Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

SPEKTROMETRI
TURBIDIMETRI

Oleh:
Nama : Sofiatul Hasanah
NIM : 191810301049
Kelas/Kelompok : B/2
Nama Asisten : Heppy Yessya Putri

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan turbidimetri ini yaitu:
1.1 Mahasiswa dapat memahami prinsip dari turbidimetri
1.2 Mahasiswa menentukan kadar sampel

II. Tinjauan Pustaka


2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan senyawa murni yang berwujud zat cair. Bahan ini
memiliki berat molekul sebesar 18,0 g/mol. Nilai pH yang dimiliki bahan ini
netral yaitu 7. Titik didih air sebesar 100℃. Akuades tidak berbau dan tidak
berwarna. Grativitas sepesisinya ialah 1 dengan tekanan uap sebesar 2,3 kPa.
Densitas uapnya mencapai 0,62 dan bahan ini merupakan pelarut yang baik juga
stabil. Bahan ini tidak berbahaya dalam kasus tertentu dan mudah didapatkan
(Sciencelab, 2020).
2.1.2 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida atau yang sering disebut dengan HCl merupakan suatu
senyawa yang bersifat cair. HCl memiliki berat molekul sebesar 36,46 g/mol
dengan PH kurang dari 1. Titik beku asam klorida -30℃ dan larut dalam air.
Massa jenis relative asam klorida sebesar 1,2 dengan massa jenis 1190 kg/m.
Asam klorida bereaksi sangat cepat dengan beberapa basa. Perlindungan untuk
tangan yaitu menggunakan sarung tangan dan bilas secepatnya menggunakan
akuades (Labchem, 2021).
2.1.3 Barium Klorida Dihidrat (BaCl2.2H2O)
Barium klorida dihidrat dengan rumus BaCl2.2H2O merupakan senyaw
ayang berbentuk padatan kristal atau bubuk. Senyawa ini tidak berbau dengan pH
sekitar 5-8 dan titik lelehnya sebesar 963oC. Senyaw a ini memiliki titik didih
sebesar 1560oC dengan densitasnya sebesar 3100 kg/m3 dan larut dalam air.
Perlindungan diri adalah dengan menggunakan jas lab, lateks, dan masker
(Labchem, 2021).
2.1.4 Kalium Sulfat (K2SO4)
Kalium sulfat berbentuk padatan dan tidak berwarna. Senyawa ini juga
tidak berbau dengan rentang pH sebesar 5,5-8,5 pada 50 g/l. Titik lebur senyawa
ini sebesar 1069oC dengan titik didihnya 1689oC pada tekanan 1013 hPa.
Senyawa ini tidak mudah menyala dengan densitasnya sebesar 2,66 g/cm3.
Perlindungan ketika menggunakan senyawa ini adalah dengan memakai jas lab,
lateks, masker dan kacamata pelindung (Smartlab, 2021).
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Turbidimetri
Turbidimetri merupakan analisis kuantitatif yang didasarkan pada
pengukuran kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan akibat adanya
suspensi partikel padat dalam larutan (Fahrudin, 2019). Turbiditas merupakan
tingkat kekeruhan air yang disebabkan oleh adanya material suspensi seperti tanah
liat, endapan lumpur, partikel organic yang koloid, plankton, dan organisme
mikroskopis lainnya. Turbiditas umumnya diukur dengan turbidimeter dimana
berprinsip pada spektroskopi absorpsi. Absorbsi yang diukur adalah partikel yang
