Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Judul Percobaan

Reaksi Pengenalan Kation & Anion

1.2. Tujuan

- Mampu melakukan analisa kualitatif berbagai macam anion dan


menuliskan reaksinya

- Mampu melakukan analisa kualitatif berbagai macam kation dan


menuliskan reaksinya

1.3. Dasar Teori

1.3.1 Analisa Kualitatif

Analisa kualitatif merupakan suatu proses untuk mendeteksi keberadaan


suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Tujuan analisis kualitatif
adalah untuk memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur/ sanyawa. Analisa
kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia
dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.

Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi
basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk
zat dalam larutan.. Dalam keadaan kering analisis dapat dilakukan melalui
pengenalan bentuk dan warna, bau serta nyala. Pada reaksi basah langkah pertama
adalah dengan cara melarutkan sampel dengan pelarut yang sesuai. Pelarut yang
pertama yang digunakan adalah air, kalau sampel tidak larut dalam air, maka
dapat digunakan asam klorida, asam nitrat dan air raja.
1.3.2 Uji Organoleptik

Uji Organoleptik atau uji indra atau uji sensor merupakan cara
pengujian dengan menggunakan indra manusia sebagai alat utama untuk
pengukuran dengan penerimaan terhadap produk.

1.3.3 Ion

Ion adalah atom atau sekumpulan atom yang bermuatan listrik.


Terdapat 2 jenis ion yaitu kation dan anion. Ion bermuatan negatif, yang
menangkap satu atau lebih elektron disebut anion, karena ion tersebut
tertarik menuju anode. Ion bermuatan positif, yang kehilangan satu atau
lebih elektron, disebut anion, karena tertarik ke katode.

1.3.4 Asam

Dalam definisi moderen, asam adalah suatu zat yang dapat


memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat
memberi pasangan elektron bebas dari suatu basa.

1.3.4.1 Berbagai definisi asam

Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu
definisi :

 Arrhenius

Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan


konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air.

 Bronsted-Lowry

Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa.


Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam basa
konjugasi.
 Lewis

Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari


basa.

1.3.4.2 Sifat-Sifat Asam

Secara umum, asam memiliki sifat ;

 Rasa

Masam ketika dilarutkan dalam air

 Sentuh

Terasa menyengat bila disentuh, dan dapat merusak kulit, terutama


bila asam pekat.

 Kereaktifan

Bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap


logam

 Hantaran Listrik

Asam, walaupun tidak terlalu ionik, merupakan cairan elektrolit.

1.3.5 Basa

Definisi Umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap


ion hidrogen ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam,
yaitu ditujukan untuk unsur/ senyawa kimia yang memiliki PH lebih dari
7.

Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa
sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH
dalam larutan dan konsetrasi basa tersebut.
1.3.5.1 Sifat-sifat basa

Sifat-sifat basa yaitu :

 Rasanya kaustik/pahit

 Licin seperti sabun

 Nilai PH lebih dari 7

 Mengubah warna lakmus merah menjadi biru

 Dapat menghantarkan arus listrik

 Menetralkan asam

 Menyebabkan pelapukan

1.3.5.2 Basa kuat

Basa kuat adalah jenis senyawa sederhana yang dapat


mendeprotonasi asam sangat lemah di dalam reaksi asam basa. Contoh
paling umum dari basa kuat adalah hidroksida dari logam alkali dan logam
alkali tanah seperti NaOH dan Ca(OH)2. Berikut ini adalah daftar basa
kuat.

- KOH = Kalium Hidroksida

- Ba(OH)2 = Barium Hidroksida

- NaOH = Natrium Hidroksida

- Sr(OH)2 = Stronsium Hidroksida

- Ca(OH)2 = Kalsium Hidroksida


1.3.5.3 Basa lemah

Basa lemah adalah larutan basa tidak berubah seluruhnya menjadi


ion hidroksida dalam larutan. Berikut ini contoh basa lemahnya :

- NH3

- Fe(OH)2

- NH2OH

- Al(OH2)

- NH4OH

1.3.6 Analisa Kation

Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang


paling umum adalah asam klorida, hydrogen sulfide, ammonium sulfida,
dan ammonium karbonat. Klasfikasi ini didasarkan atas apakah suatu
kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk
endapan atau tidak.

Dalam analisa kation ada beberapa golongan yang mempunyai ciri


khas tertentu:

 Golongan I

Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam


klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah timbal(I) (raksa), dan
perak.

 Golongan II

Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida,


tetapi membentuk endapan hydrogen sulfide dalam suasana asam
mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium (II),
tembaga, bismuth, cadmium, arsenic (III), arsenic (V), stibium
(III), stibium (IV), timah (II), dan timah (III) (IV).
Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan IIA
dan keenam ion yang terakhir adalah sub-golongan IIB. Sementara
sulfide dari kation dalam golongan IIA tidak dapat larut dalam
ammonium polisulfida. Sulfida dari kation dalam golongan IIB
justru dapat larut.

 Golongan III

Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida


encer ataupun dengan hydrogen sulfida dalam suasana asam
mineral encer. Namun kation golongan ini membentuk endapan
dengan ammonium sulfide dalam suasana netral atau amoniakal.
Kation-kation golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II),
besi (III), kromium (III), alumunium, zink, dan mangan (II).

 Golongan IV

Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia


golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan
dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida
dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini
adalah kalsium, stronsium, dan barium.

 Golongan V

Kation-kation yang umum yang tidak bereaksi dengan


reagensia-reagensia golongan sebelumnya merupakan golongan
kation yang terakhir yang meliputi ion-ion magnesium, natrium,
kalium, ammonium, litium dan hydrogen.

1.3.7 Analisa Anion

Dalam analisa anion dibagi menjadi 2 kelas, yaitu sebagai berikut:

A. Kelas A

Kelas A dibagi lagi menjadi sub kelas yaitu:


1. Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer,
karbonat, hydrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfida,
nitrit, hipoklorit, sianida dan sianat.

2. Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat. Ini
meliputi zat-zat dari zat berikut: fluorida, heksafluorosilikat,
klorida, bromida, iodida, nitrat klorat (bahaya), perklorat,
permanganate (bahaya), bromat, borat, heksasianoferat (II),
heksasianoferat (III), tiosianat, format, asetat, oksalat, tartrat, dan
sitrat.

B. Kelas B

Kelas B dibagi lagi dalam sub kelas yaitu:

1. Reaksi Pengendapan

Sulfat, Peroksidosulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit,


kromat, dikromat, silikat, heksafluorosilikat, salisilat, benzoate,
dan suksinat

2. Oksidasi dan Reduksi Dalam Larutan

Manganat, permanganate, kromat dan dikromat

1.3.8 Garam

Dalam ilmu kimia, garam adalah senyaw ionik yang yang terdiri
dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion) , sehingga membentuk
senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam
dan basa. Ada banyak macam-macam garam. Garam yang terhidrolisis dan
membentuk ion hidroksida ketika dilarutkan dalam air maka dinamakan
garam basa. Garam yang terhidrolisis dan membentuk ion hidronium
ketika dilarutkan di dalam air disebut sebagai garam asam. Garam netral
adalah garam yang bukan garam asam maupun garam basa.
1.3.8.1 Ciri-ciri Garam

 Warna

Ada berbagai macam warna garam, seperti dibawah ini :

- Kalium dikromat (jingga)

- Natrium Kromat ( Kuning)

- Natrium Klorida

 Rasa

Di semua garam, ada 5 rasa yang berbeda, yaitu : asin (Natrium


Klorida) , Manis (Timbal II asetat, beracun jika sampai tertelan),
asam ( kalium bitartrat), pahit (Magnesium Sulfat), dan gurih
(Monosodium Glutamat).

 Bau

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat (garam kuat)
biasanya stabil dan tidak bau, sedangkan garam yang terbentuk dari
asam lemah dan basa lemah (garam lemah) lebih berbau karena
disebabkan oleh asam konjugasinya atau bisa juga karena basa
konjugasinya.

1.3.9 Kelarutan zat adalam air

 Asam

Semua asam larut dalam air kecuali asam organik yang atom C nya
lebih dari lima serta asam silikat.

- HCl

- H2SO4

- H2S
 Basa

Semua basa tidak larut alam air kecuali :

KOH, NaOH, Sr(OH)2, Ca(OH)2, Ba(OH)2, NH4OH.

 Kelarutan garam dalam air.

 Semua garam natrium (Na), kalium (K), Ammonium (NH4) larut


dalam air

 Semua garam nitrat (NO3) dan Nitrit (NO2) larut dalam air

 Semua garam sulfat (SO4) larut dalam air. Kecuali BaSO4, SrSO4,
CaSO4, PbSO4, AgSO4)

 Semua garam klorida (Cl-), bromide (Br-) , iodide (I-) larut dalam air.
Kecuali garam dengan Ag+ , Hg22+(merkuro), Pb2+.

 Semua garam asetat larut dalam air, kecuali perak I, merkuri, Ag+,Bi

 Semua garam nitrit larut dalam air, kecuali Pb

 Semua garam sulfit larut dalam air kecuali Pb, Ag, Hg, Ba, Sr,Ca

 Yang tidak masuk dalam aturan di atas , berarti tidak larut dalam air
contoh FeCO3

1.3.10 Reaksi Penggaraman

Reaksi penggaraman atau reaksi netralisir adalah reaksi antara zat


yang bersifat asam dan yang bersifat basa. Berikut adalah jenis-jenis reaksi
penggaraman :
Reaksi Pembentukan Garam.

1. Asam + Basa  Garam + Air

Contoh :

HCl + NaOH  NaCl + H2O

H2SO4 + 2Sn(OH)4 Sn(SO4)2 + 4H2O

2. Oksida Nonlogam + Basa  Garam + Air

Contoh :

CO2 + NaOH  Na2CO3 + H2O

3. Asam + Oksida logam  Garam + Air

Contoh:

2HCl + Na2O  2NaCl + H2O

4. Oksida Nonlogam + Oksida logam  Garam

Contoh :

Fe2O3 + P2O3  2FePO2

3FeO + P2O3  Fe3(PO3)2

5. Logam + Asam  Garam + Gas H2

Syarat :

- Semua asam bisa

- Semua logam bisa kecuali Cu, Ag, Hg, Pt, Au.

Contoh :

Sn + 2HCl  SnCl2 + H2

Mg + 2HCl  MgCl2 + H2
6. Logam I + Garam I  Logam II + Garam
II.

Syarat:

- Logam I harus disebelah kiri dari Logam II pada deret volta.

Contoh :

Fe + CuSO4  Cu + FeSO4

K + NaCl  Na + KCl

Hg + SnSO4  Tidak Bereaksi

Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au

7. Asam I + Garam I  Asam II + Garam


II.

Syarat :

- Asam I harus lebih kuat daripada asam II

- Jika asam sama – sama kuat maka garam II harus megendap

Contoh :

2HCl + CaCO3  H2CO3 + CaCl2

H2SO4 + CuCl2  Tidak Bereaksi

8. Basa I + Garam I  Basa II + Garam


II.
Syarat :

- Basa I, Larut dalam air

- Basa II, tidak larut dalam air

- Jika sama-sama larut, maka basa I harus lebih kuat dari basa II

- Jika sama-sama kuat, garam 2 harus mengendap

Contoh :

NaOH + NH4Cl  NH4OH + NaCl

NaOH + BaCl2  Ba(OH) 2 + NaCl

Ba(OH) 2 + Na2SO4  2NaOH + BaSO4


3NaOH + FeCl3  Fe(OH)3 ꜜ + 3NaCl

9. Garam I + Garam II  Garam III + Garam


IV.

Syarat :

- Garam I dan Garam II harus larut dalam air

- Minimal harus ada satu garam yang mengendap pada garam III dan garam
IV

Contoh :

Na2CO3 + Ba(NO3)2  BaCO3 + 2NaNO3

AgNO3 + NaCL  AgCl ꜜ + NaNO3


BAB II

METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan

2.1.1 Alat yang digunakan

 Tabung reaksi

 Beaker gelas

 Hot plate

 Pipet volume 1ml

 Pipet tetes

 Bulp

2.1.2 Bahan yang digunakan

 AgNO3(aq) ● KI(aq)

 HCl(aq) ● KBr(aq)

 NaOH(aq) ● Na2S2O3(aq)

 Pb(NO3)2(aq) ● Na2SO3(aq)

 HgCl2(aq) ● NaCl(aq)

 Na2CO3(aq) ● CaCl2(aq)

 KOH(aq)

 CH3COOH(aq)
2.2 Prosedur Kerja

2.2.1 Analisa Kation

 Analisa Kation dengan Reagen HCl 4N

 Memasukkan 10 tetes AgNO3 ke dalam tabung reaksi, menambahkan


1 tetes larutan HCl 4N kedalam tabung reaksi. Amati perubahan yang
terjadi

Kemudian menambahkan 10 tetes larutan HCl 4N ke dalam tabung


reaksi, amati perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan
proses pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi,


menambahkan 1 tetes larutan HCl 4N kedalam tabung reaksi. Amati
perubahan yang terjadi

