair dari larutan nyata
Persamaan 12-15
Kita lebih mudah untuk menghitung satu mol dari total campuran. Dengan
memodifikasi persamaan 12-8 dan 12-9, biasanya kita menggunakan
Pilihan antara persamaan 12-17 dan 12-18 dengan tidak mengikuti aturan; bekerja
dengan efisiensi yang sama. Dan persamaan tersebut membutuhkan larutan uji.
Secarah tidak langsung, nilai percobaan berturut-turut baik nG atau nL dipilih
sampai penjumlahan sama dengan 1,0.
Nilai dari nG atau nL menyebabkan penjumlahan sama dengan 1.0 adalah nilai yang
benar dari nG atau nL. Kemudian, nilai dalam penjumlahan mewakili komposisi
cairan atau gas, tergantung pada persamaan yang digunakan. Keakuratan hasil
sangat bergantung pada keakuratan nilai rasio kesetimbangan yang digunakan.
Tentukan nilai kj pada 1500F dan 200 psia dari lampiran A. gunakan nilai percobaan
pertama dari 0,5 untuk nL. nL ini akan menghasilkan penjumlahan 0.992. kemudian
nilai 0.6 untuk nL akan menghasilkan penjumlahan 1.010. uji coba lebih lanjut
menghasilkan nL = 0.547. perhitungan tabel ada dibawah ini:
Nilai satu persamaan untuk nL= 0,547. Dengan demikian, ada 0,547 mole cairan
untuk setiap total mol campuran, dan komposisi fase cairan dan gas.
Persamaan 12-17 dan 12-18 dipengaruhi oleh nilai uji yang salah dari nG atau nL
akan memberikan panduan untuk konvergensi cepat ke nilai yang benar. Gambar
12-1 menunjukkan hasil perhitungan dengan Persamaan 12-17. Nilai yang benar
dari nG adalah nilai yang membuat penjumlahan sama dengan 1,0. Terlepas dari
tekanan atau suhu yang dipilih, larutan uji diperoleh pada nG sama dengan nol.
Campuran akan menjadi semua cairan jika suhu yang dipilih kurang dari suhu titik
gelembung atau jika tekanan yang dipilih lebih besar daripada tekanan titik
gelembung. Garis putus-putus atas pada Gambar 12-1 menunjukkan bahwa pada
kondisi ini tidak ada larutan. Situasi ini terjadi saat ZjKj kurang dari 1.0.
Campuran akan menjadi semua gas jika suhu yang dipilih lebih dari suhu titik
embun atau jika tekanan yang dipilih lebih kecil dari tekanan titik embun. Garis
putus-putus bawah pada Gambar 12-1 menunjukkan bahwa pada kondisi ini tidak
ada larutan. Situasi ini terjadi jika Zj/Kj kurang dari 1.0.
Garis putus-putus terletak diatas jika ZjKj kurang dari 1.0. dan terletak dibawah
jika Zj/Kj kurang dari 1.0. maka garis padat mewakili kondisi pada wilayah dua
fasa. Hanya bias ad ajika kuantitas keduanya lebih dari 1.0. untuk lebih mengetahui
kondisi daerah dua fasa dengan persamaan dibawah ini.
Dan
Untuk penerapan persamaan diatas dapat dipakai pada contoh soal berikut
Garis solid atau garis normal pada gambar 12-1 menunjukkan tekanan dan suhu
pada daerah dua fasa. Nilai nG diperoleh pada kurva dimana garis padat melewati
garis xj = 1. Jika hasil penjumlahan kurang dari 1 untuk nilai nG, maka nilai nG
untuk perrcobaan berikutnya ditingkatkan. Sebaliknya Jika hasil penjumlahan lebih
dari 1 untuk nilai nG, maka nilai nG untuk perrcobaan berikutnya diturunkan.
Untungnya, kurva di sekitar nilai yang benar relatif lurus maka interpolasi linear
dapat digunakan setelah perhitungan dilakukan untuk dua nilai percobaan. Ini akan
menghasilkan konvergensi yang cepat pada nilai sebenarnya.
Gambar 12-2 menunjukkan hasil Persamaan 12-18. Makna kurva putus-putus sama
dengan makna kurva putus-putus pada Gambar 12-1. Kurva padat mewakili larutan
untuk contoh 12-4 dimana nilai yang benar dari 0,547 mol diperoleh untuk nL.
Rumusan dari Persamaan 12-17 dan 12-18 berbeda dan teknik untuk menentukan
nilai percobaan nG atau nL diberikan di tempat lain.
sekarang kita akan mempertimbangkan bahwa jumlah gas pada titik gelembung
diabaikan. Dengan demikian kita dapat mengganti ng = 0 dan nL = n menjadi
Persamaan 12 ~ 16 untuk mendapatkan persamaan yang dapat digunakan untuk
menghitung tekanan gelembung pada suhu tertentu atau suhu titik gelembung pada
tekanan yang diberikan.
Tekanan tidak digunakan dalam Persamaan 12-21. Tekanan diwakili dalam rasio
kesetimbangan. Dengan demikian tekanan gelembung-titik tidak bisa dihitung
secara langsung seperti pada kasus larutan ideal.
