BAB I
PENDAHULUAN
a. Sifat
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam
wujud gas, tetapi bias larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar
larutan 37% menggunakan merk dagang formalin atau formol.
Dalam air formaldehida mengalami polimerisasi, sedikit sekali yang
ada dalam bentuk monomer H2CO.Umumnya larutan ini
mengandung beberapa persen methanol untuk membatasi
polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air
dengan kadar antara 10%-40%.
Mekipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti
pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada
aldehida lainnya.Formaldehida merupakan senyawa elektrofil, dapat
Reaksi Formaldehida : H 2 CO + H 2 O+ I 2 → 2 HI + H 2 C O 2 + I 2
bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur
reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodine.Karena itu jumlah
dari penentuan-penentuan dari iodometrik adalah sedikit. Namun
demikian, banyak agen pengoksidasi yang cukup kuat untuk
bereaksi secara lengakap dengan ion iodida dan aplikasi dari proses
iodometrik cukup banyak (Underwood,1986).
a. Reaksi Formaldehida
H 2 CO + H 2 S+ I 2 →2 HI + H 2 C ONaOH
2
HCl
I 2+ 2 Na2 S2 O3 → 2 NaI + Na2 S4 O6
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat
a. Erlenmeyer 250 ml f. Gelas Kimia 100 ml
b. Labu Ukur 100 ml g. Bulp
c. Buret h. Statif dan Klem
d. Pipet Volume 25 ml i. Botol Semprot
e. Pipet Ukur 10 ml j. Pipet Tetes
2.2 Bahan
a. Larutan Formalin e. Larutan HCl 4N
b. Aquades f. Larutan Na2S2O3
c. Larutan I2 g. Larutan Kanji
d. Larutan NaOH 4N
100 ml
25 ml
25 ml HCl 4N KI 20 % 10 ml
Menitrasi
Natrium Thiosulfat
VolumeNa2S2O3
5 ml Formalin Aquadest
100 ml
10 ml
25 ml I₂ 0,1 N NaOH 4N 1,5 ml
Erlenmeyer
Diamkan ± 15 menit
Menitrasi
Na2S2O3
VolumeNa2S2O3
Menitrasi
Natrium Thiosulfat
Volume Na2S2O3
BAB III
1 10 ml 1 15 20
0,1 0,1 N 6,3 mg/ml
2 10 ml 1 15 20,2
3.3 Pembahasan
3.2 Pembahasan
adalah penitaran dengan iod. Zat-zat yang bersifat pengoksidasi dapat langsung di
titar dengan iod. Sedangkan zat-zat yang bersifat pengoksidasi dalam larutan asam
membebaskan iod dari KI. Kemudian iod yang terbentuk di titar dengan tio.
Kelebihan iod menyebabkan larutan menjadi berwarna kuning, akan tetapi selalu
dipergunakan larutan kanji sebagai larutan petunjuk. Larutan penunjuk kanji
digunakan karena warna pada larutan iod 0,1 N cukup tua, sehingga iod dapat
bertindak sebagai indicator pada dirinya sendiri. Iod juga memberikan warna ungu
kepada pelarut seperti karbon tetraklorida atau klorofom dan terkadang pula
digunakan untuk mendeteksi titik akhir.
Dalam proses titrasi larutan akan berubah warna dari coklat kemerahan
menjadi bening. Volume penitrat ( natrium tiosulfat ) yang digunakan untuk
menitrasi larutan sampel pada percobaan kelompok hinga berubah menjadi bening
sebesar 21,3 ml. dari perhitungan yang dilakukan diperoleh kadar formaldehida
sebesar 22,92 mg/ml. dengan membagi kadar formaldehida yang diperoleh
dengan berat jenisnya yaitu 1,09 maka diperoleh persentase sebesar 21 %. Hasil
ini sesuai dengan teoritis yang menyebutkan bahwa kadar formaldehida dalam air
antara 10% - 40%.
Kadar formalin maksimal yang dapat ditolerir oleh tubuh adalah sebesar 0,1
mg/ml. Bila kadar formalin lebih dari itu tidak baik dikonsumsi oleh tubuh dapat
menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Dalam percobaan ini yang telah dilakukan dapat disimpulkan kadar
formaldehida dalam larutan sampel (formalin) sebesar 22,92 mg/ml.
2. Kadar formalin dalam sampel air mie “ indomie ” sebesar -0,022 mg/ml
3. Kadar formalin dalam sampel air bakso sebesar 6,3 mg/ml
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DATA PERHITUNGAN
e I2 = 2
30
Be =
2
= 15
Dik :
Fp = 10
Be = 15
V iod = 25 ml
V sampel = 10 ml
Dit : kadar formaldehida ?
massa K 2 CrO 7
N Tiosulfat =
FPxVtioxBEK 2 Cr 2 O7
250
=
4 X 11,4 X 49
=0,11
VtioxNtio
N I2=
VI 2
24,9 x 0,11
=
25
=0,109
Kadar formaldehida :
Fp x (V iod x N iod−V Na 2 S 2 O3 x N Na 2 S 2 O3 ) x BE
V sampel
25 x ( 25 x 0,109−21,3 x 0,11 ) x 15
5
= 22,92 mg/ml
e I2 = 2
30
Be =
2
= 15
Dik :
Fp =1
Be = 15
V iod = 25 ml
V sampel = 10 ml
Dit : kadar formalin ?
N Tiosulfat =
massa K 2 CrO 7
FPxVtioxBEK 2 Cr 2 O7
250
=
4 X 12,4 X 49
=0,102
VtioxNtio
N I2 =
VI 2
24,9 x 0,102
=
25
=0,101
1 x ( 25 x 0,101−24,9 x 0,109 ) x 15
10
= -0.022 mg/ml
1 x ( 25 x 0,109−21.3 x 0,11 ) x 15
10
= 5.73 mg/ml
GAMBAR ALAT