Anda di halaman 1dari 28

BAB 5

PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN PARAGRAF

Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas daripada
kalimat. Sebuah paragraf terdiri atas beberapa kalimat.Setiap paragraf hanya boleh
mengandung satu ide pokok.
Secara ideal, paragraf sebaiknya teridiri atas lima sampai tujuh kalimat. Akan
tetapi, bukan berarti hal ini sebagai satu keharusan. Paragraf yang agak pendek atau
singkat kalimatnya tentu boleh saja lebih dari tujuh kalimat. Begitu pula paragrafnya
yang kalimatnya agakm panjang kalimat, tentu boleh saja kurang dari lima kalimat.
Meskipun tidak ada aturan baku mengenai jumlah kalimat dalam satu paragraf, namun
perlu diketahui bahwa paragraf yang terlalu banyak kalimatnya juga kadang-kadang
tidak efektif karena pembaca agak susah menemukan ide pokoknya.

Contoh paragraf
(a) Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia selalu mengalami perubahan.
(b) Perubahan itu antara lain berupa penambahan kata-kata baru, baik dari bahasa
daerah maupun dari bahasa asing. (c) Penambahan yang berasal dari bahasa asing,
misalnya astronaut, kosmonaut, satelit, komputer, dan televisi. (d) Penambahan kata-
kata baru itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam komunikasi.
Paragraf tersebut terdiri atas empat kalimat, semuanya membicarakan
perkembangan bahasa Indonesia. Ide pokok (pikiran utama) paragraf tersebut adalah
“perkembangan bahasa Indonesia” yang tertuang dalam kalimat (a). Kalimat (b), (c) ,
dan (d) merupakan kalimat penjelas karena ketiga kalimat itu menjelaskan ide pokok
pada kalimat utamanya.

Tujuan pembentukan paragraf


1       1. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan cara menyekat-nyekat ide
pokok yang satu dari ide pokok yang lain berdasarkan keharusan untuk mengungkap
satu ide pokok saja pada setiap paragraf.
2. Memudahkan pembaca mengikuti uraian penulis secara sistematis dari ide yang
satu ke ide yang lain sehingga pemusatan perhatian dapat dilakukan terhadap
setiap ide yang diungkapkan dalam karya tulis tersebut.

Contoh paragraf
(a) Saharuddin Dg. Gassing tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. (b) Ia
tidak tahu-menahu mengapa desanya dinamai Bontomarannu. (c) Ia tidak tahu
mengapa Bontomarannu dan Bontomanai (desa tetangga) kini mengering. (d) Ia juga
tidak tahu mengapa nenek moyangnya dahulu sampai di desa itu. (e) Meski sudah
uzur, Saharuddin Dg. Gassing masih gesit dan cekatan. (f) Begitu bangun pagi, tanpa
harus minum kopi dahulu, is sudah memikul cangkul menuju sawah garapannya. (g) Ia
terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah liat yang sudah mengeras oleh
musim kemarau panjang.
Contoh paragraf di atas tidak dapat disebut paragraf yang baik sebab
mengandung dua ide pokok, yaitu kalimat (a) dan kalimat (e). Oleh karena itu, paragraf
tersebut dipecahkan menjadi dua paragraf.
(a) Saharuddin Dg. Gassing tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. (b) Ia
tidak tahu-menahu mengapa desanya dinamai Bontomarannu. (c) Ia tidak tahu
mengapa Bontomarannu dan Bontomanai (desa tetangga) kini mengering. (d) Ia juga
tidak tahu mengapa nenek moyangnya dahulu sampai di desa itu.
(e) Meski sudah uzur, Saharuddin Dg. Gassing masih gesit dan cekatan. (f)
Begitu bangun pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, is sudah memikul cangkul menuju
sawah garapannya. (g) Ia terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah liat yang
sudah mengeras oleh musim kemarau panjang.

Jenis-jenis Paragraf
Berdasarkan fungsinya
           1. Paragraf pembuka

2. Paragraf penghubung
3. Paragraf penutup
Berdasarkan posisi kalimat utama
           1.Paragraf deduktif (kalimat utama di awal paragraf)
2. Paragraf induktif (kalimat utama di akhir paragraf)
3. Paragraf deduktif-induktif (kalimat utama di awal dan akhir paragraf)
4. Paragraf penuh kalimat utama (semua kalimat sama pentingnya)
Berdasarkan sifat isinya
          1.  Paragraf narasi (bersifat menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk cerita)

2. Paragraf deskripsi (bersifat melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan


bahasa)
3. Paragraf eksposisi (bersifat memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu)
4. Paragraf argumentasi (bersifat membahas suatu masalah dengan bukti-bukti
atau alasan yang mendukung)
5. Paragraf persuasif (bersifat mempromosikan sesuatu dengan cara memengaruhi
pembaca)

Syarat-syarat Pembentukan Paragraf


1.    Kesatuan pikiran
Sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan apabila selurih kalimat dalam
paragraf hanya membicarakan satu pokok pikiran atau satu masalah. Semua unsur
harus berkaitan dengan pikiran utama.

