Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

DISTILASI CAMPURAN BINER


Pembimbing : Sinta Setyaningrum, S.Si.,MT.

Kelompok VI
Rheisya Talitha Azzahra 191411054
Riana Putri Agustin 191411055
Rizal Fadilah Anwar 191411056
Rosyidah Khoirunnisa Mahdan 191411057

Kelas 1B

Tanggal Percobaan : 28 November 2019


Tanggal Penyerahan : 5 Desember 2019

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang
telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Fisik
Distilasi Biner. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Kimia Fisik.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata, melainkan juga
atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya laporan ini, diantaranya:

1. Ibu Sinta Setyaningrum, S.Si., MT. selaku dosen pembimbing praktikum Distilasi
Biner.
2. Para petugas laboratorium Korosi Politeknik Negeri Bandung.
3. Orang tua, kerabat, sahabat, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu.

Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
selaku tim penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar
laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk
kita semua.

Bandung, November 2019

Tim penyusun

Laporan Praktikum Kimia Fisik


Distilasi Campuran Biner
I. Tujuan Praktikum
1. Mengukur indeks bias suatu larutan menggunakan alat refaraktometer dengan benar
2. Melakukan percobaan distilasi fraksional pada campuran biner
3. Membuat diagram titk didih terhadap komposisi berdasarkan data percobaan

II. Dasar Teori


2.1 Larutan
Larutan merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih. Berdasarkan
sifatnya, larutan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu larutan ideal dan larutan non
ideal. Suatu larutan dikatakan ideal jika: homogen; tidak terdapat entalpi hasil
campuran larutan; dan memenuhi Hukum Raoult. Dalam larutan ideal, komponen
yang satu memengaruhi komponen yang lainnya sehingga sifat larutan yang
dihasilkan berasal dari gabungan sifat komponen-komponen penyusunnya. Menurut
Hukum Raoult, hubungan antara tekanan uap dengan fraksi mol dapat digambarkan
seperti gambar berikut.

Gambar 1. Hubungan antara Tekanan Uap dengan Fraksi Mol

Contoh campuran yang dapat membentuk larutan ideal adalah tolvena dengan
benzene, propanol-1 dengan propanol-2, dan heksana dengan heptana. Tekanan uap
total larutan ideal merupakan jumlah tekanan uap komponen-komponen
penyusunnya. Karena titik didih berbanding terbalik dengan tekanan uap sehingga
Gambar 1. Dapat diubah menjadi Gambar 2. yang menunjukkan hubungan antara
titik didih dengan fraksi mol.
Gambar 2. Hubungan antara Titik Didih dengan Fraksi Mol

Pada kenyataannya, tidak ada larutan yang benar-benar ideal sehingga


kebanyakan larutan yang ada merupakan larutan non ideal. Larutan ideal adalah
larutan yang tidak memenuhi atau menyimpang dari ciri larutan ideal.
Penyimpangan dalam larutan non ideal ada dua jenis, yaitu penyimpangan positif
dan penyimpangan negatif.
Larutan non ideal penyimpangan positif mempunyai volume ekspresi,
sehingga dapat menghasilkan tekanan uap maksimum pada sistem campurannya.
Contoh campuran dari jenis larutan ini adalah etanol dengan sikloheksana. Larutan
non ideal penyimpangan negatif mempunyai volume kontraksi, sehingga dapat
menghasilkan tekanan uap minimum pada sistem campurannya. Contoh campuran
dari jenis larutan ini adalah aseton dengan kloroform. Karena tekanan uap
berbanding terbalik dengan titik didih, maka ketika tekanan uapnya maksimum, titik
didihnya minimum, begitu pula sebaliknya. Campuran dua zat yang membentuk
larutan non ideal dapat membentuk campuran azeotrop. Campuran azeotrop tidak
dapat didistilasi secara biasa, karena ketika dididihkanm fase uap yang dihasilkan
memiliki komposisi yang sama dengan fase cairnya. Campuran azeotrop biasanya
dipisahkan dengan distilasi fraksionasi.

2.2 Distilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) suatu bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada
Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Distilasi yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah distilasi campuran
biner, dimana zat yang digunakan adalah campuran alkohol dan aseton dengan
komposisi yang variasi.
Campuran azeotrop adalah campuran suatu zat dimana zat tersebut memiliki
titik didih minimal atau titik didih maksimal. Susunan campuran azeotrop tergantung
dari tekanan yang dipakai untuk membuat larutan- larutan dengan konsentrasi
tertentu. Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi
tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa.
Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi
yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant
boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut
dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :

Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi
sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan
dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan
terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya
hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan
karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di atas, titik azeotrop
digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated vapor dan saturated liquid.
(ditandai dengan garis vertikal putus-putus)
Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan,
yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer.