Tekanan titik gelembung pada suhu tertentu dapat ditentukan dengan pemilihan
nilai uji coba tekanan, dari mana nilai rasio ekuilibrium diperoleh. Kemudian
penjumlahan Persamaan 12-21 dihitung. Jika jumlahnya kurang dari 1,0,
perhitungan diulang pada tekanan yang lebih rendah. Jika jumlahnya lebih besar
dari 1,0, tekanan nilai uji coba yang lebih tinggi dipilih.
Nilai perkiraan tekanan gelembung untuk digunakan sebagai nilai
percobaan awal dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 12-11. Bila
tekanan titik gelembung yang benar telah ditetapkan oleh proses uji coba dan
kesalahan ini, komposisi jumlah gas yang sangat kecil pada titik gelembung
diberikan oleh istilah dalam penjumlahan.
Menghitung Tekanan Titik Embun Pada Gas Nyata
Pada titik embun, campuran seluruhnya berada dalam fase gas kecuali sejumlah cairan yang
sangat kecil. Jadi nL = 0 dan ng = n sehingga Persamaan 12-15 menjadi
Tekanan titik embun adalah tekanan pada suhu tertentu dimana Persamaan 12-22 terpenuhi.
Sekali lagi perhitungan melibatkan proses trial-and-error. Nilai percobaan awal yang cukup
baik dari tekanan titik embun dapat diperoleh melalui penggunaan Persamaan 12-13.
3. FLASH VAPORIZATION
Differential Vaporization adalah proses dimana gas dikeluarkan dari kontak dengan
cairan saat gas terbentuk. Suhu konstan Differential Vaporization diilustrasikan
pada Gambar 12-4.
Jika kita mengasumsikan bahwa nilai Kj, konstan dan dapat berubah dalam tekanan.
Persamaan 12-26 dapat di jelaskan sebagai berikut :
Jika persamaan 12-28 dan 12-29 tidak diketahui, maka persamaannya dapat
dituliskan sebagai berikut :
Prosedur Perhitungan Differential Vaporization, Pada Tekanan Akhir yang
Diketahui
Bila tekanan akhir penguapan diferensial diketahui, tekanan akhir dan awal dirata-
ratakan untuk memberi nilai tekanan yang rasio kesetimbangannya diperoleh.
Kemudian nilai percobaan pertama nL dipilih, dan Persamaan 12-28 atau
Persamaan 12-29 digunakan untuk menghitung nilai Xj .
Jika penjumlahan fraksi mol dari komponen cairan tidak sama dengan 1,0,
nilai percobaan lain dari nLf harus dipilih dan prosedur diulang sampai
penjumlahan Xjf sama dengan 1,0
Perhatikan bahwa nilai percobaan nL / nLf sama dengan 1,0 menghasilkan 2: Xjf =
1.0, terlepas dari nilai Kj.
Ini adalah solusi yang krusial. karena nilai nL / nLf mendekati nol, 2: Xjf
menjadi sangat besar. Jadi kurva yang berkaitan dengan nilai percobaan nu / nL:
dengan nilai yang dihasilkan dari 2: Xjf mengambil bentuk yang ditunjukkan pada
Gambar 12-5. Sebuah studi tentang bentuk kurva 'ini harus membantu dalam
pemilihan nilai percobaan nL / nLf.
Prosedur Perhitungan Differential Vaporization, Jika Jumlah Mol yang
diuapkan dan diketahui
Dalam kasus ini, nilai uji coba tekanan akhir harus dipilih dan dirata-ratakan dengan
tekanan awal untuk memberikan nilai tekanan untuk menentukan nilai rasio
kesetimbangan. Entah Persamaan 12-28 atau 12-29 dapat digunakan untuk
menghitung komposisi cairan yang tersisa setelah penguapan differensial.
Asumsi utama dalam derivasi persamaan yang digunakan untuk
memprediksi hasil penguapan diferensial diberikan tepat di atas Persamaan 12-27;
Kj tetap konstan untuk perubahan tekanan yang wajar. Rasio kesetimbangan tidak
tetap konstan karena tekanan berubah. Sebenarnya, perubahan rasio ekuilibrium
bisa sangat besar, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14-11 dan 14-2.
Kesalahan dalam perhitungan penguapan diferensial yang disebabkan oleh
variabel Kj dapat diminimalkan dengan membuat perhitungan yang digambarkan
dengan Contoh 12-8 dan 12-9 secara bertahap. Pilih perubahan tekanan yang relatif
kecil, dapatkan nilai Kj pada tekanan rata-rata, lalu hitung nLf dan Xjf yang
dihasilkan dengan trial and error. Nilai-nilai nLf dan Xjf ini digunakan sebagai nLi
'dan Xj; untuk perhitungan berikutnya atas perubahan tekanan kecil lainnya.
Bila nilai yang dihitung dari tekanan akhir atau jumlah akhir cairan
mencapai nilai yang diinginkan, perhitungan selesai.
Proses penguapan diferensial dijelaskan pada Bab 10 sebagai bagian dari
pembahasan prosedur laboratorium minyak hitam. Proses laboratorium benar-benar
serangkaian penguapan flash dimana gas dilepaskan pada akhir setiap kilat. Tentu
saja, serangkaian banyak penguapan kilat dengan jumlah gas yang sangat sedikit
dikeluarkan pada setiap langkah mendekati penguapan diferensial.
Namun, untuk menghitung hasil penguapan diferensial dengan analisis
laboratorium, kita harus menghitung serangkaian perhitungan dengan gas yang
dilepas pada akhir setiap langkah percobaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan