Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN 1

PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA


JENIS GAS

I. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan berat molekul senyawa


volatile berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan persamaan
gas ideal.

II. Prinsip

Prinsip dari percobaan ini adalah berdasar kerapatan suatu gas dari cairan
volatile yang merupakan gas ideal dapat ditentukan berat molekul senyawanya.

III. Tinjauan Pustaka


Untuk menentukan atau menghitung BM suatu gas dapat digunakan
beberapa cara, yaitu cara Regnault, yaitu menggunakan BM gas pada suhu kamar
berbentuk gas, cara Victor Meyer, cara Limitting dencing (Robert, 1992).
Gas bisa dicirikan dengan berbagai cara. Semua gas akan memuai
memenuhi ruangan dan akan menyerupai bentuk ruang tempatnya berada. Semua
zat yang bersifat gas dapat berbaur dengan sesamanya dan akan bercampur dalam
segala perbandingan, karena itu semua campuran gas adalah campuran homogen
(Petrucci, 1987).
Gas terdiri dari molekul-molekul yang bergerak menurut jalan-jalan yang
lurus ke segala arah, dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul-molekul gas
ini selalu bertumbukan dengan molekul-molekul yang lain atau dengan dinding
bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini yang menyebabkan adanya
tekanan. Volume dari molekul-molekul gas sangat kecil bila dibandingkan dengan
yang ditempati oleh gas tersebut, hingga sebenarnya banyak ruang yang kosong
antara molekul-molekulnya. Hal ini yang menyebabkan gas mempunyai rapat
yang lebih kecil daripada cairan atau zat padat. Hal ini juga yang menyebabkan
gas bersifat kompresibel atau mudah ditekan. Karena molekul-molekul gas selalu
bergerak ke segala arah, maka gas yang satu mudah bercampur dengan gas yang
lain (diffusi), asal keduanya tidak beraksi. Misalnya N2 dan O2; CO2 dan H2; dan
sebagainya. Dalam pembicaraan tentang gas, semua gas dibagi menjadi dua jenis :
a. Gas Ideal :
Yaitu gas yang mengikuti secara sempurna hukum-hukum gas (Boyle, Gay
Lussac; dsb.)
b. Gas Non Ideal atau Nyata:
Yaitu gas yang hanya mengikuti hukum-hukum gas pada tekanan rendah.
Gas ideal sebenarnya tidak ada, jadi hanya merupakan gas hipotesis. Semua gas
sebenarnya tidak nyata. Pada gas ideal dianggap, bahwa molekul-molekulnya
tidak tarik-menarik dan volume molekulnya dapat diabaikan terhadap volume gas
itu sendiri atau ruang yang ditempati. Sifat ideal ini hanya didekati oleh gas
beratom satu pada tekanan rendah dan pada temperatur yang relatif tinggi. Dengan
menganggap bahwa rumus gas ideal diikuti oleh gas nyata pada tekanan rendah,
BM gas dapat dicari dengan mempergunakan rumus gas ideal :
W
PV  nRT RT
M
WRT RT
M  d
PV P
M = berat molekul gas d = density gas W = berat gas
Cara Victor Meyer dipakai untuk menentukan BM zat cair yang mudah menguap.
(Sukarjo, 1997).
Hukum yang mula-mula diajukan oleh Robert Boyle pada tahun 1662,
yang bertindak atas sarana sistennya, John Townley, ini membuktikan bahwa pada
temperatur tetap, volume sejumlah tertentu gas berbanding terbalik dengan
tekanannya. Hukum Boyle digunakan untuk meramalkan tekanan gas jika
volumenya berubah (atau sebaliknya). Jika nilai mula-mula tekanan dan volume
adalah p1 dan V1 dan karena hasil kali pV tetap, nilai akhir p 2 dan V2 harus
memenuhi :
p2V2 = p1V1 (pada n, T tetap)
(Atkins, 1999).
Rapatan gas berbeda dengan tetapan rapatan padatan dan cairan dalam
beberapa hal penting. Pertama, rapatan gas umumnya dinyatakan dalam g/L bukan
g/cm3. Kedua, rapatan gas sangat erat tergantung pada tekanan dan suhu,
meningkat jika tekanan gas meningkat dan menurun jika suhu turun. Rapatan
cairan dan padatan juga tergantung pada tekanan. Ketiga, rapatan gas berbanding
langsung terhadap massa molar. Tidak ada hubungan sederhana yang terdapat
antara rapatan dan massa molar untuk cairan dan padatan (Oxtoby, 2002 ).

IV. Metodologi

4.1. Alat dan Bahan

4.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas beker besar,
erlenmeyer 250 ml, neraca analitik, desikator, karet gelang, dan jarum.
4.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah aluminium foil dan cairan volatile.
Cairan volatile yang digunakan antara lain kloroform dan aseton.

