Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

PEMISAHAN KIMIA ANALITIK


ACARA III
PEMISAHAN CAMPURAN DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM

DISUSUN OLEH:
INDRA SOFIAN
G1C019029

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ACARA III
PEMISAHAN CAMPURAN DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mempelajari cara pemisahan komponen kimia dengan
kromatografi kolom.
b. Mengetahui pengaruh jenis pelarut tehadap kuliatas pemisahan.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 25 mei 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Oleokimia dan Analitik, Gedung C Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASARAN TEORI
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana
komponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan diantara dua fase.
Salah satu fase tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan
luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut disepanjang
landasan stasioner, fase stasioner bisa berupa cairan maupun gas. Jadi
semua kromatografi yang diketahui didiagnosis jadi satu dalam empat
kategori seperti cair-padat, gas-padat, cair-cair, dan gas-cair (Underwood,
2002 : 487).
Kromatografi kolom adalah teknik isolasi di mana fitokonstituen
sedang dielusi oleh adsorpsi Prinsip yang terlibat dalam pemisahan
konstituen ini adalah adsorpsi pada antarmuka antara padat dan cair.
Komponen tersebut harus memiliki berbagai derajat afinitas terhadap
adsorben dan juga interaksi yang dapat dibalik untuk mencapai pemisahan
yang sukses. Tidak ada dua senyawa yang sama dalam aspek di atas.
Senyawa dengan afinitas rendah akan terelusi terlebih dahulu. Elusi
dilakukan dengan menggunakan pelarut yang memiliki polaritas berbeda
seperti nheksana, etil asetat, diklorometana, metanol dan Aqueous
(Kumarin dan Kumari, 2017).
Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu
kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan,
melekat pada permukaan padatan halus, bereaksi secara kimia dan
terekslusi pada pori-pori fasa diam. Komponen yang dipisahkan harus
larut dalam fasa gerak dan harus mempunyai kemampuan untuk
berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut di dalamnya,
teradsorpsi atau bereaksi secara kimia. Pemisahan terjadi berdasarkan
perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil pemisahan
dapat digunakan untuk keperluan  analisis kualitatif, analisis kuantitatif
dan pemurnian suatu senyawa. Dalam beberapa hal metode pemisahan
kromatografi mempunyai kemiripan dengan metode pemisahan ekstraksi.
Kedua metode ini sama-sama menggunakan dua fasa, dimana fasa satu
bergerak terhadap fasa lainnya, kesetimbangan solut selalu terjadi di antara
kedua fasa ( Alimin dkk, 2007, hal: 74-75).
Banyak factor yang mempengarihi efisiensi kromatografi kolom
seperti jenis pelarut, dimensi kolom, packing dan jenis penyerapan.
Polaritas pelarut mempengaruhi kecepatan realatif dimana senyawa
bergerak memalui kolom. Pelarut polar lebih efektif bersaing dengan
senyawa polar untuk mendapatkan situs kutub pada permukaan adsorben
dan manggerakan molekul yang sangat polar dengan cepat melalui kolom.
Hal ini menyebabkan sedikit tidaknya pemisahan senyawa dari campuran
(Ngo dan Chua, 2019).
Fase diam yang digunakan pada kromatografi kolom adalah silika
gel, sedangkanfase geraknya digunakan fase gerak yang memberikan
pemisahan terbaik pada KLT. Dari berbagai fase gerak yang digunakan,
fase gerak n-heksana :etanol :etil asetat (9:1:0,5) yang memberikan
pemisahanterbaik, sehingga fase ini yang digunakan dalam kromatografi
kolom (Rooveselt dan Ghari, 2018).
Silika gel adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon
dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar.
Namun, pada permukaan silika gel, atom silikon berlekatan pada gugus
-OH. Permukaan silika gel sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai di
sekitarnya, seperti halnya gaya van der Waals dan interaksi dipol-dipol.
Ketika pelarut mulai membasahi plat, pelarut pertama akan melarutkan
senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar
(Syahmani, dkk, 2017).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-Alat Praktikum
a. Corong kaca 60 mm
b. Erlenmeyer 250 mL
c. Gelas kimia 250 mL
d. Gelas ukur 25 mL
e. Gunting
f. Kertas saring
g. Klem
h. Kolom kromatografi
i. Mortar dan alu
j. Penggaris
k. Pipet tetes
l. Pipet ukur 5 mL
m. Pipet ukur 10 mL
n. Rubber bulb
o. Statif
p. Timbangan analitik
2. Bahan-Bahan Praktikum
a. Daun bayam segar
b. Larutan aseton (C3H6O)
c. Larutan n-heksan (C6H14)
d. Padatan kalsium karbonat (CaCO3)
e. Padatan silika gel (SiO2)

