Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1.1.1 Menentukan kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut.
1.1.2

Menentukan Panas Kelarutan ( H 0 )

PbCl2, dengan menggunakan sifat

ketergantungan Ksp pada suhu.


1.2 Dasar Teori
1.2.1

Kelarutan
Kelarutan suatu zat adalah jumlah zat yang melarut dalam satu liter larutan
jenuh pada suhu tertentu, jumlah zat dapat dinyatakan dalam mol atau gram.
Kelarutan suatu zat biasanya juga dinyatakan sebagai massa dalam gram yang
dapat melarut dalam 100 gram pelarut membentuk larutan jenuh pada suhu tertentu.
Kelarutan molar suatu zat adalah jumlah mol zat yang melarut dalam satu liter
larutan jenuh pada suhu tertentu. Hasil kali kelarutan suatu garam adalah hasil kali
konsentrasi semua ion dalam larutan jenuh pada suhu tertentu dan masing-masing
ion diberi pangkat dengan koefisien dalam rumus tersebut (Achmad, 1996).

1.2.2

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan


1. Temperatur
2. Sifat dasar pelarut
3. Hadirnya ion-ion lain dalam larutan.
Dalam kategori terakhir ion-ion yang mungkin hadir dari ion-ion yang ada
dalam zat padat. Ion-ion yang bersama dengan ion zat padat itu membentuk
molekul yang sedikit sekali terdisosiasi atau ion kompleks (Day dan Underwood,
1996).
Menurut Suyanti, dkk, 2008, proses pengendapan merupakan proses
pemisahan yang mudah, cepat dan murah. Pada prinsipnya pemisahan unsur-unsur
dengan cara pengendapan didasarkan pada perbedaan besarnya harga hasil kali
kelarutan Ksp (solubility product constant). Proses pengendapan adalah proses
terjadinya padatan karena melewati besarnya Ksp, yang harganya tertentu dan
dalam keadaan jenuh. Untuk memudahkan, Ksp diganti dengan pKsp yang
1

merupakan log Ksp, yang besaran harganya adalah positif dan nilainya lebih dari
nol sehingga mudah untuk dimengerti:
xAy+(aq) + yBx-(aq)

AxBY (s)
Ksp = [Ay+]x [Bx-]y

Jika harga Ksp kecil atau pKsp besar maka unsur atau senyawa mudah
mengendap, jika harga Ksp besar atau pKsp kesil maka unsur atau senyawa sulit
mengendap.
1.2.3

KSP (solubility product constant)


AgCl

Ksp = [Ag+] [Cl-]

AgCrO4

Ksp = [Ag+]2 [CrO42-]

Ag3PO4

Ksp = [Ag+]3 [PO43-]

CaK2(SO4)2.6H2O

Ksp = [Ca2+] [K+]2 [SO42-]2

NH4MnPO4.6H2OKsp = [NH4+] [Mn2+] [PO43-]


Ksp suatu garam adalah ukuran kelarutan garam tersebut. Jika diketahui
kelarutan molar, maka Ksp dapat dihitung. Sebaliknya jika diketahui Ksp maka
dapat dihitung kelarutan molar. Selain daripada Ksp, kadang-kadang adalah lebih
mudah jika menggunakan pKsp yaitu negatif logaritma dari Ksp (-log Ksp). Secara
umum dapat dikatakan bahwa semakin kecil Ksp maka semakin besar pKsp. Harga
pKsp yang besar (positif) menunjukkan kelarutan yang kecil, pKsp yang kecil
(negatif) menunjukkan kelarutan besar (Achmad, 1996).
1.2.4

Pengaruh Ion Senama


Contoh NaCl dan Agcl mempunyai ino senama yaitu
AgCl juga mempunyai ion senama yaitu
Hal ini sesuai dengan

, AgNO3 dan

. Ion senama memperkecil kelarutan.

Azas le chatelier tentang pergeseran kesetimbangan ,

misalnya reaksi :

AgCl

Bila ke dalam larutan jenuh AgCl ditambahkan suatu klorida/ suatu garam
perak maka kesetimbangan akan bergeser dari kanan kekiri membentuk endapan
AgCl, berarti bahwa jumlah AgCl yang trlarut berkurang.
Jumlah AgCl yang mengendap adalah sedemikian hingga larutan tetap jenuh
dimana hasil kali konsentrasi ion

dengan

tetap sama dengan Ksp AgCl.

makin besar konsentrasi ion sesame makin kecil kelarutan. (Penuntun Praktikum
kimia fisika)
1.2.5

Reaksi Pengendapan
Hasil kali kelarutan ialah hasil kali konsentrasi ion ion suatu larutan yang
tepat jenuh. Timbal klorida ( PbCl2 ) sedikit larut dalam air. Kesetimbangan yang
terjadi pada larutan PbCl2 jenuh dituliskan sebagai berikut :
PbCl2

Pb

2 (aq )

+ 2Cl

(aq )

Konstanta keseimbangan termodinamika untuk persamaan reaksi diatas


adalah :

Ka

Pb 2 Cl
PbCl2

Karena aktivitas padatan murni = 1, maka persamaan diatas dapat disederhanakan,


menjadi :

Ka Pb 2

Cl

Dalam larutan, aktivitas dapat dianggap sama dengan konsentrasi dalam


satuan molar, Nilai Ksp diatas sebagai konstanta hasil kali kelarutan PbCl2 secara
matematis dapat ditulis :

Pb Cl KspPbCl
Pb Cl KspPbCl
Pb Cl KspPbCl
2

Larutan belum jenuh

Larutan tepat jenuh

Terjadi endapan

(Penuntun Praktikum kimia fisika)

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat
a.Rak tabung reaksi
b.

f. Corong

Tabung reaksi

g. Klem dan Statif

c.Labu Erlenmeyer 250 ml


d.

h. Hot Plate

Gelas kimia 500 ml

i. Botol Semprot

e.buret 50 ml

j. Termometer 0-100C

2.2 Bahan
a. Larutan Pb ( NO3 )2 0,075 M
b. Larutan KCl 0,1 M
2.3 Prosedur kerja
a. Menempatkan Pb(NO3)2 dan larutan KCl pada buret yang berbeda,
b. Menyiapkan larutan seperti pada tabel di bawah ini dengan cara pertama-tama
menambahkan 10 ml Pb(NO3)2 ke dalam setiap tabung reaksi, kemudian
menambahkan KCl sebanyak yang dicantumkan. Mengocok tabung reaksi pada saat
dan setelah pencampuran. Mendiamkan selam 5 menit dan mengamati apakah
sudah terbentuk endapan atau belum.

No Volume Pb ( NO3 )2 0,075 M


Volume KCl 1 M
1
10 ml
0,7 ml
2
10 ml
1,0 ml
3
10 ml
1,3 ml
4
10
ml
1,6 ml
c.
5
10 ml
1,9 ml
6
10 ml
2,2 ml
7
10 ml
2,5 ml
8
10 ml
2,8 ml
9
10 ml
3,1 ml
10
10 ml
3,4 ml
Menempatkan campuran yang terdapat endapan pada penangas labu erlenmeyer.
Menggunakan termometer untuk mengaduk larutan secara perlahan-lahan ketika
4

penangas dipanaskan. Mencatat suhu ketika endapan tepat larut. Melakukan hal
yang sama untuk campuran lain.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
Tabel 3.1.1 Data suhu pelarutan endapan
No

Volume Pb ( NO3 )2

0,075 M ( ml )
10
3.2 1
2
10
3
10
4
10
5
10
6
10
7
10
8
10
9
10
10
10
Hasil Perhitungan
No

Volume Pb ( NO3 )2

Volume KCl 1
M

( ml )
0,7
1,0
1,3
1,6
1,9
2,2
2,5
2,8
3,1
3,4

Volume KCl

Pembentukan Endapan

Suhu

Belum terbentuk
Belum terbentuk
Belum terbentuk
Sudah terbentuk
Sudah terbentuk
Sudah terbentuk
Sudah terbentuk
Sudah terbentuk
Sudah terbentuk
Sudah terbentuk
Pelarutan

