Dosen Pengempu:
Disusun Oleh:
2020
Website: www.umla.ac.id
A. Teori-Teori Asam Basa
1. Teori Asam Basa Arrhenius (Svante August Arrhenius)
Teori ini pertama kalinya dikemukakan pada tahun 1884 oleh Svante
August Arrhenius. Menurut Arrhenius definisi dari asam dan basa, yaitu:
Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion
H +.
Contoh: HCl, H2SO4, H2Co3
Basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion
OH−.
Contoh: NaOH, KOH, Ba(OH)2
Konsep asam basa Arrenius terbatas hanya pada larutan air saja,
tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fase gas, dan fase padatan
dimana tidak ada H+ dan OH−.
Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak
dapat menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan
reaksi tanpa pelarut.
Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada
molekul, belum mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti
kation dan anion.
Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa, yang mengandung
hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air
untuk membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti CH4
tidak.
Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH,
seperti Na2CO3 memiliki karakteristik seperti basa.
2. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry (Bronsted Dan Lawry)
Konsep yang diajukan tersebut didasarkan pada fakta bahwa
reaksi asam–basa melibatkan transfer proton (ion H +) dari satu zat ke zat
lainnya. Proses transfer proton ini selalu melibatkan asam sebagai
pemberi/donor proton dan basa sebagai penerima/akseptor proton.
Jadi, menurut definisi asam basa Brønsted–Lowry,
Asam adalah spesies pemberi (donor) proton.
Basa adalah spesies penerima (akseptor) proton.
kelebihan teori asam dan basa Bronsted – Lowry yaitu konsep
yang telah disampaikan Bronsted dan Lowry mengenai Teori Asam Basa
tidak terbatas hanya pada pelarut air saja, namun konsepnya dapat
dengan jelas menjelaskan dan menerjemahkan mengenai reaksi asam
dan basa dalam pelarut air, bahkan mengenai reaksi tanpa pelarut.
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Bronsted – Lowry
yaitu tidak mampu menjelaskan alasan suatu reaksi asam dengan basa
dapat terjadi tanpa adanya transfer proton dari yang bersifat asam ke
yang bersifat basa.
3. Teori Asam Basa Lewis
c. Basa Kuat
Basa Kuat adalah Basa yang dapat terionisasi sempurna sesuai dengan
unsur pembentuk basa tersebut.
Contoh basa kuat:
Litium hidroksida Stronsium hidroksida
(LiOH) (Sr(OH)2)
Natrium hidroksida Rubidium hidroksida
(NaOH) (RbOH)
Kalium hidroksida Barium hidroksida
(KOH) (Ba(OH)2)
Kalsium hidroksida Magnesium hidroksida
(Ca(OH)2) (Mg(OH)2)
d. Basa Lemah
Basa Lemah adalah basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida
dalam larutan. Contoh basa lemah:
D. JENIS-JENIS VOLUMETRI
1. Gasometri
Gasometri adalah volumetri gas dan yang diukur (kuantitatif)
adalah volume gas yang direaksikan atau hasil reaksinya.
2. Titrimetri
Titrimetri atau titrasi adalah pengukuran volume dalam larutan
yang diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan sevolume atau
sejumlah berat zat yang akan ditentukan. Dalam setiap metode titrimetri
selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi
yang disebut titran.
3. Alkalimetri
Alkalimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan
kadar suatu zat yang bersifat asam dengan menggunakan larutan standar
yang bersifat basa.
4. Acidimetri
Acidimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan
kadar suatu zat yang bersifat basa dengan menggunakan larutan standar
yang bersifat asam. Pada titrasi acidimetri terjadi penetralan asam basa
menurut reaksi
5. Permanganometri
Permanganometri adalah metode yang digunakan untuk
menentukan kadar suatu zat yang bersifat reduktor dengan
menggunakan larutan standar KMnO4 yang bersifat oksidator. Pada titrasi
permanganometri terjadi reaksi redoks. Titrasi permanganometri tidak
menggunakan indikator karena KMnO4 sudah berfungsi sebagai auto
indikator
6. Iodometri
Iodometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan
kadar suatu zat yang bersifat reduktor dengan menggunakan larutan
standar I2 yang bersifat oksidator. Penambahan amylum dilakukan
menjelang TAT. Bila amylum ditambahkan lebih dahulu akan mengganggu
jalannya pengamatan pada TAT sebab I2 dapat mengikat amylum
sehingga iod amylum sukar dipisah.
7. Iodimetri
Iodometri adalah menentukan kadar suatu zat yang bersifat
oksidator (I2) dengan menggunakan larutan standar yang bersifat
reduktor.