D. SKEMA PRAKTIKUM
1. Aktivasi silika gel
Serbuk silika gel
 Digerus
 Δ dalam oven pada suhu 45oC selama 1,5 jam
Hasil
2. Penyiapan kolom
- Cara basah
Silika gel
 Ditimbang sebanyak 14 gram
 Dimasukkan ke dalam gelas kimia
 Ditambahkan eluen dengan tinggi 1 x tinggi silika
 Dimasukkan eluen untuk mengetahui aliran eluen lancar atau
masih mampat
 Dimasukkan campuran silika gel dengan n-heksan secara
perlahan-lahan
 Dibuka keran hingga eluen tersisa ±0,5 cm dari permukaan
silika
Hasil
3. Penyiapan sampel
Daun bayam segar
 Digunting menjadi ukuran yang lebih kecil
 Ditimbangg sebanyak 2,8 gram
 Dihaluskan dengan mortar
 + Aseton 15 mL
Terbentuk ekstrak
 Disaring
Filtrat
4. Penyiapan larutan pengembang (fase gerak)
100 mL n-heksan
 Dimasukkan ke dalam gelas kimia

Hasil

5. Pemisahan ekstrak daun


Pada kolom
 Diatur fasa gerak sehingga tinggi permukaannya sedikit lebih
tinggi (±0,5 cm) dari permukaaan fasa diam
 Dipastikan keran kolom dalam keadaan tertutup
 Dimasukan sampel perlahan-lahan melalui dinding kolom
Hasil

E. HASIL PENGAMATAN

No Prosedur Hasil Pengamatan


.
1 Aktivasi silika gel
 Silika gel digerus  Warna silika = putih.
 Silika gel dioven pada suhu 45oC  Terbentuk silika gel berwarna
selama 1,5 jam putih dan bebas dari air.
2 Penyiapan kolom
Cara basah
 14 gram silika gel dimasukkan ke  Warna awal silika gel = putih
dalam gelas kimia Bentuk = padatan (kristal)
 + eluen dengan tinggi 1 x tinggi  Warna eluen: bening
silika gel  Eluen + silika gel = putih (tidak
larut)
 Dimasukkan eluen untuk
mengetahui aliran eluen lancar atau
masih mampat
 Dimasukkan campuran silika gel  Silika gel + n-heksan tidak larut
dengan n-heksana secara perlahan- dalam kolom
lahan
 Dibuka kran hingga eluen tersisa  Eluen tersisa ±0,5 cm di
±0,5 cm dipermukaan silika permukaan silika
3 Penyiapan sampel daun bayam segar 2,8
gram
 Digunting menjadi ukuran kecil  Warna daun bayam = hijau.
 Dihaluskan  Warna aseton = bening.
 + 15 mL aseton  Warna larutan = hijau tua.