III. Alat dan Bahan


Alat :
1. Reaktor (labu bulat berleher dua) 9. waterbath (penangas air)
2. Kondensor Liebig 10. thermometer
3. Kondensor Vigroux 11. pipet tetes
4. Thermostat 12. pipet ukur
5. Selang 13. gelas kimia
6. Adapter pendingin
7. Adapter penampung distilat
8. Labu penampung distilat

Bahan :
1. Aseton
2. Kloroform

IV. Cara Kerja


1. Menyiapkan seperangkat alat distilasi dan merangkainya sesuai dengan prosedurnya
2. Ditempat yang terpisah, buat campuran biner kloroform dan aseton dengan berbagai
komposisi, masukan pada labu dasar bulat
3. Komposisi campuran sebagai berikut
Aseton (mL) 10 8 6 4 2 0
Kloroform (mL) 0 2 4 6 8 10

4. Setelah larutan sampel dibuat, indeks bias awal diukur sebelum distilasi
menggunakan alat Refraktometer
5. Larutan biner yang telah dicek indeks biasnya lalu disimpan pada rangkaian alat
distilasi
6. Larutan biner didistilasi, lalu dihentikan saat distilat telah didapa sekitar 15 tetes
pertama. Titik didih distilat dilihat dari suhu pada saat tetesan pertama distilat pada
tabung penampungan
7. Distilat yang diperoleh dan residu yang ada dicek kembali indeks biasnya
menggunakan alat Refraktometer. Lakukan hal yang sama terhadap semua larutan
hingga didapat semua data.
V. Pengolahan Data

5.1 Data berdasarkan literatur

Titik
Massa Titik
Rumus Densitas Indeks Didih
No Nama zat molekul Didih
molekul (g/cm3) Bias Azeotrop
(g/mol) (oC)
(oC)
CH3COCH 0,789 g/ml
1 Aseton 58,08 1,3597 56,53
3

2 Kloroform CHCl3 119,38 1,4446 61,2


1,49 g/ml

Sumber :
http://eprints.ums.ac.id/6486/1/D500040007.pdf
https://materiipa.com/kloroform

5.2 Data I

N
Keterangan Komposisi
o
1 Aseton (mL) 10 8 6 4 2 0
2 Kloroform (mL) 0 2 4 6 8 10
1,359 1,383 1,396 1,414 1,432 1,444
3 Indeks bias (η)
7 3 0 9 6 6

5.3 Penentuan titik didih


Indeks bias Indeks bias
N Aseton Titik didih
Etanol (mL) residu distilat
o (mL) (°C)
(η) (η)
1 10 0 53,5 1,3415 1,3599
2 8 2 54,0 1,3448 1,3299
3 6 4 56,0 1,3782 1,3779
4 4 6 56,0 1,3915 1,3932
5 2 8 56,5 1,4178 1,4191
6 0 10 57,0 1,4369 1,4460

VI. Perhitungan
6.1 Aseton 10 mL : Kloroform 0 mL
Mol
- Volume 0 mL Kloroform
Berat Kloroform = ρ x V
= 1,49 g/mL x 0 mL
= 0 gram

berat
Mol Kloroform =
mr
0g
=
119,38 g /mol
= 0 mol
- Volume 10 mL Aseton
Berat Aseton =ρxV
= 0,789 g/mL x 10 mL
= 7,89 gram

berat
Mol Aseton =
mr
7,89 g
= ¿ 0,136 mol
58,08 g /mol
Fraksi mol
mol aseton
X aseton =
mol aseton+mol kl oroform
0,136 mol
=
0,136 mol+0 mol
=1
mol kloroform
X aseton =
mol aseton+mol kloroform
0 mol
=
0,136 mol+0 mol
=0

6.2 Aseton 8 mL : Kloroform 2 mL


Mol
- Volume 2 mL Kloroform
Berat Kloroform = ρ x V
= 1,49 g/mL x 2mL
= 2,98 gram
berat
Mol Kloroform =
mr
2,98 g
=
119,38 g /mol
= 0,0249 mol
- Volume 8 mL Aseton
Berat Aseton =ρxV
= 0,789 g/mL x 8 mL =
=6,32gram
berat
Mol Aseton =
mr
6,312 g
=
58,08 g /mol
= 0,1086 mol
Fraksi mol
mol aseton
X aseton =
mol aseton+mol kloroform
0,1086 mol
=
0,1086 mol+0,0249 mol
0,1086 mol
¿
0,1335 mol
= 0,81
mol kloroform
X kloroform =
mol aseton+mol kloroform
0,0249mol
=
0,1086 mol+0,0249 mol
0,0249 mol
¿
0,1335 mol
= 0,19

