Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN 1
PENGENALAN ALAT DAN TEKNIK DASAR LABORATORIUM

NAMA : IBNU SUBAGIYO


NIM : 19513045
KELOMPOK : 6A
ASISTEN : M. FARIDH AL-FADHLI
NILAI : (Belum dinilai)

LABORATORIUM KUALITAS LINGKUNGAN


TEKNIK LINGKUNGAN FTSP UII
YOGYAKARTA
2019
Nama Praktikan : Ibnu Subagiyo

NIM Praktikan : 19513045

Hari dan Tanggal Praktikum : Senin, 23 September 2019

Topik Praktikum : Pengenalan Alat dan Teknik Dasar


Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

Laboratorium

I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu menyebutkan nama dan fungsi beberapa alat
yang digunakan di laboratorium.
2. Praktikan mampu menentukan membuat asam kuat dan garam.

II. Prinsip

Berdasarkan identifikasi alat yang biasa digunakan pada saat praktikum


laboratorium serta fungsi dari masing-masing alat tersebut serta teknik dasar
atau cara yang tepat untuk menggunakannya sesuai dengan prosedur.

III. Dasar Teori

Laboratorium adalah tempat dimana praktikan, dosen, maupun seorang


peneliti melakukan percobaan. Pengguna laboratorium harus mengenal dan
mengetahui alat-alat yang digunakan dalam laboratorium, hal ini di maksudkan agar
praktikan tidak salah dalam penggunaan alat dan bahan di dalam laboratorium
(Koesmadja, 2006).

2
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

Alat-alat laboratorium sangat dibutuhkan dalam proses penelitian ataupun


praktikum terutama dalam proses praktikum kimia banyak sekali alat-alat yang
digunakan dan mempunyai funsi masing-masing. Alat-alat laboratorium juga dapat
berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur pemakaiannya maka diperlukan
pengenalan alat-alat laboratorium agar pengguanaan alat tersebut dapat
dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar, sehingga kesalahan
yang terjadi dapat diminimalisir. Hal ini penting agar mendapatkan hasil penelitian
yang baik dan benar, sehingga data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas
penelitian seseorang ( Wunmustafa, 2011 ).

Seperti yang telah dijelaskan, bahwa teori pengenalan alat-alat labora-torium


bertujuan untuk membuat praktikan mengetahui fungsi atau kegunaan alat-alat
laboratorium, oleh karena itu, fungsi daripada tiap-tiap alat akan dijelaskan dengan
tujuan agar praktikan dapat memahami secara jelas kegunaan alat-alat laboratorium
yang akan dipakai. Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan
kegunaan alat tersebut, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat
digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan namanya.
Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya diakhiri dengan kata meter
seperti thermometer, hygrometer, spektrofotometer, dan lain-lain. Alat-alat
pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, bia-sanya diberi tambahan “graph”
seperti thermograph, barograph (Moningka, 2008).

Dari uraian tersebut, tersirat bahwa nama pada setiap alat menggambarkan
mengenai kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang
bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada
pula yang khusus. Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan
reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyak digunakan untuk suatu
pengukuran atau penentuan (Moningka, 2008).

Penggunaan beberapa alat laboratorium dengan tepat penting untuk


diketahui agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kesalahan dalam
penggunaan alat-alat ini dapat mempengaruhi hasil yang akan diperoleh. Oleh
karena itu harus diberikan pelatihan tentang  penggunaan alat-alat tersebut.

IV. Alat dan Bahan

A. Alat
1. Gelas beaker : 1 buah
2. Corong kaca : 1 buah
3. Labu ukur : 1 buah
4. Pengaduk : 1 buah
5. Propipet : 1 buah

3
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

B. Bahan
1. HCl 2,5 mL
2. Aquades secukupnya

V. Prosedur Percobaan

4
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

VI. Hasil Pengamatan

VII. PENGENALAN ALAT


NO NAMA ALAT DAN FUNGSI GAMBAR

1 Pipet ukur
Merupakan jenis pipet bersekala,dan
digunakan untuk mengukur sejumlah
volume tertentu suatu larutan.

2 Pipet Volume
Digunakan untuk mengambil larutan
dengan volume tertentu secara tepat.

3 Gelas ukur
Digunakan untuk mengukur sejumlah
volume tertentu suatu larutan.

4 Labu takar
Digunakan untuk mengukur teliti suatu
larutan atau cairan dengan cara mengisi
labu takar dengan cairan sampai tepat
tanda batas.

5
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

5 Gelas beaker
Digunakan untuk tempat larutan ,dapat
digunakan untuk melarutkan reagen tapi
dengan hasil yang tidak teliti

6 Erlenmeyer
Digunakan untuk menempatkan larutan
saat titrasi. Alat ini bukan sebagai alat
pengukur.

7 Sendok sungu
Berfungsi untuk mengambil bahan kimia
padat.

8 Propipet/ karet hisap


Digunakan untuk menghisap cairan dari
bejana ke dalam pipet. Jangan sampai
larutan masuk ke bola.

6
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

9 Kaca arloji/ gelas arloji


Teruat dari gelas. Digunakan untuk tempat
menimbang zat yang berbentuk kristal.

10 Cawan petri
Berfungsi untuk mengembang biakan sel.

11 Tabung reaksi
Terbuat dari gelas,dapat dipanaskan dan
digunakan untuk mereaksikan zat kimia
dalam jumlah yang sedikit.

12 Tabung reaksi ulir/ tutup/ refluks


Berfungsi untuk membakar bahan kimia
dalam suhu 200℃-300℃ menguji COD.

7
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

13 Rak tabung reaksi


Digunakan untuk menyimpan tabung reaksi
misalnya dalam proses analisis kualitatif.

14 Cawan porselin
Digunakan sebagai wadah. Misalnya
penguapan larutan dari suatu bahan yang
tidak mudah menguap.

15 Corong kaca
Membantu memasukan semua cairan ke
dalam suatu tempat sempit.

16 Botol winkler
Digunakan untuk menyimpan atau menguji
sampel.

8
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

17 Krustang
Berfungsi untuk menjepit alat-alat yang
dipanaskan.

18 Pinset
Untuk menjepit bahan-bahan yang
diperlukan dalam praktikum.

19 Buret dan statif


Digunakan untuk melakukan titrasi(titran)
ditempatkan dalam buret,dan dikeluarkan
sedikit demi sedikit melalui kran. Terbuat
dari gelas yang mempunyai skala.

20 Botol semprot aquades


Digunakan untuk menyimpan aquades dan
digunakan untuk mencuci ataupun
membilas bahan-bahan yang tidak larut
dalam air.

9
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

21 Pipet tetes
Untuk menambahkan suatu larutan yang
diperlukan dalam jumlah kecil dengan
ketelitian rendah ke larutan lainnya.

22 Pengaduk kaca
Digunakan untuk mencampur bahan kimia
dan cairan untuk kebutuhan laboratorium.

10
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

VIII. Pembahasan

Secara umum, larutan yang digunakan di laboratorium sering kali berada


dalam konsentrasi tinggi atau pekat. Konsentrasi pekat ini digunakan untuk
kebutuhan reagen atau campuran tertentu. Namun, untuk penggunaan praktikum
sehari-hari biasanya digunakan larutan dengan konsentrasi rendah. Oleh karena itu,
sebelum digunakan larutan pekat tersebut harus diencerkan terlebih dahulu agar
sesuai dengan petunjuk praktikum atau penelitian yang tersedia.

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat dengan cara menambahkan


pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan yang pekat
diencerkan, kadang-kadang melepas sejumlah panas. Pengenceran yaitu cara atau
metode pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat
netral, lazim dipakai aquades dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut
menyebabkan kadar kepekatan dari suatu senyawa turun. Dalam kimia,
pengenceran berarti mencampurkan yang bersifat homogen antara zat terlarut
hingga pelarut dalam larutan.

Dalam contoh ini, digunakan larutan HCl 0,1 M. Larutan HCl memiliki
karakteristik bening tidak berwarna, namun memiliki bau yang kuat dan
mengandung asam yang khas dari kebanyakan asam. Asam klorida mudah larut
dalam air, dan memiliki titik didih sekitar 110 derajat Celcius. Bedanya HCl 1M
dengan 0,1M dan 0,01M terletak pada konsentrasi kepekatannya. Konsentrasi ini
menunjukkan benyaknya mol atau pertikel zat dal setiap satuan volumenya.
Semakin besar angka molaritas atau kepkatannya semak banyak pula partikel yang
terkandung didalamnya.

Asam klorida termasuk larutan yang bersifat korosif, artinya larutan ini dapat
menyebabkan iritasi pada anggota tubuh dan apabila tidak segera ditangani bisa
berakibat fatal hingga timbulnya luka bakar. Penanganan yang tepat ketika terkena
kulit adalah membilasnya dengan air sekitar 15 menit, apabila terkena mata maka
jangan membiarkannya berkedip dan segera mencari pertolongan, begitu pula ketika
HCl ini tertelan maka harus segera dimuntahkan dan diberikan air 2-3 cangkir bila
mana kondisinya kritis, dan yang terakhir apabila terkena pada pernapasan kama
segera cari udara segar, jika tidak bernapas segera membuat pernapasan buatan
pada korban.

Molaritas adalah satuan dari pengenceran. Molaritas memiliki arti suatu


konsentrasi larutan. Molaritas dinyatakan dalam jumlah mol persatuan liter larutan.
Misalnya dalam larutan X terdapat 0,5M maka dalam larutan tersebut terdapat 0,5
mol setiap 1 liter larutan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

M=n/v atau M= m/mr x 1000/V

11
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

Pada hasil pengamatan pengenceran HCl 0,1 M 25mL kedalam larutan HCl
0,01 M didapatkan volume sebanyak 250 mL untuk melakukan pengenceran
tersebut. Perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut

MxV=MxV

0.1M x 25 mL = 0,01 M x V

V = 0,1x25/0,01 = 250 mL

Manfaat pengenceran dalam bidang teknik lingkungan adalah untuk


mengencerkan larutan uji yang biasa digunakan pada laboratorium. Pengenceran
juga dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil yang efektif dan akurat dari
percobaan dengan memperlambat laju reaksi. Dalam bidang teknik lingkungan
sering dilakukan penelitian terhadap kualitas arir sehingga pengenceran ini sangat
berguna untuk keberlangsungan penelitian tersebut. Sedangkan masalah yang
sering dihadapi ketika melakukan pengenceran adalah tumpahnya zat yang akan kita
encerkan dan dapat mengenai tubuh kita. Hal ini telah dijelaskan dalam paragraf
sebelumnya tentang penanganan ketika terkena larutan HCl. Faktor kesalahan pun
bisa terjadi, mulai dari ketidaksengajaan hingga terlewatkan hitungan dalam
mengencerkan larutan tersebut.

12
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

IX. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan;

1. Praktikan dapat mengenali nama dan fungsi dari alat laboratorium.

2. Pembuatan larutan adalah suatu kegiatan pencampuran zat terlarut dengan


zat pelarutnya

3. Pengenceran dilakukan untuk membuat larutan standar

4. Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat

5. Molaritas adalah kepekatan suatu larutan

6. Pengenceran larutan menggunakan aquades

7. Pembuatan larutan harus mencampur bahan-bahan menggunakan aquades

X. Daftar Pustaka

Koesmadja, 2006.Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.

Moningka, 2008. Prinsip Kerja Praktikum. PT. Gramedia: Jakarta

Wanmustafa, 2011. Pengertian dan Fungsi Labolatorium.Universitas PGRI:


Surakarta

13
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

XI. Lampiran
A. MSDS HCl

14
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 2
IDENTIFIKASI KATION SECARA KUALITATIF

NAMA : IBNU SUBAGIYO


NIM : 19513045
KELOMPOK : 6A
ASISTEN : AINUN MARDHIAH
NILAI : (Belum dinilai)
LABORATORIUM KUALITAS LINGKUNGAN
TEKNIK LINGKUNGAN FTSP UII
YOGYAKARTA
2019
Nama Praktikan : Ibnu Subagiyo

NIM Praktikan : 19513045

Hari dan Tanggal Praktikum : Senin, 18 November 2019

1
Topik Praktikum : Identifikasi Kation Secara Kualitatif

I. Tujuan Praktikum
Praktikan mampu mengidentifikasi unsur Ag dan Pb

II. Prinsip
Prinsip percobaan pada percobaan identifikasi kation secara kualitatif
adalah dengan mengidentifikasi kation dan anion terhadap suatu sampel
dengan golongan yang mana direaksikan dengan beberapa pereaksi spesifik
lalu diamati perubahan fisik dan kimia yang terjadi

III. Dasar Teori

Perubahan suatu senyawa zat kimia menjadi bagian-bagian terkecil di dalam


ruang lingkup kimia disebut kimia analitis. Di dalam ilmu ini dapat dibagi kedalam 2

2
bidang yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif adalah
analisa membahas tentang identifikasi zat-zat kimia. Sedangkan Analisa kuantitatif
adalah analisis yang berkaitan dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu
dalam suatu contoh(sampel) (Day, 1993).
Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia dan sifat fisika. Sifat kimia
melibatkan beberapa reaksi dimana hukum kesetimbangan massa zat sangat
berguna untuk menentukan kearah mana reaksi berjalan. Contoh : Reaksi redoks,
reaksi asam basa, reaksi kompleks, dan reaksi pengendapan. Sedangkan sifat
fisikanya dapat diamati diamati langsung secara organoleptis, seperti bau, warna,
terbentuknya gelembung gas atau pun endapan yang merupakan informasi awal
yang berguna untuk analisis selanjutnya (Syukri, 1999).
Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti
prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapakan atau diubah dalam
bentuk suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok.
Ion-ion logan pada golongan-golongan diendapakan satu persatu, endapan
dipisahkan dari larutannya dengan cara disaring atau diputar dengan sentrifuge,
endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan pokok atau dari filtrat dan tiap-tiap
logam yang mungkin ada harus dipisahkan. Kation-kation diklasifikasikan dalam 5
golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa regensianya
(Cokrosarjiwanto, 1977 : 14).

Di dalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu
diantaranya :

1. Golongan I (golongan klorida) : AgCl, PbCl2, Hg2Cl2 yang menghasilkan endapan


putih.

2. Golongan II (Golongan H2S) : garam sulfida Bi, Cu, Cd, As, Sb, Sn menghasilkan
endapan hitam

3. Golongan III (golongan (NH4)2S ; garam sulfida dari Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.

4. Golongan IV (golongan (NH4)2CO3 : garam karbonat Ba, Ca, Sr.

5. Golongan V (golongan sisa) : Mg, K, NH4+.

3
IV. Alat dan Bahan

4.1. Alat
1. Erlenmeyer 250 mL
2. Pipet ukur 10 mL
3. Gelas ukur 50 mL
4. Pipet tetes
5. Kompor listrik
6. Tabung reaksi

4.2. Bahan
1. Analit (Sampel uji)
2. Asam klorida (HCl) 0,1 M
3. Asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N
4. Asam sulfat (H2SO4) 0,1 N
5. Kalium hidroksida (KOH) 0,1 N
6. Mangan sulfat (MnSO4) 0,1 N
7. Kertas saring

4
V. Prosedur Percobaan
VI.

5
Analisa Data dan Pengamatan

4.1. Data Pengamatan

Hasil Pengamatan Kesimpulan


10 mL sampel + 10 mL HCl Terjadi endapan putih Terdapat Ag / Pb
Bagi larutan menjadi dua
Tabung A + H2C2O4 0,1 M Larutan menjadi putih keruh Ada Pb
Tabung B + H2SO4 0,1 M Larutan menjadi putih bening Ada Pb
keruh
Kertas saring + KOH + MnSO4 Terdapat endapan abu-abu Tidak terdapat Ag

6
VII. Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur Ag dan Pb pada


suatu sampel melalui serangkaian reaksi spesifik yang terjadi.

Analisis kualitatif adalah metode analisis yang digunakan untuk


mendeteksi keberadaan kandungan suatu unsur kimia pada suatu zat yang
tidak diketahui komposisinya. Analisis kualititatif merupakan metode efektif
yang dapat digunakan untuk mempelajari kandungan suatu larutan. Metode
analisis kualitatif menggunakan pereaksi golongan/selektif dan pereaksi
spesifik.Penggunaan pereaksi ini bertujuan untuk mengetahui kation dan
anion yang terdapat dalam suatu larutan.

Penggunaan pereaksi seperti penambahan HCl diawal reaksi untuk


mengidentifikasi golongan ion dalam analit (berupa golongan klorida).
Kemudian penambahan H2C2O4 dan H2SO4 bertujuan mengidentifikasi
adanya ion Pb, dan yang terakhir penambahan KOH dan MnSO4 bertujuan
mengidentifikasi keberadaan ion Pb melalui noda coklat dan ion Ag melalui
endapan hitam di kertas saring. Kesemuanya menunjukan bahwa terjadinya
reaksi spesifik pada larutan.