Kemudian menambahkan 10 tetes larutan HCl 4N ke dalam tabung


reaksi, amati perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan
proses pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes HgCl2 ke dalam tabung reaksi, menambahkan 1


tetes larutan HCl 4N kedalam tabung reaksi. Amati perubahan yang
terjadi

Kemudian menambahkan 10 tetes larutan HCl 4N ke dalam tabung


reaksi, amati perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan
proses pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes FeCl3 ke dalam tabung reaksi, menambahkan 1


tetes larutan HCl 4N kedalam tabung reaksi. Amati perubahan yang
terjadi

Kemudian menambahkan 10 tetes larutan HCl 4N ke dalam tabung


reaksi, amati perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan
proses pemanasan)
 Memasukkan 10 tetes CaCl2 ke dalam tabung reaksi, menambahkan 1
tetes larutan HCl 4N kedalam tabung reaksi. Amati perubahan yang
terjadi

Kemudian menambahkan 10 tetes larutan HCl 4N ke dalam tabung


reaksi, amati perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan
proses pemanasan)

 Analisa Kation dengan Reagen NaOH

 Memasukkan 10 tetes AgNO3 ke dalam tabung reaksi,


menambahkan 1 tetes larutan NaOH kedalam tabung reaksi. Amati
perubahan yang terjadi

Kemudian menambahkan 10 tetes larutan NaOH ke dalam tabung


reaksi, amati perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan
dilakukan proses pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi,


menambahkan 1 tetes larutan NaOH kedalam tabung reaksi. Amati
perubahan yang terjadi

Kemudian menambahkan 10 tetes larutan NaOH ke dalam tabung


reaksi, amati perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan
dilakukan proses pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes HgCl2 ke dalam tabung reaksi,


menambahkan 1 tetes larutan NaOH kedalam tabung reaksi. Amati
perubahan yang terjadi

Kemudian menambahkan 10 tetes larutan NaOH ke dalam tabung


reaksi, amati perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan
dilakukan proses pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes FeCl3 ke dalam tabung reaksi, menambahkan


1 tetes larutan NaOH kedalam tabung reaksi. Amati perubahan
yang terjadi
Kemudian menambahkan 10 tetes larutan NaOH ke dalam tabung
reaksi, amati perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan
dilakukan proses pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes CaCl2 ke dalam tabung reaksi,


menambahkan 1 tetes larutan NaOH kedalam tabung reaksi. Amati
perubahan yang terjadi

Kemudian menambahkan 10 tetes larutan NaOH ke dalam tabung


reaksi, amati perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan
dilakukan proses pemanasan)

2.2.2. Analisa Anion

 Memasukkan 10 tetes larutan CH3COOH ke dalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan AgNO3 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan CH3COOH dan 1 tetes AgNO3. Mengamati
perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan CH3COOH ke dalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan FeCl3 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan CH3COOH dan 1 tetes FeCl3. Mengamati
perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan CH3COOH ke dalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan Pb(NO3)2 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan CH3COOH dan 1 tetes Pb(NO3)2. Mengamati
perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)
 Memasukkan 10 tetes larutan Na2CO3 ke dalam tabung reaksi dan
menambahkan 1 tetes larutan AgNO3 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan Na2CO3 dan 1 tetes AgNO3. Mengamati
perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan Na2CO3 ke dalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan FeCl3 amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan Na2CO3 dan 1 tetes FeCl3. Mengamati perubahan
yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan Na2CO3 ke dalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan Pb(NO3)2 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan Na2CO3 dan 1 tetes Pb(NO3)2. Mengamati
perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan Na2S2O3 kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan AgNO3 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan Na2S2O3 dan 1 tetes AgNO3. Mengamati
perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan Na2S2O3 kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan FeCl3 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan Na2S2O3 dan 1 tetes FeCl3. Mengamati
perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan Na2S2O3 kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan Pb(NO3)2 Amati perubahan yang terjadi
Menambahkan 10 tetes larutan Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi yang
berisi 10 tetes larutan Na2S2O3 dan 1 tetes Pb(NO3)2. Mengamati
perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan Na2SO3 kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan AgNO3 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan Na2SO3 dan 1 tetes AgNO3. Mengamati
perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan Na2SO3 kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan FeCl3 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan Na2SO3 dan 1 tetes FeCl3. Mengamati perubahan
yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan Na2SO3 kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan Pb(NO3)2 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan Na2SO3 dan 1 tetes Pb(NO3)2. Mengamati
perubahan yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan KI kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan AgNO3 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan KI dan 1 tetes AgNO 3. Mengamati perubahan
yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan KI kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan FeCl3 Amati perubahan yang terjadi
Menambahkan 10 tetes larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi yang
berisi 10 tetes larutan KI dan 1 tetes FeCl3. Mengamati perubahan yang
terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan KI kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan Pb(NO3)2 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan KI dan 1 tetes Pb(NO 3)2. Mengamati perubahan
yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan KBr kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan AgNO3 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan KBr dan 1 tetes AgNO 3. Mengamati perubahan
yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan KBr kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan FeCl3 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan KBr dan 1 tetes FeCl3. Mengamati perubahan
yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)

 Memasukkan 10 tetes larutan KBr kedalam tabung reaksi dan


menambahkan 1 tetes larutan Pb(NO3)2 Amati perubahan yang terjadi

Menambahkan 10 tetes larutan Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi yang


berisi 10 tetes larutan KBr dan 1 tetes Pb(NO3)2. Mengamati perubahan
yang terjadi (jika terdapat endapan dilakukan pemanasan)
BAB III

PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan dan Hasil

Tabel 3.1.1 Tabel Analisa Kation

Tabel Analisa Kation


No. Kegiatan Pengamatan Reaksi
Memasukkan 10 tetes AgNO3 dan Berwarna putih keruh Ag+ + Cl- AgCl
1 tets HCl 4N

Menambahkan 10 tetes HCl 4N Berwarna putih keruh dan Ag+ + Cl -  AgClꜜ


kemudian dipanaskan terdapat endapan setelah di
panaskan menjadi tidak berwarna
dan endapan berkurang
Memasukkan 10 tetes Pb(NO3)2 Berwarna coklat keruh dan 1. Ag+ + OH-  AgOHꜜ
dan 1 tetes NaOH terdapat endapan berwarna coklat 2. 2AgOH Ag2Oꜜ + H2O
1.
Menambahkan 10 tetes NaOH Berwarna coklat keruh dan 1. Ag+ + OH-  AgOHꜜ
kemudian dipanaskan terdapat endapan berwarna coklat 2. 2AgOH Ag2Oꜜ + H2O
semakin banyak
Memasukkan 10 tetes Pb(NO3)2 Berwarna putih keruh dan Pb2+ + 2Cl- PbCl2ꜜ
dan 1 tetes HCl 4N terdapat endapan