Rangkaian Alat

Lubang kecil
Aluminium Karet gelang
Foil

± 1 cm
Air mendidih
Erlenmeyer Gelas piala

Cairan volatile 5 ml
Uap cairan X
Api

4.2 Prosedur Percobaan


4.2.1. Penimbangan Erlenmeyer
a. Erlenmeyer dibersihkan dengan tissue kering.
b. Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil dan dikencangkan
dengan karet gelang.
c. Erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang ditimbang di
neraca analitik.

4.2.2 Pemasukan cairan volatile ke dalam erlenmeyer


a. Cairan volatile dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
b. Ditutup kembali dengan aluminium foil hingga kedap gas.
c. Dibuat lubang kecil pada aluminium foil dengan menggunakan
jarum.

4.2.3 Pemanasan Cairan Volatile


a. Erlenmeyer yang berisi cairan volatile direndam dalam penangas
hingga semua cairan menguap.
b. Temperatur penangas air dicatat.
c. Erlenmeyer diangkat dan dibersihkan, lalu diletakkan dalam
desikator.
d. Setelah kering, erlenmeyer ditimbang dengan neraca analitik.
e. Massa uap ditentukan.

4.2.4 Menentukan Massa Air


a. Erlenmeyer kosong ditimbang di neraca analitik.
b. Erlenmeyer diisi air sampai penuh, lalu ditimbang kembali.
c. Massa air ditentukan, dengan mengurangkan berat erlenmeyer
kosong dari erlenmeyer yang berisi air.
d. Temperatur air dan tekanan atmosfer ditentukan.

V. Hasil dan Pembahasan


5.1 Hasil Percobaan
5.1.1 Aseton
No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1 Menimbang erlenmeyer + karet gelang + Massa = 118, 93 g
aluminium foil
2 Massa erlenmeyer setelah dipanaskan lalu Massa = 119,52 g
dimasukkan dalam desikator.
3 Massa cairan aseton yang tertinggal dalam Makhir - Mawal =
erlenmeyer = massa uap 119,52 – 118, 93 = 0,59 g.
4 Mencatat temperatur penangas T = 640 C
5 Menentukan massa erlenmeyer Massa = 118,37 g
6 Mengukur massa air M(Erlenmeyer = air) – Merlenmeyer =
420,8 – 118,37=302,43 g
7 Mengukur temperatur air T = 300 C

5.1.2 Kloroform
No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1 Menimbang erlenmeyer + karet gelang + Massa = 99,02 g
aluminium foil
2 Massa erlenmeyer setelah dipanaskan lalu Massa = 100,32 g
dimasukkan dalam desikator.
3 Massa cairan kloroform yang tertinggal dalam Makhir - Mawal =
erlenmeyer = massa uap 100,32 – 99,02 = 1,3 g.
4 Mencatat temperatur penangas T = 750 C
5 Menentukan massa erlenmeyer Massa = 98,26 g
6 Mengukur massa air M(Erlenmeyer = air) – Merlenmeyer =
405,7 – 98,26= 307,44 g
7 Mengukur temperatur air T = 29,50 C

5.2 Perhitungan
5.2.1 Aseton
Diketahui :
Massa air = 302,43 g
Massa jenis air = 1 g/ml = 1000 g/l
Massa uap aseton = 0,59 g
Suhu air = 29,50 C = 302,5 K
Suhu ketika aseton menguap = 750 C = 348 K
R = 0,08205 atm L/K mol
P = 1 atm
Ditanyakan : BM aseton
Penyelesaian :
BMaseton =
massa air 302,43g
Verlenmeye r    0,32043l
massa jenis air 1000 g / l

massa uap 0,59 g


 aseton    1,9509 g / l
volume erlenmeyer 0,30243l

PV  nRT
W
PV  RT
BM
W RT
BM 
V P

RT

P
0,082.348K
BM  1,9509
1atm
1,9509 . 28,536

1atm
 55,67 g / mol

5.2.2 Kloroform
Diketahui :
Massa air = 307,44 g
Massa jenis air = 1 g/ml = 1000 g/l
Massa uap kloroform = 1,3 g
Suhu air = 29,50 C = 302,5 K
Suhu ketika aseton menguap = 640 C = 337 K
R = 0,08205 atm L/K mol
P = 1 atm
Ditanyakan : BM kloroform
Penyelesaian :
BMkloroform = 119,5 g/mol
massa air 307,44 g
Verlenmeye r    0,30744l
massa jenis air 1000g / l