2. Kepaduan atau koherensi


Sebuah kalimat dikatakan koherensi apabila aliran kalimat yang satu ke kalimat
yang lainnya berjalan mulus dan lancar di samping adanya hubungan timbal-balik
antarkalimatnya. Untuk memadukan kalimat-kalimat dalam satu paragraf, dapat
dilakukan repetisi atau pengulangan. Selain itu, kepaduan kalimat juga dapat dilakukan
dengan menggunakan kata ganti. Ada tiga jenis kata ganti yang dapat dipakai agar
kalimat menjadi padu, yaitu: (1) kata ganti orang (ia/dia, beliau, mereka, dan –nya), (2)
kata ganti milik (-nya, beliau, dan mereka), dan (3) kata ganti penunjuk (ini dan itu).

Dalam menyusun paragraf, dapat dilakukan dengan beberapa variasi kalimat


yang dipadukan oleh beberapa kata atau frasa transisi. Berikut ini beberapa bentuk kata
dan frasa transisi antarkalimat.
1.    Hubungan akibat/hasil: akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab itu, dengan demikian,
jadi.
2.    Hubungan pertambahan: berikutnya, demikian juga, kemudian, selain itu, selanjutnya,
lagi pula, lalu.
3.    Hubungan perbandingan: dalam hal yang sama, lain halnya dengan, sebaliknya, lebih
baik dari itu, berbeda dengan itu.
4.    Hubungan pertentangan: akan tetapi, bagaimanapun, meskipun begitu, namun,
sebaliknya, walaupun demikian.
5.    Hubungan tempat: berdekatan dengan itu, di sini, ke depan sana, tak jauh dari sana, ke
seberang, di sepanjang jalan.
6.    Hubungan tujuan: agar, untuk, guna, untuk maksud itu.
7.    Hubungan waktu: baru-baru ini, beberapa saat kemudian, segera, sementara itu, ketika,
kemudian, sejak.
8.    Hubungan singkatan: singkatnya, ringkasnya, akhirnya, pendek kata, dengan kata lain,
yakni, yaitu, sesungguhnya.

PENGEMBANGAN PARAGRAF
Cara penempatan pikiran utama
          1.   Pikiran utama di awal paragraf

2. Pikiran utama di akhir paragraf


3. Pikiran utama di awal dan di akhir paragraf
4. Paragraf dengan pikiran utama tersirat

Pengurutan kalimat utama dan kalimat penjelas 


     1.    Urutan logis

2. Urutan kronologis
3. Urutan klimaks dan antiklimaks
Pengembangan paragraf
     1.  Pengembangan dengan hal-hal khusus

2. Pengembangan dengan teknik klasifikasi


3. Pengembangan dengan alasan-alasan
4. Pengembangan dengan perbandingan
5. Pengembangan dengan contoh-contoh
6. Pengembangan dengan definisi luas
7. Pengembangan dengan campuran

BAB 4
PEMBENTUKAN KALIMAT EFEKTIF

PEMBENTUKAN KALIMAT
Pengertian Kalimat
Satuan bahasa yang lebih besar daripada kata atau frasa yang berupa
rangkaian kata untuk menyatakan pikiran tertentu secara relatif dapat berdiri sendiri.

Ciri-ciri Kalimat

     1.     Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan       
kesenyapan.Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda tanya, atau tanda seru. 
2. Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
3. Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap. 
4. Mengandung pikiran yang utuh. 
5. Menggunakan urutan logis pada setiap kata atau kelompok kata yang
mendukungnya. 
6. Mengandung satu makna, ide, atau pesan yang jelas.