Menambahkan 10 tetes HCl 4N Tidak berwarna dan endapan Pb2+ + 2Cl- PbCl2ꜜ
kemudian dipanaskan semakin banyak. Setelah
dipanaskan endapan ikut larut
Memasukkan 10 tetes Pb(NO3)2 Berwarna putih keruh dan Pb2+ + 2OH- Pb(OH)2ꜜ
2. dan 1 tetes NaOH terdapat endapan

Menambahkan 10 tetes NaOH Berwarna putih keruh dan endapa Pb2+ + 2OH- Pb(OH)2ꜜ
kemudian dipanaskan semakin banyak

Memasukkan 10 tetes HgCl2 dan 1 Tidak terjadi perubahan warna Hg2+ + 2Cl-
tetes HCl 4N dan tidak ada endapan
Menambahkan 10 tetes HCl 4N Tidak terjadi perubahan warna Hg2+ + 2Cl-
dan tidak ada endapan

Memasukkan 10 tetes HgCl2 dan 1 Berwarna orange dan terdapat 1. Hg2+ + 2OH- Hg(OH)2ꜜ
tetes NaOH endapan berwarna orange 2. Hg(OH)2 HgO+ H2O
3.
Menambahkan 10 tetes NaOH Berwarna kuning dan terdapat 1. Hg2+ + 2OH- Hg(OH)2ꜜ
kemudian dipanaskan endapan orange yang semakin 2. Hg(OH)2 HgO+ H2O
banyak, setelah dipanaskan warna
orange pudar dan endapannya teta
Memasukkan 10 tetes FeCl3 dan 1 Berwarna kuning dan tidak Fe3+ + Cl-
tetes HCl 4N terdapat endapan

Menambahkan 10 tetes HCl 4N Berwarna kuning pudar Fe3+ + Cl-

Memasukkan 10 tetes FeCl3 dan 1 Berwarna kuning muda dan Fe3+ + 3OH-Fe(OH)3ꜜ
tetes NaOH terdapat sedikit endapan
4.
Menambahkan 10 tetes NaOH Tidak berwarna dan terdapat Fe3+ + 3OH-Fe(OH)3ꜜ
kemudian dipanaskan endapan orange

Memasukkan 10 tetes CaCl2 dan 1 Tidak berwarna dan tidak ada Ca2+ + Cl-
tetes HCl 4N endapan

Menambahkan 10 tetes HCl 4N Tidak berwarna dan tidak ada Ca2+ + Cl-
endapan

Memasukkan 10 tetes CaCl2 dan 1 Tidak berwarna dan tidak ada Ca2+ + OH-
tetes NaOH endapan

5. Menambahkan 10 tetes NaOH Berwarna putih keruh dan Ca2+ + 2OH-Ca(OH)2ꜜ


terdapat endapan homogeny
dengan larutan, setelah
dipanaskan larutan menjadi tidak
berwarna dan ada endapan di
dasar tabung
Tabel Analisa Anion
No. Kegiatan Pengamatan Reaksi
Memasukkan 10 tetes CH3COOH Tidak ada perubahan warna Ag+ + CH3COO-
dan 1 tetes AgNO3 (bening)

Menambahkan 10 tetes AgNO3 Tidak ada perubahan warna Ag+ + CH3COO-


(bening)

Memasukkan 10 tetes CH3COOH Berwarna orange muda 3CH3COO- +


dan 1 tetes FeCl3 Fe3+Fe(CH3COO)3

Menambahkan 10 tetes FeCl3 Berwarna kuning muda 3CH3COO- +


Fe3+Fe(CH3COO)3

Memasukkan 10 tetes CH3COOH Tidak ada perubahan warna Pb2+ + CH3COO-


1. dan 1 tetes Pb(NO3)2 (bening)

Menambahkan 10 tetes Pb(NO3)2 Tidak ada perubahan warna Pb2+ + CH3COO-


(bening)

Memasukkan 10 tetes Na2CO3 dan Berwarna coklat keruh dan CO32- + Ag+Ag2CO3ꜜ
1 tetes AgNO3 terdapat sedikit endapan hitam

Menambahkan 10 tetes AgNO3 Berwarna coklat keruh dan sedikit CO32- + Ag+Ag2CO3ꜜ
kemudian dipanaskan endapan hitam setelah dipanaskan
berwarna coklat muda dan
endapan semakin banyak
2. Memasukkan 10 tetes Na2CO3 dan Berwarna kuning muda keruh Fe3+ + CO32- Fe2CO3
1 tetes FeCl3

Menambahkan 10 tetes FeCl3 Berwarna orange muda keruh Fe3+ + CO32- Fe2CO3ꜜ
kemudian dipanaskan setelah dipanaskan menjadi tidak
berwarna dan ada endapan merah
Memasukkan 10 tetes Na2CO3 dan Berwarna putih keruh Pb2+ + CO2- PbCO3
1 tetes Pb(NO3)2

Menambahkan 10 tetes Pb(NO3)2 Berwarna putih keruh, setelah Pb2+ + CO2- PbCO3ꜜ
kemudian di panaskan dipanaskan tidak berwarna da
nada endapan berwarna putih
Memasukkan 10 tetes Na2S2O3 Tidak ada perubahan warna S2O32- + Ag+
dan 1 tetes AgNO3 (bening)

Menambahkan 10 tetes AgNO3 Berwarna coklat keruh, setelah S2O32- + Ag+Ag2SO3ꜜ


kemudian dipanaskan dipanaskan berwarna coklat muda
dan ada endapan hitam
Memasukkan 10 tetes Na2S2O3 Berwarna ungu kemudian berubah 2S2O32-+Fe3+[Fe(S2O3)2]-
dan 1 tetes FeCl3 menjadi bening

Menambahkan 10 tetes FeCl3 Berwarna ungu kemudian berubah 2S2O32-+Fe3+[Fe(S2O3)2]- ꜜ


kemudian dipanaskan menjadi putih keruh, setelah
dipanaskan berwarna putih keruh
dan ada endapan putih
Memasukkan 10 tetes Na2S2O3 Tidak terjadi perubahan warna S2O3+Pb2+
dan 1 tetes Pb(NO3)2 (bening)

Menambahkan 10 tetes Pb(NO3)2 Berwarna putih keruh, setelah S2O3+Pb2+ PbS2O3ꜜ


kemudian dipanaskan dipanaskan terdapat endapan abu-
abu
Memasukkan 10 tetes Na2SO3 dan Tidak terjadi perubahan warna SO32-+Ag+[AgSO3]-
1 tetes AgNO3 (bening)

