Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
K = Ae RT
Keterangan : K = Tetapan kecepatan reaksi
A = Faktor pra eksponensial
Ea = Energi pengaktifan
R = Tetapan Gas
T = Temperatur
Dari persamaan di atas terlihat bahwa kurva ln K sebagai fungsi dari akan berupa
garis lurus dengan memotng ( intersep ) sumbu ln K pada ln A dan gradien/slope
𝐸𝑎
ln K - 𝑅𝑇
1
𝑇
𝐸𝑎
= 𝑙𝑛 𝐴 −
𝑅𝑇
𝐸𝑎 1
𝑙𝑛 𝑘 = (− ) ( ) + 𝑙𝑛 𝐴
𝑅 𝑇
(Chang, 2005: 45).
Kedua faktor A dan Ea dikenal sebagai parameter Arhenius. Plot dari log K
-1
terhadap T adalah linear untuk sejumlah besar reaksi dan pada temperature
sedang. Hubungan antara konstanta laju pada dua temperature adalah
𝐾2 𝐸𝑎 1 1
ln 𝐾1 = ( 𝑇1 - 𝑇2 )
𝑅
Ea (r) = Ea (f) - ∆H
Kompleks teraktivasi
Ef
Energi reaktan
∆𝐻 produk
koordinat reaksi
( Dogra,1990:651-652).
Menurut Tri Bazuki, 2013 pada percobaan dengan variasi suhu
menghasilkan persamaan Arrhenius. Salah satu hal penting yang mengendalikan
proses ekstraksi adalah kecepatan reaksi. Kecepatan reaksi dapat dinyatakan
sebagai kecepatan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya
konsentrasi produk (hasil reaksi) persatuan waktu. Semakin cepat reaksi terjadi
maka proses akan semakin cepat. Nilai konstanta kecepatan reaksi kimia (k) dapat
dicari dengan persamaan Arrhenius [10,11,12] yaitu dalam bentuk:
k = Ae–E/RT atau ln k = ln A – E/(RT)
atau
ln k = ln A – E/R (1/T)
dengan, k : konstanta kecepatan reaksi kimia
A : konstanta Arrhenius (disebut juga faktor frekuensi)
E : energi aktivasi, kal/mol.
R : konstanta gas umum, 1,987 kal/mol K T : suhu mutlak,
K : Berdasarkan data hubungan ln k dengan (1/T) nilai faktor frekuensi (A)
dan tenaga pengaktif (E) .
Energi aktivasi pembakaran lazim ditentukan dengan menggunakan
metoda thermogravimetry, Perhitungan energi aktivasi proses pembakaran sampel
dalam penentuan energi ativasi pembakaran bricat didasarkan dengan
menggunakan rumus perhitungan kinetika reaksi berorde satu atau yang lazim
disebut global kinetic. Penentuan besaran energi aktivasi dilakukan dengan
metode grafis dengan rumusan yang digunakan berdasarkan pada persamaan
Arrhenius. Pemilihan metoda global kinetic, didasarkan bahwa pada penelitian ini
tidak memandang reaksi elementer yang terjadi, namun hanya memandang
kecepatan char bereaksi sehingga habis terbakar (Himawanto, 2013: 37).
Persamaan Arrhenius dapat digunakan untuk mempelajari pengaruh suhu
terhadap laju reaksi kimia pada suatu bahan pangan. Singh (1994) menyatakan
bahwa perkiraan masa simpan dilakukan dengan menggunakan orde 1 dengan
indikasi kerusakan berupa pertumbuhan mikroba, ketengikan, produksi off flavor,
kerusakan pada vitamin dan penurunan mutu pada protein. Pada Penelitian ini
meramal umur lengkuas segar yang disimpan pada berbagai suhu dengan
menggunakan persamaan Arrhenius berdasarkan parameter kadar air dan kadar
sari larut dalam air. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Q10 untuk kadar
air adalah 3,23 dan untuk kadar sari larut air adalah 4,94. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu penyimpanan maka umur simpan bahan
akan semakin pendek (Khathir, 2014: 10, 16).
