Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menggunakan bahan bahan
yang bersifat asam dan basa. Asam basa merupakan golongan zat kimia yang
sangat penting bagi kehidupan. Produk-produk kebutuhan rumah tangga
dibuat dengan bahan yang mengandung asam, basa, dan garam. Akan tetapi,
produk hasil teknologi yang kita nikmati saat ini tentang manfaat dari asam
dan basa tidak terlahir begitu saja, melainkan melalui tahapan penelitian para
ahli kimia dalam kurun waktu yang sangat Panjang (Yusnita,2020).

Senyawa asam dan basa memiliki peran penting dalam proses kimia
dialam. Istilah asam (acid) berasal dari kata “acidum” yang berarti asam.
Contoh, air aki mengandung asam sulfat (H2SO4). Adapun basa (alkali)
berasal dari bahasa arab al-qali yang berarti abu. Contoh, sabun yang terbuat
dari natrium hidroksida (NaOH) atau kalium permanganat (KMnO4) (Devita,
2020).

Sifat yang erat kaitannya dengan asam ialah rasanya asam, rasa
seperti ditusuk jarum apabila terkena kulit, kemampuannya melarutkan
sebagian besar logam, dan kemampuannya melarutkan batu kapur dan mineral
karbonat lainnya. Sedangkan basa bersifat memiliki rasa pahit dan licin, sifat
dasar basa banyak ditemukan pada sabun dan zat pembersih peralatan rumah
tangga lainnya. Sifat asam dan basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan
dengan mengukur nilai pH nya. pH (power of Hydrogen) merupakan suatu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Larutan asam memiliki nilai pH < 7. Larutan basa memiliki nilai pH > 7.
Sedangkan larutan netral memiliki nilai pH = 7. Mempelajari cara menentukan
pH dan sifat larutan sangat penting untuk mengetahui apakah larutan itu
bersifat asam atau basa. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui suatu larutan bersifat asam ataupun basa yaitu dengan
menggunakan indikator asam basa. Indikator asam basa merupakan suatu zat
yang dapat memberikan warna berbeda pada larutan asam dan larutan basa.
Perbedaan warna yang dihasilkan indikator asam basa tersebut,dapat
digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat termasuk asam atau basa
(Basuki, 2021).

Suatu zat yang dilarutkan dalam air akan mengalami tiga


kemungkinan, pertama yaitu zat tersebut akan larut secara sempurna,
kemungkinan kedua yaitu zat tersebut akan larut sebagian dan kemungkinan
ketiga ialah zat tersebut tidak larut dalam air. Banyaknya spesi yang
terionisasi di dalam air dapat diketahui dengan derajat disosiasi atau derajat
ionisasi (). Sehingga derajat ionisasi dapat diartikan sebagai perbandingan
jumLah mol atau molekul zat yang terionisasi dengan banyaknya mol atau
molekul zat mula-mula (Muryanto, 2021).

1.2 TUJUAN PERCOBAAN


1. Mahasiswa dapat menentukan pH larutan asam lemah dengan
menggunakan kertas pH universal
2. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh pengeceran terhadap nilai pH,
tetapan kesetimbangan ionisasi dan derajat ionisasi larutan asam lemah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DASAR TEORI


Secara sederhana, asam dapat diartikan sebagai suatu senyawa yang
memiliki rasa asam dan memerahkan lakmus biru. Istilah asam berasal dari kata
Latin acidus (asam), yang berkaitan dengan kata acer (tajam) dan acetum (cuka).
Cuka merupakan larutan air dari asam asetat. Asam (yang sering diwakili dengan
rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang apabila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.

Sifat-sifat asam diantaranya yaitu memiliki rasa asam dan bersifat


korosif
sehingga dapat bereaksi dengan logam, terutama pada jenis asam-asam kuat.
Asam
juga dapat menyebabkan warna kertas lakmus biru berubah menjadi warna merah,
sehingga hal tersebut dapat menjadi tanda untuk mengetahui apakah senyawa
tersebut bersifat asam atau basa. Asam-asam kuat dapat menghantarkan arus
listrik pada larutan elektrolit.