 Disaring  Warna filtrat = hijau tua


4 Penyiapan larutan pengembang
 + 100 mL n-heksan  Warna n-heksan = bening
5 Pemisahan ekstrak daun
 Dimasukkan eluen melalui pinggir  Fase gerak mengalir hingga dasar
kolom setelah diisi silika gel kolom
 Fase diam tidak larut
 Ekstrak daun bayam dimasukkan  Ekstrak sampel bergerak dari atas
dan ditetesi pada dinding kolom ke bawah kolom
eluen  Muncul gradasi warna pada
kolom
 Warna ekstrak agak hijau,
dibagian bawah berwarna kuning
 Keran kolom dibuka kecoklatan
 Fase gerak mengalir ke bawah
dan menetes ke gelas kimia

F. ANALISIS DATA
Keterangan :
1. Tisu : sebagai pembantu klem untuk menjepit kolom
2. Sampel (ekstrak daun bayam): sebagai zat yang akan dianalisis
3. Silika gel: sebagai fase diam
4. Keran : sebagai pengatur pembuka dan penutup kolom
5. Kolom : sebagai wadah atau penampung silika dan eluen
6. Klem : sebagai penjepit kolom pada tiang statif
7. Statif : sebagai penyangga
8. Gelas kimia : sebagai wadah penampung sampel (hasil ekstraksi) yang
keluar dari kolom