D. Alat Dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi besar 8 buah
b. Tabung reaksi kecil 6 buah
c. Stopwatch (HP) 10 buah
d. Rak tabung reaksi besar 2 buah
e. Gelas ukur 10 mL 3 buah
f. Pipet tetes 5 buah
g. Pipet volum 10 mL 1 buah
h. Ball pipet 1 buah
i. Klem kayu 4 buah
j. Gelas kimia 600 mL 2 buah
k. Termometer 1100C 10 buah
l. Stopwatch 10 buah
m. Kaki tiga 1 buah
n. Kasa asbes 1 buah
o. Pembakar spiritus 1 buah
p. Botol semprot 1 buah
q. Lap kasar 1 buah
r. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan kanji 3% (dibuat saat akan digunakan)
b. Larutan natrium tiosulfat 0,001 M (Na2S2O3)
c. Larutan amonium peroksidadisulfat 0,04 M ((NH4)2S2O8)
d. Larutan kalium iodida 0,1 M (KI)
e. Aquades (H2O(l))
f. Es batu (H2O(s))
g. Korek api
3. Tissu
4. Label
E. Prosedur Kerja
1. Sistem 1
a. Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih.
b. Pada tabung 1 dimasukkan 5 mL (NH4)2S2O8 0,04 M kemudian ditambah
dengan 5 mL H2O.
c. Pada tabung 2 dimasukkan 10 mL KI 0,1 M kemudian ditambah dengan 1 mL
Na2S2O3 0,001 M dan 1 mL kanji 3%
d. Kedua tabung didinginkan dalam air es sampai suhu kedua tabung mencapai
200C.
e. Isi larutan pada tabung 1 dimasukkan kedalam tabung 2 dan dituang kembali
ke tabung 1 dengan cepat.
f. Stopwatch dijalankan dan diukur waktu yang diperlukan campuran sampai
tampak warna biru untuk pertama kali.
g. Langkah a,b,c,e dan f diatas diulang untuk suhu 300C, 400C, 500C dan 600C
dengan cara dipanaskan.
2. Sistem 2
a. Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih.
b. Pada tabung 1 dimasukkan 7 mL (NH4)2S2O8 0,04 M kemudian ditambah
dengan 3 mL H2O.
c. Pada tabung 2 dimasukkan 8 mL KI 0,1 M kemudian ditambah dengan 2 mL
H2O, 1 mL Na2S2O3 0,001 M dan 1 mL kanji 3%
d. Kedua tabung didinginkan dalam air es sampai suhu kedua tabung mencapai
200C.
e. Isi larutan pada tabung 1 dimasukkan kedalam tabung 2 dan dituang kembali
ke tabung 1 dengan cepat.
f. Stopwatch dijalankan dan diukur waktu yang diperlukan campuran sampai
tampak warna biru untuk pertama kali.
g. Langkah a,b,c,e dan f diatas diulang untuk suhu 300C, 400C, 500C dan 600C
dengan cara dipanaskan
F. Hasil Pengamatan
1. Sistem 1
Suhu rata-rata Waktu reaksi 1 1
No. T(K) (K-1) Ln
T t
(T0C) (detik)
2. Sistem 2
Suhu rata-rata Waktu reaksi 1 1
No. T(K) (K-1) Ln
T t
(T0C) (detik)
-7.2
0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345
-7.4
-7.6
ln 1/T
-7.8
-8
-8.2
-8.4
1/T (K-1) y = -170.21x - 7.3349
R² = 0.0004
Ea = - R (m)
1) Nilai Energi aktivasi (Ea)
y = mx + b
y = -170.21x - 7.3349
Diketahui : m = -170,21
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan : Ea=……?
Penyelesaian:
𝐸𝑎
− = m
𝑅
Ea = -R (m)
Ea = - 8,314 J/mol.K (-170,21)
Ea = 1,415 x 103J/mol.K
Ea = 1,415 x 106 kJ/mol.K
ln A = b
A = eb
A = e- 7,3349
A = 6,5 × 10-4
b. Nilai Konstanta Laju Reaksi (k)
1) Untuk T = 301 K
Diketahui: Ea = 1,415 x 103J/mol.K
T = 301 K
A = 6,5 × 10-4
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan: k =….?
Penyelesaian :
k = Ae-Ea/RT
k = 6,5 × 10-4 . e 1,415x10^3 J/mol.K /8,314 J/mol.K.301 K
k = 6,5 × 10-4 . 1490033,248
= 96,8716112
2) Untuk T = 303 K
Diketahui: Ea = 1,415x103 J/mol.K
T = 303 K
A = 6,5 × 10-4
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan: k =….?
Penyelesaian :
k = Ae-Ea/RT
k = 6,5 × 10-4 . e 1,415x10^3 J/mol.K /8,314 J/mol.K.303 K
k = 6,5 × 10-4 . 150023.503
= 97,5152763
3) Untuk T = 302 K
Diketahui: Ea = 1,415 x 103J/mol.K
T = 302 K
A = 6,5 × 10-4
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan: k =….?
Penyelesaian :
k = Ae-Ea/RT
k = 6,5 × 10-4 . e 1,415x10^3 J/mol.K /8,314 J/mol.K.302 K
k = 6,5 × 10-4 . 149528,375
= 97,1934438
4) Untuk T = 294 K
Diketahui: Ea = 1,415 x 103J/mol.K
T = 294 K
A = 6,5 × 10-4
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan: k =….?
Penyelesaian :
k = Ae-Ea/RT
k = 6,5 × 10-4 . e 1,415x10^3 J/mol.K /8,314 J/mol.K.294 K
k = 6,5 × 10-4 . 145567,359
= 94,6187834
5) Untuk T = 306 K
Diketahui: Ea = 1,415 x 103J/mol.K
T = 306 K
A = 6,5 × 10-4
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan: k =….?
Penyelesaian :
k = Ae-Ea/RT
k = 6,5 × 10-4 . e 1,415x10^3 J/mol.K /8,314 J/mol.K.306 K
k = 6,5 × 10-4 . 151508,884
= 98,4807746
Sistem II
Ln
-7.8
0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345
-7.9
-8
Axis Title
-8.1
Ln
-8.2
Linear (Ln )
-8.3
-8.4
Ea = - R (m)
1) Nilai Energi aktivasi (Ea)
y = mx + b
y = -2757,7x + 1,0101
Diketahui : m = -2757,7
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan : Ea=……?
Penyelesaian:
𝐸𝑎
− = m
𝑅
Ea = -R (m)
Ea = - 8,314 J/mol.K (-2757,7)
Ea = 2,2927x104 J/mol.K
Ea = 2,2927 × 10 7 kJ/mol
2) Nilai faktor frekuensi
y = mx + b
y = -2757,7x + 1,0101
Diketahui : b = 1,0101
Ditanyakan : A=….?
Penyelesaian:
𝐸𝑎 1
ln 𝑘 = − + ln 𝐴
𝑅 𝑇
ln A = b
A = eb
A = e1,0101
A = 2,745
b. Nilai Konstanta Laju Reaksi (k)
1) Untuk T = 294 K
Diketahui: Ea = 2,2927x104 J/mol.K
T = 301 K
A = 2,745
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan: k =….?
Penyelesaian :
k = Ae-Ea/RT
k = 2,745 . e -2,2927x10^4 J/mol.K /8,314 J/mol.K.294 K
k = 2,745 x 35713,3304
= 98033,0919
2) Untuk T = 300 K
Diketahui: Ea = 2,2927x104 J/mol.K
T = 303 K
A = 2,745
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan: k =…?
Penyelesaian :
k = Ae-Ea/RT
k = 2,745 . e -2,2927x10^4 J/mol.K /8,314 J/mol.K.300 K
k = 2,745 x 36442,1739
= 100033,767
3) Untuk T = 302 K
Diketahui: Ea = 2,2927x104 J/mol.K
T = 302 K
A = 2,745
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan: k =…?
Penyelesaian :
k = Ae-Ea/RT
k = 2,745 . e -2,2927x10^4 J/mol.K /8,314 J/mol.K.302 K
k = 2,745 x 36685.1217
= 100700,659
4) Untuk T = 296 K
Diketahui: Ea = 2,2927x104 J/mol.K
T = 294 K
A = 2,745
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan: k =…?
Penyelesaian :
k = Ae-Ea/RT
k = 2,745 . e -2,2927x10^4 J/mol.K /8,314 J/mol.K.296 K
k = 2,745 x 35956,2782
= 98699,9837
5) Untuk T = 307 K
Diketahui: Ea = 2,2927x104 J/mol.K
T = 306 K
A = 2,745
R = 8,314 J/mol.K
Ditanyakan: k =…?
Penyelesaian :
k = Ae-Ea/RT
k = 2,745 . e -2,2927x10^4 J/mol.K /8,314 J/mol.K.307 K
k = 2,745 x 37292,4913
= 102367,889
H. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara laju reaksi
dengan temperatur serta menghitung besarnya energi aktivasi (Ea) dengan
menggunakan persamaan Arrhenius. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi adalah katalisator, temperatur, luas permukaan, faktor eksternal dan
konsentrasi (Chang,2005:45). Adapun Hubungan energi aktivasi dengan laju
reaksi adalah berbanding terbalik. Semakin besar energi aktivasi maka laju
reaksinya semakin lambat karena energi minimum untuk terjadi reaksi semakin
besar. Semakin kecil harga ln K maka harga 1/T rata-rata semakin besar. Ini
membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka energi aktivasinya akan
semakin kecil dan semakin sedikit waktu yang diperlukan sehingga akan
memperbesar harga laju reaksi. Untuk membuktikannya, maka dapat dilakukan
dengan percobaan oksidasi iodin dengan menggunakan indikator amilum. Sistem
yang dibuat berupa dua tabung yang saling dicampurkan. Untuk sistem I, tabung
pertama berisi (NH4)2S2O8 dan H2O, sedangkan tabung dua berisi larutan KI,
larutan NaS2O3 dan larutan kanji. Fungsi dari zat-zat di atas yakni KI untuk
menghasilkan ion iodin, H2O untuk menghidrolisis KI menjadi K+ dan I-, sebagai
zat yang direduksi dan dioksidasi dimana zat yang mereduksi iod adalah Na2S2O3,
sedangkan yang mengoksidasi iod adalah Na2S2O8 serta kanji sebagai indikator.
Sedangkan terjadinya perubahan warna dalam larutan menandakan terjadi reaksi
oksidasi dan reduksi. Hal ini disebabkan terjadi tumbukan – tumbukan molekul
yang ada didalam larutan..
Percobaan pertama dilakukan pada suhu 20oC. Pada suhu tersebut, kedua
tabung Ditempatkan pada suhu dingin, setelah suhu di dalam kedua tabung sama
kedua tabung tersebut diangkat dan dengan cepat mencampurkan isi tabung dari
tabung 1 ke 2 kemudian dituang kembali ke tabung 1, langkah ini harus dilakukan
dengan cepat agar pada saat pencampuran suhunya tidak turun secara drastis
karena Perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat apabila reaksi
berlangsung pada temperatur yang lebih tinggi. Pada temperatur yang lebih tinggi,
ion-ion pereaksi akan memiliki energi kinetik yang lebih besar. Pencampuran
larutan dilakukan dari tabung 1 ke tabung 2 agar pembentukan kompleks warna
biru dapat terjadi perlahan-lahan sehingga waktunya dapat diukur, sedangkan jika
dilakukan sebaliknya, warna biru dapat terjadi secara menyeluruh. Pada saat
warna biru mulai tampak di dalam tabung, suhu campuran dan waktu yang
dibutuhkan hingga menjadi biru secara keseluruhan diukur. Hal ini dilakukan
untuk membandingkan waktu dan suhu yang digunakan untuk bereaksi sistem
yang sama pada suhu yang berbeda. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran
pada suhu 20oC, 30oC, 40oC, 50oC, dan 60oC. Semakin tinggi suhu maka semakin
cepat proses laju reaksi dikarenakan tumbukan-tumbukan antar molekul semakin
cepat.
Dari analisis data diperoleh Ea untuk sistem I yaitu Ea =1,415 x 106 kJ/mol.
Sedangkan untuk sistem 2 yaitu 2,2927 × 10 7 kJ/mol dan dari grafik hubungan ln
1/t dan 1/T diperoleh nilai regresi R2= 0,0004 dengan persamaan y= -170,21x-
7,3349x sedangkan grafik hubungan ln 1/t dan 1/T pada sistem 2 diperoleh nilai
regresi R2 = 0,387 dengan y = -2757,7x + 1.0101.
Adapun reaksi yang terjadi untuk sistem I dan II:
Pada tabung 1:
2 S2O82- + 2 H2O 4 SO42- + O2 + 4 H+
Pada tabung 2:
I3- + 2 S2O32- 3I- + S4O62-
S2O32- + I3- 3I-
2 S2O3I- + I- S4O62- + I3-
S2O3I- + S2O3- S4O62- + I-
I. Penutup
1. Kesimpulan
1. laju reaksi berbanding lurus dengan suhu yaitu makin tinggi suhu, maka
makin cepat laju reaksinya sehingga Ea semakin kecil.
2. Energi aktivasi (perhitungan dengan persamaan Arrhenius diperoleh pada
sistem Ea) yang diperoleh berdasarkan untuk sistem I sebesar Ea =1,415 x
106 kJ/mol. Sedangkan untuk sistem 2 yaitu 2,2927 × 10 7 kJ/mol dan nilai
tetapan laju reaksi dari suhu 20oC, 30 oC, 40 oC, 50 oC, dan 60 oC. Secara
berturut-turut untuk sistem 1 yaitu 96,8716112., 97,5152763.,
97,1934438., 94,6187834 dan 98,4807746. Sedangkan untuk sistem 2
yaitu: 98033,0919., 10033,767., 100700,659., 98699,9837 dan
102367,889.
2. Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya agar lebih teliti dalam
mencampurkan antara tabung satu dan tabung dua, agar tidak terjadi
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Khathir, Rita. Ratna, dan Rama Niza Putri. 2014. Penentuan Umur Simpan
Lengkuas dengan Model Arrhenius Berd Kadar Air dan Kadar Sari Larut
dalam Air. Jurnal Rona Teknik Pertanian. Vol. 7 no. 1.
Tim Dosen Kimia Fisik. 20117. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Makassar:
Jurusan Kimia FMIPA UNM
Tri Bazuki Kris dan Dwi Biyantoro. 2013. Kinetika reaksi pemisahan Zr – Hf
pada ekstraksi cair – cair dalam media asam nitrat. Jurnal teknik bahan
nuklir. Vol.7. No. 1