tercampur. Turbiditas juga berprinsip pada hamburan sinar dengan peletakkan
detector pada sudut 90oC dari sumber sinar. Pengukuran prinsip ini adalah
hamburan cahaya oleh campurannya (Khopkar, 1990).
Turbidimetri merupakan analisis secara kuantitatif kekeruhan atau
turbiditas. Turbiditas dapat terbentuk oleh adanya partikel-partikel yang menyebar
(melayang) serta terurai secara halus dalam suatu medium pendispersi. Partikel-
partikel yang menyebar tersebut dapat berupa zat organik yang terurai secara
halus, zat koloid, lumpur, tanah liat, dan benda melayang yang tidak mengendap
dengan cepat (Moechtar, 1989). Larutan yang digunakan dalam turbidimetri
berupa koloid atau larutan yang terdapat suspensi. Hamburan yang terukur pada
alat turbidimetri adalah hamburan yang membentuk sudut 180oC (Yuniarti, 2007).
2.2.2 Faktor yang memperngaruhi
Berikut merupakan factor yang mempengaruhi proses penghamburan
cahaya yang mengenai partikel dalam larutan :
a. Konsentrasi cuplikan, Apabila konsentrasi cuplikan terlalu kecil maka partikel
yang akan terbentuk juga akan kecil. Hal tersebut mengakibatkan penghamburan
cahaya akan sulit terbaca oleh alat;
b. Konsentrasi emulgator merupakan perbandingan antara konsentrasi larutan
dengan emulgator. Apabila perbandingannya terlalu kecil, koloid yang terbentuk
akan kecil sehingga sulit terbaca oleh alat;
c. Waktu pendiaman dimana dipengaruhi oleh reaksi yang berjalan selama waktu
optimum;
d. Kekuatan ion dan intensitas sinar.
e. Kecepatan dan urutan pencampuran reagen;
f. Suhu pada kondisi optimum reaksi;
g. Derajat keasaman (pH) yang berhubungan dengan emulgator;
(Anshori, 2017).
Metode turbidimetri serupa dengan kolorimetri, yaitu pengujian yang
didasarkan pada intensitas cahaya transmisi pada suatu medium. Analisis metode
turbidimetri selain dapat diukur menggunakan turbidimeter juga dapat diukur
menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan petunjuk
kolorimeter yang menyediakan cahaya monokromatis. Alat turbidimeter
menerapkan prinsip spektroskopi absorpsi akibat partikel yang tersuspensi.
Cahaya yang berasal dari spektrotometer apabila melewati larutan yang
mengandung koloid akan menimbulkan adanya penghamburan energi radias
dengan absorpsi, refleksi, dan refraksi. Energi cahaya yang diteruskan akan
ditangkap oleh detektor dan dibaca sebagai nilai absorbansi (Nascimento, 2020).
Apabila sinar tampak masuk ke dalam medium tembus sinar, seperti cairan
yang mengandung fasa padat berupa partikel-partikel halus (suspensi), maka sinar
tampak tersebut setelah berinteraksi sebentar dengan partikel padat, akan
dihamburkanke segala arah oleh partikel itu. Akibat dari hamburan ini maka
a) Medium (cairan) yang mengandung partikel tersebut akan tampak keruh P
(turbid, tidak jernih)
b) Intensitas berkas sinar tersebut, pada arah rambatannya semula akan
mengalami pengurangan.
c) Analisa Turbidimetri didasarkan pada pengukuran besarnya T = dari