Bagian-bagian Kalimat
Subjek dan Predikat
1.  Setiap kalimat mempunyai subjek dan predikat.
2. Subjek dan predikat merupakan inti pembicaraan. 
3. Subjek merupakan hal dijelaskan oleh predikat. 
4. Predikat merupakan hal yang menjelaskan subjek.
Contoh
Saya /sebaiknya /beristirahat /sejenak.
Saya = subjek (S)
sebaiknya beristirahat = predikat (P)
sejenak = keterangan (K)
Perusahaannya /makin berkembang /akhir-akhir ini.
Perusahaannya = subjek (S)
makin berkembang = predikat (P)
akhir-akhir ini = keterangan (K)

Objek dan Keterangan


1.    Objek dan keterangan adalah dua bagian kalimat yang sering muncul dalam kalimat
untuk melengkapi predikat.
2. Hubungan antara objek dan predikat ternyata lebih erat daripada hubungan antara
keterangan dan predikat.
Contoh
Ia/ membaca/ buku itu /beberapa kali.
Ia = subjek (S)
membaca = predikat (P)
buku itu = objek (O)
beberapa kali = keterangan (K)

Kami /merayakan /hari ulang tahunnya /kemarin.


Kami = subjek (S)
merayakan = predikat (P)
hari ulang tahunnya = objek (O)
kemarin = keterangan (K)

Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi unsur kalimat.

Ciri-ciri Pelengkap
1.    Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap, kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap
informasinya.
2. Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif.
Misalnya
Negara Republik Indonesia/berdasarkan/Pancasila.
Negara Republik Indonesia = subjek (S)
berdasarkan = predikat (P)
Pancasila = pelengkap (Pel.)

Salah satu ciri untuk membedakan antara objek dan pelengkap adalah dengan
mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Jika objek tidak dapat menduduki fungsi
subjek pada kalimat pasif, berarti kalimat tersebut berpelengkap, bukan berobjek.

Keterangan Kalimat
Keterangan dapat menyertai predikat dengan berbagai variasi. Variasi tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan kalimat. Beberapa jenis keterangan dapat dilihat di
bawah ini.
1.    Ia berdiri di tempat itu sejak tadi. (keterangan tempat)
2.    Ujian berlangsung selama dua jam. (keterangan waktu)
3.    Anak itu lulus ujian karena rajin belajar. (keterangan sebab)
4.    Orang itu terlalu sibuk bekerja sehingga jatuh sakit. (keterangan akibat)
5.    Saya melempar anjing itu dengan batu. (keterangan alat)
6.    Pemerintah melaksanakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. (keterangan tujuan)
7.    Semua anggota keluarga hadir kecuali dia. (keterangan pembatasan)
8.    Orang itu berjalan cukup cepat. (keterangan keadaan)
9.    Meskipun hari hujan, anak itu pergi juga ke sekolah. (keterangan perlawanan)
10. Saya bersedia datang asal diundang. (keterangan syarat)
11. Giginya putih bagai mutiara. (keterangan perbandingan)
12. Mereka tentu datang menemuimu. (keterangan modalitas)*
13. Ibu bersama tamunya menyaksikan peristiwa itu. (keterangan sertaan)
*keterangan modalitas menyatakan sikap atau sarana pembicara/penulis terhadap hal
yang dibicarakan, yang meliputi keadaan, peristiwa, tindakan, atau sifatnya (mungkin,
boleh, barangkali).

Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya menyatakan satu pokok pembicaraan
yang dinyatakan pada subjek (S) kalimat. Penjelasan terhadap subjek tersebut
dinyatakan pada predikat (P). Jika predikat kalimat menggunakan kata kerja transitif,
kalimat tersebut dilengkapi dengan objek tertentu. Bagian lain yang berfungsi
memberikan penjelasan tambahan terhadap predikat kalimat adalah keterangan. Pola
umum kalimat tunggal bahasa Indonesia seperti berikut ini.
1.    Usahanya berhasil. (S-P)
2.    Mereka sedang mendiskusikan tugas kelompok. (S-P-O)
3.    Kami menjuluki dia sang Penyelamat. (S-P-O-Pel.)
4.    Negara Indonesia berdasarkan Pancasila. (S-P-Pel.)
5.    Para kepala negera Asean sedang berdiskusi di Bali. (S-P-K)
6.    Kami memanfaatkan peluang itu dengan baik. (S-P-O-K)

Kalimat Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari
penggabungan beberapa kalimat tunggal yang setara kedudukannya dan menyatakan
peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berturut-turut atau dalam waktu yang
bersamaan. Penggabungan kalimat majemuk setara dihubungkan oleh kata
penghubung sifatnya menggabungkan (dan), mempertentangkan (tetapi, sedangkan,
melainkan), memilih (atau), dan mengurutkan (lalu). Contohnya dapat dilihat di bawah
ini.
1.    Dosen menerangkan kalimat majemuk dan mahasiswa mendengarkan dengan cermat.
2.  Tingkah lakunya yang buruk itu tidak saja merugikan dirinya, tetapi juga merugikan
keluarganya.
3.    Kita menyelesaikan pekerjaan itu dengan segera atau menyerahkan kepada orang lain.
4.    Ia pulang lalu pergi menjenguk anaknya.

Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari sebuah
kalimat tunggal yang salah satu bagiannya mengalami perluasan atau penggantian
dengan kalimat lain.
Hubungan bagian kalimat yang satu dengan bagian kalimat yang lain dalam
suatu struktur kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat. Bagian yang lebih tinggi
kedudukannya disebut induk kalimat (klausa utama), sedangkan bagian yang lebih
rendah kedudukannya disebut anak kalimat (klausa sematan). Hubungan antara anak
kalimat dan induk kalimat bersifat subordinatif.
Contoh perluasan kalimat yang membentuk kalimat majemuk.
1.    Ia berhasil mengembangkan usahanya setelah memperoleh pinjaman modal dari bank.
2.    Saya akan bekerja dengan tekun bila berhasil diterima sebagai pegawai di kantor itu.
3.    Seandainya usul-usul yang diajukannya itu diterima oleh pengurus, tentu program kerja
organisasi bisa terlaksana dengan baik.

KALIMAT EFEKTIF

Pengertian
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pikiran secara jelas
kepada pembaca sehingga mencapai sasarannya. Kalimat efektiflah yang
menyebabkan proses penyampaian dan penerimaan pikiran dapat berlangsung dengan
baik.

Kepaduan Bagian Kalimat


     Kata-kata yang dipakai untuk membentuk kalimat harus ditempatkan pada posisi yang
tepat dalam struktur kalimat agar jelas fungsinya masing-masing.
Kalimat yang bagian-bagiannya terpadu menjadi sarana pengembangan pikiran yang
efektif dan jelas maknanya.
Contoh kalimat yang tidak padu
Untuk kehidupan modern menuntut cara berpikir dan bertindak yang efisien.

Kelogisan
1.    Pemahaman makna kata secara cermat. 
2. Penempatan kata secara tepat dalam struktur kalimat.
Contoh kalimat yang tidak logis susunannya
Dirgahayu Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-68.

Pemusatan Perhatian
Penonjolan atau pemusatan perhatian pada bagian-bagian tertentu dalam suatu
kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara tanpa mengubah makna kalimat secara
keseluruhan.
Contoh kalimat yang memusatkan perhatian pada bagian tertentu
1.    Kita harus menyelesaikan tugas itu selama seminggu.
2.    Selama seminggu kita harus menyelesaikan tugas itu.
3.    Tugas itu harus kita selesaikan selama seminggu.

Pengulangan Kata
1    1.  Pengulangan kata tertentu dapat memperjelas maksud penulis.
2. Cara ini dapat dilakukan untuk menonjolkan bagian tertentu yang perlu mendapat
perhatian pembaca, tetapi harus dibatasi.
Contohnya:
Tekun membaca buku pelajaran, tekun mengikuti kuliah, dan tekun mengerjakan tugas
yang diberikan oleh dosen, dapat menjamin indeks prestasi mahasiswa.

Penggunaan Partikel
1   1. Pemusatan perhatian juga dapat diarahkan dengan menggunakan partikel –lah, -kah,
dan  –pun.
2. Ketiga partikel ini sering digunakan dalam kalimat untuk menegaskan.
Contoh kalimat yang menggunakan partikel
1.    Sayalah yang seharusnya membantu yang bersangkutan.
2.    Dialah biang keladi keributan itu.
3.    Siapakah yang datang ke sini?
4.    Kami pun menyaksikan peristiwa yang mengerikan itu.

Kehematan Penggunaan Kata


1. Prinsip kehematan penggunaan kata adalah menggunakan kata sehemat mungkin
dengan makna yang padat (lengkap). 
    2. Penulis harus mampu menggunakan kata secara hemat agar pikiran yang
diungkapkan dalam kalimat cepat dipahami maksudnya.
Contoh penggunaan kata yang tidak hemat
    1.  Surat kabar harian Tribun Timur kini terbit dengan dengan jumlah halaman yang
lebih banyak.
    2.  Dalam rangka untuk meningkatkan prestasi akademik mahasiswa, hendaknya para
dosen berusaha dan berikhtiar memperbaiki proses belajar-mengajar yang menjadi
tanggung jawabnya.
BAB 3
EJAAN BAHASA INDONESIA

PELAFALAN, PEMAKAIAN HURUF, PENULISAN HURUF, KATA, PARTIKEL, DAN


ANGKA BILANGAN

1.    Pelafalan
Tulisan lafal yang benar lafal yang salah
teknik teknik tehnik
tegel tegel tehel
energi energi enerji, enersi
praktik praktik praktek
risiko risiko resiko
Masalah lain yang sering muncul
Tulisan lafal yg benar lafal yg salah
TV /te ve/ /ti vi/
LNG /el en ge/ /el en ji/
MTQ /em te ki/ /emtekyu, emtekui/