Menambahkan 10 tetes AgNO3 Berwarna putih keruh, setelah [AgSO3]-+Ag+Ag2SO3ꜜ


kemudian dipanaskan dipanaskan ada endapan putih

Memasukkan 10 tetes Na2SO3 dan Tidak terjadi perubahan warna 3SO2-+2Fe3+


4. 1 tetes FeCl3

Menambahkan 10 tetes FeCl3 Berwarna kuning muda 3SO2-+2Fe3+

Memasukkan 10 tetes Na2SO3 dan Berwarna putih keruh SO32- + Pb2+PbSO3


1 tetes Pb(NO3)2

Menambahkan 10 tetes Pb(NO3)2, Berwarna putih keruh, setelah SO32- + Pb2+PbSO3ꜜ


kemudian dipanaskan dipanaskan ada endapan putih
Memasukkan 10 tetes KI dan 1 Berwarna hijau kekuningan keruh Ag+ + I-AgI
tetes AgNO3

Menambahkan 10 tetes AgNO3 Berwarna hijau susu keruh, Ag+ + I-AgIꜜ


5.
kemudian dipanaskan setelah dipanaskan ada endapan
kuning susu
Memasukkan 10 tetes KI dan 1 Berwarna kuning 2Fe3+ + 2I-2Fe2++I2
tetes FeCl3

Menambahkan 10 tetes FeCl3 Berwarna orange gelap 2Fe3+ + 2I-2Fe2++I2

Memasukkan 10 tetes KI dan 1 Berwarna kuning tua keruh Pb2++2I-PbI2


tetes Pb(NO3)2

Menambahkan 10 tetes Pb(NO3)2 Berwarna kuning tua keruh, Pb2++2I-PbI2ꜜ


setelah dipanaskan berwarna
kuning muda dan endapan orange
6. Memasukkan 10 tetes KBr dan 1 Berwarna putih keruh Br-+Ag+AgBr
tetes AgNO3

Menambahkan 10 tetes AgNO3 Warnanya semakin keruh, setelah Br-+Ag+AgBrꜜ


kemudian dipanaskan dipanaskan, warnanya agak keruh
da nada endapan hitam sedikit
Memasukkan 10 tetes KBr dan 1 Berwarna kuning 3Br-+Fe3+FeBr3
tetes FeCl3

Menambahkan 10 tetes FeCl3 Berwarna kuning 3Br-+Fe3+FeBr3

Memasukkan 10 tetes KBr dan 1 Tidak terjadi perubahan warna 2Br-+Pb2+


tetes Pb(NO3)2 (bening)

Menambahkan 10 tetes Pb(NO3)2 Tidak terjadi perubahan warna 2Br-+Pb2+


(bening)

Tabel 3.1.1 Tabel Analisa Anion

3.2 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk menyebutkan analisis pengenalan kation
dan anion serta dapat menuliskan reaksinya. Analisis kualitatif merupakan suatu
proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak
diketahui. Dalam percobaan ini dilakukan analisis kation dan anion yang terdapat
dalam sampel. Analisis ini dilakukan dengan cara visual yaitu dengan melihat
adanya endapan yang terbentuk dan adanya perubahan warna pada saat sampel
dengan pereaksi

3.2.1 Analisis Kation

Dalam analisis kation sampel yang digunakan adalah AgNO 3, Pb(NO3)2,


HgCl2, FeCl3, dan CaCl2. Sampel direaksikan dengan reagen HCl dan NaOH.

Ketika AgNO3 direaksikan dengan HCl menghasilkan warna larutan yang


putih keruh dan terdapat endapan putih perak klorida (AgCl). Pada saat
dipanaskan endapan berkurang karena AgCl mudah larut dalam air mendidih
(Vogel, 1979). Adanya endapan pada proses ini sudah sesuai dengan reaksi
penggaraman yang menjelaskan bahwa asam I + garam I menghasilkan asam II +
garam II dengan syarat asam 1 harus asam kuat dan asam II harus asam lemah,
apabila kedua asam sama-sama kuat maka garam II harus mengendap, terbukti
dari reaksi dibawah ini :

AgNO3(aq) + HCl(aq)  AgSO3(s)ꜜ + HNO3

(Garam I) (Asam I) (Garam II) (Asam II)

Reaksi diatas membuktikan bahwa apabila asam I yang merupakan asam kuat
direaksikan dengan garam I akan menghasilkan asam II yang merupakan asam
kuat direaksikan dengan garam II yang mengendap.

AgNO3 direaksikan dengan NaOH menghasilkan warna larutan yang


coklat keruh dan terdapat endapan coklat perak kklorida (AgCl). Setelah
dipanasakan endapannya semakin banyak. Adanya endapan pada proses ini sudah
sesuai dengan reaksi penggaraman yang menjelaskan bahwa basa I + garam I akan
menghasilkan basa II + garam II dimana basa I harus lebih kuat daripada daripada
basa II. Apabila basa II kuat maka basa II atau garam II yang mengendap, terbukti
dari reaksi dibawah ini :

AgNO3(aq) + NaOH(aq)  AgOHꜜ + NaNO3

(Garam I) (Basa I) (Basa II) (Garam II)

Reaksi di atas membuktikan bahwa apabila basa I yang merupakan basa kuat
direaksikan dengan garam I akan menghasilkan menghasilkan basa II yang
mengendap dan garam II. Basa II yang mengendap adalah AgOH. Selain itu ion
Ag+ bereaksi ion OH- sehingga membentuk AgOH. Selanjutnya AgOH terurai
menjadi Ag2O yang mengendap dan berwarna cokelat sehingga reaksinya

Ag+ + OH-  AgOH

2AgOH  Ag2Oꜜ+ H2O

Pb(NO3)2 direaksikan dengan HCl menghasilkan warna putih keruh dan


terdapat endapan putih. Ketika reagen ditambahkan berlebih terdapat endapan
yang semakin banyak. Kemudian larutan tersebut dipanaskan, endapan ikut larut.
Endapan PbCl2 ikut larut karena PbCl2 mudah larut dalam air panas (33,4 gl-1 pada
100◦C, sedang hanya 9,99 g/l pada 20◦C) (Vogel, 1979).

Pb(NO3)2 direaksikan dengan HCl menghasilkan endapan karena pada reaksi


penggaraman menjelaskan bahwa garam I + asam I akan menghasilkan garam II +
asam II yang mana garam II mengendap, terbukti dari reaksi dibawah ini :

Pb(NO3)2(aq) + 2HCl(aq)  PbCl2ꜜ + 2HNO3

(Garam I) (Asam I) (Garam II) (Asam II)

Karena adanya endapan, maka dilakukan proses pemanasan. Proses pemanasan


mengikabatkan endapan PbCl2 ikut larut.

