Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Senyawa asam dan basa sering ditemukan dan berperan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh bahan yang bersifat asam yaitu pada buahan-
buahan misalnya lemon dan jeruk. Sedangkan contoh bahan yang bersifat basa
yaitu sabun dan deterjen. Untuk menjelaskan mengenai senyawa asam dan basa,
terdapat beberapa teori asam basa, diantaranya yaitu teori Arrhenius, teori
Bronsted-Lowry, teori asam basa Lewis, dan teori Lux-Flood.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membedakan antara
senyawa asam dan basa, misalnya dengan menggunakan indikator lakmus.
Senyawa asam dapat mengubah lakmus biru menjadi berwarna merah, sebaliknya
senyawa basa dapat mengubah lakmus merah menjadi berwarna biru. Selain itu,
untuk membedakan apakah suatu senyawa bersifat asam atau basa dapat juga
menggunakan indikator phenolphthalein.
Jika setelah penambahan phenolphthalein warna larutan berubah menjadi
merah muda atau pink, maka larutan tersebut bersifat basa. Senyawa asam dan
basa masing-masing memiliki sifat spesifik yang dapat membedakannya satu
sama lain, misalnya dengan rasanya. Senyawa asam cenderung memiliki rasa
masam, sedangkan senyawa basa memiliki rasa agak pahit. Perbedaan lain yang
dapat membedakan kedua senyawa ini yaitu kemampuannya melarutkan zat lain.
Senyawa asam bersifat korosif sehingga dapat melarutkan beberapa logam aktif,
sedangkan senyawa basa dapat melarutkan lemak. Oleh karena itu, abu gosok
yang bersifat basa dapat digunakan untuk mencuci sisa lemak yang ada di piring.
Senyawa asam dan basa juga dapat digolongkan lebih lanjut berdasarkan
sifat keras dan lunaknya. Penggolongan ini didasarkan pada ligan dan ion
logamnya. Ligan (anion) keras dan lunak digolongkan berdasarkan polarisabilitas
anion, yaitu kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat medan
listrik yang berasal dari ion logam (kation). Sedangkan ion logam (kation) keras
dan lunak digolongkan berdasarkan polarisabilitas kation, yaitu kemampuan suatu
kation untuk mempolarisasi suatu anion dalam suatu ikatan.

1
Penggolongan ini penting dilakukan untuk memudahkan pemahaman
mengenai pengertian dari suatu asam atau basa yang keras dan lunak. Pemahaman
sifat asam basa yang keras dan lunak juga dibutuhkan untuk mengetahui interaksi
yang terjadi diantara asam basa tersebut, apakah interaksi yang bersifat ionik atau
interaksi yang bersifat kovalen. Oleh karena itu maka dibuat makalah ini sebagai
tugas dalam mata kuliah Kimia Anorganik II agar mahasiswa lebih mampu
memahami segala aspek yang berkaitan dengan teori asam basa.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi nilai tugas mata pelajaran Kimia
2. Untuk mengetahui berbagai teori asam basa.
3. Mengetahui dan memahami materi mengenai asam dan basa.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa definisi dari asam dan basa?
2. Bagaimana memberi nama pada basa ?
3. Bagaimana mengidentifikasi asam basa ?
4. Bagaimana indikator asam basa ?
5. Bagaimana sifat-sifat dari asam dan basa?
6. Apa sajakah jenis-jenis asam dan basa?
7. Apa sajakah teori- teori yang menjelaskan tentang asam dan basa?
8. Apakah kekurangan dan kelebihan dari berbagai teori asam basa tersebut?
9. Bgaimana reaksi dari asam dan basa?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asam dan Basa


Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier
secara keliru berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier
mendefinisikan asam sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya
akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam okso dan karena is tidak
mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani
yaitu oxus (asam) dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk
asam”. Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan
oksigen dalam asam – asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun
1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian ditinggalkan. Kimiawan Inggris
pada waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa semua asam
mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang
bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini,
Istilah asam berasal dari bahasa Latin “Acetum” yang berarti cuka, karena
diketahui zat utama dalam cuka adalah asam asetat. yaitu zat yang berasa masam.
Basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Secara umum basa yaitu
zat yang berasa pahit dan bersifat kaustik. Definisi umum dari basa adalah
senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa
adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa
kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat
tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan
konsentrasi larutan basa tersebut.

2.2 Teori Asam Basa


1. Teori Asam Basa Arrhenius (Svante August Arrhenius)
Teori asam basa Arrhenius didasarkan pada pembentukan ion dan pada
larutan berair (aqueous solution).

3
 Asam adalah spesies yang menghasilkan ion H+ atau H3O+ dalam larutan
berair.
contoh: HCl, H2SO4, H2CO3, H3PO4,HCN, HNO3
HCl + H2O à H+ + Cl- + H2O
 Basa adalah spesies yang menghasilkan ion OH- dalam larutan berair.
contoh: NaOH, KOH, Ba(OH)2, Ca(OH)2
NH3 + H2O à NH4+ + OH-
Secara umum :
Asam + Basa Garam + Air

Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air,


sehingga tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa
padatan dimana tidak ada H+ dan OH-.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari teori asam basa Arrhenius yaitu:
 Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak dapat
menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa
pelarut.
 Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada
molekul, belum mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti kation
dan anion.
 Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa, yang mengandung
hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk
membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
 Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-,
seperti Na2CO3 memiliki karakteristik seperti basa.
Asam dan basa dapat dikelompokan menjadi asam basa monovalen dan
asam basa polivalen. Asam basa monovalen yaitu senyawa yang valensi asam atau
basa adalah satu.
a. asam lemah monovalen
Contohnya : asam asetat
CH3COOH à H+ + CH3COO-

4
1). Basa Lemah Monovalen
Contohnya : natrium hidroksida
NH4OH à NH4+ + OH-
Sedangkan asam basa polivalen yaitu senyawa yang valensi asam atau
basa adalah lebih dari satu. Asam dan basa polivalen mengion secara bertahap dan
tiap tahap memiliki nilai tetapan kesetimbangan sendiri.
Contohnya : Asam sulfat
H2SO4 à H+ + HSO4-
HSO4- à H+ + SO42-
Pasangan asam-basa konjugasi secara singkat yaitu asam makin lemah, basa
konjugasinya makin kuat.
Ka x Kb = Kw
2. Teori Asam Basa Brønsted-Lowry (Bronsted dan Lowry)
Teori asam basa Brønsted-Lowry didasarkan pada transfer proton.
 Asam adalah spesies pemberi (donor) proton.
 Basa adalah spesies penerima (akseptor) proton.
Amfiprotik/ Amfoter: bisa bersifat asam atau basa
Contoh : H2O, NH3, HCH3COO, H2PO4-
HCl + H2O à H3O+ + Cl-
Asam basa
H2O + NH3 à NH4+ + OH-
Asam basa
Reaksi asam basa akan menyebabkan reaksi perpindahan proton dari asam
ke basa dan membentuk asam dan basa konjugasi.
 Asam kuat: basa konjugasi lemah
 Basa kuat: asam konjugasi lemah
HCl + H2O à H3O+ + Cl-
Asam1 basa1 asam2 basa2
Asam konjugasi memiliki atom H lebih banyak daripada basa
konjugasinya sedangkan basa konjugasi memiliki muatan negatif lebih banyak
daripada asam konjugasinya. Semua asam basa Arrhenius adalah asam basa
bronsted lowry

5
H2PO4- à HPO42-
asam konjugasi basa konjugasi
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai
reaksi asam basa, yaitu:
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen
khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun
basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai
asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah
menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
 Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu
proton pindah dari asam tersebut.
 Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu
proton ditambahkan ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan
perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut
hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan
asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion
CO32– dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai
asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air
adalah zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium
dan ion hidroksida adalah contoh reaksi zat amfoter.
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2

6
Adapun kelebihan teori asam dan basa Bronsted – Lowry yaitu konsep
yang telah disampaikan Bronsted dan Lowry mengenai Teori Asam Basa tidak
terbatas hanya pada pelarut air saja, namun konsepnya dapat dengan jelas
menjelaskan dan menerjemahkan mengenai reaksi asam dan basa dalam pelarut
air, bahkan mengenai reaksi tanpa pelarut.
Contoh : Reaksi antara asam klorida, HCl, dengan amonia, NH3 dengan
menggunakan pelarut benzena. Reaksinya seperti ini :
HCl (benzena) + NH3 (benzena) -> NH4Cl(s)
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Bronsted – Lowry yaitu teori
Bronsted-Lowry memiliki kelemahan yaitu tidak mampu menjelaskan alasan
suatu reaksi asam dengan basa dapat terjadi tanpa adanya transfer proton dari
yang bersifat asam ke yang bersifat basa.
3. Teori Asam Basa Lewis (Lewis)
Teori asam basa Lewis didasarkan pada transfer pasangan elektron.
 Asam adalah spesies penerima (akseptor) pasangan elektron.
Contohnya : H+, kation logam (Fe3+, Al3+)
 Basa adalah spesies pemberi (donor) pasangan elektron.
Contohnya : OH-, atom dan ion dari golongan V - VII (F-,Cl-)
Reaksi asam basa merupakan pemakaian bersama pasangan elektron (contohnya :
pada ikatan kovalen koordinasi) dan semua asam basa Arrhenius adalah asam basa
Lewis
Adapun kelebihan teori asam dan basa Lewis yaitu:
 Teori asam dan basa Lewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat
basa dan asam dengan pelarut lain dan bahkan dengan yang tidak
mempunyai pelarut.
 Teori asam dan basa Lewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat
basa dan asam molekul atau ion yang memiliki PEB atau pasangan
elektron bebas. Contoh terdapat pada proses pembentukan senyawa
komplek.
 Teori asam dan basa Lewis mampu menerangkan dan menjelaskan suatu
senyawa bersifat basa dari zat-zat organik, contohnya dalam DNA dan