Tulisan lafal yang benar lafal yang salah


HCL Ha Se El Ha Ce El
CO2 Se O2 Ce O2
Coca Cola ko ka ko la co ca co la

2.    Pemakaian Huruf


Bunyi /f/, /v/, /x/, dan /z/ merupakan huruf serapan yang sekarang sudah dipakai secara
resmi
Contoh:
fakta tidak diganti dengan pakta
valuta tidak diganti dengan paluta
aktif tidak diganti dengan aktip
ziarah tidak diganti dengan jiarah atau siarah
Bunyi /x/ dan /q/ hanya dapat dipakai untuk nama istilah khusus.
Contohnya:
Quran tetap ditulis Quran (nama)
aquarium harus ditulis dengan akuarium
quadrat harus ditulis dengan kuadrat
complex harus ditulis dengan kompleks

bunyi “ain” /’/ harus diganti menjadi bunyi /k/


contohnya:
ta’zim harus diganti dengan takzim
da’wah harus diganti dengan dakwah

3.    Penulisan Huruf Kapital


Huruf kapital digunakan untuk menuliskan nama Tuhan atau kata ganti untuk nama
Tuhan.
Contohnya:
… hamba-Nya
… hamba-Mu
…Engkau beri rahmat
Penulisan huruf kapital digunakan untuk menuliskan gelar, jabatan, pangkat yang diikuti
langsung nama orang, nama daerah, atau negara.
Contohnya:
Presiden Republik Indonesia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Sulawesi Selatan
Haji Agus Salim
Bandingkan dengan penulisan berikut ini.
Tugas presiden tidak ringan.
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Brigadir Jenderal Ahmad baru dilantik menjadi mayor jenderal.

Huruf kapital digunakan untuk menuliskan awal kata yang menyangkut nama bangsa,
suku, bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contohnya:
bangsa Indonesia
suku Makassar
bahasa Bugis
tahun Hijriah
bulan Ramadan
hari Natal
Perang Padri
Huruf kapital digunakan untuk menuliskan kata ganti sapaan yang berhubungan dengan
kekerabatan.
Contohnya:
Kapan Bapak berangkat?
Apa kabar, Dik?
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Tetapi huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan sebagai kata ganti sapaan.
Contohnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Semua camat dalam kabupaten itu sudah hadir.

4.    Penulisan Huruf Miring


Untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar.
Contohnya:
Negarakertagama karangan Prapanca
Majalah Bahasa dan Kesusatraan
Surat kabar Fajar
Untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok kata.
Contohnya:
Bab ini tidak membicarakan tentang penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepastangan.
Untuk menuliskan kata ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
      Contohnya:
Weltanschauung diterjemahkan “pandangan dunia”.
Buah manggis nama ilmiahnya ialah Garciniamangostana.

5.    Penulisan KataTurunan


sebar
disebar
sebarkan
disebarkan
tanggung jawab
bertanggung jawab
tanggung jawabkan
pertanggungjawaban
6.    Penulisan Kata Ulang
sayur-sayur
sayur-sayuran
sayur-mayur

bersahut-sahut
sahut-menyahut
bersahut-sahutan

bentuk dasar bentuk pengulangan


mata pelajaran mata-mata pelajaran
rumah sakit rumah-rumah sakit
kereta api kereta-kereta api

7.    Gabungan Kata


kata gabungan bentuk kombinasi
duta besar pancasila
mata pelajaran tunawisma
model linear antarkota
persegi panjang nonaktif
Mahatahu -> Maha Mengetahui
Mahakasih -> Maha Pengasih
Mahakuasa -> Maha Penguasa

buku-sejarah baru
buku sejarah-baru
ibu-bapak
belajar-mengajar

8.    Kata Depan di, ke, dandari


di kampus --- ke kampus --- dari kampus
di rumah --- ke rumah --- dari rumah
di sana --- ke sana --- dari sana
di samping --- ke samping --- ke samping

di mana jawabannya di kampus


ke mana jawabannya ke rumah
dari mana jawabannya dari sana

diteliti ----- meneliti


dianalisis ----- menganalisis
ditulis ----- menulis

ketua ------ ketuaan


kesatu ------ kesatuan
   perhatikan
   Penggunaan kata depan di dan ke tidak digunakan di depan kata ganti orang dan di  
depan kata keterangan waktu.
   Contohnya:
   di saya, di teman, ke saya, ke teman; seharusnya menjadi pada saya, pada teman.
   di bulan Puasa, di malam Minggu, di saat itu; seharusnya menjadi pada bulan
Puasa,    pada malam Minggu, pada saat itu.
9.    Partikellah, kah, tah, dan pun
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapatah gerangan dia?
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contohnya:
Apa pun dimakannya, ia tetap kurus.
Jika kakak pergi, adik pun ingin pergi
Kata-kata berikut sudah dianggap padu benar, ditulis serangkai: adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, walaupun.
Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendampinginya.
Contohnya:
Undang-undang baru ini berlaku per januari 2013.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