suatu berkas sinar, setelah berkas sinar tersebut mengalami peristiwa


hamburan.
2.2.3 Pengaruh konsentrasi (C ) terhadap peristiwa hamburan.
Dalam suspensi encer suatu senyawa padat, maka besarnya pengurangan
intensitas suatu bekas sinar yang sejajaroleh persistiwa hamburan, dapat
dinyatakan dengan persamaan :

Po  Intensitas sinar semula (yang masuk )


P  Intensitas setelah melalui jarak b cm suspensi yang keruh.
 = Koefisien kekeruhan (turbiditi koefisien) atau Turbiditas.
 umumnya berbanding lurus dengan konsentrasi C dari partikel-partikel pengham
buran. Dengan demikian maka :
dimana :
= kbC

k = 2,3 C  ; S = turbidans
Persamaan (2) tersebut, yang mirip dengan persamaan Lambert beer digunakan
pada analisa dengan cara turbidimetri. Kurva kalibrasi dibuat dulu yang
memberikan hubungan antara log (=S) dengan C, dengan pertolongan larutan-

larutan standar dari senyawa yang dianalisa (dengan Po=Pblanko). Kurva kalibrasi
ini digunakan untuk menetapkan konsentrasi cuplikan yang dianalisa.
2.2.4 Pengaruh ukuran dan bentuk partikel terhadap hamburan.
Ukuran besar dan bentuk dari partikel-partikel padat penghamburan sinar
sangat berpengaruh terhadap besarnya intensitas sinar yang dihamburkan ( Po - P )
dan juga mempengaruhi besarnya P. Pada pembuatan kurva kalibrasi dalam
analisa turbidimetri harus diusahakan agar ukuran besar dan bentuk partikel pada
berbagai konsentrasi larutan standar dan pada konsentrasi cuplikan tetap sama
(reproducible) yang boleh bervariasi hanya konsentrasi (C) saja. Faktor percobaan
yang mempengaruhi ukuran dan bentuk partikel penghamburan harus diusahakan
tetap (reproducible).
Faktor-faktor yang dimaksud adalah konsentrasi pereaksi, kecepatan dan
urutan dalam mencampurkan pereaksi dengan zat yang dianalisa dan juga
lamanya suspensi dibiarkan (sebelum pengukuran % T) suhu, pH dan kekuatan
ion larutan. Sinar yang digunakan dalam analisa turbidimetri menggunakan sinar
putih (sinar tampak). Jika fasa cairnya berwarna, maka harus dipilih bagian
spektrum tampak di mana absorpsi oleh fasa cair tersebut minimal (Tim, 2021).

III. Metodologi Percobaan


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Ball pipet
- Gelas beaker
- Kuvet
- Labu ukur
- Mikro buret
- Neraca analitik
- pH meter
- Pipet mohr
- Turbidimeter
3.1.2 Bahan
- Akuades
- Asam klorida (HCl) 2M
- Barium klorida dihidrat (BaCl2.2H2O)
- Kalium sulfat (K2SO4)
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Pembuatan Larutan Induk

Larutan Induk

- ditambah HCl 2M hingga pH larutan mencapai pH 1


- diukur dari mikro buret kedalam labu ukur 50 mL, hingga sesudah
diencerkan sampai 50 mL, konsentrasinya antara 5 sampai 80 ppm
- ditambahkan 200 mg BaCl2.2H2O padat
- diencerkan dengan air hingga tanda batas
- dikocok  menit atau sampai BaCl2.2H2O nya larut dan terbentuk
endapan BaSO4
- dipindahkan kedalam kuvet dan dibiarkan 5 menit
- diukur turbidans pada 480 nm
- dibuat kurva standar antara turbidans (S) terhadap konsentrasi

Hasil

3.2.2 Pengukuran Cuplikan Larutan

Larutan Cuplikan
- dipipet 10 mL kedalam labu ukur 50 mL, setelah larutan tersebut
diasamkan dengan HCl hingga pH = 1
- ditambah 200 mg BaCl2.2H2O padat
- diencerkan hingga tanda batas
- dikocok sampai BaCl2.2H2O larut dan terbentuk endapan BaSO4
- diukur turbidansnya
- dihitung konsentrasinya

Hasil
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Konsentrasi Ion Sulfat dalam Larutan Standar
Konsentrasi Sulfat
No Konsentrasi (ppm) Turbidans (NTU)
(ppm)
1. 10 13,612 18,30
2. 20 20,443 26,50
3. 30 23,559 30,24
4. 40 37,104 46,50
5. 50 55,282 68,32