7
RNA didalamnya mengandung atom N, nitrogen, dimana memiliki PEB
atau pasangan elektron bebas
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Lewis yaitu teori Lewis memiliki
kelemahan yaitu hanya mampu menjelaskan asam-basa yang memiliki 8 ion atau
oktet.
4. Asam Basa Lux-Flood
Teori Asam Basa Lux-Flood merupakan penghidupan kembali teori
asam basa oksigen yang diusulkan oleh kimiawan Jerman Hermann Lux pada
tahun 1939, kemudian dikembangkan oleh Håkon Flood sekitar tahun 1947
dan masih digunakan sampai sekarang pada bidang geokimia modern dan
elektrokimia lelehan garam. Konsep teori asam basa Lux-Flood ditinjau
berdasarkan ion oksida (O2-).
Menurut teori asam basa Lux-Flood, senyawa yang bersifat asam yaitu
senyawa-senyawa yang menjadi akseptor ion oksida. Sedangkan senyawa
yang bersifat basa yaitu senyawa-senyawa yang menjadi pendonor ion oksida.
Contoh reaksi antara CaO (kapur) dan SiO2 (pasir) yang terjadi pada suhu
tinggi. Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
CaO(s) + SiO2(s) → CaSiO3(s)
Reaksi CaO atau SiO2 dapat pula terjadi pada suhu rendah sesuai persamaan
berikut:
SO3(g) + H2O(l0 → H2SO4(aq)
SiO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)
Adapun kelebihan teori asam basa lux-flood yaitu karakterisasi oksida logam dan
non logam menggunakan sistem ini bermanfaat dalam industri pembuatan logam.
Sedangkan kelemahan teori Lux-Flood yaitu teori ini terbatas hanya pada
senyawa-senyawa yang memiliki ion oksida saja. Teori ini tidak dapat
menjelaskan sifat kebasaan dan keasaman suatu senyawa yang tidak memiliki ion
oksida di dalamnya.
5. Asam Basa Keras dan Lunak (Konsep HSAB)
Asam basa Lewis diklasifikasikan menurut sifat keras dan lunaknya.
Logam dan ligan dikelompokkan menurut sifat keras dan lunaknya
berdasarkan pada polarisabilitas unsur yang pada akhirnya dikemukakanlah

8
suatu prinsip yang disebut Hard and Soft Acid Base (HSAB). R.G Pearson
awal tahun 1960 mengusulkan bahwa asam basa lewis dapat diklasifikasikan
sebagai asam basa lunak (soft) atau keras (hard).
Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Asam Keras, Lunak, dan Intermediet

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Basa Keras, Lunak, dan Intermediet

a. Syarat-Syarat Asam-Basa Keras (Hard):


a) Jari-jari atom kecil
b) Bilangan oksidasinya tinggi
c) Polaritasnya rendah
d) Elektronegatifitasnya tinggi

b. Syarat-Syarat Asam-Basa Lunak (Soft) :


a) Jari-jari atom
b) Bilangan oksidasinya rendah

9
c) Polaritasnya tinggi
d) Ekektronegatifitasnya rendah

Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan


1. Asam keras cenderung berikatan dengan basa keras
2. Asam lunak cenderung berikatan dengan basa lunak
3. Interaksi asam-basa keras cenderung bersifat elektrostatik
4. Interaksi asam-basa lunak cenderung bersifat kovalen