10. Angka Lambangdan Bilangan


salah benar
Perang Dunia ke II Perang Dunia II
Perang Dunia ke-2
Perang Dunia kedua
abad ke XXI abad XXI
abad ke-21
abad kedua satu
Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut ini.
tahun 50-an atau tahun lima puluhan
uang 5000-an atau uang lima ribuan
lima uang 1000-an atau lima uang seribuan
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara beurutan seperti dalam
pemerincian atau pemaparan.
Contohnya:
Kami menonton film itu sampai tiga kali.
Ibu membeli lima belas ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang memberikan suara setuju, 15 suara tidak
setuju, dan 5 suara blangko.
Contoh penulisan angka dalam kalimat:
Lima belas anggota yang tidak hadir.
Bukan: 15 anggota yang tidak hadir.
Kami mengundang 250 orang tamu.
Bukan: 250 orang tamu kami undang. atau
Dua ratus lima puluh orang tamu kami undang.

Angka yang menggunakan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Contohnya:
Perusahaan kami baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Kecuali dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis
dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Contohnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan : Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.

 PENULISAN UNSUR SERAPAN, SINGKATAN, DAN TANDA BACA

Secara ideal, ejaan bahasa Indonesia merupakan ejaan fonemik. Artinya, setiap
satu bunyi dilambangkan oleh satu huruf. Akan tetapi, sistem fonemik ini belum dapat
diterapkan secara sempurna dalam bahasa Indonesia sebab masih ada beberapa bunyi
dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan dua huruf. Bunyi tersebut adalah
fonem /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya juga, ada dua bunyi yang hanya
dilambangkan dengan satu huruf. Bunyi tersebut adalah /e/ taling dan /e/ pepet yang
hanya dilambangkan dengan huruf /e/ saja.

1.    Penyerapan Secara Alamiah


perlu
ilham
kabar
radio
orator
arloji
imitasi
kitab

2.    Penyerapan Seperti Bentuk Asal


shuttlecock
cum laude
de facto
curriculum vitae
offside
status quo

3.    Penyerapandengan Terjemahan


kata asing terjemahan bahasa Indonesia
volcano gunung api
feed back umpan balik
medical pengobatan
take off lepas landas
point butir
input masukan
output keluaran

4.    Penyerapandengan Perubahan


bentuk asal bentuk serapan
octaaf oktaf
haematite hematit
accent aksen
komfoor kompor
gauverneur gubernur
central sentral
phase fase
5.    Penyerapan Asing
logis
ekonomis
dualisme
modernisme
ideal
struktural
logika
dialog
mekanik
direktur
sukarelawan
6.    Penulisan Singkatan
Singkatan nama diri, nama resmi lembaga pemerintahan, organisasi, instansi, lembaga,
departemen, serta nama dokumen resmi yang diambil dari gabungan antarhuruf
pertama awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa diikuti tanda titik. Misalnya:
DPR
PDI
RCTI
KTP
SMU
TPI
Singkatan nama-nama umum yang terdiri atas tiga huruf ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
dsb.
dst.
dll.
sbb.
dkk.
sda.
Singkatan kata-kata umum yang terdiri atas dua huruf
a.n.
a.l.
d.a.
u.b.
s.d.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat ditulis dengan huruf
kapital pada awal singkatan dan diikuti tanda titik.
Misalnya:
R.A. Kartini
Prof.
Muh. Akil B.
Bpk.
Ir.
S.H.
Singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, satuan mata uang, dan lambang kimia,
tidak menggunakan tanda titik.
Misalnya:
kg
Rp
cm
Cu
l (liter)
m (meter)
7.    Akronim
Akronim nama diri yang berupa gabungan antara awal kata, dengan deret kata
semuanya ditulis dengan menggunakan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
LAN
SIM
IKIP
NIP
AFI
Akronim nama diri yang berupa gabungan antara suku kata dengan suku kata atau
suku kata dengan kata dari deret kata diawali dengan huruf kapital dan tidak diikuti
tanda titik.
Misalnya:
Golkar
Pertamina
Iwapi
Unhas
Sekjen
Nasdem
Bawaslu
Akronim yang bukan nama diri dan berupa gabungan antara suku kata dengan suku
kata atau suku kata dengan awal kata.
Misalnya:
pemilu
bemor
rudal
patas
rapim
berdikari

