Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas daripada
kalimat. Sebuah paragraf terdiri atas beberapa kalimat.Setiap paragraf hanya boleh
mengandung satu ide pokok.
Secara ideal, paragraf sebaiknya teridiri atas lima sampai tujuh kalimat. Akan
tetapi, bukan berarti hal ini sebagai satu keharusan. Paragraf yang agak pendek atau
singkat kalimatnya tentu boleh saja lebih dari tujuh kalimat. Begitu pula paragrafnya
yang kalimatnya agakm panjang kalimat, tentu boleh saja kurang dari lima kalimat.
Meskipun tidak ada aturan baku mengenai jumlah kalimat dalam satu paragraf, namun
perlu diketahui bahwa paragraf yang terlalu banyak kalimatnya juga kadang-kadang
tidak efektif karena pembaca agak susah menemukan ide pokoknya.
Contoh paragraf
(a) Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia selalu mengalami perubahan.
(b) Perubahan itu antara lain berupa penambahan kata-kata baru, baik dari bahasa
daerah maupun dari bahasa asing. (c) Penambahan yang berasal dari bahasa asing,
misalnya astronaut, kosmonaut, satelit, komputer, dan televisi. (d) Penambahan kata-
kata baru itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam komunikasi.
Paragraf tersebut terdiri atas empat kalimat, semuanya membicarakan
perkembangan bahasa Indonesia. Ide pokok (pikiran utama) paragraf tersebut adalah
“perkembangan bahasa Indonesia” yang tertuang dalam kalimat (a). Kalimat (b), (c) ,
dan (d) merupakan kalimat penjelas karena ketiga kalimat itu menjelaskan ide pokok
pada kalimat utamanya.
Contoh paragraf
(a) Saharuddin Dg. Gassing tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. (b) Ia
tidak tahu-menahu mengapa desanya dinamai Bontomarannu. (c) Ia tidak tahu
mengapa Bontomarannu dan Bontomanai (desa tetangga) kini mengering. (d) Ia juga
tidak tahu mengapa nenek moyangnya dahulu sampai di desa itu. (e) Meski sudah
uzur, Saharuddin Dg. Gassing masih gesit dan cekatan. (f) Begitu bangun pagi, tanpa
harus minum kopi dahulu, is sudah memikul cangkul menuju sawah garapannya. (g) Ia
terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah liat yang sudah mengeras oleh
musim kemarau panjang.
Contoh paragraf di atas tidak dapat disebut paragraf yang baik sebab
mengandung dua ide pokok, yaitu kalimat (a) dan kalimat (e). Oleh karena itu, paragraf
tersebut dipecahkan menjadi dua paragraf.
(a) Saharuddin Dg. Gassing tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. (b) Ia
tidak tahu-menahu mengapa desanya dinamai Bontomarannu. (c) Ia tidak tahu
mengapa Bontomarannu dan Bontomanai (desa tetangga) kini mengering. (d) Ia juga
tidak tahu mengapa nenek moyangnya dahulu sampai di desa itu.
(e) Meski sudah uzur, Saharuddin Dg. Gassing masih gesit dan cekatan. (f)
Begitu bangun pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, is sudah memikul cangkul menuju
sawah garapannya. (g) Ia terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah liat yang
sudah mengeras oleh musim kemarau panjang.
Jenis-jenis Paragraf
Berdasarkan fungsinya
1. Paragraf pembuka
2. Paragraf penghubung
3. Paragraf penutup
Berdasarkan posisi kalimat utama
1.Paragraf deduktif (kalimat utama di awal paragraf)
2. Paragraf induktif (kalimat utama di akhir paragraf)
3. Paragraf deduktif-induktif (kalimat utama di awal dan akhir paragraf)
4. Paragraf penuh kalimat utama (semua kalimat sama pentingnya)
Berdasarkan sifat isinya
1. Paragraf narasi (bersifat menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk cerita)
PENGEMBANGAN PARAGRAF
Cara penempatan pikiran utama
1. Pikiran utama di awal paragraf
2. Urutan kronologis
3. Urutan klimaks dan antiklimaks
Pengembangan paragraf
1. Pengembangan dengan hal-hal khusus
BAB 4
PEMBENTUKAN KALIMAT EFEKTIF
PEMBENTUKAN KALIMAT
Pengertian Kalimat
Satuan bahasa yang lebih besar daripada kata atau frasa yang berupa
rangkaian kata untuk menyatakan pikiran tertentu secara relatif dapat berdiri sendiri.
Ciri-ciri Kalimat
1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan.Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda tanya, atau tanda seru.
2. Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
3. Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap.
4. Mengandung pikiran yang utuh.
5. Menggunakan urutan logis pada setiap kata atau kelompok kata yang
mendukungnya.
6. Mengandung satu makna, ide, atau pesan yang jelas.
Bagian-bagian Kalimat
Subjek dan Predikat
1. Setiap kalimat mempunyai subjek dan predikat.
2. Subjek dan predikat merupakan inti pembicaraan.
3. Subjek merupakan hal dijelaskan oleh predikat.
4. Predikat merupakan hal yang menjelaskan subjek.
Contoh
Saya /sebaiknya /beristirahat /sejenak.