Basa dapat diartikan sebagai suatu senyawa yang memiliki rasa pahit dan
membirukan lakmus merah. Istilah alkali (basa) berasal dari bahasa Arab al-qali,
yaitu abu dari suatu tanaman yang berkaitan dengan daerah rawa garam dan
padang pasir. Basa dapat dikenali karena memiliki rasa yang pahit. Namun, tidak
dianjurkan mengenali suatu basa dengan cara mencicipinya. Karena banyak
diantaranya yang bersifat korosif bahkan beracun (Fitriah, Syafari, &
Mardani,2020).
Sifat-sifat basa diantaranya yaitu basa memiliki rasa pahit dan apabila
terkena dalam jumLah yang lama dan banyak dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada kulit. Senyawa basa umumnya akan terasa licin saat terkena kulit.
Basa berbanding terbalik dengan asam, yaitu dapat mengubah kertas lakmus
merah menjadi kertas lakmus biru. Sama seperti halnya pada asam, basa juga
dapat menghantarkan arus listrik. Basa dan asam bersifat saling menetralkan. Jika
kita ingin menetralkan larutan basa, maka dapat menggunakan larutan asam,
begitu juga sebaliknya (Basuki, 2021).

Terdapat 3 teori yang digunakan dalam menentukan/mendefinisikan


Asam-Basa yang masih dikenal yaitu, teori asam basa Arrhenius, teori Bronstead-
Lowry, dan teori asam basa Lewis. Para ahli kimia mendefinisikan asam sebagai
berikut:

1. Menurut Teori Arrhenius

Menurut Arrhenius, asam adalah senyawa yang dapat meningkatkan


konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang
pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa
untuk zat yang dapat larut dalam air saja. Selanjutnya Arrhenius Kembali
mengemukakan definisi asam, yang mana asam merupakan senyawa yang apabila
terurai dapat menghasilkan ion H+. Reaksi ionisasi asam HxA dalam air sebagai
berikut: HxA (aq) → xH+ (aq) + Ax- (aq) Berdasarkan jumlah ion H+ yang
dilepaskan, asam Arrhenius dibagi menjadi asam monoprotik, diprotik dan
tripotik. Contoh asam Arrhenius dan reaksi penguraiannya.

Asam HCl HCl (aq) → H+ (aq) + Cl- (aq)


CH3COOH CH3COOH (aq) → H+ (aq) + CH3COO- (aq)
H2SO4 H2CO3 (aq) → 2H+ (aq) + SO42- (aq)
(Devita, 2020)

Berdasarkan kekuatan asam, asam dibagi menjadi asam kuat dan asam
lemah yang ditentukan berdasarkan derajat ionisasinya.
1) Asam kuat adalah elektrolit kuat, yang terionisasi sempurna. Asam kuat
biasanya berupa asam anorganik: HCl, HNO3, HClO4 dan H2SO4.
2) Asam lemah yaitu asam yang terionisasi hanya sedikit. Seperti: HF,
CH3COOH, NH4+.

Menurut Arrhenius, basa merupakan senyawa yang apabila terdisosiasi


menghasilkan ion OH-. Contoh senyawa basa NaOH, KOH, Al(OH)3. Berikut
persamaan reaksi ionisasinya:

M(OH)y (aq) → My+ (aq) + yOH- (aq)

Berdasarkan ion OH- yang dilepaskan pada reaksi penguraian maka basa
Arrhenius digolongkan menjadi basa monohidroksi dan basa polihidroksi (Devita,
2020).

Atas dasar teori Arrhenius ini, akan terdapat dua macam basa, yakni basa
yang merupakan hidroksida ionic, contohnya Natrium hidroksida (NaOH). Selain
itu, ada basa yang merupakan zat molekuler yang apabila bereaksi dengan air akan
menghasilkan ion OH-, contohnya amonia (NH3).