6.3 Aseton 6 mL : Kloroform 4 mL


Mol
- Volume 4 mL Kloroform
Berat Kloroform = ρ x V
= 1,49 g/mL x 4mL
= 5,96 gram
berat
mol Kloroform =
mr
5,96 g
= =
119,38 g /mol
= 0,0499 mol
- Volume 6 mL Aseton
Berat Aseton =ρxV
= 0,789 g/mL x 6mL
= 4,734 gram
berat
mol Aseton =
mr
4,734 g
=
58,08 g /mol
= 0,0815 mol
Fraksi mol
mol aseton
X aseton =
mol aseton+mol kloroform
0,0815 mol
=
0,0815 mol+0,0499 mol
= 0,62
mol kloroform
X kloroform =
mol aseton+mol kloroform
0,0499 mol
=
0,0815 mol+0,0499 mol
= 0,38

6.4 Aseton 4 mL : Kloroform 6 mL


Mol
- Volume 6 mL Kloroform
Berat Kloroform = ρ x V
= 1,49 g/mL x 6 mL
, = 8,94 gram
berat
mol Kloroform =
mr
8,94 g
=
119,38 g /mol
= 0,0748 mol

- Volume 4 mL Aseton
Berat Aseton =ρxV
= 0,789 g/mL x 4 mL
, = 3,156 gram
berat
mol Aseton =
mr
3,156 g
=
58,08 g /mol
= 0,0543 mol

Fraksi mol
mol aseton
X aseton =
mol aseton+mol kloroform
0,0543 mol
=
0,0543 mol+0,0748
= 0,42
mol kloroform
X kloroform =
mol aseton+mol kloroform
0,0748 mol
=
0,0543 mol+0,0748
= 0,58

6.5 Aseton 2 mL : Kloroform 8 mL


Mol
- Volume 8 mL Kloroform
Berat Kloroform = ρ x V
= 1,49 g/mL x 8 mL
= 11,92 gram
berat
mol Kloroform =
mr
11,92 g
=
119,38 g /mol
= 0,0999 mol
- Volume 2 mL Aseton
Berat Aseton =ρxV
= 0,789 g/mL x 2 mL
= 1,578 gram
berat
Mol Aseton =
mr
1,578 g
=
58,08 g /mol
= 0,0272 mol
Fraksi mol
mol aseton
X aseton =
mol aseton+mol kloroform
0,0272 mol
=
0,0272mol +0,0999
= 0,21
mol kloroform
X kloroform =
mol aseton+mol kloroform
0,0272 mol
=
0,0272mol +0,0999
= 0,79

6.6 Aseton 0 mL : Kloroform 10 mL


Mol
- Volume 10 mL Kloroform
Berat Kloroform = ρ x V
= 1,49 g/mL x 10mL
= 14,9 gram
berat
mol Kloroform =
mr
14,9 g
=
119,38 g /mol
= 0,1248 mol
- Volume 0 mL Aseton
Berat Aseton =ρxV
= 0,789 g/mL x 0mL
= 0 gram
berat
mol Aseton =
mr
0g
=
119,38 g /mol
= 0 mol
Fraksi mol
mol aseton
X aseton =
mol aseton+mol kloroform
0 mol
=
0 mol+0,1248 mol
=0
mol kloroform
X aseton =
mol aseton+mol kloroform
0,1248mol
=
0 mol+0,1248 mol
=1

Titik Indeks bias Indeks bias Fraksi Fraksi mol


Aseton Etanol
No didih residu distilat mol Kloroform
(mL) (mL)
(°C) (η) (η) Aseton
1 10 0 55,0 1,3569 1,3584 1 0
2 8 2 55,5 1,3597 1,3594 0,81 0,19
3 6 4 56,0 1,3782 1,3779 0,62 0,38
4 4 6 56,5 1,3925 1,3932 0,42 0,58
5 2 8 61,5 1,4168 1,4177 0,21 0,79
6 0 10 62,0 1,4315 1,4337 0 1
VII. Pembahasan
7.1 Pembahasan oleh Rheisya (191411054)

Percobaan ini merupakan distilasi biner antara aseton (C3H6O ) dengan kloroform
(CH3Cl). Aseton memiliki titik didih sebesar 58°C dan kloroform memiliki titik didih sebesar
61,2°C. Praktikum ini bertujuan untuk melakukan percobaan distilasi fraksionasi pada
campuran biner, mengukur indeks bias serta mengetahui hubungan antara fraksimol terhadap
indeks bias dan hubungan titik didih tehadap fraksi mol residu dan destilat. Campuran aseton
dan kloroform merupakan campuran azeotrop yang tidak bisa didestilasi biasa. Hal ini
disebabkan karena fase uap yang dihasilkan komposisinya sama dengan fase cairnya,
sehingga campuran azeotrop dipisahkan dengan distilasi fraksionasi.
Campuran aseton-kloroform termasuk pada campuran yang memiliki penyimpangan
negatif, karena menghasilkan tekanan uap minimum pada sistem campurannya. Pada tekanan
yang minimum ini, campuran mempunayi titik didih yang konstan. Karena tekanan uapnya
berbanding terbalik dengan besarnya titik didih, maka saat titik didihnya maksimum, tekanan
uapnya minimum.
Setelah distilasi dilakukan, didapatlah distilat dan residu yang kemudian dapat
diketahui fraksi mol masing-masing zat dan diukur indeks biasnya. Pengukuran indeks bias
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komposisi suatu campuran dengan indeks
biasnya. Dari data-data inilah hubungan antara titik didih terhadap fraksi mol serta antara
fraksi mol dengan indeks bias dapat ditentukan.
7.2 Pembahasan oleh Riana (191411055)
7.3 Pembahasan oleh Rizal (191411056)
Pada praktikum kali ini dilakukan ditilasi biner dengan menggunakan dua zat , yaitu
aseton (C3H6O ) dan kloroform (CHCl3).Dalam distilasi, campuran dua zat (biner) dididihkan
sehingga menguap dan uap ini kemudian mengalir ke tempat dengan tekanan yang lebih
rendah (ke arah tabung distilat). Dalam perjalanannya uap zat yang memiliki titik didih lebih
rendah mengalami penurunan suhu sehingga terjadi kondensasi yang menyebabkan uap
tersebut mencair kembali. Pendingin tersebut berasal dari air yang mengalir berlawanan arah
dengan arah uap tersebut sehingga pendinginan lebih efektif.
Prinsip dasar dari destilasi ini adalah sejumlah tertentu campuran yang akan dipisahkan,
dicampurkan dalam reaktor kemudian dipanaskan hingga suhu tertentu, sehingga didapat
destilat yang di inginkan lalu dicatat suhunya. Karena destilasi merupakan suatu metode
pemisahan fasa cair-cair, berdasarkan perbedaan titik didih
Pada praktikum kali ini, zat yang digunakan yaitu aseton dan kloroform. Campuran zat
tersebut memiliki titik didih yang berdekatan yaitu 56,0 oC dan 61,2oC, sehingga biasa disebut
campuran azeotrop. Campuran azeotrop merupakan campuran dua atau lebih komponen pada
komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi
biasa. Oleh karena itu, pemisahan dilakukan dengan cara kolom fraksionasi. Distilasi
fraksionasi merupakan suatu metode pemisahan zat berdasarkan perbedan titik didih yang
bedekatan. Adapun prinsip kerja dari pemisahan dengan distilasi fraksionasi yaitu pemisahan
suatu campuran dimana komponen- komponennya diuapkan dan diembunkan secara
bertingkat. Pada tahapan pemisahannya, distilasi ini menggunakan  kolom vigreux.
Sedangkan zat yang dapat dipisahkan melalui alat distilasi faksionasi adalah zat yang mudah
menguap dan memiliki perbedaan titik didih yan saling berdekatan. Karena zat yang dianalisa
merupakan 2 buah campuran zat dengan variasi konsentrasi tertentu dengan titik didih aseton
sebesar 56,0oC dan kloroloform memilkik titik didih sebesar 61,2 oC sehingga campuran
tersebut sering disebut azeotrope.

7.4 Pembahasan olah (191411057)

VIII. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta:PT. Gramedia.


Hulupi, Mentik dkk. 1996. Praktikum Kimia Fisika. Bandung:Pusat Pengembangan
Pendidikan Politeknik.
Wasilah. 1972. Praktikum Pengantar Kimia Organik

Anda mungkin juga menyukai