4.1.2 Tabel Hasil Konsentrasi Ion Sulfat dalam Larutan Sampel


Konsentrasi Sulfat
No Sampel Turbidans (NTU)
(ppm)
1. Air Kran 26,908 32,26

4.2 Pembahasan
Turbidimetri merupakan analisis kuantitatif yang didasarkan pada
pengukuran kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan akibat adanya
suspensi partikel padat dalam larutan (Fahrudin, 2019). Turbiditas merupakan
tingkat kekeruhan air yang disebabkan oleh adanya material suspensi seperti tanah
liat, endapan lumpur, partikel organik yang koloid, plankton, dan organisme
mikroskopis lainnya. Turbiditas umumnya diukur dengan turbidimeter dimana
berprinsip pada spektroskopi absorpsi. Absorbsi yang diukur adalah partikel yang
tercampur. Turbiditas juga berprinsip pada hamburan sinar dengan peletakkan
detector pada sudut 90oC dari sumber sinar. Pengukuran prinsip ini adalah
hamburan cahaya oleh campurannya (Khopkar, 1990). Tujuan dari praktikum ini
adalah mahasiswa dapat memahami prinsip turbidimetri serta menghitung kadar
air dari sampel.
Pengenceran larutan standar K2SO4 10 ppm; 20 ppm; 30 ppm; 40 ppm; 50
ppm dengan masing volume 0,5 mL; 1 mL; 1,5 mL; 2 mL; 2,5 mL yang dilakukan
dalam labu ukur 100 mL. Larutan induk yang digunakan adalah K2SO4 500 ppm.
Pengenceran bertujuan untuk memecah molekul serta memperkecil konsentrasi
larutan dan meningkatkan volume dari suatu larutan. Larutan kemudian
ditambahkan dengan HCl 2M hingga larutan mencapai pH 1. Fungsi penambahan
HCl adalah untuk mengasamkan larutan sehingga dikenal dengan proses
pengasaman. Reaksi yang terjadi antara K2SO4 dengan HCl adalah sebagai berikut
2HCl(g) + K2SO4(s) → H2SO4(l) + 2KCl(s)………………………………...(4.2.1)
Proses pengasaman K2SO4 membentuk padatan KCl serta larutan asam sulfat
atau H2SO4. Sebelum pH meter digunakan dilakukan kalibrasi terlebih dahulu
dengan larutan pH 4 dan 7 lalu dilakukan pengukuran 10 ppm; 20 ppm; 30 ppm;
40 ppm; 50 ppm dengan penetesan larutan HCl 2M hingga pH 1. Kalibrasi alat
digunakan untuk menstabilkan suatu alat. Kalibrasi dilakukan dengan pH 4 dan 7
karena larutan yang akan diukur dengan pH meter bersifat asam. Kalibrasi pH
meter dengan pH 4 dan 7 disebut juga teknik dua titik dan merupakan teknik
kalibrasi yang dianjurkan untuk kalibrasi pH meter(Tahir, 2008).
Penetesan dilakukan perlahan-lahan dengan teknik titrasi menggunakan pH
meter dilakukan hal yang sama. Setelah K2SO4 diasamkan hingga mencapai pH 1
kemudian larutan 5 ml ditambahkan BaCl2 0,2 gram kemudian diencerkan dalam
labu ukur 25 mL. Fungsi penambahan padatan BaCl2 adalah untuk mengendapkan
ion SO42- dalam larutan H2SO4 menjadi BaSO4. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
BaCl2(s) + H2SO4(l) → BaSO4(s) + 2HCl(g)……………………………….(4.2.2)
Saat H2SO4 ditambahkan dengan BaCl2 akan menghasilkan BaSO4 dan asam
klorida.
Larutan kemudian dilakukan pengukuran untuk kadar sampel. Sampel yang
digunakan adalah air kran. Air kran merupakan sampel yang cocok untuk diukur
turbiditasnya karena mempunyai nilai kekeruhan. Langkah pertama dilakukan
dengan menambahkan HCl 2 M sampai pH 1 ke dalam sampel yang bertujuan
untuk memperoleh larutan yang bersifat asam. HCl diteteskan secara perlahan
dalam sampel air kran sambil diukur dengan alat pH meter. HC merupakan asam
kuat sehingga penetesan dilakukan secara perlahan-lahan agar tidak merusak
larutan yang akan diuji kadarnya. Larutan didiamkan beberapa saat kemudian
diukur turbiditasnya dengan turbidimeter. Selain bertujuan untuk
menyempurnakan suatu reaksi, pendiaman juga bertujuan agar partikel–partikel
yang berhamburan mengendap ke dasar larutan sehingga pada saat akan diukur
absorbansinya tidak masuk kedalam kuvet.
Alat turbidimeter merupakan analisis sinar berdasarkan kepadatan larutan.
Standarisasi dengan menggunakan larutan blanko 0 NTU. Larutan blanko
berfungsi sebagai factor koreksi terhadap pelarut dan pereaksi yang digunakan.
Pengukuran absorbansi dilakukan kalibrasi 4 NTU dan 40 NTU. Pengkalibrasian
ini bertujuan untuk mempresisikan suatu alat. Tata cara peletakan adalah tanda
panah harus lurus dengan turbidimeter. Apabila hasil tidak sesuai maka dilakuakn
standarisasi dengan memutar standard gas.
Penggunaan turbidimeter dilakukan dengan kalibrasi dengan standard yang
telah ada, dimasukkan sampel yang ingin diukur ke dalam botol yang telah
disediakan. Perlu diingat untuk selalu menutup dengan penutup hitam agar
perhitungan tidak terganggu. Anak panah diluruskan karena botol sampel belum
tentu sama distribusi bahannya. Nilai turbidans yang diperoleh berturut-turut
adalah 18,30; 26,50; 30,24; 46,50; 68,32. Berikut grafik yang dihasilkan antara
konsentrasi dengan turbidan.