Pb(NO3)2 direaksikan dengan NaOH menghasilkan warna larutan yang


putih keruh dan terdapat endapan putih timbal hidroksida (Pb(OH) 2). Ketika
reagen ditambahkan secara berlebih terdapat endapan yang semakin banyak.
Adanya endapan pada proses karena pada reaksi karena pada reaksi penggaraman
menjelaskan bahwa garam I + basa I menghasilkan garam II + basa II dengan
syarat basa I harus lebih kuat daripada basa II dan basa II harus basa lemah,
apabila basa I dan basa II sama-sama basa kuat, maka basa II atau garam II
mengendap. Pada proses ini yang terbentuk adalah basa lemah dan garam II yang
mengendap adalah Pb(OH)2 karena termasuk basa lemah. Reaksi yang terjadi
adalah:

Pb(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq)  Pb(OH)2ꜜ + 2NaNO3

(Garam I) (Basa I) (Basa II) (Garam II)

HgCl2 direaksikan dengan HCl tidak dapat bereaksi karena berdasarkan


syarat kelarutan garam, HgCl2 termasuk garam yang larut. Selain itu karena HgCl2
tidak termasuk. Selain itu karena HgCl2 tidak termasuk golongan I yang mana
hanya golongan I yang dapat bereaksi dengan HCl. Begitu pula dengan FeCl 3 dan
CaCl2 ketika direaksikan dengan HCl tidak bereaksi karena bukan termasuk
golongan I.

HgCl2 direaksikan dengan NaOH menghasilkan warna larutan yang orange


dan terdapat endapan orange. Ketika ditambahkan reagen NaOH yang berlebih
warna larutan menjadi kuning dan terdapat endapan yang semakin banyak karena
jika reagen NaOH ditambahkan dalam jumlah stokiometri, endapan berubah
menjadi kuning ketika terbentuk merkurium (II) oksida (Vogel,1979). Kemudian
larutan dipanaskan, menjadi berwarna bening agak orange dan jumlah endapan
yang berkurang. Reaksi yang terjadi adalah:

HgCl2(aq) + 2NaOH(aq)  Hg(OH)2ꜜ + 2NaCl

(Garam I) (Basa I) (Basa II) (Garam II)

Reaksi diatas merupakan reaksi penggaraman yang menjelaskan bahwa garam I +


basa I menghasilkan garam II + basa II(lemah) yang mengendap. Selanjutnya
Hg(OH)2 terurai menjadi HgO yang mengendap sehingga reaksinya menjadi :
Hg(OH)2  HgOꜜ + H2O

FeCl3 direaksikan dengan NaOH menghasilkan warna larutan kuning


muda yang berasal dari FeCl3 itu sendiri dan terdapat sedikit endapan. Ketika
ditambahkan reagen berlebih, larutan menjadi tidak berwarna dan terdapat
endapan berwarana orange. Endapan tidak ikut larut dalam reagensia berlebihan
(Vogel,1979). Reaksi yang terjadi adalah :

FeCl3(aq) + 3NaOH(aq)  Fe(OH)3ꜜ + 3NaCl

(Garam I) (Basa I) (Basa II) (Garam II)

Reaksi diatas merupakan reaksi penggaraman yang menjelaskan bahwa garam I +


basa I menghasilkan garam II + basa II yang mengendap. Basa II merupakan basa
lemah.

CaCl2 direaksikan dengan NaOH awalnya tidak menghasilkan reaksi.


Ketika ditambahkan reagen berlebih menghasilkan reaksi berupa perubahan warna
menjadi putih keruh. Ketika dipanaskan larutan menjadi tidak berwarna da nada
endapan, karena ketika dipanaskan CaCl2 dan NaOH akan membentuk kation Ca2+
yang bereaksi dengan anion OH- menjadi Ca(OH)2 yang mengendap. Reaksi yang
terjadi adalah:

CaCl2(aq) + 2NaOH(aq)  Ca(OH)2ꜜ + 2NaCl

(Garam I) (Basa I) (Basa II) (Garam II)

Reaksi diatas sudah sesuai reaksi penggaraman karena reaksi penggaraman yang
terjadi adalah ketika garam I + basa I menghasilkan basaII + garam II yang mana
apabila basa I dan basa II sama-sama basa kuat, maka basa II mengendap

3.2.2 Analisa Anion

A. Na2CO3
 Na2CO3 direaksikan dengan AgNO3 menghasilkan anion CO32-
dengan kation Ag+ dan garam NaNO3. Dimana anion CO32-
merupakan salah satu kelas anion okso diskret. Kelarutan semua
karbonat normal dengan pengecualian karbonat dari logam-logam
alkali serta amnoinium yang tidak larut dalam air (Vogel,1979).
Na2CO3 direaksikan dengan AgNO3 menghasilkan warna larutan
coklat keruh dan terdapat endapan berwarna coklat. Endapan
menjadi kuning atau coklat dengan penambahan reagensia yang
berlebihan karena terbentuknya perak oksida (Vogel,1979). Reaksi
yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Na2CO3(aq) + AgNO3(aq)  Ag2CO3ꜜ + NaNO3

CO32- + 2Ag+  Ag2CO3ꜜ

Setelah didihkan, larutan menjadi berwarna cokelat muda dan


endapan menjadi hitam karena terbentuknya perak oksida (Vogel,1979).
Reaksi yang terjadi adalah:

Ag2CO3  Ag2Oꜜ + CO2

Dapat disimpulkan anion CO32- dari golongan okso diskret bereaksi


dengan Ag+ dengan membentuk endapan coklat dan terurai menjadi
endapan hitam karena didihkan.

 Na2CO3 direaksikan dengan FeCl3 menghasilkan reaksi berwarna


kuning keruh ketika ditetesi reagen FeCl3 1 tetes. Kemudian
ditetesi kembali FeCl3 berlebih menghasilkan warna larutan
menjadi orange keruh, warna keruh yang dihasilkan karena
kelarutan karbonat normal pada air kecuali karbonat dari logam-
logam alkali serta ammonium yang tidak larut dalam air
(Vogel,1979) reaksi yang terjadi :

Na2CO3(aq) + FeCl3(aq) Fe2(CO3)3ꜜ + NaCl


CO32- + Fe2+  Fe2(CO3)3

Kemudian Na2CO3 dan FeCl3 didihkan dan terdapat


endapan berwarna merah dan larutan menjadi tidak berwarna.
Karena ion CO32- akan mengendap dalam suhu yang lebih tinggi.
Reaksinya menjadi :

CO32- + Fe2+  Fe2(CO3)3ꜜ (Merah)

 Semua garam karbonat akan mudah larut dalam air terkecuali pada
karbonat alkali serta ammonium. Pada reaksi Na2CO3 dengan
Pb(NO3)2 akan menghasilkan reaksi berupa PbCO3 dan NaNO3.
Dimana PbCO3 mengendap yang terbentuk dari anion CO32- dan
kation Pb2+. Ketika Na2CO3 ditetesi dengan reagen Pb(NO3)2 warna
larutan menjadi putih keruh. Ketika ditetesi reagen berlebih warna
larutan semakin putih keruh. Ion CO32- mudah larut dalam air,
sehingga reaksinya menjadi

Na2CO3 + Pb(NO3)2  PbCO3ꜜ + 2NaNO3

CO32- + Pb2+  PbCO3ꜜ (Putih)

Kesimpulan yang didapat anion dari okso diskret terutama CO 32-


dapat bereaksi dengan ion Pb2+ yang dibuktikan dengan warna
larutan putih keruh ketika dan ketika didihkan larutan menjadi
agak bening dan terdapat endapan berwarna putih.