Percobaan ini diawali dengan mencampurkan 10mL sampel dengan


10mL HCl 0,1N pada erlenmeyer A kemudian panaskan selama 10 menit.
Kemudian bagi menjadi 2 larutan tersebut kedanam erlenmeyer B yang sudah
diberikan kertas saring di atasnya. Kemudian larutan dalam erlenmeyer B
dibagi 2 kedalam tabung reaksi A dan B. Larutan dalam tabung reaksi A
dicampur dengan H2C2O4 0,1M, larutan dalam tabung reaksi B dicampur
dengan H2SO4 0,1M. Tetesi juga kertas saring dengan KOH dan MnSO4.

Hasil dari percobaan ini menunjukan bahwa analit tersebut


mengandung ion Pb, ditunjukan melalui reaksi larutan terhadap beberapa
pereaksi spesifik Pb yang menunjukan keberadaannya. Adapun untuk ion Ag
tidak terdapat, ditunjukan melalui kenihilan dari setiap indikator uji spesifik Ag
kecuali HCl yang bereaksi dengan golongan klorida.

7
Kendala yang terjadi saat praktikum antara lain minimnya
pengetahuan dasar dalam penggunaan alat serta bahan, sehingga
mengakibatkan kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan serta
beberapa faktor teknis seperti kerusakan indikator oleh alat yang belum
dibersihkan.
Potensi bahaya dalam praktikum ini lebih pada masalah alat yang
hampir semuanya terbuat dari kaca sehingga kita perlu berhati-hati dalam
memperlakukannya. Untuk potensi dari zat berbahaya adalah penggunaan
larutan yang mungkin dapat mengiritasi bagian tubuh yang terkena oleh
larutan tersebut, terutama penggunaan larutan asam yang dapat bersifat
korosif terhadap kontak langsung dengan organ tubuh sehingga kita perlu
berhati-hati dalam menggunakannya.

8
VIII. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Saat larutan sampel berada didalam erlenmeyer A sebelum dipanaskan


terbukti bahwa mengandung unsur Ag dan Pb. Tetapi setelah dipanaskan
dan dibagi di dua tabung reaksi lalu ditetesi pereaksi, ternyata hanya
ditemukan unsur Pb pada larutan dan kertas saring tersebut.

2. Kelarutan dalam suatu endapan dapat dipengaruhi oleh sifat dan


konsentrasi bahan yang ada dalam campuran larutan itu. Kelarutan
endapan berkurang dengan adanya pereaksi yang berlebih. Namun, dalam
beberapa senyawa terjadi sebaliknya yaitu dapat melarutkan endapan.

3. Reaksi spesifik ion Pb2+ dan Ag+ dengan ion Cl- akan menghasilkan endapan
putih.

IX. Daftar Pustaka

Cokrosarjiwanto. 1997. Kimia Analitik Kualitatif. Yogyakarta:UNY Press


Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1993. Analisis Kimia Kualitatif Edisi ke IV, Jilid
1. Jakarta:Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar jillid 2. Bandung:ITB Press.

9
X. Lampiran
10.1. Data Pengamatan

10
10.2. Dokumentasi Percobaan

11
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 3
STOIKIOMETRI REAKSI

NAMA : IBNU SUBAGIYO


NIM : 19513045
KELOMPOK : 6A
ASISTEN : M. FARIDH AL-FADHLI
NILAI : (belum dinilai)

LABORATORIUM KUALITAS LINGKUNGAN


TEKNIK LINGKUNGAN FTSP UII
YOGYAKARTA
2019

1
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

Nama Praktikan : Ibnu Subagiyo

NIM Praktikan : 19513045

Hari dan Tanggal Praktikum : Senin, 23 September 2019

Topik Praktikum : Stoikiometri Reaksi

I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu menentukan koefisien berdasarkan pembentukan
endapan.
2. Praktikan mampu menentukan persamaan reaksi berdasarkan konsep mol.

II. Prinsip
Prinsip praktikum stokiometri reaksi ini adalah dengan melakukan reaksi
pencampuran antara dua zat hingga terjadi endapan yang kemudian
dikering-kan hingga menjadi padatan dan dihitung massanya.

2
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

III. Dasar Teori


Reaksi kimia adalah proses yang mengonversi sekelompok zat, yang
disebut reaktan, menjadi sekelompok zat baru, yang dinamakan produk.
Dengan kata lain, reaksi kimia adalah proses yang menghasilkan perubahan
kimia. Memang dalam banyak kasus, tidak ada yang terjadi ketika sejumlah
zat dicampur, masing-masing mempertahankan komposisi dan sifat aslinya.
Kita memerlukan bukti sebelum kita dapat mengatakan bahwa suatu reaksi
kimia telah terjadi. Beberapa jenis bukti fisis yang perlu ditunjukkan dengan
perubahan warna,  pembuatan padatan atau endapan, evolusi gas, dan
penyerapan kalor. Bukti kuat masih memerlukan analisis kimia terperinci dari
campuran reaksi untuk mengidentifikasi semua zat yang ada. Lebih lagi,
analisis kimia dapat mengungkapkan bahwa reaksi kimia telah terjadi
meskipun tidak ada gejala fisis (Petrucci, 2008 : 108).
Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk dan terputusnya ikatan
kimia. Berdasarkan Hukum Kekekalan Massa yang dikemukakan oleh
Lavoisier: “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”.
Berdasarkan Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust): “Dalam setiap
persenyawaan perbandingan massa unsur-unsur selalu tetap”. Berdasarkan
Bronsted Lowry: “Asam sebagai setiap zat sembarang yang menerima
proton”. (Sutrisno, 2011)
Beberapa pereaksi dan/atau hasil reaksi dapat berada dalam bentuk
larutan. Suatu komponen yang menentukan keadaan larutan apakah sebagai
padatan, cairan, atau gas disebut pelarut (solvent), dan komponen lainnya
disebut zat terlarut (solute). Lambang NaCl(aq) misalnya, menunjukkan
bahwa air sebagai pelarut dan natrium klorida sebagai zat terlarut. Jumlah
zat terlarut yang dapat dilarutkan dalam suatu pelarut sangat beragam.
Itulah sebabnya, perlu mengetahui komposisi atau konsentrasi yang tepat
dari suatu larutan jika harus berhubungan dengan perhitungan stoikiometri
dalam larutan (Sunarya, 2012: 91).
Suatu reaksi dalam larutan tidak selalu dilihat dengan terbentuk
endapan. Dalam beberapa reaksi terbentuk gas, kadang-kadang yang terjadi

3
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

hanya perubahan warna dan bahkan ada yang kelihatannya tidak terjadi
perubahan sama sekali. Hal ini karena semua reaktan dan hasil reaksi dalam
air tidak berwarna (Brady, 1994 : 118).

IV. Alat dan Bahan

A. Alat
1. Gelas Beaker 250 mL
2. Gelas Arloji
3. Corong kaca
4. Gelas ukur 100 mL
5. Spatula
6. Pipet tetes
7. Kompor listrik

B. Bahan
1. Serbuk besi
2. CuSO4 1M
3. Aquades
4. Aseton

4
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

V. Prosedur Percobaan

5
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

VI. Analisa Data dan Perhitungan

6.1. Data Pengamatan

Berat gelas beaker kosong : 48,6334 g

Massa serbuk besi : 1,0059 g

Mol serbuk besi : 0,01801 mol

Berat gelas beaker dengan padatan : 63,22 g

Massa padatan yang terbentuk : 14,5866 g

Mol padatan yang terbentuk : 0,22954 mol

Persamaan Reaksi:
Fe(s) + CuSO4(aq) -> FeSO4(aq) + Cu(s)

Reagen Pembatas: serbuk besi (Fe)

6
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

VII. Pembahasan

Reaksi ini merupakan reaksi pengendapan antara serbuk besi dengan


larutan CuSO4 yang menghasilkan endapan Cu (tembaga) dan larutan
FeSO4. Mula-mula serbuk besi ditimbang sebanyak 1 gram, sedangkan 30mL
CuSO4 0,1M dipanaskan hingga hampir mendidih. Kemudian reaksi
pencampuran dilakukan dalam gelas beaker yang telah terisi dengan serbuk
besi dan larutan CuSO4 dengan perlahan sambil diaduk hingga terbentuk
endapan Cu. Larutan ini kemudian didekantir secara perlahan hingga tersisa
endapan padat Cu yang kemudian dibilas dengan aquades dan dikeringkan
kemudian massa dari endapan Cu tersebut dihitung.