Saya = subjek (S)
sebaiknya beristirahat = predikat (P)
sejenak = keterangan (K)
Perusahaannya /makin berkembang /akhir-akhir ini.
Perusahaannya = subjek (S)
makin berkembang = predikat (P)
akhir-akhir ini = keterangan (K)
Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi unsur kalimat.
Ciri-ciri Pelengkap
1. Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap, kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap
informasinya.
2. Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif.
Misalnya
Negara Republik Indonesia/berdasarkan/Pancasila.
Negara Republik Indonesia = subjek (S)
berdasarkan = predikat (P)
Pancasila = pelengkap (Pel.)
Salah satu ciri untuk membedakan antara objek dan pelengkap adalah dengan
mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Jika objek tidak dapat menduduki fungsi
subjek pada kalimat pasif, berarti kalimat tersebut berpelengkap, bukan berobjek.
Keterangan Kalimat
Keterangan dapat menyertai predikat dengan berbagai variasi. Variasi tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan kalimat. Beberapa jenis keterangan dapat dilihat di
bawah ini.
1. Ia berdiri di tempat itu sejak tadi. (keterangan tempat)
2. Ujian berlangsung selama dua jam. (keterangan waktu)
3. Anak itu lulus ujian karena rajin belajar. (keterangan sebab)
4. Orang itu terlalu sibuk bekerja sehingga jatuh sakit. (keterangan akibat)
5. Saya melempar anjing itu dengan batu. (keterangan alat)
6. Pemerintah melaksanakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. (keterangan tujuan)
7. Semua anggota keluarga hadir kecuali dia. (keterangan pembatasan)
8. Orang itu berjalan cukup cepat. (keterangan keadaan)
9. Meskipun hari hujan, anak itu pergi juga ke sekolah. (keterangan perlawanan)
10. Saya bersedia datang asal diundang. (keterangan syarat)
11. Giginya putih bagai mutiara. (keterangan perbandingan)
12. Mereka tentu datang menemuimu. (keterangan modalitas)*
13. Ibu bersama tamunya menyaksikan peristiwa itu. (keterangan sertaan)
*keterangan modalitas menyatakan sikap atau sarana pembicara/penulis terhadap hal
yang dibicarakan, yang meliputi keadaan, peristiwa, tindakan, atau sifatnya (mungkin,
boleh, barangkali).
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya menyatakan satu pokok pembicaraan
yang dinyatakan pada subjek (S) kalimat. Penjelasan terhadap subjek tersebut
dinyatakan pada predikat (P). Jika predikat kalimat menggunakan kata kerja transitif,
kalimat tersebut dilengkapi dengan objek tertentu. Bagian lain yang berfungsi
memberikan penjelasan tambahan terhadap predikat kalimat adalah keterangan. Pola
umum kalimat tunggal bahasa Indonesia seperti berikut ini.
1. Usahanya berhasil. (S-P)
2. Mereka sedang mendiskusikan tugas kelompok. (S-P-O)
3. Kami menjuluki dia sang Penyelamat. (S-P-O-Pel.)
4. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila. (S-P-Pel.)
5. Para kepala negera Asean sedang berdiskusi di Bali. (S-P-K)
6. Kami memanfaatkan peluang itu dengan baik. (S-P-O-K)
KALIMAT EFEKTIF
Pengertian
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pikiran secara jelas
kepada pembaca sehingga mencapai sasarannya. Kalimat efektiflah yang
menyebabkan proses penyampaian dan penerimaan pikiran dapat berlangsung dengan
baik.
Kelogisan
1. Pemahaman makna kata secara cermat.
2. Penempatan kata secara tepat dalam struktur kalimat.
Contoh kalimat yang tidak logis susunannya
Dirgahayu Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-68.
Pemusatan Perhatian
Penonjolan atau pemusatan perhatian pada bagian-bagian tertentu dalam suatu
kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara tanpa mengubah makna kalimat secara
keseluruhan.
Contoh kalimat yang memusatkan perhatian pada bagian tertentu
1. Kita harus menyelesaikan tugas itu selama seminggu.
2. Selama seminggu kita harus menyelesaikan tugas itu.
3. Tugas itu harus kita selesaikan selama seminggu.
Pengulangan Kata
1 1. Pengulangan kata tertentu dapat memperjelas maksud penulis.
2. Cara ini dapat dilakukan untuk menonjolkan bagian tertentu yang perlu mendapat
perhatian pembaca, tetapi harus dibatasi.
Contohnya:
Tekun membaca buku pelajaran, tekun mengikuti kuliah, dan tekun mengerjakan tugas
yang diberikan oleh dosen, dapat menjamin indeks prestasi mahasiswa.
Penggunaan Partikel
1 1. Pemusatan perhatian juga dapat diarahkan dengan menggunakan partikel –lah, -kah,
dan –pun.
