com
Teori yang menjelaskan reaksi kimia berdasarkan pada tumbukan molekul tidak cukup kuat sampai
dekade awal abad kedua puluh. Teori kinetik molekul yang pertama dikembangkan. Tercatat adanya
distribusi energi kinetik dan laju molekul – molekul senyawa gas. Jumlah tumbukan antara molekul –
molekul persatuan waktu dapat diturunkan dari teori kinetika molekul. Jumlah tersebut disebut
frekuensi tumbukan.
Hanya sebagian tumbukan saja yang menghasilkan reaksi. Hal ini didasarkan pada dua faktor : (1)
Hanya molekul – molekul yang lebih energetik dalam campuran reaksi yang akan menghasilkan reaksi
sebagai hasil tumbukan. (2) Kemungkinan (probabilitas) suatu tumbukan tertentu untuk menghasilkan
reaksi kimia tergantung dari orientasi molekul yang bertumbukan.
Energi yang harus dimiliki oleh molekul untuk dapat bereaksi disebut energi aktivasi. Dengan teori
kinetik molekul dapat ditentukan berapa fraksi dari seluruh molekul yang ada yang memiliki energi
melebihi nilai tertentu. Pikirkanlah bahwa laju reaksi kimia tergantung pada hasilkali frekuensi
tumbukan dengan fraksi dari molekul yang memiliki energi sama atau melebihi energi aktivasi. Karena
fraksi dari molekul teraktifkan ini biasanya sangat kecil, laju reaksi jauh lebih kecil dari pada frekuensi
tumbukannya sendiri. Tambahan lagi, semakin tinggi nilai energi aktivasi, semakin kecil fraksi molekul
yang teraktifkan dan semakin lambat reaksi berlangsung.
Untuk membayangkan reaksi
A2(g) + B2(g) → 2 AB(g)
Menurut pengertian teori tumbukan, anggaplaah bahwa selama tumbukan antara molekul A2 dan B2,
ikatan – ikatan A – A dan B – B putus dan ikatan A – B terbentuk. Hasilnya adalah perubahan pereaksi
– preaksi A2 dan B2 menjadi hasil reaksi AB. Molekul – molekul harus mempunyai orientasi tertentu
bila tumbukan akan efektif untuk menghasilkan reaksi kimia.
Bila dinyatakan frekuensi tumbukan sebagaiZ, fraksi molekul teraktifkan sebagai f, dan faktor
probabilitas sebagai p, laju reaksi kimia memiliki rumusan
laju reaksi = p. f. Z
Frekuensi tumbukan berbanding lurus dengan konsentrasi molekul – molekul yang terlibat dalam
tumbukan (katakanlah A dan B). Dengan demikian,Z dapat diganti dengan [A] x [B], dan rumusan
laju reaksi yang lebih dikenal ini dapat dituliskan
Laju reaksi = p.f [A] [B] = k [A] [B]
Teori tumbukan tampaknya membawa kita ke arah persamaan laju reaksi kimia yang umum, tetapi ada
beberapa kekurangan pada hasil yang telah dikemukakan. Persamaan di atas menunjukkan sebuah
reaksi dengan orde total dua, tetpi telah diketahui bahwa orde – orde reaksi lain mungkin ada.
Satu alternatif penting tentang teori tumbukan telah dikembangkan oleh ahli kimia Amerika,
Henry Eyring (1901 – 81), dan yang lainnya. Toeri ini dipusatkan pada spesies antara (intermediate
species) yang disebut kompleks teraktifkan, yang terbentuk selama tumbukan energetik. Spesies ini ada
dalam waktu yang sangat singkat, dan kemudian terurai, dapat kembali menjadi pereaksi – pereaksi
awal (dalam hal ini tidak ada reaksi) atau menjadi molekul hasil reaksi.
Pada kompleks teraktifkan terdapat ikatan lama yang meregang mendekati putus, dan ikatan
baru hanya terbentuk sebagian. Hanya bila molekul – molekul yang bertumbukan mempunyai jumlah
energi kinetik yang besar untuk disimpan dalam spesies tergangkan tersebut maka kompleks teraktifkan
akan terbentuk. Energi yang dibutuhkan tersebut dinamakan energi aktivasi.
Secara praktik telah diketahui bahwa reaksi – reaksi kimia cenderung berlangsung lebih cepat
pada suhu yang tinggi. Kita mempercepat reaksi biokimia tertentu dengan meningkatkan suhu,
misalnya pada pemasakan makanan. Di lain pihak kita memperlambat beberapa reaksi dengan
menurunkan suhu, seperti halnya pendinginan atau pembekuan makanan untuk mencegah pembusukan.
Sekarang kita mempunyai penjelasan mengenai pengaruh suhu terhadap laju reaksi : Peningkatan suhu
meningkatkan fraksi molekul yang memiliki energi melebihi energi aktivasi (Ralph. H. Petrucci, 1985).