massa uap 1,3 g


 aseton    4,2285g / l
volume erlenmeyer 0,30744l

PV  nRT
W
PV  RT
BM
W RT
BM 
V P

RT

P
0,082 . 337 K
BM  4,2285
1atm
4,2285 . 27,634

1atm
 116,85 g / mol

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh massa jenis aseton adalah


1,9509 g/L. Dengan menggunakan persamaan gas ideal maka diperoleh BM
senyawa volatil tersebut. Dari perhitungan didapatkan BM aseton, yakni 55,67
g/mol. Sedangkan pada kloroform, diperoleh massa jenisnya aseton sebesar
4,2285 g/L, sehingga BM aseton yang didapat berdasarkan perhitungan
sebesar 116,85 g/mol.
Nilai berat molekul hasil perhitungan aseton dan kloroform sebenarnya
masih jauh dari nilai sebenarnya, berarti percobaan ini mengandung kesalahan.
Nilai sebenarnya berat molekul aseton adalah 58,08 g/L, sedangkan hasil
perhitungan sebesar 55,67 g/L. Nilai sebenarnya dari berat molekul kloroform
adalah 119,5 g/L, akan tetapi hasil yang didapat berdasarkan perhitungan
sebesar 116,85 g/mol.
Yang menjadi kesalahan dalam percobaan ini adalah pada saat
pendinginan, tidak semua uap aseton kembali ke bentuk cairnya. Ini
disebabkan karena tidak semua gas dalam erlenmeyer mencair, sehingga
mengurangi massa cairannya. Hal ini terlihat dari kecilnya massa kloroform
dan aseton. Selain itu, pada saat pembersihan erlenmeyer, praktikan
menggunakan lap halus. Sehingga serat-serat kain tersebut masih menempel di
erlenmeyer dan mempengaruhi massanya ketika ditimbang.
Dari BM aseton dan kloroform yang didapat, diketahui bahwa BM
aseton lebih kecil daripada BM kloroform. Ini dapat dilihat dari lebih cepatnya
cairan aseton menguap daripada kloroform ketika dipanaskan. Suhu penangas
menunjukkan 640 C ketika seluruh cairan aseton menguap, sedangkan ketika
semua larutan kloroform menguap, suhu penangas menunjukkan 750 C. Ini
membuktikan bahwa cairan aseton lebih cepat menguap daripada kloroform.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi percobaan kali ini yaitu
antara lain; penimbangan bahan dan alat yang digunakan tidak akurat,
pengukuran suhu pada saat percobaan tidak tepat serta kesetimbangan dinamis
antara gas didalam erlenmeyer dan diluar erlenmeyer saat percobaan belum
tercapai.
VI. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :


1. Penentuan berat molekul senyawa volatile dapat
dilakukan dengan mengukur massa jenis senyawa dan menggunakan persamaan
gas ideal.
2. BM aseton yang didapatkan dari perhitungan
sebesar 55,67 g/mol, sedangkan BM sebenarnya 58,08 g/mol.
3. BM kloroform yang didapat dari hasil perhitungan
sebesar 116,85 g/mol, sedangkan BM sebenarnya sebesar 119,5 g/mol.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins. 1999. Kimia Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga.


Oxtoby, DW. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1. Jakarta :Erlangga.
Petrucci, Ralp H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Robert A, Laberty. 1992. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Sukarjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : PT. Rineka Cipta
LAMPIRAN

1. Apakah yang menjadi sumber kesalahan utama dalam percobaan ini ?


2. Dari analisis penentuan BM suatu cairan X yang bersifat volatil diperoleh nilai 120
g/mol. Hasil analisis menunjukkan bahwa unsur tersebut mengandung karbon 10%,
klor 89%, dan hidrogen 1%. Tentukan rumus molekul senyawa tersebut!

Jawaban
1. Kesalahan utama dari percobaan ini, yaitu :
 Pada saat penimbangan labu erlenmeyer yang telah ditutup dengan aluminium
foil dan dikencangkan dengan karet gelang, labu erlenmeyer tersebut belum
kedap udara sehingga berat udara tersebut juga ikut tercatat oleh neraca analitik.
Sumbernya adalah tidak semua uap gas tidak mencair pada saat pendinginan.

2. Diketahui :BM cairan X = 120 g/mol


% unsur karbon = 10%
% unsur klor = 89%
% unsur hidrogen = 1%
Ditanya : Rumus molekul senyawa X
Penyelesaian :
Karbon (C) = 10% x 120 g/mol
= 12 g/mol
= 12
12
=1

Klor (Cl) = 89% x 120 g/mol


= 106,8 g/mol
= 106,8
35,5
=3
Hidrogen (H) = 1% x 120 g/mol
= 1,2
= 1,2
1
= 1,2 1
Perbandingan antara C : Cl : H = 1 : 3 : 1
Maka rumus molekul senyawa tersebut dapat dituliskan dengan menggunakan
hubungan antara rumus empiris dengan bobot molekul :
(RE)n = BM
(CHCl3) = 120
(12 + 1 + 106,5)n = 120
(119,5)n = 120
n =1
jadi rumus molekul senyawa tersebut adalah CHCl3

Anda mungkin juga menyukai