 8.    Penggunaan Tanda Baca


Tanda titik (.) dipakai pada:
1.    akhir kalimat pernyataan,
2.    singkatan nama orang,
3.    singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan,
4.    kata atau ungkapan yang sudah sangat umum,
5.    di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, dan
6.    memisahkan angka pukul, menit, dan detik yang menunjuk waktu atau menunjukkan
jangka waktu.
Tanda titik (.)tidak dipakai:
1.    Untuk memisahkan angka ribuan atau jutaan yang tidak menunjukkan jumlah;
2.    Dalam singkatan yang terdiri atas huruf awal kata, suku kata, atau dalam akronim yang
sudah diterima oleh masyarakat;
3.    Dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang;
4.    Pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, tabel, ilustrasi; dan
5.    Di belakang alamat pengirim.
Tanda koma (,)dipakai:
1.    di antara unsur-unsur dalam pemerian;
2.    memisahkan kalimat yang setara;
3.    memisahkan anak kalimat dan induk kalimat;
4.    di belakang kata penghubung antarkalimat;
5.    di belakang kata-kata seruan;
6.    memisahkan petikan langsung dari kata bagian lain;
7.    memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya;
8.    di antara nama orang dan gelar akademik; dan
9.    untuk mengapit keterangan tambahan.

Tanda titik koma (;) dipakai:


1.    memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara; dan
2.    memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Tanda titik dua (:) dipakai:
1.    pada akhir suatu penyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian;
2.    sesudah ungkapan atau kata yang memerlukan pemerian;
3.    dalam teks drama; dan
4.    di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci, di
antara judul dan anak judul karangan.
Tanda hubung (-) dipakai:
1.    untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah karena pergantian baris;dan
2.    menyambung awalan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
angka dengan –an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan.
Tanda pisah ( - ) dipakai:
1.    membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi keterangan atau penjelasan;
2.    menegaskan adanya oposisi;dan
3.    di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan.
Tanda elipsis (…) dipakai:
1.    menggambarkan kalimat yang terputus-putus;dan
2.    menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Tanda tanya (?) dipakai:
1.    pada akhir kalimat tanya; dan
2.    menyatakan kesangsian tentang sesuatu.
Tanda seru (!) dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang mengandung seruan
atau perintah.
Tanda kurung ( )dipakai:
1.    mengapit keterangan tambahan;
2.    mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan;
3.    Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan; dan
4.    mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.
 Tanda kurung siku ([ ]) dipakai:
1.    mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat
atau bagian kalimat yang tertulis dalam naskah asli;dan
2.    mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
Tanda garis miring (/) dipakai:
1.    pada penomoran surat, alamat, dan tahun; dan
2.    sebagai pengganti kata atau tiap.
Tanda petik tunggal (‘ ‘) dipakai:
1.    mengapit petikan dalam petikan lain; dan
2.    mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata asing.
LARAS DAN RAGAM BAHASA,
SERTA RAGAM ILMIAH

RAGAM BAHASA
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise
tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis,
perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat
dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. 

Media pengantarnya atau sarananya


Ragam lisan.
Ragam tulis.

Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam
lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi
perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman,
di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam
tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku
pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis
nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.

Ragam bahasa baku dapat berupa


ragam bahasa baku tulis dan
ragam bahasa baku lisan. 

Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar
dan nonstandar.
 
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi,
kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan
perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras
yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).

Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :
topik yang sedang dibahas,
hubungan antarpembicara,
medium yang digunakan,
lingkungan, atau
situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar
penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
penggunaan kata tertentu,
penggunaan imbuhan,
penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
penggunaan fungsi yang lengkap.

Ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan

 ragam bahasa ilmiah


ragam hukum
ragam bisnis
ragam agama
ragam sosial
ragam kedokteran
ragam sastra.

LARAS BAHASA
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya 

Macam-macam laras bahasa


Laras ilmiah
Laras sastra (puisi, cerpen, novel, dll.)
Laras jurnalistik (berita, editorial, iklan, dll.)
Laras hukum
Laras kedokteran

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi
dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa
Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku.

CIRI-CIRI RAGAM ILMIAH


CENDEKIA,
LUGAS,
JELAS,
FORMAL,
OBJEKTIF,
KONSISTEN,
BERTOLAK DARI GAGASAN,
RINGKAS DAN PADAT.