Kelemahan dari teori ini ialah hanya berlaku untuk larutan asam dan
basa dalam air saja. Tak hanya itu, salah satu kelemahan yang sangat nyata yaitu
tentang basa lemah amonia, NH3. Menurut Arrhenius, senyawa harus memiliki
OH- jika ingin disebut basa, sedangkan NH3 tidak memiliki OH-.
2. Menurut Teori Bronsted-Lowry

Menurut teori Bronsted-Lowry, asam merupakan donor proton (pemberi proton)


dan basa merupakan aseptor proton (penerima proton), dimana proton adalah H+.
Pasangan asam-basa konjugat merupakan salah satu pengembangan dari definisi
asam basa yang dikemukakan oleh Bronsted-Lowry, yang dapat diartikan sebagai
asam dan basa konjugatnya. Basa konjugat dari suatu asam Bronsted yaitu spesi
yang tersisa ketika terjadi pemindahan proton (H+). Sedangkan asam konjugat
dihasilkan dari senyawa yang mampu menerima proton (H+).

3. Menurut Teori Asam-Basa Lewis

Pada beberapa teori asam-basa sebelumnya baik Arrhenius maupun


Bronsted-Lowry, ada beberapa reaksi yang tidak dapat dijelaskan oleh kedua teori
sebelumnya, misalnya reaksi antara NH3 dengan BF3. Pada reaksi tersebut tidak
bisa ditentukan mana senyawa yang bersifat asam maupun mana yang bersifat
basa. Sehingga teori asam dan basa disempurnakan oleh Lewis yang menyatakan
bahwa asam merupakan senyawa yang dapat menerima pasangan elektron.
Contohnya seperti BF3. Sedangkan basa merupakan senyawa yang dapat
memberikan pasangan electron. Contohnya seperti NH3 (Basuki, 2021).

pH adalah derajat keasaman yang dapat digunakan untuk menyatakan


tingkat keasaman atau kebasaan pada suatu larutan. Ion hidrogen (H+) dan ion
hidroksida (OH-) yang terkandung dalam air konsentrasinya sangat kecil agar
memudahkan penulisan digunakan besaran lain. Kimiawan Denmark Soren Peder
Lauritz Sorensen (1868-1939), mengusulkan konsep pH, untuk menghindari
penggunaan angka yang sangat kecil, sehingga memudahkan dalam mengukur
konsentrasi ion H+ dan perubahannya dalam suatu larutan. Menurut Sorensen, pH
merupakan fungsi logaritma negatif dari konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan:
𝑝𝐻 = − log[𝐻+] = log 1[𝐻+]

2.2 URAIAN BAHAN

 Air (Ditjen POM, 1979 : 96)


Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling
Rumus Molekul : H2O
Bobot Molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
 CH3COOH (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain : Asam asetat
Rumus Molekul : CH3COOH
Bobot Molekul : 60,05 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%) dengan gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai Pereaksi
 HCl (Ditjen POM, 1979 : 53)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
Rumus Molekul : HCl
Bobot Molekul : 36,46 g//mol
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap, bau merangsang. Jika
diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan.
 KOH (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama Resmi : KALII HIDROXYDUM
Nama Lain : Kalium hidroksida
Rumus Molekul : KOH
Bobot Molekul : 56,1056 g/mol
Pemerian : Batang. pellet atau bongkahan, putih sangat mugah
meleleh basa
Kelarutan : Larut dalam. 1 bagian air, dalam 3 bagian etanol (95%)
P, sangat mudah larut dalam etanol mutlak P mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai Pereaksi
 NaOH (Ditjen POM, 1979 : 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Bobot Moleku l : 40,00 g/mol
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah
meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap
karbondioksida
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan.
BAB III
METODE KERJA

3.1 ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas kimia 50 ml
b. Labu ukur 50 ml
c. Pipet ukur 10ml
d. Pipet tetes
e. Plat tetes
f. Thermometer 100oC
2. Bahan
a. Aquadets
b. CH3COOH
c. KOH
d. HCl
e. NaOH