B. Na2S2O3 (Natrium thiosulfat)

 Kelarutan kebanyakan thiosulfat yang pernah dibuat, larut dalam


air, thiosulfat dari timbal, perak, dan barium larut sedikit sekali
(Vogel,1979). Pada reaksi Na2S2O3 dengan AgNO3 menghasilkan
reaksi. Banyak dari tiosulfat larut dalam larutan natrium tiosulfat
berlebihan, sehingga membentuk garam kompleks (Vogel,1979).
Pada 1 tetes reagen tidak terjadi reaksi karena terbentuk ion
kompleks ditiosulfatoargentat (I) yang larut , sehingga reaksinya:

2S2O32- + Ag+  [Ag2(S2O3)2]2-

Kemudian ditambah reagen AgNO3 berlebih, larutan menjadi


berwarna coklat keruh. Karena berwarna coklat keruh, larutan
kemudian dipanaskan larutan menjadi berwarna coklat muda dan
terdapat endapan hitam. Endapan ini tidak stabil, berubah menjadi
gelap ketika didiamkan, karena terbentuk perak sulfide

Ag2S2O3 ꜜ + H2O  Ag2Sꜜ + 2H+ + SO42-

Kesimpulan yang didapat S2O32- dapat diketahui dengan


menggunakan reagen AgNO3 berlebih dan kemudian dipanaskan.

 Kelarutan tiosulfat dari Fe kelarutannya normal dalam air salah


satunya dengan FeCl3. Reaksi ketika penambahan 1 tetes reagen
FeCl3 terjadi perubahan warna berwarna ungu diawal kemudian
bening kembali. Pada penambahan reagen FeCl3 berlebih terjadi
perubahan warna kembali yaitu berwarna ungu dan berubah
dengan cepat menjad putih keruh. Perubahan warna yang terjadi
dkarenakan terbentuknya suatu kompleks ditiosulfatobesi (III)

2S2O32- + Fe3+  [Fe(S2O3)2]-

Setelah didiamkan warna hilang dengan cepat dan ion-ion


tetrationat dan besi (II) terbentuk :

[Fe(S2O3)2]- + Fe3+  2Fe+ + S4O62-

Sehingga reaksi keseluruhannya menjadi reduksi besi (III) oleh


tiosulfat:

2S2O32- + Fe3+  2Fe+ + S4O62-


Kemudian larutan dipanaskan dan terbentuk endapan berwarna
putih. Endapan terbentuk karena senyawa Fe2(S2O3)3 sukar larut.
Sehingga reaskinya menjadi

2S2O32- + Fe3+  [Fe(S2O3)2]- ꜜ + Fe3+

Dapat disimpulkan anion golongan S2O32- dapat bereaksi dengan


ion Fe3+ dan membentuk endapan putih ketika dipanaskan.

 Kelarutan tiosulfat sangat sedikit dengan Pb (timbal). Dapat


dibuktikan pada reaksi Na2S2O3 direaksikan dengan Pb(NO3)2 1
tetes yang tidak menimbulkan reaksi. Kemudian ditambahkan
dengan reagensia Pb(NO3)2 berlebih terjadi perubahan warna
menjadi putih keruh. Endapan dapat larut dalam reagensia
berlebihan (Vogel,1979). Reaksi yang terjadi adalah :

Na2S2O3 + Pb(NO3)2  PbS2O3 + 2NaNO3

Kemudian larutan didihkan, dan terdapat endapan berwarna abu-


abu. Endapan terbentuk karena sukar larut pada air panas reaksi
yang terjadi adalah:

PbS2O3 + H2O  PbS + 2H+ + SO42-

Dapat ditarik kesimpulan bahwa anion golongan S2O32- dapat


bereaksi dengan ion Pb2+ dengan memebentuk endapan abu-abu
ketika dipanaskan dan berwarna keruh ditambahkan reagen
berlebih.

C. Na2SO3 (Natrium sulfit)

 Kelarutan sulfit hanya dari logam alkali dan dari ammonium larut
dalam air. Sulfit dari logam lainnya larut sangat sedikit atau tidak
larut dalam air (Vogel, 1979). Reaksi pada Na2SO3 dengan AgNO3
1 tetes tidak terjadi reaksi. Tidak terjadi perubahan karena
pembentukan ion-ion sulfitoargentat:
SO32- + Ag+  [AgSO3]-

Kemudian ditambahkan dengan reagensia berlebih, terbentuk


endapan kristal putih perak sulfit :

[AgSO3]- + Ag+  Ag2SO3ꜜ

Kemudian larutan dipanaskan dan terdapat endapan putih karena


dengan memanaskan larutan perak logam mengendap:

2[AgSO3]-  2Agꜜ + SO42- + SO2

Ag2SO3ꜜ + H2O  2Agꜜ + SO42- + 2H+

Dapat disimpulkan anion golongan SO32- dapat bereaksi dengan


kation Ag+ yang menghasilkan larutan berwarna putih keruh ketika
ditambahkan reagen AgNO3 berlebih dan ketika didihkan terbentuk
endapan berwarna putih.

 Kelarutan sulfit hanya larut dalam logam alkali dan dari


ammonium. Pada saat Na2SO3 direaksikann dengan FeCl3 tidak
dapat bereaksi. Ketika diberikan reagen FeCl3 berlebih, larutan
juga tidak menghasilkan reaksi. Karena Fe+ bukan merupakan
logam alkali dan bukann dari ammonium sehingga tidak dapat
meghasilkan reaksi:

SO32- + Fe3+ 

Dapat disimpulkan anion sulfit tidak dapat bereaksi dengan kation


Fe+ dengan tanda tidak terjadinya perubahan sama sekali.