1
2
3
No
4
5
61
72
83
94
10
5

0,075 M ( ml )
10
10
10
Endapan
10
10-1)
1/T (K
-10
-10
-10
10 -3
2,9762x10
10 -3
2,9586x10

1 M ( ml )
0,7
1,0
1,3
KSP
1,6
1,9
-2,2
-2,5
-2,8
1,22853,1
x10-3
3,4
1,6047 x10-3

(C)
Log KSP
63
65
68 82 85 86
-2,9106
88
-2,7946

6
7
8
9
10

2,9325x10-3
2,8169x10-3
2,7778x10-3
2,7855x10-3
2,7701x10-3

1,9959 x10-3
2,4x10-3
2,8054x10-3
3,2076x10-3
3,5979x10-3

-2,6999
-2,6198
-2,5520
-2,4938
-2,4439

(K)
336Kelarutan
338
341
355
360
359 7,3114
361 8,3400
9,3130
10,2026
11,0366
11,815
12,5100

3.3 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan penentuan Hasil Kali Kelarutan (KSP) yang
bertujuan untuk menentukan kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut dan untuk
menentukan panas pelarutan (H) PbCl2 dengan menggunakan sifat ketergantungan
Ksp pada suhu. Pada praktikum ini digunakan dua larutan yaitu Pb(NO 3 )2 0,075M dan
KCl 1M. Dalam reaksi diketahui terbentuk endapan PbCl2 sesuai reaksi:
Pb(NO3 )2 + 2KCl

PbCl2 + 2KNO3

Endapan PbCl2 merupakan endapan yang sedikit larut dalam air. Pelarutan
endapan dilakukan dengan metode pemanasan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mempercepat proses pelarutan endapan. Semakin banyak endapan yang terbentuk
maka semakin lama pula proses pelarutan dan menyebabkan semakin besar pula suhu
yang dibutuhkan endapan untuk larut. Selain itu, volume KCl yang ditambahkan juga
mempengaruhi nilai hasil kali kelarutan (KSP). Semakin besar volem KCl yang
ditambahkan, maka semakin kecil nilai hasil kali kelarutan (KSP) yang diperoleh, hal

ini dikarenakan besarnya volume KCl mempengaruhi banyaknya endapan yang


terbentuk sehingga mempengaruhi besar nilai hasil kali kelarutan.
Larutan Pb(NO3 )2 dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan volume yang tetap
yaitu 10 ml, perlakuan ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa volume KCl yang
diperlukan sampai keadaan jenuhnya dilewati sehingga endapan mulai terbentuk. Pada
saat kedua larutan tersebut dicampurkan, larutan harus dikocok agar larutan tercampur
merata dan reaksi berjalan sempurna. Setelah dikocok campuran tersebut didiamkan
beberapa saat untuk melihat pada volume berapakah endapan mulai terbentuk.
Endapan yang terbentuk merupakan endapan putih PbCl2 yang terbentuk akibat
gabungan ion-ion didalam larutan yang membentuk partikel yang berukuran lebih
besar dan kemudian mengendap.
Pada campuran 0,7 ml ; 1,0 ml ; dan 1,3 ml KCl belum terbentuk endapan, artinya
hasil kali kelarutan (Ksp) = 0. Endapan terbentuk pada penambahan 1,6 ml ; 1,9 ml ;
2,2 ml ; 2,8 ml ; 3,1 ml ; dan 3,4 ml KCl yang berarti hasil kali konsentrasinya sudah
melewati hasil kali kelarutannya (Ksp < 0). Endapan yang terbentuk pada campuran
tersebut lalu dipanaskan dan pada saat pemanasan endapan dalam larutan tersebut
disertai dengan pengadukan menggunakan batang pengaduk.
Pemanasan dan

pengadukan tersebut bertujuan untuk mempercepat larutnya

endapan. Kemudian diukur suhu pada saat endapan tepat larut dan diperoleh suhu
secara berurut 63C, 65C, 68C, 82C, 85C, 86C, 88C. Penambahan KCl dengan
volume yang besar akan menghasilkan endapan yang banyak dan suhu yang
diperlukan untuk melarutkan endapan juga akan semakin besar. Jadi banyaknya
endapan yang dilarutkan berbanding lurus dengan suhu. Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan diketahui bahwa panas pelarutan ( H ) PbCl2 yang diperoleh
sebesar 34,1049 KJ/mol.

BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa panas pelarutan (
H ) PbCl2 yang diperoleh sebesar 34,1049 KJ/mol
4.2 Saran
Dalam melakukan praktikum harus menggunakan alat pelindung diri berupa jas lab,
sarung tangan, dan masker karena dalam praktikum ini menggunakan KCl dan
Pb ( NO3 )2 yang berbahaya bagi kesehatan.

10

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H., 1996, Penuntun Belajar Kimia Dasar: Kimia Larutan, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Day, R.A., Underwood A.L., 1996, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima,
Erlangga, Jakarta.
Suyanti, Purwani MV., Muhadi, 2008, Peningkatan Kadar Neodimium Secara Proses
Pengendapan Bertingkat Memakai Amonia, Jurnal SDM Teknologi Nuklir (online),
1(1): 429-439.
Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2015. Penuntun Praktikum kimia fisika. Samarinda:
POLNES

11

12

PERHITUNGAN
Pb(NO3)2 + 2KCl

PbCl2 + 2KNO3
[Pb2+] [Cl-]2

KSP PbCl2

Campuran No. 4
-

10 ml Pb(NO3)2 = 0,075 M
Pb2+ +

Pb(NO3)2
0,75 mmol
-

2NO32-

0,75 mmol

1,5 mmol

1,6 ml KCl = 1 M
KCl
1,6 mmol
M=

K+

Cl-

1,6 mmol

1,6 mmol

n zat terlarut
v larutan

2+
Pb

Cl

Ksp PbCl2

= [Pb2+] [Cl-]2
= [0,0646] [0,1379]2
= 1,2285 x 10-3

Log Ksp

= -2,9106

KSP
4

1,2285 x 103
4

= 0,0263

mol
L

x BM PbCl2

= 0,0263

mol
L

x 278

= 7,3114

g
L

g
mol

13

Campuran No. 5
-

10 ml Pb(NO3)2 = 0,075 M
Pb2+ +

Pb(NO3)2
0,75 mmol
-

2NO32-

0,75 mmol

1,5 mmol

1,9 ml KCl = 1 M
KCl
1,9 mmol
M=

K+

Cl-

1,9 mmol

1,9 mmol

n zat terlarut
v larutan

2+
Pb

Cl

Ksp PbCl2

= [Pb2+] [Cl-]2
= [0,0630] [0,1596]2
= 1,6047 x 10-3

Log Ksp

= -2,7946

KSP
4

1,6047 x 103
4

= 0,0300

mol
L

x BM PbCl2

= 0,0300

mol
L

x 278

= 8,3400

g
L

g
mol

14

Campuran No. 6
-

10 ml Pb(NO3)2 = 0,075 M
Pb2+ +

Pb(NO3)2
0,75 mmol
-

2NO32-

0,75 mmol

1,5 mmol

2,2 ml KCl = 1 M
KCl
2,2 mmol
M=

K+

Cl-

2,2 mmol

2,2 mmol

n zat terlarut
v larutan

2+
Pb

Cl

Ksp PbCl2

= [Pb2+] [Cl-]2
= [0,0614] [0,1803]2
= 1,9959 x 10-3

Log Ksp

= -2,6999

KSP
4

1,9959 x 103
4

= 0,0335

mol
L

= 0,0335

mol
L

= 9,3130

g
L

x BM PbCl2
x 278

g
mol

15

Campuran No. 7
-

10 ml Pb(NO3)2 = 0,075 M
Pb2+ +

Pb(NO3)2
0,75 mmol
-

0,75 mmol

2NO321,5 mmol

2,5 ml KCl = 1 M
