Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
A. JUDUL PERCOBAAN
Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi
B. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan percobaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan hubungan laju reaksi dengan temperatur.
2. Menentukan konstanta laju reaksi dan menghitung energi aktivasi (Ea)
dengan menggunakan persamaan Arrhenius.
C. LANDASAN TEORI
Bidang kimia yang mengkaji kecepatan atau laju terjadinya reaksi kimia
dinamakan kinetika kimia (Chemical kinetics).Kata “kinetik” menyiratkan
gerakan atau perubahan, energi kinetika sebagai energi yang tersedia karena
gerakan suatu benda.Kinetika merujuk pada laju reaksi (reaction rate) yaitu
perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu.Kita telah mengetahui
bahwa setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan umum:
Reaktan produk
Persamaan ini memberitahukan bahwa selama berlangsungnya suatu reaksi
molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk. Sebagai hasilnya,
kita dapat mengamati jalannya reaksi dengan cara memantau turunnya konsentrasi
reaktan atau naiknya konsentrasi produk (Chang, 2005: 30).
Laju suatu reaksi kimia hanya bergantung pada beberapa konsentrasi, dan
jumlah perpangkatan konsentrasi ini diistilahkan dengan orde reaksi.Hal ini
dikarenakan reaksi kimia terjadi dalam beberapa langkah atau tahap (disebut
mekanisme) dan laju keseluruhan reaksi sering ditentukan oleh laju tahap yang
paling lambat.Meskipun setiap tahap reaksi kimia lainnya terjadi dengan segera,
laju reaksi secara keseluruhannya tidak dapat melebihi laju dari tahap yang paling
lambat tersebut. Persamaan laju diferensial seperti diatas tidak
banyak digunakan oleh para ahli kimia sehingga terbiasa untuk
mengintegralkan persamaan laju tersebut untuk mendapatkan persamaan yang
lebih berguna (Cairns, 2008 : 195-196).
Suatu reaksi sederhana dimana molekul A diubah menjadi molekul B,
menurunnya jumlah molekul A dan meningkatnya jumlah molekul B seiring
dengan waktu. Jadi untuk reaksi sederhana kita dapat menyatakan laju sebagai:
∆(A)
Laju = -
∆t
Karena ∆(A) adalah perubahan konsentrasi (dalam molaritas) selama waktu ∆t,
Karena konsentrasi A menurun selama selang waktu berikut. Salah satu untuk
mengkaji pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi ialah dengan
menetukan bagaimana laju awal bergantung pada konsentrasi awal. Pada
umumnya, yang lebih disukai adalah mengukur laju awal karena sewaktu reaksi
berlangsung konsentrasi reaktan menurun dan akan sulit mengukur perubahannya
secara akurat (Chang, 2005: 30, 33).
Pada sebagian besar reaksi kimia, peningkatan suhu akan menyebabkan
terjadinya peningkatan yang sesuai pada laju reaksi, yang dapat diukur melalui
peningkatan k, tetapan laju reaksi. Sebagai gambaran yang sangat kasar,
peningkatan suhu sebesar 10°C akan meningkatkan laju reaksi kira-kira dua
kalinya. Ahli kimia Swedia, Arrhenius, pertama kali menyatakan secara
matematika hubungan laju reaksi dengan suhu (Cairns, 2008 : 202).
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang
menggambarkan kerbergantungan konstanta laju reaksi pada suhu. Persamaan
yang diusulkan Arrhenius itu adalah sebagai berikut:
Ea
k = Ae−RT
k = konstanta laju reaksi
A = faktor frekuensi
Ea = Energi aktivasi
Persamaan di atas sering kali ditulis dalam bentuk logaritma sebagai berikut:
Ea
ln k = ln A - RT (Tim dosen kimia fisik II, 2019: 5).
Yang mana Ea adalah energi aktivasi, R adalah konstanta gas (8,314 J/K mol), T
adalah suhu mutlak dan e adalah basis skala logaritma natural. Besaran A
menyatakan frekuensi tumbukan dan dinamakan faktor tumbukan.Faktor ini dapat
dianggap sebagai konstanta untuk sistem reaksi tertentu dalam kisaran suhu yang
cukup lebar. Persamaan di atas menunjukkan konstanta laju berbanding lurus
dengan A dengan begitu berbanding lurus dengan frekuensi tumbukan. Karena
tanda minus untuk eksponen Ea/RT maka konstanta laju menurun dengan
meningkatnya energi aktivasi dan meningkatnya konstanta laju dengan
meningkatnya suhu (Chang, 2005: 45).
Investasi awal energi untuk memulai suatu reaksi energy yang diperlukan
untuk memutuskan ikatan pada molekul reaktan dikenal sebagai energi bebas
untuk aktivasi, atau energi aktivasi, yang disingkat dengan Ea. Energi aktivasi
digambarkan oleh bagian tanjakan bukit, dengan kandungan energi bebas reaktan
yang semakin meningkat. Penyerapan energy panas akan meningkatkan kecepatan
reaktan, sehingga reaktan tersebut bertubrukan lebih sering dan lebih bertenaga.