3.2 PROSEDUR KERJA

1. proedur kerja larutan yang bersifat asam


• Sampel CH3COOH
a. Diambil 10 ml CH3COOH dengan menggunakan pipet ukur 10 ml
lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml.
b. Ditambahkan aquades sampai batas tanda yang terdapat pada labu
ukur lalu dikocok hingga homogen.
c. Diambil 2 ml larutan dari hasil pengenceran pertama dan
dimasukkan kedalam gelas kimia untuk diukur pH-nya.
d. Dilakukan pengenceran bertingkat sebanyak 5 kali dan diberikan
perlakuan yang sama dengan larutan pertama.
• Sampel HCl

a. Diambil 10 ml HCl dengan menggunakan pipet ukur 10 ml lalu


dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml.
b. Ditambahkan aquades sampai batas tanda yang terdapat pada labu
ukur lalu dikocok hingga homogen.
c. Diambil 2 ml larutan dari hasil pengenceran pertama dan
dimasukkan kedalam gelas kimia untuk diukur pH-nya.
d. Dilakukan pengenceran bertingkat sebanyak 5 kali dan diberikan
perlakuan yang sama dengan larutan pertama.

2. proedur kerja larutan yang bersifat basa

 Sampel KOH

a. Diambil 10 ml KOH dengan menggunakan pipet ukur 10 ml lalu


dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml.
b. Ditambahkan aquades sampai batas tanda yang terdapat pada labu
ukur lalu dikocok hingga homogen.
c. Diambil 2 ml larutan dari hasil pengenceran pertama dan
dimasukkan kedalam gelas kimia untuk diukur pH-nya.
d. Dilakukan pengenceran bertingkat sebanyak 5 kali dan diberikan
perlakuan yang sama dengan larutan pertama.
• Sampel NaOH

e. Diambil 10 ml NaOH dengan menggunakan pipet ukur 10 ml lalu


dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml.
f. Ditambahkan aquades sampai batas tanda yang terdapat pada labu
ukur lalu dikocok hingga homogen.
g. Diambil 2 ml larutan dari hasil pengenceran pertama dan
dimasukkan kedalam gelas kimia untuk diukur pH-nya.
h. Dilakukan pengenceran bertingkat sebanyak 5 kali dan diberikan
perlakuan yang sama dengan larutan pertama.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 PERHITUNGAN KONSENTRASI LARUTAN

 CH3COOH
M1 = V2 . M2
2 = 50 . M2
M2 = 2/50
M2 = 25 ml

 Larutan NaOH
V1. M1=V2. M2
100 . 2 = V2 . 6
V2 = 200/6
V2 = 33,3 ml

 Larutan HCl
V1 . M1 = V2 . M2
0,01 . 2 = 50 . 1
0,02 = 50
= 0,02 / 50
= 2,5 ml

 Larutan KOH
V1 . M1 = V2 . M2
1 . 0,01 = 4 . 100
0,01 = 400
= 0,01 / 400 = 40 ml
BAB 5
PEMBAHASAN

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam
basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam,
bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan basa memiliki sifat-sifat
yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan.
Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur
pH-nya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH
kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan
larutan netral memiliki pH 7. pH suatu larutan dapat ditentukan
dengan indikator pH atau dengan pH meter. Menurut penjelasan
tersebut menjelaskan tentang keseimbangan asam basa serta berbagai
macam faktor atau hal-hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam
basa (Chandra B, 2014).

Keseimbangan asam basa merupakan hal yang penting bagi tubuh


karena dapat mempengaruhi fungsi organ vital. Gangguan
keseimbangan asam basa yang berat, dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup pasien. Derajat keasaman (pH) darah manusia
normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu
mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme
dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa
dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan
ginjal. Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+
ke zat lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat
yang dapat menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor
proton) (Chandra B, 2014).
Kekuatan asam dan basa tergantung pada kemampuannya berionisasi,
makin banyak yang terionisasi berarti makin kuat sifatnya. Kekuatan
basa juga tergantung dari ukuran ion positif dan negatifnyaserta besar
muatannya, bila ion positifnya bertambah besar dan muatannya lebih
kecil maka kecenderungannya mengadakan pemisahan antara ion
positif dan negative besar. Basa dari logam alkali adalah basa kuat
karena ukuran ion positifnya besar dan muatannya kecil (Jahro, I. S.,
2019).