2. Ketiga partikel ini sering digunakan dalam kalimat untuk menegaskan.
Contoh kalimat yang menggunakan partikel
1. Sayalah yang seharusnya membantu yang bersangkutan.
2. Dialah biang keladi keributan itu.
3. Siapakah yang datang ke sini?
4. Kami pun menyaksikan peristiwa yang mengerikan itu.
1. Pelafalan
Tulisan lafal yang benar lafal yang salah
teknik teknik tehnik
tegel tegel tehel
energi energi enerji, enersi
praktik praktik praktek
risiko risiko resiko
Masalah lain yang sering muncul
Tulisan lafal yg benar lafal yg salah
TV /te ve/ /ti vi/
LNG /el en ge/ /el en ji/
MTQ /em te ki/ /emtekyu, emtekui/
Huruf kapital digunakan untuk menuliskan awal kata yang menyangkut nama bangsa,
suku, bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contohnya:
bangsa Indonesia
suku Makassar
bahasa Bugis
tahun Hijriah
bulan Ramadan
hari Natal
Perang Padri
Huruf kapital digunakan untuk menuliskan kata ganti sapaan yang berhubungan dengan
kekerabatan.
Contohnya:
Kapan Bapak berangkat?
Apa kabar, Dik?
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Tetapi huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan sebagai kata ganti sapaan.
Contohnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Semua camat dalam kabupaten itu sudah hadir.
bersahut-sahut
sahut-menyahut
bersahut-sahutan
buku-sejarah baru
buku sejarah-baru
ibu-bapak
belajar-mengajar
Angka yang menggunakan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Contohnya:
Perusahaan kami baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Kecuali dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis
dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Contohnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan : Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Secara ideal, ejaan bahasa Indonesia merupakan ejaan fonemik. Artinya, setiap
satu bunyi dilambangkan oleh satu huruf. Akan tetapi, sistem fonemik ini belum dapat
diterapkan secara sempurna dalam bahasa Indonesia sebab masih ada beberapa bunyi
dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan dua huruf. Bunyi tersebut adalah
fonem /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya juga, ada dua bunyi yang hanya
dilambangkan dengan satu huruf. Bunyi tersebut adalah /e/ taling dan /e/ pepet yang
hanya dilambangkan dengan huruf /e/ saja.
RAGAM BAHASA
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise
tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis,
perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat
dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam
lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi
perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman,
di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam
tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku
pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis
nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar
dan nonstandar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi,
kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan
perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras
yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :
topik yang sedang dibahas,
hubungan antarpembicara,
medium yang digunakan,
lingkungan, atau
situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar
penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
penggunaan kata tertentu,
penggunaan imbuhan,
penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
penggunaan fungsi yang lengkap.
LARAS BAHASA
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi
dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa
Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku.
CENDEKIA
Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama, sehingga gagasan
yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
LUGAS
Paparan bahasa yang lugas akan menghindari kesalah-pahaman dan kesalahan menafsirkan isi
kalimat dapat dihindarkan.
Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari.
JELAS
Gagasan akan mudah dipahami apabila (1) dituangkan dalam bahasa yang jelas dan (2)
hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas.
Kalimat yang tidak jelas, umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
FORMAL
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal.
Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan
kata, dan kalimat.
OBJEKTIF
Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi
juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
KONSISTEN
Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan sesuai dengan kaidah maka untuk
selanjutnya digunakan secara konsisten.
BERTOLAK DARI GAGASAN
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan.
Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis
sebagai pelaku perlu dihindari.
RINGKAS DAN PADAT
Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa.
Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas
tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.
Dalam dunia akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam
ilmiah yang memiliki ciri khas, yakni cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat yang
fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas, padat, dan konsisten.
Ciri-ciri ragam bahasa ilmiah
1. Struktur kalimat jelas dan bermakna lugas;
2. Struktur wacana bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah;
3. Singkat, berisi analisis, dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap;
4. Cermat dalam menggunakan unsur baku, ejaan, bentuk, kata, kalimat, paragraf, wacana;
5. Cermat dan konsisten menggunakan penalaran: topik, deskripsi teori, data, analisis, dan
simpulan
6. Menggunakan istilah khusus dalam bidang tertentu
7. Objektif, terbuka, menghindari bentuk persona, dan ungkapan subjektif;
8. Konsisten dalam pembahasan
Ragam bahasa pidato
1. Etika ilmiah
2. Ketentuan lembaga atau kampus
3. Kemampuan personal
4. Kemampuan teknis
BAB 1
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
Bukti sejarah penggunaan bahasa Melayu pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit
1. Sebagai bahasa kebudayaan. Ditemukan beberapa buku berbahasa Melayu yang berisi
tentang aturan-aturan hidup dan sastra.
2. Sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Indonesia.
3. Sebagai bahasa niaga dalam transaksi perdagangan.
4. Sebagai bahasa resmi kerajaan pada masa pemerintahan Sriwijaya dan Majapahit.