CENDEKIA
Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama, sehingga gagasan
yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
LUGAS
Paparan bahasa yang lugas akan menghindari kesalah-pahaman dan kesalahan menafsirkan isi
kalimat dapat dihindarkan.
Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari.
JELAS
Gagasan akan mudah dipahami apabila (1) dituangkan dalam bahasa yang jelas dan (2)
hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas.
Kalimat yang tidak jelas, umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
FORMAL
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal.
Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan
kata, dan kalimat.
OBJEKTIF
Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi
juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
KONSISTEN
Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan sesuai dengan kaidah maka untuk
selanjutnya digunakan secara konsisten.
BERTOLAK DARI GAGASAN
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan.
Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis
sebagai pelaku perlu dihindari.
RINGKAS DAN PADAT
Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa.
Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas
tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.
Dalam dunia akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam
ilmiah yang memiliki ciri khas, yakni cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat yang
fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas, padat, dan konsisten.
Ciri-ciri ragam bahasa ilmiah
1.       Struktur kalimat jelas dan bermakna lugas;
2.       Struktur wacana bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah;
3.       Singkat, berisi analisis, dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap;
4.       Cermat dalam menggunakan unsur baku, ejaan, bentuk, kata, kalimat, paragraf, wacana;
5.       Cermat dan konsisten menggunakan penalaran: topik, deskripsi teori, data, analisis, dan
simpulan
6.       Menggunakan istilah khusus dalam bidang tertentu
7.       Objektif, terbuka, menghindari bentuk persona, dan ungkapan subjektif;
8.       Konsisten dalam pembahasan
Ragam bahasa pidato
1.       Etika ilmiah
2.       Ketentuan lembaga atau kampus
3.       Kemampuan personal
4.       Kemampuan teknis

BAB 1
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

A.    Sejarah Bahasa Indonesia


1.    Bahasa Indonesia bersumber atau berakar dari bahasa Melayu.
2. Berabad-abad yang lalu, bahasa Melayu sudah digunakan sebagai bahasa pergaulan
(lingua franca) di kepulauan nusantara dan hampir seluruh wilayah Asia Tenggara.

Bukti sejarah penggunaan bahasa Melayu pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit
1.    Sebagai bahasa kebudayaan. Ditemukan beberapa buku berbahasa Melayu yang berisi
tentang aturan-aturan hidup dan sastra.
2.    Sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Indonesia.
3.    Sebagai bahasa niaga dalam transaksi perdagangan.
4.    Sebagai bahasa resmi kerajaan pada masa pemerintahan Sriwijaya dan Majapahit.

Sejarah Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan


1.    Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap dipakai sebagai bahasa
perhubungan yang luas.
2. Pemerintah Belanda tidak mau menyebarkan bahasa Belanda kepada masyarakat
pribumi.
3.  Selama masa penjajahan Belanda, banyak surat kabar yang diterbitkan dengan bahasa
Melayu.
4.    Melalui perjalanan sejarah yang panjang, akhirnya pada tanggal 18 Oktober 1928
melalui ikrar Sumpah Pemuda, bangsa Indonesia  menerima bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional bangsa Indonesia dengan nama bahasa Indonesia.
5.    Sejak saat itulah, bahasa Indonesia mulai mengalami perkembangan.

Sejarah Bahasa Indonesia Sesudah Kemerdekaan


1.    Setelah bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
dipakai dalam segala urusan pemerintahan dan negara.
2.    Bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat dengan semakin bertambahnya
jumlah pemakainya.
3.    Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga semakin kuat.
4.    Perhatian pemerintah terhadap bahasa Indonesia semakin besar yang dibuktikan
dengan pembentukan lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang sekarang
disebut Balai Bahasa.
5.    Balai Bahasa ini sudah beberapa kali mengadakan Kongres Bahasa Indonesia.
6.    Perubahan ejaan bahasa Indonesia dari Ejaan van Ophuisjen ke Ejaan Soewandi
hingga ke Ejaan yang disempurnakan (EYD).

B.    SebagaiI Bahasa Nasional Bahasa Indonesia Berfungsi sebagai berikut


1.    Sebagai lambang kebanggan nasional.
2.    Sebagai lambang identitas nasional.
3.    Sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa.
4.    Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

C.    Kedudukan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus
1945 dalam Undang-Udang Dasar 1945 Bab XV, pasal 36.

D.    Sebagai Bahasa Negara, Bahasa Indonesia Berfungsi sebagai berikut


1.    Sebagai bahasa resmi kenegaraan.
2.    Sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan
pemerintahan.
4.    Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu, dan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai