KIMIA FISIKA
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK : 7 DAN 8
SITI AISYAH NASUTION (15035043)
SRI HANDAYANI (15035044)
SRI RAHAYU (15035045)
MIRA PERMATASARI (15035033)
AULIA ZEBINA (15035055)
NOVIA (15035036)
ASISTEN DOSEN:
STEVANI YUDARMI
SHERLIN OKTAVIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
A . TUJUAN
Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat
berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E menotasikan energi dan a yang ditulis
subscribe menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia
membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung.
Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan sebagainya
disuplai dari luar sistem. Pada reaksi eksoterm, yang membebaskan energi, ternyata juga
membutuhkan suplai energi dari luar untuk mengaktifkan reaksi tersebut.
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan
tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi penyusunan
ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda ( membentuk senyawa
produk ). Dalam penyusunan ini, akan ada pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan yang baru,
yang membutuhkan sejumlah energi. Ketika beberapa ikatan reaktan putus dan beberapa ikatan
baru terbentuk, tercapailah suatu keadaan dimana dalam sistem terdapat sejumlah reaktan dan
produk. Keadaan ini kita sebut sebagai transisi kompleks.
Dalam keadaan transisi kompleks, memiliki campuran antara produk dan reaktan yang
cenderung kurang stabil, karena produk yang terbentuk dapat membentuk reaktan kembali.
Keadaan ini memiliki energi yang cukup tinggi, karena sistem tidak stabil.
Proses untuk mencapai keadaan transisi kompleks membutuhkan energi yang disuplai dari
luar sistem. Energi inilah yang disebut dengan energi aktivasi. Pada reaksi endoterm ataupun
eksoterm, keduanya memiliki energi aktivasi yang positif, karena keadaan transisi kompleks
memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan (Vogel, 1994).
Menurut teori tumbukan,molekul A dan B akan bereaksi menjadi C apabila kedua molekul
tersebut bertumbukan secara intensif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
yaitu :
1. Luas permukaan
2. Konsentrasi
3. Temperatur
4. Katalis
Konsentrasi sangat berpengaruhi terhadap jumlah tumbukan – tumbukan yang terjadi
semakin besar konsentrasi A maupun B maka makin sering terjadi tumbukan diantara
keduannya,sehingga makin besar pula kemungkinan terbentuknya C. Demikian pula dengan luas
permukaan,semakin besar luas permukaan akan memperluas bidang tumbukan sehingga waktu
yang diperlukan untuk membentuk C pun semakin sedikit. Katalis adalah suatu zat kimia yang
ditambahkan pada reaktan dengan tujuan untuk menurunkan energi aktivasi sehingga reaksi
dapat berlangsung lebih cepat (spontan). Besar kecilnya temperatur yang diberikan pada saat saat
reaksi akan mempengaruhi gerakan. Gerakan partikel yang semakin cepat akan mempercepat
terjadinya tumbukan yang intensif sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat. (Atkins, 1994)
Terdapat istilah energi aktivasi. Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan
oleh suatu reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol atau lambang
Ea dengan E menotasikan energi dan a menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna
bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung.
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan
tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka dalam terjadi penyusunan
ulang ikatan dalam senyawa menjadi susunan ikatan yang berbeda.
Dalam penyusunan ini, akan ada pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan yang baru,
yang membutuhkan sejumlah energi. Ketika beberapa ikatan reaktan putus dan beberapa ikatan
baru terbentuk, tercapailah suatu keadaan dimana dalam sistem terdapat sejumlah reaktan dan
produk. Keadaan ini kita sebut sebagai transisi kompleks.
Dalam keadaan transisi kompleks, memiliki campuran antara produk dan reaktan yang
cenderung kurang stabil, karena produk yang terbentuk dapat membentuk reaktan kembali.
Keadaan ini memiliki energi yang cukup tinggi, karena sistem tidak stabil. (Castellan, 1982).
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang menggambarkan
ketergantungan konstanta laju reaksi pada suhu, persamaannya:
k = A e-Ea/RT
Hasil integralnya pada keadaan K1 dan K2 pada T1 dan T2 adalah :
k 2 Ea 1 1
ln = ( − )
k1 R T1 T 2
( Tim Kimia Fisika 2. 2017)
Persamaan tersebut analog dengan persamaaan garis lurus, yang sering disimbolkan
dengan y = mx +c, maka hubungan antara energi aktivasi suhu dan laju reaksi dapat dianalisis
dalam bentuk grafik ln k vs 1/T dengan gradien –(Ea/RT) dan intersep ln A.
Laju reaksi menyatakan besarnya perubahan konsentrasi pereaksi (reaktan) atau hasil
reaksi (produk) dalam satuan waktu. Atau laju pengurangan konsentrasi molar salah satu
pereaksi atau pertambahan konsentrasi molar salah satu produk per satuan waktu.
Reaktan → produk
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi:
1. Konsentrasi
konsentrasi zat berkaitan dengan jumlah partikel zat terlarut. makin besar konsentrasi zat,
maka jumlah partikel zat terlarut akan makin banyak dan jarak antar partikel makin dekat,
sehingga kemungkinan tumbukan makin sering terjadi dan reaksi berlangsung lebih cepat.
dengan demikian makin besar konsentrasi zat, makin cepat terjadinya reaksi.
2. Suhu
Pada umumnya jika suhu dinaikkan, laju reaksi bertambah cepat. hal ini disebabkan makin
tinggi suhunya kecepatan gerak partikel-partikel pereaksi dan energi kinetik partikel akan ikut
meningkat, sehingga makin banyak partikel yang memiliki energi kinetik di atas energi
pengaktifan.
3. Luas permukaan
Zat yang berbentuk serbuk akan mempunyai permukaan yang lebih luas bila dibandingkan
dengan zat yang berbentuk kepingan atau butiran, sehingga bidang sentuhnya lebih banyak untuk
bertumbukan dengan zat lain. akibatnya zat yang berbentuk serbuk, reaksinya lebih cepat
daripada zat yang berbentuk kepingan atau butiran.
4. Katalisator
Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan energi
aktivasi, sehingga kompleks teraktivasi lebih cepat terbentuk dan laju reaksimenjdi lebih cepat. (
Pettrucci, 1987 ).
Di dalam ilmu kimia, energi aktivasi merupakan sebuah istilah yang diperkenalkan oleh
Svante Arrhenius, yang didefinisikan sebagai energi yang harus dilampaui agar reaksi kimia
dapat terjadi. Energi aktivasi bisa juga diartikan sebagai energi minimum yang dibutuhkan agar
reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Energi aktivasi sebuah reaksi biasanya dilambangkan sebagai
Ea, dengan satuan kilo joule per mol (KJ/mol).
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan
tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi penyusunan
ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda (membentuk senyawa
produk). Tercapainya suatu keadaan dimana dalam sistem terdapat sejumlah reaktan dan produk.
Keadaan ini disebut sebagai transisi kompleks.
Proses untuk mencapai keadaan transisi kompleks membutuhkan energi yang disuplai dari
luar sistem. Energi inilah yang disebut dengan energi aktivasi. Pada reaksi endoterm ataupun
eksoterm, keduanya memiliki energi aktivasi yang positif, karena keadaan transisi kompleks
memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan.
( Dogra, 2008
Alat :
1. K2S2O8 3. Na2S2O3
2. Amilum 4. Batu es
Disiapkan system seperti tabel dibawah ini, pada tabung-tabung reaksi yang terpisah
Mencampurkan isi kedua tabung kedalam gelas kimia, dalam waktu yang cepat dipindahkan ke
dalamgelaskimia lain
Jalankan stopwatch danmengukur waktu yang diperlukan campuran sampai tampak wakna biru
Mencatat suhu sebagais uhu akhir (suhu reaksi merupakan rata-rata dari kedua suhu tadi)
Mengulangi prosedur di atas untuk suhu-suhu lain (antara 0-40° C), setiap kali melakukan
percobaan, catat suhu dan waktu reaksi yang diperlukan
D. TABEL PENGAMATAN
∑X = ∑Y = - ∑X2 =
0,0167 11,29 ∑XY = 5,583 x
-0,0509 10-5
E. Perhitungan
y = -7488.5x + 22.753
R2 = 0.9482
ln 1 / T = In A - Ea/R .1/T
b a x
Maka :
a = -7488,5
b = 22,753
berarti - Ea / R = a
0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035 0.00355
-0.5
-1
-1.5
-2 y
-2.5
-3
-3.5
-4
F. Pembahasan
Percobaan ini yaitu tentang tentang persamaan Arrhenius dan energi aktivasi.
bertujuan untuk melihat bagaimana ketergantungan konstanta laju reaksi pada suhu dan
menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius.
Percobaan 1, mereaksikan S2O82- dengan air pada tabung reaksi 1 dan ion I- , S2O3-
ditambah larutan kanji 3% ditabung reaksi 2. lalu kedua larutan tersebut dicampur dalam
gelas kimia secara bersamaan, dan mengamati apa reaksi yang terjadi. Lalu ini dilakukan
pada suhu 0-40 C.
Penambahan S2O82- dengan air tidak bereaksi apapun, karena ini hanya melarutkan
S2O8 2- saja. Lalu saat kedua tabung dicampur kedalam gelas kimia, menimbulkan warna biru.
Ini merupakan hasil dari reaksi antara ion 2I- (dari tabung reaksi 2) dengan ion S2O8- (dari
tabung reaksi 1)
Adapun reaksinnya :
Suhu yang digunakan pada percobaan ini tidak boleh lebih dari 40° C , karena
persamaan Arrhenius hanya berlaku pada suhu rendah <40° C . Pada suhu lebih dari 40° C ,
energi aktivasinya akan besar sehinnga pergerakan partikelnya semakin cepat, yang membuat
persamaan Arrhenius tidak berlaku lagi.
1 1
Pada percobaan, ln dianggap sama dengan laju reaksi. Dari data percobaan (
waktu T
1 1 1
dan ln ) dapat dibuat grafik . dari grafik ln 1/waktu Vs ln k akan didapatkan slop = -
t t T
Ea
7488,5 . Dengan menggunakan harga slope akan didapatkan harga energi aktivasi yaitu
RT
62259,38
G. Kesimpulan
1. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu: konsentrasi, kereaktifan, suhu, dan luas
permukaan,dalam pratikum ini kita melihat pengaruh suhu terhadap laju reaksi, di dapat
bahwa semakin tinggi suhu maka nilai k akan samakin besr juga
1. Bila reaksi diatas dilakukan pada suhu diatas 40℃ ternyata akan terdapat
penyimpangan dari persamaan Arrhenius. Berikan alasan yang mungkin
menyebabkan penyimpangan diatas.
Jawab :
Karena pad suhu tinggi energi kinetik dari molekul reaktan akan bertambah dengan
sangat besar sehingga persamaan Arrhenius tidak bisa digunakan lagi.
k = Ae-Ea/RT
Ea
ln k = ln -
RT
1 Ea
ln = ln A -
t RT
KEPUSTAKAAN