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yang berjudul pemisahan campuran dengan
kromatografi kolom, memiliki tujuan yaitu mempelajari cara pemisahan
komponen kimia dengan kromatografi kolom dan mengetahui pengaruh
jenis pelarut terhadap kualitas pemisahan. Dimana kromatografi kolom
adalah salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian senyawa dari
campuran dengan memakai kolom dengan fase diam dan fase gerak. Fase
gerak pada kromatografi berupa cairan atau pelarut sedangkan fase diam
berupa padatan yang bersifat sebagai absorben dan tidak boleh larut dalam
fase gerak. Dalam praktikum kali ini fase diam yang digunakan adalah
silika gel. Silika gek bersifat polar, sehingga senyawa yang bersifat non
polar dapat dengan mudah terpisah dan lewat dalam fasa diam polar ini.
Alasan pemilihan silika gel karena memiliki tekstur dan struktur yang
lebih kompak dan teratur. Saat memadat, silica gel akan berbentuk
tetrahedral raksasa sehingga ikatannya kuat dan rapat, sehingga proses
pemisahan menjadi optimal.
Selanjutnya pada percobaan pemisahan campuran dengan
kromatografi kolom kali ini, metode yang digunakan adalah metode basah.
Metode basah dilakukan dengan menyiapkan silika gel sebagai fase diam
dengan mencampurkan eluen langsung pada serbuk silika gel hingga
berupa bubur, kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan diikuti dengan
dimasukkan sampel serta tetap dialiri eluen. Pertama haluskan daun
bayam, bertujuan agar senyaya yang terkandung di dalam daun bayam
mudah larut dengan pelarut aseton, sebab semakin halus daun maka
semakin luas permukaan untuk terjadi kontak dengan pelarut maka
semakin banyak zat yang terekstrak. Setelah itu daun bayam yang sudah
disediakan diekstrak dan hanya diambil airnya saja, daun bayam disini
berfungsi sebagai sampel pengujian. Penggunaan daun bayam sebagai
sampel uji karena daun bayam memiliki pigmen warna hijau yang kuat
sehingga dapat memper mudah proses identifikasi pemisahan secara
pigmen warna. Setelah itu larutan air bayam tadi ditambahkan dengan
aseton dan n-heksana, tujuan penambahan aseton adalah untuk melarutan
komponen-komponen pada bayam. Dipilih aseton karena aseton
merupakan salah satu pelarut yang bersifat netral, sehingga bisa
melarutkan senyawa polar dan non polar. Kemudian ditambahkan padatan
CaCO3 sehingga yang awalnya warna air hasil ekstrak daun bayam
berwarna hijau tua berubah menjadi hijau keruh. Setelah itu disaring, dan
warna air daun bayam menjadi hijau tua.
Selanjutnya persiapan kolom, pertama silika gel dicampurkan dengan
eluen yang berupa n-heksana, n-heksana disini digunakan sebagai pelarut
silika gel karena keduanya memiliki beda kepolaran yaitu silika gel
bersifat polar sedangkan n-heksana bersifat non polar sehingga n-heksana
akan bersifat inert. Kemudian dimasukkan eluen dan ekstrak daun baya ke
dalam kolom. Setelah itu dimasukkan campuran ke dalam kolom.
Dimasukkan perlahan ke dalam kolom melewati dinding kolom, alasan
melewati dinding kolom adalah agar gelembung udara tidak terjebak
ditengah-tengah silika, jika ada gelembung udara akan mengurangi
kesuksesan proses pemisahan. Setelah itu diamati proses perpisahan yang
terjadi. Eluen yang ada di kolom harus selalu diamati agar tingginya tidak
meyerupai permukaan silika, ini bertujaun agar silika tidak kering dan
retak. Maka dari itu eluen harus tetap dimasukkan selama proses
perpisahan itu terjadi, pemasukan eluen melalui dinding kolom bertujuan
untuk menjaga kondisi fase diam agar tetap terisi dengan padat dan
mencegah adanya gelembung udara di dalam kolom.
Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat terbentuknya lapisan antara
silika gel dan sampel (daun bayam). Terdapat juga lapisan warna berupa
hijau tua diatas dan hijau muda dibawah, hal ini menandakan bahwa
sedang terjadi proses pemisahan di dalam kolom tersebut. Dimana dalam
hal ini eluen atau fase gerak, terus mendorong sampel keluar dari kolom
melalui keran dengan melewati fase diam silika gel.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pemisahan komponen kimia dengan kromatografi kolom bisa dilakukan
dengan dua cara, yaitu cara basah dan kering. Cara kering dilakukan
dengan kolom diisi dengan silika gel sebagai fase diam dan diikuti
dengan penambahan eluen sebagai fase gerak yang disiramkan pada
kolom tersebut sampai benar – benar basah. Cara basah dilakukan
dengan menyiapkan silika gel sebagai fase diam dengan mencampurkan
eluen langsung pada serbuk silika gel hingga berupa bubur, kemudian
dimasukkan ke dalam kolom dan diikuti dengan dimasukkan sampel
serta tetap dialiri eluen. Dan dalam praktikum kali ini, cara yang
digunakan adalah cara basah.
2. Jenis pelarut sangat berpengaruh terhadap kualitas pemisahan, jika fase
diam yang digunakan dalam percobaan bersifat polar maka pelarut yang
digunakan harus bersifat non polar, begitupun sebaliknya. Hal ini
dilakukan supaya senyawa yang bersifat non polar dapat dengan mudah
terpisah dan lewat dalam fasa diam polar ini, begitupun sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007
Kumari, P dan Kumari, C. (2017). Column Chromatography Fractional Analysis
Of Erythrina Variegata L. Leaf Extract For Antibacterial Efficacy,
Journal Of Advabced Research (IJAR), 5 (8), 279-285.
Ngo, Y. L., & Chua, L. S. (2019). Column chromatography for preparing
rosmarinic acid rich extract from Orthosiphon aristatus. Journal of Liquid
Chromatography & Related Technologies, 42(17-18), 546-554.
Syahmani, S., Leny, L., Iriani, R., & Elfa, N. (2017). Penggunaan Kitin Sebagai
Alternatif Fase Diam Kromatografi Lapis Tipis Dalam Praktikum Kimia
Organik. Vidya Karya, 32(1), 1-11.
Underwood, A. L. 2002, Kimia Kuantitatif, Jakarta, Erlangga.
Yacobus, A. R., & Ghari, A. L. S. (2018). Identifikasi Senyawa Kimia Daun
Bidara (Ziziphus mauritiana Lam) Dari Kabupaten Timor Tengah Selatan
Provinsi NTT Secara Kromatografi Lapis Tipis Dan Kromatografi
Kolom. Jurnal Farmasi Sandi Karsa, 4(7), 5-10.

Anda mungkin juga menyukai