KCl
2,5 mmol
M=

K+

2,5 mmol

Cl2,5 mmol

n zat terlarut
v larutan

2+
Pb

Cl

Ksp PbCl2

= [Pb2+] [Cl-]2
= [0,06] [0,02]2
= 2,4 x 10-3

Log Ksp

= -2,6198

KSP
4

2,4 x 103
4

= 0,0367

mol
L

x BM PbCl2

= 0,0367

mol
L

x 278

g
mol

16

= 10,2026

g
L

Campuran No. 8
-

10 ml Pb(NO3)2 = 0,075 M
Pb2+ +

Pb(NO3)2
0,75 mmol
-

2NO32-

0,75 mmol

1,5 mmol

2,8 ml KCl = 1 M
KCl
2,8 mmol
M=

K+

2,8 mmol

Cl2,8 mmol

n zat terlarut
v larutan

2+
Pb

Cl

Ksp PbCl2

= [Pb2+] [Cl-]2
= [0,0586] [0,2188]2
= 2,8054 x 10-3

Log Ksp

= -2,5520

KSP
4

2,8054 x 103
4

= 0,0397

mol
L

x BM PbCl2
17

= 0,0397

mol
L

= 11,0366

g
L

x 278

g
mol

Campuran No. 9
-

10 ml Pb(NO3)2 = 0,075 M
Pb2+ +

Pb(NO3)2
0,75 mmol
-

2NO32-

0,75 mmol

1,5 mmol

3,1 ml KCl = 1 M
KCl
3,1 mmol
M=

K+

Cl-

3,1 mmol

3,1 mmol

n zat terlarut
v larutan

2+
Pb

Cl

Ksp PbCl2

= [Pb2+] [Cl-]2
= [0,0573] [0,2366]2
= 3,2076 x 10-3

Log Ksp

= -2,4938

KSP
4

3,2076 x 103
4

18

= 0,0425

mol
L

= 0,0425

mol
L

= 11,8150

g
L

x BM PbCl2
x 278

g
mol

Campuran NO. 10
-

10 ml Pb(NO3)2 = 0,075 M
Pb2+ +

Pb(NO3)2
0,75 mmol
-

0,75 mmol

2NO321,5 mmol

3,4 ml KCl = 1 M
KCl

3,4 mmol
M=

K+

3,4 mmol

Cl3,4 mmol

n zat terlarut
v larutan

2+
Pb

Cl

Ksp PbCl2

= [Pb2+] [Cl-]2
= [0,0559] [0,2537]2
= 3,5979 x 10-3

Log Ksp

= -2,4439

KSP
4
19

3,5979 x 103
4

= 0,0450

mol
L

= 0,0450

mol
L

= 125100

g
L

x BM PbCl2
x 278

g
mol

20

GRAFIK
1. Grafik 1/T Banding Log Ksp

Grafik 1/T Banding Log Ksp


-2.2
0
-2.3

-2.4
-2.5

Log Ksp -2.6

f(x) = - 1781.2x + 2.45


R = 0.91

-2.7
-2.8
-2.9
-3

1/T
Y = -1781,2x + 2,4519
H
=m
2,303 x R
H=1781,2 x 2,303 x 8,314 J /mol

= 34104,89 J/mol
= 34,1049 KJ/mol

21

Linear ()

2. Grafik Temperatur Banding Ksp

Grafik KSP Banding Suhu


0
0
0

f(x) = 0x - 0
R = 0.9

KSP

Linear ()

0
0
0
0
60

65

70

75

80

85

90

Suhu

3. Grafik Temperatur Banding Kelarutan

Grafik KSP Banding Suhu


14
12

f(x) = 0.16x - 2.56


R = 0.91

10
8

Kelarutan

Linear ()

6
4
2
0
60

65

70

75

Suhu

22

80

85

90

GAMBAR ALAT

Gambar Alat

Gambar Alat

Buret

Statif dan Klem

Termometer

Bulp

Batang Pengaduk

Pipet Volume

23

Rak Tabung Reaksi

Hot Plate

Tabung Reaksi

Gelas Kimia

24

Anda mungkin juga menyukai