Selain itu, agitasi termal (perangsangan oleh panas) pada atom-atom dalam
molekul tersebut membuat ikatan itu lebih mudah putus. Pada puncak, reaktan
berada dalam kondisi tidak stabil yang dikenal sebagai keadaan transisi; reaktan
telah berada dalam kondisi siap, dan reaksi bisa terjadi (Campbell, 2002: 98).
Energi aktivasi untuk reaksi elementer selalu positif (meskipun dalam
beberapa kasus dapat sangat kecil) sebab selalu ada semacam halangan energi
yang harus dilampaui.Jadi laju reaksi elementer meningkat dengan meningkatnya
suhu. Hal ini tidak selamanya benar untuk laju reaksi keseluruhan yang terdiri atas
lebih dari satu reaksi elementer. Kadang-kadang terdapat “energi aktivasi negatif”
sehingga laju reaksi keseluruhan melambat pada suhu yang lebih tinggi. Katalis
mempercepat laju reaksi dengan meningkatkan faktor A Arrhenius, atau, yang
lebih sering adalah dengan menurunkan energi aktivasi Ea dengan
memberikan kompleks teraktifkan baru dengan energi potensial yang lebih
rendah (Oxtoby, 2001: 437, 441).
Nilai energi aktivasi tersebut dipengaruhi oleh pH, bahwa pada suasanan
yang semakinasam, maka diperoleh energi aktivasi yang semakin besar. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa suhu mempengaruhi stabiltas amlodipin
bersilatas pada berbagaisuhu percobaan. Peningkatan suhu menyebabkan nilai
tetapan laju degradasi amlodipin bersilat meningkat atau menyebabkan stabilitas
amlodipine bersifat menurun (Minarsih, 2011: 30).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Rak tabung reaksi 2 buah
b. Tabung reaksi besar 10 buah
c. Tabung reaksi kecil 5 buah
d. Gelas ukur 10 mL 3 buah
e. Pipet tetes 4 buah
f. Gelas kimia 250 mL 2 buah
g. Kasa asbes 1 buah
h. Kaki tga 1 buah
i. Pembakar spiritus 1 buah
j. Klem kayu 2 buah
k. Termometer 110oC 2 buah
l. Lap kasar 1 buah
m. Lap halus 1 buah
n. Stopwatch 1 buah
o. Botol semprot 1 buah
2. Bahan
a. Kalium iodida 0.1 M (KI) )
b. Kanji / amilium 3% (C6H10O5)
c. Amonium persulfat 0,04 M ((NH4)2S2O8)
d. Natrium tiosulfat 0,001 M (Na2S2O3)
e. Es batu (H2O(s))
f. Aquades (H2O(l))
g. Korek api
E. PROSEDUR KERJA
1. Untuk Sistem I
a. Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih.
b. Pada tabung 1 dimasukkan 2,5 mL (NH4)2S2O8 0,04 M kedalam tabung
kemudian ditambah dengan 2,5 mL H2O.
c. Pada tabung 2,5 mL KI 0,1 M dimasukkan dalam tabung reaksi
kemudian ditambah dengan 0,5 mL Na2S2O3 0,001 M dan 0,5 mL kanji
3%
d. Kedua tabung didinginkan dalam air es sampai suhu kedua taung
mencapai 200C.
e. Isi larutan pada tabung 1 dimasukkan kedalam tabung 2 dan dituang
kembali ke tabung 1 dengan cepat.
f. Stopwatch dijalankan dan diukur waktu yang diperlukan campuran
sampai tampak warna biru untuk pertama kali.
g. Langkah a,b,c,e dan f diatas diulang untuk suhu 300C, 400C, 500C dan
600C dengan cara dipanaskan.
2. Untuk Sistem 2
a. Disediakan 2 buah tabung reaksi besar yang bersih
b. Pada tabung 1, 3,5 mL (NH4)2S2O8 dimasukkan dalam tabung reaksi dan
ditambah dengan 1,5 mL H2O.
c. Pada tabung 2, 4 mL KI 0,1 M dan 1 mL H2O dimasukkan dalam tbung
reaksi kemudian ditambah dengan 0,5 mL Na2S2O3 0,001 M dan 0,5 mL
kanji 3%.
d. Kedua tabung didinginkan dalam air es sampai suhu kedua tabung 2 dan
dituang kembali ke tabung 1 dengan cepat.
e. Isi larutan pada tabung 1 dimasukkn kedalam tabung 2 dan dituang
kembali ke tabung 1 dengan cepat.
f. Stopwatch dijalankan dan diukur waktu yang diperukan campuran
sampai tampak warna biru untuk pertama kali.
g. Langkah a,b,c,e dan f diulang untuk suhu 300C, 400C, 500C dan 600C
dengan cara dipanaskan.