c. Interaksi Asam Basa Keras dan Lunak


Berdasarkan prinsip HSAB, asam keras cenderung lebih suka untuk
berkoordinasi dengan basa keras, dan demikian juga halnya dengan asam lunak
yang cenderung lebih suka berkoordinasi dengan basa lunak. Asam keras dan basa
keras cenderung mempunyai atom yang kecil, oksidasi tinggi, kepolaran rendah,
dan keelektronegatifan tinggi.
Sedangkan asam dan basa lunak cenderung mempunyai atom yang besar,
tingkat oksidasi rendah, dan elektronegatifan rendah. Interaksi antara asam keras
dan basa keras disebut dengan interaksi ionik, sedangkan interaksi antara asam
lemah dan basa lemah lebih bersifat kovalen. Contohnya antara Cr3+ dan OH-.
Cr3+ merupakan asam kuat dan OH- merupakan basa kuat, sehinnga kedua asam
basa ini akan berinteraksi secara kuat melalui pembentukan ikatan koordinasi
karena pasangan elektron bebas unsur O pada OH- akan menempati orbital
kosong yang ada di Cr3+.
Pada kenyataannya asam keras yang berikatan dengan dengan basa keras
akan memiliki kestabilan yang lebih tinggi dibandingkan asam keras yang
berikatan dengan basa lunak. Asam keras (misalnya : Fe3+) yang berikatan
dengan halogen, kestabilannya akan menurun berdasarkan urutan : F- > Cl- > Br-
> I-. Sedangkan asam lunak (misalnya : Hg2+) yang berikatan dengan golongan
halogen, kestabilannya akan meningkat berdasarkan urutan : F- < Cl- < Br- < I-.
Hal ini disebabkan karena F- dan Cl- merupakan basa keras, sehingga akan lebih
stabil jika berikatan dengan asam keras, sebaliknya I- yang merupakan basa lunak,
akan lebih stabil jika berikatan dengan asam lunak.

10
6. Teori Asam Basa Sistem Pelarut
Asam basa sistem basa sistem pelarut dikembangkan oleh Cady Esley.
Berdasarkan teori ini, yaitu
 asam sistem pelarut yaitu spesies kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut
tertentu dapat meningkatkan konsentrasi kation karakteristik dari pelarut
tersebut.
Contoh cairan NH4Cl dilarutkan dalam cairan NH3, maka NH4Cl
bertindak sebagia asam sistem pelarut karena dalam NH3, cairan NH4Cl
teriosisasi menjadi NH4+ + Cl-. NH4+ inilah yang disebut kation
karakteristik pelarut (KKP).
 Sedangkan basa sistem pelarut yaitu suatu spesi kimia yang bila dilarutkan
dalam pelarut tertentu dapat meningkatkan anion karakteristik plarut
tersebut.
Contoh melarutkan kristal NaCl dalam cairan POCl2, maka NaCl disebut
anion karakteristik pelarut (AKP). Karena dalam campuran NaCl terurai
menjadi Na+ dan Cl-. Cl- inilah yang disebut AKP.
Kelebihan dari teori ini adalah sifat keasaman dan kebasaan suatu
senyawa dapat ditingkatkan karakteristiknya.
Kelemahan dari teori ini adalah tidak semua pelarut dapat atau
mampu meningkatkan karakteristik sifat keasaman ataupun kebasaan suatu
senyawa.
7. Teori Asam Basa Asam Usanovich
Usanovich merupakan seorang ahli kimia Rusia. Teori Asam Basa Asam
Usanovich tidak diakui oleh dunia atau bisa dibilang bukan teorinya. Hal ini
disebabkan teori yang diungkapkan tersebut merupakan gabungan dari semua
teori asam basa yang pernah diungkapkan ahli-ahli kimia yang lain.
Mikhail Usanovich telah mengembangkan teori umum yang tidak membatasi
keasaman suatu senyawa yang hanya mengandung hidrogen saja, tetapi lebih
umum dari teori asam basa Lewis. Teori Usanovich dapat diringkas:
 Asam didefinisikan sebagai spesies yang dapat menyumbangkan kation
untuk kemudian bergabung dengan (menerima) anion untuk menetralkan
basa menghasilkan garam.