Kurva Konsentrasi vs Turbiditas


70
Turbiditas (NTU)

60 y = 1,2004x + 1,96
50 R² = 0,9166
40
y
30
20 Linear (y)
10
10 20 30 40 50 60
Konsentrasi (ppm)

Gambar 1. Grafik Konsentrasi vs Turbidans


Dari persamaan grafik diatas dapat diperoleh konsentrasi sulfat dengan
memasukkan y yang merupakan turbidans dari masing-masing konsentrasi. Begitu
pula dengan sampel air kran hasil konsentrasi yang dihasilkan di setiap konsentasi
mulai 10 ppm; 20 ppm; 30 ppm; 40 ppm; 50 ppm dam air kran yaitu 18,30 NTU;
26,50 NTU; 30,24 NTU; 46,50 NTU; 68,32 NTU, dan 32,26 NTU untuk sampel
air kran. Grafik diatas menunjukkan konsentrasi berbanding lurus dengan
turbiditas dimana semakin tinggi konsentrasi menyebabkan semakin tinggi nilai
turbiditas yang dihasilkan. Persamaan yang dihasilkan yaitu y = -1,2004x + 1,96
dimana regresi yang dihasilkan sebesar 0,9166. Standar baku mutu kekeruhan
menurut kemenkes No. 32 tahun 2017 yaitu kadar maksimum 25 NTU. Nilai
kekeruhan yang memenuhi standard adalah pada saat konsentrasi 10 ppm yaitu
kekeruhan sebesar 18,30 NTU.

V. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah
5.1 Turbiditas umumnya diukur dengan turbidimeter dimana berprinsip pada
spektroskopi absorpsi. Absorbsi yang diukur adalah partikel yang tercampur.
Turbiditas juga berprinsip pada hamburan sinar dengan peletakkan detector pada
sudut 90oC dari sumber sinar. Pengukuran prinsip ini adalah hamburan cahaya
oleh campurannya (Khopkar, 1990).
5.1 Penentuan kadar sampel dilakukan dengan pengenceran yang dilanjutkan
dengan pengukuran turbidan yang nantinya dibuat kurva perbandingan antara
konsentrasi dengan turbiditas. Dari persamaan yang dihasilkan kemudian
mensubtitusikan nilai turbiditas untuk menentukan kadar sulfat yang terkandung.
DAFTAR PUSTAKA
Ansori. 2017. Penentuan Kekeruhan pada Air Reservoir di PDAM Instalasi
Pengolahan Air Sunggai Metode Turbidimetri. Jurnal Kimia dan
Lingkungan . 1. 1. 1-48.Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia
Analisa. Jakarta: UI.
Fahruddin, F., Haedar, N. H. N., Santoso, S., & Wahyuni, S. (2019). Uji
kemampuan tumbuh isolat bakteri dari air dan sedimen Sungai Tallo
terhadap logam timbal (Pb). Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan, 10(2).
Khopkhar, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Labchem.2021. Material Safety Data Sheet Of Hydrochloric Acid,
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC11270.pdf. (diakses 7
september 2021)
Labchem.2021. Material Safety Data Sheet Of Barium Chloride Dihydrate
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC11560.pdf . (diakses 7
september 2021)
Moechtar. 1989. Farmasi Fisika Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nascimento, P. A. D., Kogawa, A. C., & Salgado, H. R. N. 2020. Turbidimetric
Method: A New, Ecological, and Fast Way to Evaluate of Vancomycin
Potency. Journal of AOAC International, 103(6), 1582-1587.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
Lampiran I Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum.
Sciencelab. 2021. Material Safety Data Sheet of Aquades. http://
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 (diakses 7 september
2021)
Smartlab, 2021. Material Safety Data Sheet of Pottasium Sulfate.
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_POTASSIUM_SULPHATE_(IND
O).pdf (diakses 7 september 2021).
Tahir, I. 2008. Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik: Aplikasi
pada Penggunaan pHmeter dan Spektrofotometer UV-VIS. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Tim Penyusun. 2021. Penuntun Praktikum Spektrometri. Jember: Universitas
Jember.
Yuniarti, B. 2007. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air dengan Turbidimeter
berdasarkan Prinsip Hamburan Cahaya. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
LAMPIRAN DATA

No Konsentrasi (ppm) Turbidans


1 10 18,30
2 20 26,50
3 30 30,24
4 40 46,50
5 50 68,32
Konsentrasi Ion Sulfat dalam Sampel Air Kran
No Sampel Turbidans (NTU)
1 Air kran 32,26
LAMPIRAN GAMBAR

No Gambar Keterangan
1 Pembuatan larutan standar
K2SO4 dalam beberapa
konsentrasi

2 Pengasaman K2SO4
dengan HCl

3 Penambahan BaCl2.H2O
4 Standarisasi turbidimetri

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Pengenceran Larutan Induk


Larutan Induk K2SO4 500 ppm
a. Konsentrasi 10 ppm
M1 x V 1 = M2 x V2
500 ppm x 0,5 ml = 10 ppm x V2
V2 = 25 ml
b. Konsentrasi 20 ppm
500 ppm x 1 ml = 20 ppm x V2
V2 = 25 ml
c. Konsentrasi 30 ppm
500 ppm x 1,5 ml = 30 ppm x V2
V2 = 25 ml
d. Konsentrasi 40 ppm
500 ppm x 2 ml = 40 ppm x V2
V2 = 25 ml
e. Konsentrasi 50 ppm
500 ppm x 2,5 ml = 50 ppm x V2
V2 = 25 ml
2. Kurva Konsentrasi vs Turbidans
Konsentrasi (ppm) (x) Turbidans (NTU)
10 18,30
20 26,50
30 30,24
40 46,50
50 68,32

Kurva Konsentrasi vs Turbiditas


70
y = 1,2004x + 1,96
60
R² = 0,9166
Turbiditas (NTU)

50

40
y
30 Linear (y)

20

10
10 20 30 40 50 60
Konsentrasi (ppm)

Konsentrasi Ion Sulfat dalam larutan standar K2SO4


a. 10 ppm, turbidans 18,30 NTU
y = 1,2004x + 1,96
18,3 = 1,2004x + 1,96
1,2004x = 16,34
x = 13,612 ppm
b. 20 ppm, turbidans 26,5 NTU
y = 1,2004x + 1,96
26,5 = 1,2004x + 1,96
1,2004x = 24,54
x = 20,443 ppm
c. 30 ppm, turbidans 30,24 NTU
y = 1,2004x + 1,96
30,24 = 1,2004x + 1,96
1,2004x = 28,28
x = 23,559 ppm
d. 40 ppm, turbidans 46,50 NTU
y = 1,2004x + 1,96
46,50 = 1,2004x + 1,96
1,2004x = 44,54
x = 37,104 ppm
e. 50 ppm, turbidans 68,32 NTU
y = 1,2004x + 1,96
68,32 = 1,2004x + 1,96
1,2004x = 66,36
x = 55,282 ppm

3. Konsentrasi Ion Sulfat dalam Sampel Air Kran


Turbidans sampel = 34,26 NTU
y = 1,2004x + 1,96
34,26 = 1,2004x + 1,96
1,2004x = 32,3
x = 26,908 ppm

Anda mungkin juga menyukai