Pada praktikum kesetimbangan asam basa bertujuan untuk menetukan


pH larutan asam kuat dengan menggunakan pH universal serta
menentukan pengaruh pengenceran terhadap nilai pH, tetapan
kesetimbangan ionisasi dan derajat ionisasi larutan asam lemah.

Pertama dilakukan penenceran tahap 1 Diambil 10 ml HCL dengan


menggunakan pipet ukur 10 ml lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50
ml, ditambahkan aquades sampai batas tanda yang terdapat pada labu
ukur lalu dikocok hingga homogen dan hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa KOH memliki pH 1, kemudian dilakukan
pengenceran tahap 2 diambil 2 ml larutan sampel dari hasil
pengenceran pertama dan dimasukkan kedalam gelas kimia untuk
diukur pH-nya, dilakukan pengenceran bertingkat sebanyak 5 kali
dimana pada gelas kimia 1 didapatkan pH 1, pada gelas kimia 2, 3 dan
5 didapatkan pH 1, sedangkan pada gelas kimia 4 didapatkan pH 1.

Untuk sampel kedua yaitu larutan asam asetat (C3COOH)


dimasukkan sebanyak 10 ml kedalam labu ukur, lalu tambahkan
aquadest sampai batas tanda kemudian gocok hingga homogen, lalu
pipet sebanyak 10 ml masukkan kedalam gelas kimia dan ukur pHnya
didapatkan nilai pH yaitu 3 yang artinya asam asetat merupakan
larutan asam. Setelah itu pipet 10 ml larutan tadi kemudian masukan
ke labu ukur dan tambahkan aquadest secukupnya, dan tunglanh
larutan yang ada dalam labu ukur ke gelas kimia dan ukur pH nya, pH
yang di dapatkan yaitu 4. setalh itu pipet 10 ml dari larutan ke dua tadi
dan dilakukan pengenceran bertingkat sebanyak 5 kali dengan
masing-masing larutan C3COOH 2ml didapatkan hasil pada tahap
satu pHnya 5, pada tahap dua pHnya 6, pada tahap tiga pHnya 5, pada
tahap empat pHnya 5 dan pada tahap lima pHnya 5. hasil dari
percobaan ini berdasarkan literatur suatu larutan apa bila ditambahkan
dengan aquadest dan akan menunjukan warnah ph tersebut.

Ketiga dilakukan penenceran tahap 1 Diambil 10 ml KOH dengan


menggunakan pipet ukur 10 ml lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50
ml, ditambahkan aquades sampai batas tanda yang terdapat pada labu
ukur lalu dikocok hingga homogen dan hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa KOH memliki pH 13, kemudian dilakukan
pengenceran tahap 2 diambil 2 ml larutan sampel dari hasil
pengenceran pertama dan dimasukkan kedalam gelas kimia untuk
diukur pH-nya, dilakukan pengenceran bertingkat sebanyak 5 kali
dimana pada gelas kimia 1,2, dan 4 didapatkan PH 6 , sedangkan pada
gelas kimia 3 dan 5 didapatkan pH 7.

Untuk sampel keempat larutan NaOH dilakukan perlakuan yang sama


seperti sampel pertama yaitu larutan NaOH dimasukkan sebanyak 10
ml kedalam labu ukur, lalu tambahkan aquadest sampai batas tanda
kemudian gocok hingga homogen, lalu pipet sebanyak 10 ml
masukkan kedalam gelas kimia dan ukur pHnya didapatkan nilai pH
yaitu 7 .Setelah itu pipet 10 ml larutan tadi kemudian masukan ke labu
ukur dan tambahkan aquadest secukupnya, dan tunglanh larutan yang
ada dalam labu ukur ke gelas kimia dan ukur pH nya, pH yang di
dapatkan yaitu 6. setelah itu pipet 10 ml dari larutan ke dua tadi dan
BAB IV
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka didapatkan beberapa
kesimpulan, yaitu:
1) pH adalah jumlah konsentrasi ion hidrogen (H+) pada larutan yang
menyatakan tingkat keasaman dan kebasaan yang dimiliki.
2) Indikator asam basa adalah suatu senyawa organik yang dapat berubah
warna dengan berubahnya pH, biasa digunakan untuk membedakan suatu
larutan bersifat asam atau basa dengan cara memberikan perubahan warna
yang berbeda pada larutan asam dan basa.
3) Larutan bersifat basa memiliki range pH 8 hingga 14 sedangkan arutan
bersifat asam memiliki range pH 1 hingga 6.