11
 Basa didefinikasikan sebagai spesies yang dapat memberikan anion
(elektron) untuk bergabung dengan kation atau menetralkan asam
kemudian menghasikan garam .
Definisi Usanovich ini telah mencakup semua definisi yang telah ada sebelumnya
dan konsep redoks (oksidasi-reduksi) sebagai kasus khusus dalam reaksi asam-
basa.
Beberapa contoh reaksi asam-basa Usanovich:
Na2O (basa) + SO3 (asam) → 2 Na+ + SO42−(yg dipertukarkan: anion O2−)
3 (NH4)2S (basa) + Sb2S3 (asam) → 6 NH4+ + 2 SbS43−(yg dipertukarkan:
anion S2−)
Na (basa) + Cl (asam) → Na+ + Cl−(yg dipertukarkan: elektron)

2.3 Sifat- Sifat Asam dan Basa


Ada beberapa sifat-sifat khusus untuk membedakan suatu zat atau senyawa
berupa asam atau basa yaitu:
1. Sifat Asam
Karena Ion hidrogen mempunyai muatan positif (makanya dikasih
tanda plus (+) disebelah atas belakang H). Secara umum, Asam memiliki sifat
sebagai berikut:
 Rasa masam jika dilarutkan dalam air (hanya untuk asam lemah)
 Sentuhan : terasa menyengat bila disentuh dan dapat merusak kulit
(terutama jika asam pekat)
 Bersifat korosif terhadap logam. Dapat menyebabkan karat, dapat pula
merusak jaringan kulit/iritasi dan melubangi benda yang terbuat dari kain,
kayu atau kertas jika konsentrasinya tinggi (pengalaman pribadi, kalian
mau coba? Dio kayanya semangat nih)
 Hantaran listrik : merupakan cairan elektrolit walaupun tidak selalu ionik
(dapat menghantarkan listrik walau tidak selalu berbentuk ion)
 Derajat keasaman (pH) lebih kecil dari 7
 Mengubah warna lakmus menjadi berwarna merah

12
2. Sifat Basa
Sedangkan Ion hidroksida mempunyai muatan negatif (makanya
dikasih tanda minus (-) disebelah atas belakang OH). Basa adalah lawan
dari asam. Secara umum, Basa memiliki sifat sebagai berikut:
 Rasa pahit jika dilarutkan dalam air (hanya untuk basa lemah)
 Sentuhan : terasa licin seperti sabun bila disentuh (hanya untuk basa
lemah)
 Bersifat kaustik (dapat merusak jaringan kulit/iritasi)
 Hantaran listrik : dapat menghantarkan listrik (merupakan larutan
elektrolit)
 Derajat keasaman (pH) lebih besar dari 7
 Mengubah warna lakmus menjadi berwarna biru
 Dalam keadaan murni umumnya berupa kristal padat
 Dapat mengemulsi minyak

13
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dalam makalah ini, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
a. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+,
sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH–.
b. Menurut Bronsted-Lowry. Asam adalah zat yang menyediakan proton dan
basa penerima proton.
c. Menurut Lewis asam sebagai akseptor pasangan elektron, dan suatu basa
sebagai donor pasangan tersebut.
d. Asam adalah zat yang berasa asam dengan pH dibawah tujuh sedangkan
basa adalah zat yang bersifat kaustik dengan pH diatas tujuh dan senyawa
yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.
e. Basa kuat adalah jenis senyawa sederhana yang dapat mendeprotonasi
asam sangat lemah di dalam reaksi asam – basa, sedangkan basa lemah
adalah larutan basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida
dalam larutan.
f. Prinsip HSAB menggolongkan asam basa menjadi asam basa keras dan
lunak.
g. Indikator adalah senyawa kompleks yang bisa bereaksi dengan asam dan
basa. Indikator digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu zat bersifat
asam atau basa.
3.2 Saran
Dengan adanya penjelasan mengenai teori asam basa yang dikemukakan
oleh para ahli kimia, kita menjadi lebih mengetahui dan memahami apa dan
mengapa suatu zat atau senyawa dapat dikatakan sebagai asam maupun basa.
Namun di samping dari beberapa penjelasan teori asam basa ini kita sebagai
siswa/i diharapkan tidak hanya mengonsumsi teori tersebut namun dapat dikaji
kembali dan dikembangkan lagi agar nantinya menghasilkan kajian ilmu yang
lebih luas dan bermanfaat bagi makhluk hidup.

14
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.


Cotton F.A dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-
Press.
Huheey, J.E., Keiter, E.A., and Keiter, R.L. 1993. Inorganic Chemistry.
New York. HarperCollins College Publisher.
Petrucci, Ralph. H.1985. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Anonim. 2013. Materi Kimia Kelas X Asam Basa. http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/asam-basa/ pada tanggal 3 Mei 2015
pukul 13.00.
Anonim. 2013.http://santrinitas.wordpress.com. Di akses pada 3 Mei 2015
pukul 13.00.

15

Anda mungkin juga menyukai