 Kelarutan sulfit dengan Pb+ akan menghasilka reaksi berwarna


putih keruh ketika diberikan 1 tetes reagen Pb(NO3)2 kemudian
ditetesi kembali dengan reagen Pb(NO3)2 berlebih warna larutan
berubah menjadi warna putih keruh. Kemudian dipanaskan, larutan
menjadi agak bening da nada endapan berwarna putih
SO32- + Pb2+  PbSO3ꜜ

D. KI (Kalium Iodida)

 Kelarutan iodide adalah serupa dengan klorida dan bromide yaitu


perak , merkurium (I), merkurium (II), tembaga (I), dan timbal
iodide adalah garam-garam yang paling sedikit larut. Pada reaksi
KI dan AgNO3 menghasilkan reaksi berupa larutan berwarna hijau
kekuningan keruh, kemudian pada saat ditambahkan reagen
berlebih, warna larutan menjadi berwarna hijau susu keruh.
Kemudian ketika dipanaskan terdapat endapan berwarna kuning
susu. Kelarutan pada perak sangat sedikit sehingga endapan yang
dihasilkan:

I- + Ag+  AgIꜜ

 Kelarutan iodide dengan Fe (besi) mudah larut dalam air terbukti


pada reaksi KI dengan FeCl3. Ketika ditetesi reagen berwarna
kuning. Kemudian ditetesi dengan reagen berlebih menjadi
berwarna orange gelap. Perubahan warna yang terjadi tanpa adanya
endapan. Jadi reaksi ini adalah reaksi redoks yang dapat
dituliskan :

2Fe3+ + 2I-  2Fe2+ + I2

Terjadi perubahan ion Fe3+ menjadi Fe2+ yang berarti terjadi


reduksi dan ion I- teroskidasi menjadi I2

 Kelarutan iodida dengan Pb2+ dalam larutan menghasilkan warna


kuning tua keruh. Kemudian dipanaskan, larutan menjadi berwarna
kuning muda dan terdapat endapan orange. Kelarutan iodide yang
dicampurkan dengan FeCl3 mudah mengendapkan larutan saat air
mendidih. Reaksi yang terjadi adalah:

2I- + Pb2+  PbI2ꜜ


E. KBr (Kalium bromida)

 Kelarutan bromide tidak larut dalam perak, merkurium (I), dan


tembaga (I) sedikit larut dalam air mendidih. Semua larutan
bromide lainnya dapat larut (Vogel,1979). Kelarutan bromide pada
perak tidak dapat larut. Tetapi pada praktikum yang telah kami
lakukan, KBr yang dicampurkan dengan AgNO3 terjadi reaksi
dimana warna larutan menjadi warna putih keruh. Ketika diberi
reagen berlebih, larutan berwarna semakin keruh. Kemudian saat
larutan dipanaskan, terdapat sedikit endapan hitam. Hal ini dapat
membuktikan kelarutan anion Br- dapat larut apabila dipanaskan.
Reaksi yang terjadi adalah

Ag+ + Br-  AgBrꜜ

 Kelarutan Br- pada Fe3+ mudah larut. Terjadi reaksi antara KBr
dengan FeCl3 yaitu warna larutan menjadi warna kuning. Sehingga
KBr dengan FeCl3 tidak bereaksi berubah warna atau menghasilkan
endapan.

KBr + FeCl3 

Jadi analisis anion Br- tidak dapat dilakukan dengan reagen FeCl3

 Kelarutan bromida dalam Pb(NO3)2 dapat larut. Dimana larutan


akan membentuk endapan PbBr2 berwarna putih

2Br- + Pb2+  PbBr2ꜜ

Tetapi endapan akan terbentuk ketika air didihkan (Vogel,1979).


Pada praktikum Pb(NO3)2 dengan KBr tidak dapat bereaksi karena
reagen Pb(NO3)2 yang digunakan sangat encer sehingga Ksp>Qsp.
Dimana belum dapat terjadi endapan antara Br- dengan Pb2+.

F. CH3COOH (Asam asetat)

 Kelarutan semua asetat normal, terkecuali perak dan merkurium (I)


asetat yang sangat sedikit larut dengan air (Vogel,1979). Jadi
kelarutan CH3COO- dengan reagen AgNO3 sangat sedikit bereaksi
sehingga pada praktikum tidak dapat bereaksi sama sekali karena
reagen AgNO3 yang digunakan sangat encer. Sehingga reaksi yang
terjadi tidak ada.

CH3COO- + Ag+ 

Jadi anion golongan CH3COO- tidak dapat di analisa dengan reagen


AgNO3 yang sangat encer

 Kelarutan CH3COO- dengan besi (III) klorida mudah larut. Dimana


akan terbentuk larutan berwarna merah tua ketika ditetesi dengan
reagen FeCl3 karena terbentuknya ion kompleks
[Fe(OH)2(CH3COO)6]+. Dengan memanaskan larutan yang merah
itu, larutan akan terurai dan terdapat besi (III) basa yang berwarna
merah kecoklatan terbentuk:

6CH3COO- + 3Fe3+ + 2H2O [Fe(OH)2(CH3COO)6]+ + 2H+

[Fe(OH)2(CH3COO)6]+ + 4H2O  Fe(OH)2CH3COOꜜ + 3CH3COOH + H+

Tetapi pada praktikum hanya menunjukkan perubahan warna


menjadi orange ketika ditetesi reagen berlebih. Hal tersebut
dikarenakan reagen FeCl3 yang digunakan terlalu encer sehingga
larutan CH3COOH dengan FeCl3 tidak dapat dilakukan untuk
menganalisa anion CH3COO-

 Kelarutan CH3COO- dengan Pb sangat sedikit larut. Sehingga pada


praktikum tidak dapat terlihat perubahan apapun karena reagen
Pb(NO3)2 yang digunakan sangat encer. Sehingga reaksi yang
terjadi tidak ada :

CH3COO- + Pb2+ 

Jadi analisa anion CH3COO- tidak dapat dianalisa dengan reagen


Pb(NO3)2
BAB IV

PENUTUP
IV.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

 Kation yang dikenal dalam praktikum ini adalah Ag+, Pb2+, Hg2+, dan Fe3+

 Anion yang dikenal dalam praktikum ini adalah CO32-, SO32-, S2O32-, Br-,
dan I-.
IV.2 Saran

 Sebaiknya saat melakukan praktikum untuk memakai alat pelindung


seperti sarung tangan, kacamata, masker dll.

 Sebaiknya berhati- hati saat mencampur larutan yang akan direaksikan,


jangan sampai tercampur dengan larutan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Stoikiometri Larutan,


http://www.bimbelsmes.com/artikel/rangkuman/KimXI/ R-
StoikiometriLarutan.pdf, 08-07-10, 15 : 37
A. Svehla, G, 1985, Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro, bagian
1, Jakarta, T. Kalman Media
A. Svehla, G, 1985, Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro, bagian
1, Jakarta, T. Kalman Media
Shofyan, 2010, http://forum.um.ac.id/kelarutan-garam , 08-07-10, 15 : 25
Vogel, 1979, Buku Analisa Anion

GAMBAR ALAT

Tabung reaksi Rak Pipet tetes


Hot Plate Pipet volume 1 mL Beaker
Glass

Bulp

Anda mungkin juga menyukai