Hasil percobaan dari stoikiometri reaksi pengendapan ini berupa


padatan tembaga (Cu). Serbuk besi dan larutan CuSO4 yang menjadi
pereaksi telah berubah menjadi larutan FeSO4 dan endapan Cu. Tembaga
dalam reaksi ini mengendap karena nilai hasil kali kelarutan dari tembaga
rendah, sehingga tidak dapat larut dalam pelarut yang memiliki hasil kali
kelarutan yang lebih tinggi darinya, sehingga faktor inilah yang menjadi
penyebab terjadinya endapan.

Adapun faktor kesalahan yang sering terjadi pada metode analisis


pengendapan adalah sebagai berikut:.
   Pada pembentukan endapan kadang dalam contoh mengandung zat lain
yang juga membentuk endapan dengan pereaksi yang digunakan, sehingga
diperoleh hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang
diimbangi dengan kelarutan zat dalam pelarut yang digunakan.
   Pada proses pemurnian (pencucian endapan), dengan melakukan pencucian
bukan hanya zat pengotor saja yang larut tetapi juga zat yang dianalisis juga
ikut larut, meskipun kelarutannya jauh lebih kecil. Dengan demikan
penggunaan pencuci harus sedemikan kecil supaya kehilangan zat yang
dianalisis masih dapat diabaikan, artinya masih lebih kecil dari pada
sensitivitas timbangan yang digunakan.

7
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

   Pada proses pembakaran atau pemijaran kadang terjadi pelepasan air yang
tidak sempurna atau sifat zat yang diendapkan yang mudah menguap
(volatil).
   Hal yang penting juga adalah adanya beberapa endapan yang mudah
tereduksi oleh karbon bila disaring dengan kertas saring seperti perak klorida,
sehingga harus disaring dengan menggunakan cawan penyaring (berpori)
dapat juga terjadi kelebihan pemijaran sehingga terjadi dekomposisi sehingga
komposisi zat tidak tentu.
   Kesalahan juga terjadi dari suatu endapan yang telah dipijarkan akan
mengalami penyerapan air atau gas karbondioksida selama pendinginan
sehingga hasil penimbangan menjadi lebih besar dari yang seharusnya, ini
dihindari dengan alat penggunaan penutup cawan yang rapat dan desikator
yang cukup baik selama pendinginan,

Aplikasi dari pengendapan ini dalam bidang teknik lingkungan yaitu


pada proses penyaringan air oleh tawas dimana koloid diendapkan tawas,
dan pada penyaringan-penyaringan air limbah, lalu analisis zat terlarut dalam
air (BOD, COD, dan DO) dan masih banyak lagi aplikasi pengendapan di
bidang lain dalam teknik lingkungan. Bisa dikatakan bahwa pengendapan
adalah hal utama dalam reaksi treatment dalam pengolahan dan pengelolaan
lingkungan.

8
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

VIII. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan;

1.Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari hubungan kuantitatif antara zat-


zat pereaksi dengan hasil reaksi dalam cabang ilmu kimia.Bila senyawa
dicampur untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif
stokiometri.

2.Atom tidak dapat dimusnahkan dalam reaksi kimia, jumlah atom (atau mol
atom) dari setiap unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.

3.Dalam setiap persoalan stokiometri, perlu untuk menentukan reaktan


pembatas untuk mengetahui jumlah produk yang dihasilkan.

4.Koefisian reaksi merupakan konversi yang menunjukan jumlah atom atau


molekul yang terlibat dalam reaksi atau menyatakan pula jumlah mol senyawa
yang bereaksi.

IX. Daftar Pustaka

Brady, James E. 1994. Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga.

Petrucci, R.H. 2008. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern. Jakarta :
Erlangga.

Sunarya, Adi. 2012. Kimia Anorganik. Bogor: Bina Aksara.

Sutrisno, E. T, dkk. (2011), Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Jurusan Teknologi


Pangan Universitas Pasundan : Bandung

9
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

X. Lampiran

1
0
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

1
1
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 4
REAKSI OKSIDASI REDUKSI

NAMA : IBNU SUBAGIYO


NIM : 19513045
KELOMPOK : 6A
ASISTEN : AINUN MARDHIAH
NILAI : (Belum dinilai)

LABORATORIUM KUALITAS LINGKUNGAN


TEKNIK LINGKUNGAN FTSP UII
YOGYAKARTA
2019

1
Nama Praktikan : Ibnu Subagiyo

NIM Praktikan : 19513045

Hari dan Tanggal Praktikum : Senin, 18 November 2019

Topik Praktikum : Reaksi Redoks

I. Tujuan Praktikum
Praktikan mampu menentukan kadar vitamin C dalam sampel

II. Prinsip Praktikum


Prinsip percobaan yang digunakan pada percobaan ini adalah dengan
menetapkan kadar vitamin C pada suatu sampel dengan metode titrasi
idiometri. Vitamin C pada sampel bersifat reduktor kuat yang akan dioksidasi
oleh larutan I2 dalam suasana asam dan I2 akan tereduksi menjadi ion iodin.
Indikator yang digunakan adalah indikator kanji dengan titik akhir biru.

2
III. Dasar Teori

Bilangan oksidasi adalah jumlah muatan yang dimiliki suatu atom dalam
molekul (senyawa ionik) jika elektron-elektronnya berpindah seluruhnya
(Chang,2003:101). Selain itu bilangan oksidasi juga diartikan sebagai bilangan
positif atau negatif yang menunjuk pada muatan suatu spesi bila elektron-
elektron dianggap terdistribusi pada atom menurut aturan tertentu. Aturan
distribusi ini adalah secara ionik bagi spesi heteronuklir yang artinya terjadi
suatu perpindahan elektron kepada atom yang lebih bersifat elektronegatif, dan
secara kovalen murni bagi spesies homo nuklir (Sugiyarto,2002:111).

Titrasi-tirasi redoks berdasarkan pada perpindahan electron antara titran


dengan anait. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk
mendeteksi titik akhir, meskipun demikian penggunaan indicator yang dapat
berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan.
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu titrasi
langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri) (Rohman, 2007).
Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodin
(I2) dan digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial oksidasi lebih kecil daripada system iodium-iodida
sebagaimana persamaan di atas atau dengan kata lain digunakan untuk
senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seperti vitamin C.
Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai
pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari
sistem iodin-iodida. Persamaan reaksi yang terjadi antara iodin dengan vitamin
C adalah: I3- + 2ē ⇌ 3IC6H6O6 + 2 H+ + 2ē → C6H8O6

Titik ekuivalen dalam titrasi kali ini ditandai dengan perubahan warna
larutan menjadi ungu kehitaman, yang menandakan bahwa vitamin C telah
habis bereaksi dengan iodin, dan kemudian iodin bereaksi dengan larutan kanji
sehingga menghasilkan warna ungu kehitaman (Masitoh, 2014).

Pada farmakope indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan

3
kadar asam askorbat, natrium tiosulfat, metampiron (antalgin), serta natrium
tiosulfat dan sediaan injeksi. (Ibnu Gholib, 2007)

4
IV. Alat dan Bahan

4.1. Alat
1. Labu takar 1 L
2. Spatula
3. Gelas beaker 250 mL
4. Gelas arloji
5. Pipet tetes
6. Kompor listrik
7. Erlenmeyer 250 mL
8. Pipet ukur
9. Ball pipet
10. Buret
11. Statif

4.2. Bahan
1. Sampel yang mengandung vitamin C
2. KI
3. I2
4. Indikator kanji
5. Aquades

5
V. Prosedur Percobaan

6
VI. Analisa Data dan Perhitungan

6.1. Data Pengamatan

Sampel Volume Titrasi


10 mL minuman bervitamin C 21 mL

Reaksi yang terjadi:

C6H8O6(aq) + I2(aq) → C6H6O6(aq) + 2I-(aq) + 2H+(aq)

6.2. Perhitungan

1. Mol Asam Askorbat

 Menggunakan rumus pengenceran


N1 x V1 = N2 x V2
0,1 x 21 mL = N2 x 10mL
N2 = 0,021 mol

 Mencari m vitamin C
m vit C = mol x m r
m vit C = 0,021 x 176
m vit C = 3,696 g

2. Kadar Vitamin C
Kadar vitamin C (%) =

VI 2 × 0,88× 0,00726
100
1,01× × faktor pengenceran
gr sampel
21x0,88 x0,00726
100
1,01x x10
3,696
= 0 ,1341648/273,268
= 0,0004 %

7
VII. Pembahasan

Praktikum yang berjudul reaksi redoks bertujuan untuk menentukan


kadar vitamin C (asam askorbat) dalam sampel minuman bervitamin C secara
titrasi iodimetri.

Langkah kerja secara umum mirip dengan titrasi lain pada umumnya.
Suatu metode titrimetric untuk analisis didasarkan pada sutu reaksi kimia
seperti :
aA + tT → produk
dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensia T.
Reagensia T, yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara
incremental), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang
konsentrasinya diketahui. Larutan kedua ini disebut larutan standard dan
konsentrasinya ditetapkan oleh suatu proses disebut standarisasi. Penambahan
titran diteruskan sampai telah dimasukkan sejumlah T yang secara kimia setara
dengan A. maka dikatakan telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Untuk
mengetahui kapan penambahan titran itu, dapat menggunakan suatu zat, yang
disebut indicator, yang menanggapi munculnya kelebihan titran dengan
perubahan warna. Titik dalam titrasi pada saat indicator berubah warna disebut
titik akhir

Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Fungsi dari titrasi adalah untuk
menentukan kadar kelarutan dengan mudah. Alasan dipilihnya metode ini
karena perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan
tidak benyak masalah dan mudah. Iodimetri adalah titrasi langsung dengan
menggunakan larutan standar I2. Adapun fungsi dari penambahan amylum yaitu
untuk mempermudah dan memperjelas melihat perubahan warna saat titik akhir
titrasi.

Pada percobaan ini diawali dengan menganalisa kuantitatif vitamin C

8
dengan mengambil 20mL sampel vitamin C kemudian campur dengan 150mL
aquades dan 1mL indikator kanji di dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian
titrasikan larutan tersebut dengan iodin hingga didapat hasilnya.
Fungsi penambahan amilum sebagai indikator untuk menentukan titik
akhir titrasi, karena metode yang menggunakan titrasi langsung yang
melibatkan larutan iodin sebagai pentiter maka indikator yang cocok untuk
menentukan titik akhir reaksi yaitu dengan menggunakan larutan amilum. Hal
ini dikarenakan amilum bereaksi dengan iod, akan membentuk suatu kompleks
iod yang berwarna biru yang akan terlihat pada konsentrasi iod yang sangat
rendah. kompleks ion amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga
penambahan amilum biasanya pada titik akhir reaksi (pada saat akan dititrasi).
Pada saat sampel vitamin C yang sudah dicampur aquades didalam
erlenmeyer kemudian akan ditetesi dengan larutan amilum (kanji), setelah
ditetesi amilum tidak akan terjadi perubahan yang signifikan karena memang
sedikitnya amilum yang diberikan. Didapatkan titik akhir titrasi 21 mL. Sehingga
didapatkan kadar dari vitamin C dalam sampel 0,0004 %.
Kendala yang terjadi saat praktikum antara lain minimnya pengetahuan
dasar dalam penggunaan alat serta bahan, sehingga mengakibatkan kurangnya
ketelitian dalam melakukan percobaan serta beberapa faktor teknis seperti
kerusakan indikator oleh alat yang belum dibersihkan.
Potensi bahaya dalam praktikum ini lebih pada masalah alat yang hampir
semuanya terbuat dari kaca sehingga kita perlu berhati-hati dalam
memperlakukannya. Untuk potensi dari zat berbahaya adalah penggunaan
larutan yang mungkin dapat mengiritasi bagian tubuh yang terkena oleh larutan
tersebut sehingga kita harus berhati-hati.

9
VIII. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:

1. Terdapat kandungan vitamin C pada sampel yang dibuktikan ketika larutan


sampel dicampurkan dengan aquades dan kanji yang kemudian dititrasi
dengan larutan iodin, lalu menghasilkan perubahan warna pada larutan
sampel menjadi biru yang berarti terdapat kandungan vitamin C.
2. Titrasi idiometri dapat digunakan untuk menentukan kadar dari berbagai
senyawa kimia.

IX. Daftar Pustaka

Gholib, Ibnu, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka pelajar: Yogyakarta

Masitoh, S.,dkk. 2014. Titrasi Iodimetri Penentuan Kadar Vitamin C. Jakarta :


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Rohman, Abdul, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Penerbit Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Sugiarto, Kristian H.2002.Kimia Organik I.Erlangga:Jakarta.

1
0
X. Lampiran

10.1. Data Pengamatan

1
1
10.2. Dokumentasi Praktikum

1
2
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 5
DERAJAT KEASAMAN

NAMA : IBNU SUBAGIYO


NIM : 19513045
KELOMPOK : 6A
ASISTEN : F ANNISA NOOR ALFISYAHR
NILAI : 86,6

LABORATORIUM KUALITAS LINGKUNGAN


TEKNIK LINGKUNGAN FTSP UII
YOGYAKARTA
2019

1
Nama Praktikan : Ibnu Subagiyo

NIM Praktikan :19513045

Hari dan Tanggal Praktikum: Senin, 4 November 2019

Topik Praktikum : Derajat Keasaman

I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu menentukan harga pH dari beberapa
konsentrasi asam.
2. Praktikan mampu menentukan sifat asam dan basa dari
beberapa bahan melalui pengukuran pH

II. Prinsip

Prinsip percobaan yang digunakan dalam percobaan derajat


keasamaan ini adalah dengan melakukan pengujian terhadap
beberapa sampel larutan dengan bahan dan konsentrasi berbeda
untuk menentukan besar pHnya melalui suatu indikator.

2
III. Dasar Teori

Besarnya konsentrasi H+ dalam suatu larutan menentukan tingkat keasaman


suatu larutan. Tetapan keseimbangan air (Kw) dapat dinyatakan dengan rumus Kw

= [H+] [OH-]. Pada suhu kamar (25oC) harga Kw adalah 1,0 x 10 -14, sehingga [H+]

= 1,0 x 10-7. Jika dalam air murni ditambahkan zat yang bersifat asam atau basa,

maka akan merubah kesetimbangan air. Artinya [H +] dan [OH-] akan berubah. Pada

penambahan basa, [OH-] akan meningkat. (Brady, 1999)

Definisi yang pertama dan yang paling sederhana untuk asam dan
basa adalah definisi archenius. Ia mengatakan bahwa asam adalah suatu zat yang
terdisosiasi dalam air untuk menghasilkan H+, sedangkan basa adalah suatu
zat yang terdisosiasi dalam air untuk menghasilkan OH-. Menurut Bronsted
lowry, asam adalah zat yang dapat memberikan proton sedangkan basa adalah
zat yang dapat menerima proton. Menurut Lewis asam adalah zat yang dapat
menerima elektron sedangkan basa adalah zat yang dapat memberikan elektron
(Bresnick,2002:60)

Asam dan basa mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat mempermudah kita
untuk mengenalnya. Namun sifat-sifat lain dari asam dan basa adalah pengaruhnya
pada indikator, suatu zat kimia yang warnanya tergantung dari keasaman atau
kebasaan larutan. Contoh yang khas adalah lakmus. Bila lakmus merah dicelupkan
ke dalam larutan basa, warna kertas lakmus merah akan berubah menjadi biru.
Sedangkan jika lakmus biru dicelupkan dalam larutan asam, maka warna kertas
lakmus biru akan berubah menjadi pink.
Alat yang sering digunakan dalam laboratorium adalah kertas indikator
universal. Penggunaan kertas indikator universal dilakukan dengan meneteskan
larutan yang akan diukur pHnya. Kemudian warna yang timbul pada kertas indikator
dibandingkan dengan suatu kode warna untuk menentukan pH larutan tersebut.
(Rahayu, 2009)
IV. Alat dan Bahan

A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Indikator universal
4. Gelas beaker

B. Bahan
1. CH3COOH 0,01 M
2. KCl 0,1 M
3. NaOH 0,1 M
V. Prosedur Percobaan
1. Pengenceran Larutan Sampel

2. Penentuan Harga pH
VI. Analisis Data dan Perhitungan

6.1. Data Pengamatan

No Larutan Harga pH

1 CH3COOH 0,01 M 10 mL 5

2 KCl 0,1 M 10 mL 6

3 NaOH 0,1 M 10 mL 11

6.2. Perhitungan
6.2.1. Pengenceran
 NaOH 1 M menjadi NaOH 0,1 M

M1 x V1 = M2 x V2 1

x 10 = M2 x 100

M2 = 0,1 M

 CH3COOH 0,1 M menjadi CH3COOH 0,01 M

M1 x V1 = M2 x V2

0,1 x 10 = M2 x 100

M2 = 0,01 M

6.2.2. Perhitungan pH
 NaOH 0,1 N (Basa Kuat)

[OH-] = 10-1 N

pOH = -log 10-1 = 1

pH = 14 - 1 = 13
 CH3COOH 0,01 N ( Asam Lemah ) M

= 10-2 N

[H+] = ka.Ma

[H+] =
(1,76.10^5)x(10^2)

[H+] = 4,195x10-4

pH = -log[H+]

pH = -log[4,195x10-4]

pH = 3,38

 KCl 0,1 M (Garam Netral)

pH =7
VII. Pembahasan

Pada praktikum derajat keasaman ini memiliki tujuan untuk sifat asam dan
basa dari beberapa bahan melalui pengukuran pH dan menentukan harga pH dari
beberapa konsentrasi asam. Prinsip yang digunakan dalam praktikum ini
menggunakan prinsip pengukuran melalui perubahan yang terjadi pada indikator
yang digunakan. Dalam kasus ini digunakan kertas indikator universal.

Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+)
yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Defenisi yang formal tentang pH
adalah negatif logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power
of Hydrogen. pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal
memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat
basa sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat
keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi.

Cara kerja yang digunakan pada percobaan ini adalah dengan menguji setiap
larutan sampel sebanyak 10 mL yang kemudian diletakan pada tabung reaksi.
Kemudian dimasukan kertas indikator universal ke setiap tabung reaksi dan dilihat
perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna yang terjadi pada kertas indikator
ini kemudian dibandingkan dengan standar perubahan warna sesuai besar pH-nya
pada kemasan kertas indikator sehingga harga pH dari setiap sampel larutan dapat
diketahui.

Perhitungan yang digunakan untuk setiap larutan adalah dengan menghitung


konsentrasi atau molaritas dari larutan tersebut. Sehingga nilai dari [H+] pada
larutan asam dan [OH-] pada larutan basa dapat diketahui kemudian dimasukan ke
dalam rumus:
1. Asam atau Basa Kuat

pH = -log [H+] atau pH = 14 - (-log[OH-])

2. Asam atau Basa Lemah

Karena memiliki ion yang tidak larut secara sempurna didalam pelarut,
maka perhitungan ion sedikit berbeda karena ada faktor konstanta asam
maupun basa, sehingga konstanta tersebut dikalikan dengan konsentrasi
larutan yang kemudian diakar, sehingga diperoleh:

 NaOH 0,1 N (Basa Kuat)

[OH-] = 10-1 N

pOH = -log 10-1 = 1

pH = 14 - 1 = 13
 CH3COOH 0,01 N ( Asam Lemah )

M= 10-2 N
[H+] = ka.Ma

[H+] =

(1,7
6
5) .10^
x
2) (10^

[H+] = 4,195x10-4

pH = -log[H+]

pH = -log[4,195x10-4]
pH = 3,38
 KCl 0,1 M (Garam Netral)
pH = 7

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa larutan NaOH 0,1M bernilai pH 11, larutan
CH3COOH 0.01 N bernilai pH 5, dan larutan KCl 0.1 N bernilai pH
7. Sedangkan nilai pH dengan cara teoritis menunjukkan bahwa larutan

NaOH 0.1 N bernilai pH 13, larutan CH3COOH 0.01 N bernilai pH 3,38, larutan KCl
memiliki pH 7.

Dengan membandingkan hasil pengamatan dengan perhitungan secara


teoritis, terdapat perbedaan nilai pH. Pada larutan NaOH 0.1 N, dimana hasil
pengamatan menunjukkan nilai pH 11, sedangakan hasil perhitungan menunjukkan
pH 13. Kesalahan ini terjadi kemungkinan karena kurang teliti saat membandingkan
warna pada kertas indikator dengan warna
yang tertera pada kemasan kertas indikator, sehingga warna antara pH 11 dan 13
hampir sama.

Faktor kesalahan dari percobaan ini adalah kurang teliti saat membandingkan
warna pada kertas indikator dengan warna yang tertera pada kemasan kertas
indikator. Faktor kesalahan ini dapat menyebabkan perbedaan harga pH yang
dihasilkan dari praktikum dengan harga pH hasil dari perhitungan. Untuk
menghindari kesalahan ini, maka percobaan harus dilakukan dengan cermat dan teliti
untuk memperoleh hasil yang akurat.

Derajat keasaman (pH) dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada pembuatan


obat maag. Obat maag harus diperhitungkan pHnya supaya bisa menetralisir asam
lambung yang berlebihan. Juga menghitung pH penting pada lambung, darah, dan
jaringan manusia. Dan masih banyak lagi aplikasi dari derajat keasaman di
kehidupan sehari-hari.
VIII. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Sifat larutan yang diuji dapat memiliki sifat yang berbeda-beda, yaitu
bersifat asam, basa dan netral, dalam hal ini CH3COOh bersifat asam,
NaOH bersifat basa, sedangkan KCl bersifat netral.
2. Sifat larutan dapat ditentukan melalui pengukuran pH Larutan asam pH <
7 ; larutan pH > 7 ; larutan netral pH = 7.
3. Perbedaan yang terjadi antara hasil perhitungan dan hasil percobaan dapat
terjadi karena faktor kesalahan pengamatan ataupun faktor pengenceran
larutan.
4. Terdapat beberapa larutan yang memiliki sifat asam lemah maupun basa
lemah dikarenakan ion dari larutan tersebut tidak terlarut sempurna
dalam pelarut (air).
5. Pengenceran memengaruhi nilai pH dan kuatnya asam atau basa suatu
larutan.

IX. Daftar Pustaka

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa
Aksara

Bresnick.2001. KIMIA UNTUK SMA KELAS XI. Jakarta: Erlangga.

Rahayu, Iman. 2009. Praktis Belajar Kimia Kelas X. Jakarta : Visindo


Media Persada
X. Lampiran
1. Data Hasil Percobaan

13
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

2. Pretest

1
4
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 6
REAKSI ASAM BASA

NAMA : IBNU SUBAGIYO


NIM : 19513045
KELOMPOK : 6A
ASISTEN : F ANNISA NOOR ALFISYAHR
NILAI : 86,6

LABORATORIUM KUALITAS LINGKUNGAN

TEKNIK LINGKUNGAN FTSP UII

YOGYAKARTA

2019
Nama Praktikan : Ibnu Subagiyo

1
NIM Praktikan 19513045

Hari dan Tanggal Praktikum : Senin, 4 November 2019

Topik Praktikum : Reaksi Asam Basa

I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu menentukan molaritas larutan NaOH
dengan larutan standar asam oksalat
2. Praktikan mampu menetapkan kadar asam cuka perdagangan

II. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan yang digunakan pada percobaan asam basa


ini adalah dengan melakukan titrasi volumetri pada suatu larutan
untuk menentukan molaritas dan kadar dari larutan tersebut.

2
III. Dasar Teori

Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses


penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah
ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi
dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada
titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari
suatu asam atau basa yang bereaksi (Syukri, 1999).
Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator
berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pada titrasi asam basa, dikenal istilah titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika
asam dan basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan
digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi
(Sukmariah, 1990).
Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal
sebagai standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan
menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan
tepat, dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal
ini hanya sedikit, disebut standar primer (Sukmariah, 1990).
Zat yang digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi
persyaratan berikut:
1.Mudah diperoleh dalam bentuk murni maupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya.
2.Harus stabil.
3.Zat ini mudah dikeringkan, tidak higroskopis , sehingga tidak menyerap uap air,
tidak menyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).
Larutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan
mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitatif.
Kuantitas zat terlarut dalam suatu volume larutan itu, dimana volume itu diukur
dengan teliti, dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini:
Mol = liter x konsentrasi molar atau Mmol = ml x konsentrasi molar
Perhitungan-perhitungan stokiometri yang melibatkan larutaan yang
diketahui molaritasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan devinisi bobot

ekuivalen, dua larutan akan bereaksi dengan tepat satu sama lain bila keduanya
mengandung gram ekuivalen yang sama. Dalam hubungan ini, kedua normalitas
harus dinyatakan dengan satuan yang sama, demikian juga kedua volume (Brady,
1990).
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Labu ukur 100 mL
2. Timbangan analitik
3. Buret 50 mL
4. Erlenmeyer 250 mL
5. Pipet ukur 10 mL
6. Kaca arloji
7. Pipet tetes
8. Karet hisap
9. Sendok sungu

B. Bahan
1. Asam oksalat kristal
2. Larutan NaOH 0,1 N
3. Asam cuka perdagangan
4. Indikator Pp
V. Prosedur Percobaan

A.Penetapan Molaritas Larutan NaOH dengan Larutan Standar Asam


Oksalat
B. Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan
VI. Analisis Data dan Perhitungan

6.1. Data Pengamatan


A. Penentuan molaritas NaOH

TITRASI I (mL) TITRASI II (mL) VOLUME RATA-


RATA (mL)

V NaOH 10 10 10

V H2C2O4 7 5,5 6,25

B. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan

Titrasi I (mL) Titrasi II (mL)

Skala Awal Buret 33,1 20

Skala Akhir Buret 45 35

Volume NaOH 11,9 15

Volume rata-rata NaOH 13,45 mL


yang digunakan:

6.2. Perhitungan
6.2.1. Penetapan Molaritas NaOH
Diket :
Mr H2C2O4.H2O = 126 g/mol m Vol. H2C2O4 = 100 mL
H2C2O4.H2O = 1,26 g V NaOH = 10 mL

1. Penentuan mol H2C2O4


mH 2C 2O 4 1,26
nH 2C 2O 4    0,01mol
mrH 2C 2O 4 126
2. Penetapan Molaritas H2C2O4
nH 2C 2O 4 0,01
MH 2C 2O 4    0,1M
VH 2C 2O 4 0,1

3. Penetapan mol H2C2O4

mmol H2C2O4 = M H2C2O4 x Volume titrasi H2C2O4

= 0,1 M x 6,25 mL

= 0,625 mmol

4. Penetapan mol NaOH


VNaOH
mmolNaOH  xnH 2C 2O 4
VH 2C 2O 4
20
mmolNaOH  x 0,625  1,25mol
10
5. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan
V 1 1000 1000
%  x x xMNaOHxVrataNaOHx100%
V 1000 Vsampel 10
1 1000 1000
% x x x0,125 x13,45 x100%
1000 10 10
%  16,8125%
VII. Pembahasan

Reaksi asam dan basa merupakan reaksi yang melibatkan


reagen asam dan basa yang dapat menghasilkan garam dan air. Salah
satu prinsip yang sering dipakai dalam reaksi asam basa ini adalah
titrasi untuk menentukan kadar kemolaran suatu zat yang kemudian
dapat digunakan untuk menentukan sifat asam basa pada suatu
reagen sehingga harga pH dari reagen tersebut dapat ditentukan.
Diantara jenis titrasi yang sering digunakan adalah titrasi penetralan
yang akan kita gunakan sebagai prinsip percobaan asam basa
sehingga molaritas dan kadar suatu zat akan diketahui.

Volumetri (Titimetri) adalah metode analisis kimia yang


dilakukan untuk menentukan banyaknya volume larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui dengan tepat yang bereaksi secara
kuantitatif dengan larutan yang dianalisis. Analisis kuantitatif volumetri
berdasarkan reaksi netralisasi dibagi menjadi dua berdasarkan larutan
standarnya, yakni asidimetri dan alkalimetri. Keduanya dibedakan
melalui jenis larutan standarnya. Analisis tersebut dilakukan dengan
cara titrasi.

Cara kerja pada percobaan ini dibagi menjadi dua, yaitu dalam
penentuan molaritas NaOH dan penentuan kadar asam cuka
perdagangan. Adapun penentuan molaritas NaOH dimulai dari
menimbang 1,26 gram asam oksalat yang kemudian dilarutkan terlebih
dahulu dalam labu ukur dan kemudian diencerkan dengan aquades
hingga 100 mL yang kemudian dimasukan ke buret 50 mL untuk
dititrasi. Sedangkan untuk larutan NaOH, dimasukan ke erlenmeyer
250 mL sebanyak 10 mL dan ditambahi 10 mL aquades dan ditetesi 1-
2 tetes indikator Pp. Larutan NaOH ini kemudian dititrasi dengan
larutan asam oksalat yang telah disiapkan sebelumnya hingga warna
NaOH berubah menjadi bening dan titrasi ini dilakukan tiga kali.

Sedangkan tahapan dalam penetapan kadar asam cuka


perdagangan dimulai dari pengambilan larutan asam cuka
perdagangan sebanyak 10 mL yang kemudian diencerkan hingga
volume 100 mL. Kemudian larutan yang telah diencerkan ini diambil 10
mL dan dimasukan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan 2 tetes
indikator Pp. Larutan ini kemudian dititrasi dengan larutan NaOH
standar hingga terjadi perubahan warna dan diulangi sebanya tiga kali.

Persamaan reaksi yang terjadi pada kedua reaksi percobaan


dapat dirumuskan sebagai berikut:

H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) +

2H2O(aq) CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa

+ H2O

Reaksi yang terjadi pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi. Yaitu
antara asam oksalat, yang merupakan asam kuat dan NaOH(basa kuat).
Titrasi dilakukan dua kali agar diperoleh data yang mendekati
kebenaran atau data yang akurat. Data yang diperoleh adalah sebagai
berikut : pada titrasi pertama, untuk mendapatkan titik ekivalen
diperlukan asam oksalat sebanyak 11,9 mL. Titrasi kedua, diperlukan
asam oksalat sebanyak 15 mL. Sehingga dapat diperoleh volume rata-
ratanya 13,45 mL dan dari perhitungan diperoleh hasil bahwa
kosentrasi NaOH yang sesungguhnya adalah 0,125 N.

Pada proses penetapan kadar asam cuka perdagangan, titrasi


dilakukan sebanyak 2 kali agar diperoleh data yang akurat ataupun
mendekati kebenaran. Walaupun dalam percobaan tidak dapat terjadi
perubahan warna karena besarnya konsentrasi dari asam cuka yang
belum diketahui sehingga diambil beberapa pendekatan sehingga
memperoleh hasil. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : pada
titrasi pertama, NaOH penitrasi yang digunakan sebanyak 11,9 mL.
Pada titrasi kedua, digunakan 15 mL. Sehingga diperoleh volume rata-
ratanya 13,45 mL dan dari perhitungan diperoleh hasil bahwa kadar
CH3COOH adalah 16,8125%.

Adapun faktor kesalahan yang akan menyebabkan gagalnya


percobaan ini diantaranya adalah apabila konsentrasi larutan
baku yang digunakan tidak sesuai dengan prosedur kerja yang
ada, apabila titran yang digunakan tidak sesuai dengan teori yaitu
apabila larutan asam yang ingin dititrasi maka sebagai titran
adalah larutanbaku basa dan begitu pula sebaliknya, selain
itu apabila adanya p a r t i k e l - p a r t i k e l l a i n y a n g m
e n e m p e l p a d a a l a t - a l a t p r a k t i k u m , kecepatan pada
saat
mengocok larutan ketika dititrasi juga menjadi faktor berhasilnya titrasi
atau tidak.

Penerapan reaksi asam basa dalam kehidupan sehari-hari yaitu


pada pembuatan obat maag. Obat maag harus diperhitungkan pHnya
supaya bisa menetralisir asam lambung yang berlebihan. Juga
menghitung pH penting pada lambung, darah, dan jaringan manusia.
Dan masih banyak lagi aplikasi dari derajat keasaman di kehidupan
sehari-hari.

14
VIII. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil


kesimpulan;

1. Reaksi asam dan basa merupakan reaksi yang melibatkan reagen asam dan
basa yang dapat menghasilkan garam dan air
2. Titrasi volumetri adalah metode analisis kimia yang dilakukan untuk
menentukan banyaknya volume larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui dengan tepat yang bereaksi secara kuantitatif dengan larutan
yang dianalisis.
3. Titrasi dapat digunakan untuk menentukan kemolaran dan kadar dari suatu
larutan.
4. Kadar asam cuka perdagangan dalam sampel tersebut sebesar kurang lebih
16,8 %

IX. Daftar Pustaka

Brady, J. E. 1990. Kimia Universitas: Asas dan Struktur Jilid 1. Erlangga,


Jakarta.
Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Binarupa Aksara, Jakarta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung, ITB.
X. Lampiran

1. Data Hasil Percobaan

6,25 mL
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil

2. Pretest

17
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 7
REAKSI DALAM LARUTAN

NAMA : IBNU SUBAGIYO


NIM : 19513045
KELOMPOK : 6A
ASISTEN : M. FARIDH AL-FADHLI
NILAI : (Belum dinilai)

LABORATORIUM KUALITAS LINGKUNGAN


TEKNIK LINGKUNGAN FTSP UII
YOGYAKARTA
2019

1
Nama Praktikan : Ibnu Subagiyo

NIM Praktikan : 19513045

Hari dan Tanggal Praktikum : Senin, 23 September 2019

Topik Praktikum : Reaksi dalam Larutan

I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu mempelajari reaksi yang berlangsung dalam larutan..
2. Praktikan mampu menghitung konsentrasi larutan dan menentukan
persamaan reaksi yang terjadi.

II. Prinsip Praktikum


Prinsip praktikum reaksi dalam larutan ini adalah melakukan titrasi
terhadap larutan uji hingga terjadi perubahan warna dan kemudian
menuliskan persamaan reaksinya

2
III. Dasar Teori
Pereaksi dan hasil reaksi yang berada dalam bentuk larutan (solurion)
sebenarnya ditentukan oleh komponen-komponennya, yaitu pelarut (solvent)
yang merupakan substansi pelarut zat. Komponen ini menentukan wujud
larutan sebagai gas, padatan, atau sebagai cairan. Zat terlarut (solute):
merupakan substansi yang terlarut dalam solvent. Misalnya bila tertulis: NaCl
(aqueous) maka artinya NaCl sebagai solute dan aqua atau H 2O sebagai
solvent (Barsasella, 2013: 55).
Untuk mengukur konsentrasi zat pada reaksi dilakukan titrasi—suatu
teknik penambahan sejumlah volume yang terukur secara akurat pada
konsentrasi yang tepat suatu larutan ke dalam larutan lain yang akan diukur
konsentrasinya. Ketika kedua zat telah mencapai konsentrasi yang sama,
pada titik ekivalen, maka ditandai oleh perubahan fisik, seperti warna dari
larutan. Biasanya perubahan warna tersebut akibat penambahan beberapa
tetes zat indicator asam-basa—yakni senyawa yang menunjukkan warna
dalam bentuk molekul netral yang berbeda dari bentuk ionnya (Purwoko,
2008: 55).
Perubahan warna pada titrasi menandakan telah tercapainya titik
akhir titrasi, diberi nama demikian karena pada titik ini penetesan larutan
penitrasi dihentikan dan volumenya dicatat. Salah satu reaksi yang sering
digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam-basa. Biasanya, sebagai
larutan asam diletakan pada Erlenmeyer atau gelas kimia. Indicator adalah
suatu zat yang mempunyai warna dalam keadaan asam dan basa berlainan.
Misalnya lakmus dalam suasana asam akan  berwarna merah sedangkan
dalam keadaan basa warnanya biru. Indikator lain yang biasa digunakan
dilaboratorium adalah fenolftalen. Fenolftalen dalam suasana asam tak
berwarna sedangkan dalam suasana  basa berwarna mera muda/pink
(Brady,1999:218)

3
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Erlenmeyer 250 mL
2. Pipet ukur 5 mL
3. Pipet tetes
4. Buret
5. Gelas beaker 100 mL
6. Gelas ukur 100 mL
7. Karet hisap/propipet
8. Sendok sungu
9. Corong kaca
10. Gelas arloji

B. Bahan
1. NaCl 0,1 N
2. HCl 0,1 N
3. KCl 0,1
4. AgNO3 0,01N
5. K2CrO4 5 %

4
V. Prosedur Percobaan
1. NaCl

2. KCl

5
3. HCl

6
VI. Analisa Data dan Pengamatan

6.1. Data Pengamatan

V AgNO3 0,01N
V rata-rata
Titrasi I Titrasi II Titrasi III

NaCl 0,1 N 1,4 2,4 1,4 1,7

HCL 0,1 N 6,0 6,8 7,2 6,7

KCl 0,1N 8,0 7,0 7,0 7,3

6.2. Perhitungan

1. N NaCl
V AgNO3 x N AgNO3 = V NaCl x N NaCl
1,7 mL x 0,01 N = 10 mL x N NaCl
N NaCl = 1,7x10-3 N

2. N HCl
V AgNO3 x N AgNO3 = V HCl x N HCl
6,7 mL x 0,01 N = 10 mL x N HCl
N HCl = 6,7x10-3 N

3. N KCl
V AgNO3 x N AgNO3 = V KCl x N KCl
7,3 mL x 0,01 N = 10 mL x N KCl
N KCl = 7,3x10-3 N

7
VII. Pembahasan

Reaksi dalam larutan adalah reaksi yang terjadi pada molekul dalam
larutan. Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi
secara fisik. Banyak reaksi, baik di dalam laboratorium maupun di alam
lingkungan kita, satu atau lebih pereaksi berada di dalam larutan. Zat yang
bereaksi larut dalam larutan dicampur dengan zat lain dan akan terjadi kontak
antar partikel-partikel dalam larutan sehingga reaksi akan berlangsung lebih
cepat.

Salah satu metode umum yang digunakan pada reaksi dalam larutan
adalah titrasi. Titrasi adalah salah satu metode kimia untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan
tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah
diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku.
Larutan yang belum diketahui konsentrasinya ditambahkan beberapa tetes
indikator, kemudian ditetesi dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titik akhir titrasi adalah tepat pada saat terjadi perubahan
warna indikator. Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi
asam-basa. Ada dua jenis titrasi asam basa, yaitu asidimetri (penetuan
konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam) dan
alkalimetri (penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan
larutan baku basa).

Untuk melakukan titrasi, kita harus menyiapkan terlebih dahulu


paralatan yang terdiri dari Buret, Statif dan Klem, dan Erlenmeyer. Selain itu
harus disiapkan juga larutan baku. Larutan baku yang konsentrasinya sudah
diketahui ditempatkan dalam buret dan disebut larutan penitrasi. Larutan
penitrasi harus sudah diketahui konsentrasinya. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya ditempatkan dalam labu titrasi dan disebut larutan yang
dititrasi. Volume larutan yang akan dititrasi harus sudah diketahui.

8
Selanjutnya, ke dalam larutan yang akan dititrasi diteteskan indikator asam-
basa. Penempatan larutan dalam buret dan labu titrasi boleh ditukar. Larutan
baku boleh dijadikan larutan penitrasi dan boleh juga dijadikan larutan yang
akan dititrasi.

Larutan penitrasi diteteskan perlahan-lahan ke dalam larutan yang


dititrasi. Penetesan baru dihentikan bila sudah tercapai titik akhir titrasi. Titik
akhir titrasi diketahui dari perubahan warna larutan indikator. Selain titik akhir
titrasi, dikenal juga titik ekivalen. Titik ekivalen adalah suatu keadaan zat
dalam larutan yang dititrasi tepat habis bereaksi dengan zat dalam larutan
penitrasi (asam dan basa tepat habis bereaksi). Tepat pada saat seluruh zat
habis bereaksi, larutan indikator segera berubah warna, dan pada saat inilah
penetesan dari buret harus segera dihentikan.

Dalam titrasi ini, larutan AgNO3 digunakan untuk menetapkan garam-garam


halogen karena jenis garam ini dengan ion Ag+ dari garam standard AgNO3
dapat memebentuk suatu endapan atau suatu senyawa kompleks sesuai
dengan persamaan reaksi berikut ini :

 NaX + Ag+ → AgX + Na+ ( X = halida )

 KCN + Ag+ → AgCN + K+

KCN + AgCN → K{Ag(CN)2}

Garam AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga garam tersebut


dapat digunakan sebagai larutan standard primer. Larutan standard AgNO 3
0,01 N dapat dibuat dengan melarutkan 16,99 gram AgNO3 dalam 100 mL
aquades

Faktor – faktor yang bisa menyebabkan kesalahan pada percobaan titrasi


yaitu:

a.      Faktor manual :


  Kesalahan penglihatan pada saat pengukuran volume pada buret

9
 Kesalahan mengamati perubahan warna
  Kurang teliti dan terlalu tergesa –gesa dalam pengamatan

b.      Faktor teknis   :


 Kebocoran buret sehingga tidak terhitung dengan tepat

Dalam bidang teknik lingkungan, reaksi dalam larutan ini akan sangat
berguna ketika kita ingin mencocokan dengan standar baku lingkungan
melalui berbagai reaksi, seperti analisis asam-basa, kesadahan, zat organik,
dan sebagainya yang semuanya membutuhkan faktor larutan sebagai
pereaksinya.

10
VIII. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan;

1.Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut.

2.Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut zat pelarut.

3.Endapan adalah padatan tak larut yangg terpisah dari larutan

4.Suatu reaksi dalam larutan tidak selalu dilihat dengan terbentuk endapan.

5.Dalam beberapa reaksi terbentuk gas, kadang-kadang yang terjadi hanya


perubahan warna dan bahkan ada yang kelihatannya tidak terjadi
perubahan sama sekali. Hal ini karena semua reaktan dan hasil reaksi
dalam air tidak berwarna

IX. Daftar Pustaka

Brady, James E. 1994. Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga.

Diana, Barsasella. 2013. Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta: Pelita.

Purwoko, Agus Abhi. 2010. Kimia Dasar II. Mataram: Arga Puji Press.

11
X. Lampiran

10.1. Dokumentasi Percobaan

12

Anda mungkin juga menyukai