6.2 SARAN
Sebaik nya menggunakan lebih banyak pereaksi dan prosedur kerjanya lebih
diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA

Amanda, (2017). Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja


(Adolescent Substance Abuse). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, 4 (2). 339-345.

Arvin Heri Wicaksono, (2016). Pengembangan Trainer Kit Sensor


Sebagai Media Pembelajaran Mata Pelajaran Sensor Dan Aktuator
Di SMK Negeri 2 Pengasih. Universitas Negeri Yogyakarta

Chandra B, (2014). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Ditjen POM.(1995). Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta : Depkes


RI

Jahro, I. S., dan Susilawati, (2019), Analisis Penerapan Metode


Praktikum Pada Pembelajaran Ilmu Kimia Di Sekolah Menengah
Atas. Jurnal Pendidikan Kimia 1: 20-26

Mutiah, R, (2015). Evidence Based Kurkumin Dari Tanaman Kunyit


(Curcuma longa) Sebagai Terapi Kanker. Jurnal Farma Sains, 1(1),
28–41

Ngafifuddin, M., Sunarno, S., & Susilo, S. (2017). Penerapan


Rancang Bangun pH Meter Berbasis Arduino Pada Mesin Pencuci
Film Radiografi Sinar-X. Jurnal Sains Dasar, 6(1), 66.

Sundari, R, (2016). Pemanfaatan Dan Efisiensi Kurkumin Kunyit


(Curcuma Domestica Val) Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa.
Teknoin, vol. 22 No.8 hlm 595-601.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN IV

KESETIMBANGAN ASAM BASA

NAMA : AFRI LION

NIM : F202201216

KLS/KLP : M4/1 (BATCH A)

KOORDINATOR LAB : RISKY JULIANSYAH, S.Si., M.Si

ASISTEN LAB : NURFITRA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Mandala Waluya

KENDARI

2023
dilakukan pengenceran bertingkat sebanyak 5 kali dengan masing-
masing larutan NaOH 2ml Setelah itu dilakukan pengenceran
bertingkat sebanyak 5 kali didapatkan hasil pada tahap satu pHnya 6,
pada tahap dua pHnya 6, pada tahap tiga pHnya 6, pada tahap empat
pHnya 6,dan pada tahap lima pHnya 6.

pH (Power of Hydrogen) adalah parameter untuk mengukur derajat


keasaman yang yang menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan
suatu larutan. pH dapat dijelaskan sebagai logaritma aktivitas ion
hidrogen yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen ini tidak dapat
diukur melalui eksperimental, melainkan nilainya dihitung secara
teoretis. Skala pH bukan skala absolut, tetapi pH bersifat relatif
terhadap larutan standar yang pH-nya telah ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional. Oleh sebab itu, penentuan pH > 7 dan pH <
7 dilakukan oleh para kimiawan pada suatu percobaan penelitian serta
telah disepakati berdasarkan perjanjian Internasional. Air murni
bersifat netral dengan pH yang telah ditetapkan pada suhu 25 °C
sebesar 7,0. pH sama dengan 7 artinya ion H⁺ dan ion OH⁻ yang
sama dalam larutan. Pada larutan dengan pH kurang dari tujuh
merupakan larutan yang bersifat asam artinya konsentrasi ion H⁺
tinggi, sementara larutan dengan pH lebih dari tujuh merupakan
larutan yang bersifat basa artinya konentrasi ion OH⁻ tinggi. Oleh
sebab itu, sifat asam dari larutan asam berasal dari ion H⁺ itu sendiri,
sedangkan sifat basa dari larutan basa berasal dari ion OH⁻
(Ngafifuddin, M., 2017).

Anda mungkin juga menyukai